Tugas Nur Aini
Tugas Nur Aini
Muktamar Muhammadiyah telah usai, banyak hal yang patut ditauladani dari perhelatan lima
tahunan ini. Pandemi Covid-19 yang berlangsung selama dua tahun mengakibatkan agenda besar
Muhammadiyah menjadi tertunda pula. Kerinduan akan bersilaturrahmi seakan bertambah memuncak
untuk dapat bertemu dengan sesama saudara dari seluruh penjuru tanah air. Tema yang diusung
“Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta” menjadi pijakan yang mewarnai dalam setiap proses
berlangsungnya Muktamar Muhammadiyah yang diselenggarakan di kota Surakarta. Seluruh panitia baik
pusat maupun lokal, para peserta muktamar dan segenap penggembiira semuanya berkiblat pada tema
yang diusung. Sungguh muktamar yang bermartabat bagi Muhammadiyah, ummat dan bangsa serta
semesta.
Sebuah konsep yang mengedepankan kepedulian terhadap lingkungan sering disebut Eco Green.
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia sangat peduli terhadap lingkungan. Pada
saat Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiah ke-48 di Surakarta pada 19 November 2022 Eco Green
menjadi perhatian penting dari pihak panitia. Muhammadiyah menginginkan pelaksanaan Muktamar
tidak mengabaikan Eco Green. Kegiatan yang terkait dengan Eco Green pada muktamar tahun ini di
antaranya adalah Green Muktamar yaitu tanam satu juta pohon Aren. Dalam menyongsong muktamar
Muhammadiyah Aisyiah ke-48 di Surakarta, Eco Bhinneka Muhammadiyah bekerjasama dengan
Asosiasi Aren Nusantara menyelenggarakan tanam raya Aren berlokasi di Waduk Sermo Kulon Progo (29
Oktober 2022). Hal ini bertujuan untuk menjaga lingkungan agar tetap terjaga keseimbangannya.
Menanamlah pasti kamu akan menuai, kalimat ini akan menjadi pemantik bagi yang ingin menuai.
Pohon Aren mampu menjadi pengawet sumber daya alam terutama tanah yaitu akar serabut yang
kokoh, kuat dan dalam menghunjam di tanah mampu menahan erosi tanah. Pohon Aren memiliki
berjuta manfaat mulai daun hingga akar.
Panitia muktamar Muhammadiyah di Surakarta mengusahakan untuk bebas dari sampah. Usaha
yang dilakukan oleh panitia diantaranya dengan tidak menyediakan air minum dalam kemasan sehingga
peserta dan penggembira diwajibkan untuk membawa sendiri botol minuman dan peralatan makan
lainnya. Ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Aisyiyah mengatakan
bahwa muktamar ini diharapkan mampu menampilkan wajah Islam yang bersih, indah dan bermartabat.
Indikatornya adalah muktamar ini bebas dari sampah. Strategi lainnya yaitu peserta muktamar
diwajibkan untuk mengurangi sampah makanan dengan mengambil makanan secukupnya agar tidak
berlebihan yang menyebabkan sampah menumpuk. Selain itu panitia tidak menyediakan alat makan
sekali pakai seperti Styrofoam atau kardus makanan, tissu, plastik dan minuman kaleng. Setiap peserta
wajib bertanggung jawab terhadap sampahnya masing-masing. Usaha dari panitia disambut antusias
oleh peserta muktamar untuk tetap menjaga kebersihan. Ajaran kebersihan dalam Islam sangat
kompleks dan mendetail sehingga perlu ditunjukkan dengan perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kebersihan.
Diwajibkannya peserta muktamar Muhammadiyah untuk membawa botol minuman sendiri
bukan tanpa alasan. Sampah botol plastik disinyalir menjadi penyumbang bencana banjir karena dapat
menyumbat aliran air sungai sehingga meluap. Botol plastik air kemasan dapat menjadi ancaman bagi
bencana lingkungan karena proses penguraiannya membutuhkan waktu yang sangat lama yakni sekitar
100 sampai 500 tahun lamanya. Sehingga sampah botol plastik sangat berbahaya bagi unsur tanah dan
lingkungan. Di antara dampak plastik bagi lingkungan yaitu, tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk
lain di bawah tanah. Proses penyerapan air akan terganggu oleh sampah dari plastik. Kesuburan tanah
juga akan menurun kwalitasnya karena sampah plastik mengurangi sirkulasi udara di dalam tanah dan
ruang gerak makhluk penyubur tanah menjadi terganggu. Memakai botol kemasan kaca dan bukan
plastik akan jauh lebih aman dan lebih sehat.
Tiap lima tahun sekali kepemimpinan di Muhammadiyah akan diganti melalui forum sidang
tertinggi Muktamar yang sebelumnya diadakan sidang Tanwir yang diselenggarakan oleh dan atas
tanggung jawab pimpinan pusat. Pada sidang Tanwir dibahas beberapa hal dan yang paling ditunggu
adalah pemilihan pengurus pimpinan pusat. Sidang Tanwir yang merupakan representasi dari wilayah
dan daerah membawa aspirasi untuk kepentingan umat, bangsa dan kemanusiaan global. Pemilihan
(calon anggota pengurus pusat) yang dilakukan secara e-voting dilakukan dengan penuh keikhlasan dan
tanggung jawab sebagai utusan dari wilayah atau daerah seluruh Indonesia bahkan perwakilan dari
cabang istimewa yang berada di luar negeri. Proses pemilihan yang begitu elegan melalui kecanggihan
tekhnologi dengan mengedepankan sikap ikhlas menghasilkan keputusan yang menyejukkan. Tidak
terjadi saling sikat dan sikut di antara peserta atau saling lempar kursi atau mikrofon. Sebuah
pembelajaran berharga dari proses pemilihan pengurus pusat Muhammadiyah ini.
Proses pemilihan yang adem, santun, dilakukan dengan hati ikhlas mencerminkan sebuah
organisasi Islami yang modern. Ada yang mengatakan muktamar Muhammadiyah tahun 2022 sama
sekali “tidak lucu” karena tidak ada kursi terbang, tidak ada pemilihan ketua umum langsung, tidak ada
amplop, sehingga begitu adem jalannya muktamar. Musyawarah untuk mencapai kemufakatan dapat
dilihat pada saat pemilihan secara Formatur yang mengedepankan kepentingan umat dan bangsa
sehingga model pemilihan seperti muktamar Muhammadiyah dapat dijadikan rujukan oleh lembaga
atau organisasi terkait dengan pemilihan kepengurusan. Tidak ada rasa permusuhan saat persidangan
namun tetap memberi warna demi kebaikan umat yang berkemajuan. Islam adalah agama yang
mengajarkan kemajuan dan nilai-nilai hidup maju yang bukan hanya bagi umat Islam namun bagi
seluruh alam, kata Bung Karno. Hal ini sesuai dengan yang difirmankan Allah swt “Wa maa arsalnaka illa
rahmatan lil ‘alamiin” tidak Aku utus engkau Muhammad melainkan untuk seluruh alam. Maka sudah
selayaknya perhelatan Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta dijadikan sebagai uswah bagi
organisasi atau lembaga lainnya.
Muktamar Muhammadiyah yang adem menggambarkan landasan ideologi yang kokoh pada
organisasi ini. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam yang berideologi kemajuan dengan misi
dakwah dan tajdid. Ideologi kemajuan diartikan sebagai Islam berkemajuan untuk mewujudkan
peradaban umat manusia yang utama. Kemajuan yang bersifat multiaspek dimensi keagamaan dan
kehidupan yang melahirkan peradaban utama. Hal tersebut berlandaskan kepada tauhid yang murni,
pemahaman mendalam terhadap Alqur’an Sunnah, melembagakan amal sholeh yang fungsional dan
solutif, berorientasi kekinian dan masa depan serta bersikap toleran, moderat dan suka bekerjasama.
Pilar-pilar ini yang menjadi landasan jalannya organisasi Muhammadiyah. Fondasi awal gerakan
Muhammadiyah adalah menyebarluaskan dan memajukan Islam di Indonesia. Cita-cita untuk menjadi
“Ummatan wasatha” dan “Syuhada ‘alan – naas” menampilkan uswah hasanah. Muhammadiyah bukan
ekstrim kanan maupun kiri, bukan pula organisasi intoleran yang selalu membikin gaduh, bukan pula
gerakan yang melawan kemajuan zaman atas nama apapun karena bertentangan dengan karakter
keislaman dan jati diri Muhammadiyah.
Pemilihan pengurus telah usai dengan menetapkan 13 nama sebagai pimpinan yang akan
bersidang secara formatur menetapkan pengurus harian pimpinan pusat Muhammadiyah. Secara umum
kriteria pemimpin Muhammadiyah ada sembilan tipe yang harus melekat pada sosok pimpinan seperti
yang pernah diutarakan oleh sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto. Tipe pertama adalah
Spiritualitas Islam, memadukan bekal instrinsik (hard skill) dan soft skilluntuk bekerjasama,
berkomunikasi dan berorganisasi. Kedua adalah memiliki wawasan keislaman yang memadukan nuansa
puritan, rasional, modern, progresif dan aktivisme amal sholeh dalam gerakan Muhammadiyah.
Memahami keadaan Indonesia dan dunia mutakhir menjadi syarat bagi seorang pimpinan. Seorang
pemimpin harus mempunyai seni kepemimpinan. Selanjutnya mampu memahami administratif dan
manajerial. Seorang pimpinan harus mampu berda’wah secara lentur sehingga dapat diterima oleh
semua kalangan. Kepemimpinan kolektis kolegial dan berkemajuan adalah tipe yang menjadi ciri dari
organisasi Muhammadiyah. Terakhir adalah seorang pemimpin harus mampu untuk bersinergi atau
networking.
Penggembira adalah bukan sebagai peserta muktamar yang memiliki hak suara, namun ia
merupakan warga muhammadiyah atau simpatisan yang hanya untuk menggembirakan suasana
muktamar. Kebanyakan penggembira berada di stan-stan yang didirikan selama muktamar berlangsung.
Momen pembukaan adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh penggembira mereka rela antri untuk
memasuki arena pembukaan bahkan banyak yang tidak dapat masuk ke tempat pembukaan dan hanya
dapat melihat melalui layar yang dipasang di luar arena. Penggembira tetap bergembira walaupun hanya
mampu melihat lewat layar. Semua penggembira terlihat tertib mengikuti arahan panitia tidak ada
perasaan menggerutu semua bergembira yang terlihat dari auranya memancarkan senyum sapa dan
salam di antara penggembira. Tujuan kehadiran penggembira untuk menggembirakan, menyenangkan
dan membahagiakan ummat dan masyarakat.
Solo dan sekitarnya adalah kota yang kaya akan destinasi wisata maka begitu banyak tempat
wisata yang menjadi tujuan para penggembira untuk sekedar menikmati keindahannnya. Tempat wisata
identik pula dengan kuliner yang menngiurkan. Bahkan ada tempat wisata yang digratiskan oleh
pemerintah setempat untuk para peserta dan penggembira yang datang di muktamar Muhammadiyah
Aisyiyah di Surakarta. Tentu tuan rumah akan memberikan yang terbaik bagi tamu-tamu yang datang.
Kenangan yang dibawa oleh peserta dan penggembira muktamar selama berada di Solo akan dibawa ke
daerah masing-masing yang akan menjadi promosi secara langsung menawarkan produk unggulan,
kuliner, tempat wisata dan destinasi lainnya. Harapannya di mana muktamar digelar maka disitu akan
menjadi ajang promosi daerah yang ditempati. Selamat untuk tuan rumah yang telah menyediakan
segala keperluan peserta dan penggembira. Selamat berkemajuan untuk Muhammadiyah dan bangsa.