Anda di halaman 1dari 45

PENYAKIT

AKIBAT KERJA

Welcome to TÜV Rheinland Academy


Managing Health and Safety
2023
dr. Ade Dwi Lestari, Mkes, SpOk

• Dosen Departemen Kedokteran Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti


• Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi di Klinik MCU
• Konsultan di Perusahaan

• Occupational Medicine Specialist, Faculty of Medicine, University of Indonesia


• Master of Hospital Management, Faculty of Medicine, Gajah Mada University
• Medical Doctor, Faculty of Medicine, Trisakti University
• Oil & Gas UK Certified Doctor
BAHAYA & RISIKO
PENYAKIT PELAPORAN MEDICAL
AKIBAT KERJA PENYAKIT DITEMPAT KERA CHECK UP
& DIAGNOSA PAK AKIBAT
KERJA

AGENDA
Abad 20 “Perubahan”

Masyarakat Industri
Masyarakat Agraria
• Teknologi
• Produksi masal
• Tenaga Kerja Banyak
Perubahan :
• Kehidupan masyarakat,
• Jenis Pekerjaan,
• Lingkungan,
• Penyakit, dll
K3
KESELAMATAN & KESEHATAN
KERJA

KESELAMATAN :
CELAKA (KK), LUKA, CACAT, MENINGGAL

KESEHATAN :
SAKIT (UMUM, PAK), CACAT, MENINGGAL
Risiko potensial pekerjaan dan lingkungan Kerja

143 juta angkatan kerja di Indonesia (BPS 2022)


Risiko potensial pekerjaan dan lingkungan

kerja terdapat di semua tempat kerja. Menyebabkan:


• Penyakit Umum
• Penyakit Akibat kerja (PAK)
• Kecelakaan Kerja (KK)
Meninggal
Meninggal

Setiap tahun 2,78 juta orang meninggal akibat


Kecelakaan Kerja & Penyakit Akibat Kerja
(ILO 2017)
Source ILO, WHO, Scientific Report 2017
Fatal Work Related
Disease 2.4 Million

Fatal Work Related


Accident 380.500

Source ILO, WHO, Scientific Report 2017


Bagaimana dengan Penyakit
Akibat Kerja
di Indonesia ?
Indonesia
Data Kecelakaan kerja (BPJS Ketenagakerjaan)
265.334 kasus (2022)
234.370 kasus (2021) https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210215130019-78-
606341/kasus-kecelakaan-kerja-tembus-153-ribu-pada-2020
Data BPJS Ketenagakerjaan
179 kasus (2021) :
65% Covid 19 pada
petugas kesehatan
Regulasi Penyakit Akibat Kerja
Undang-undang Permenaker
UU No. 1 Tahun 1970 No.01 tahun 1981
UU No. 3 Tahun 1992 Pelaporan Kasus PAK Permenkes
No 01 Tahun 2016 No. 56 Tahun 2016
Penyelenggaraan Program JKM,
PP JKM dan JHT bagi peserta BPU
Tentang
Penyelenggaraan
PP 44 Tahun 2015 No 28 Tahun 2015 Pelayanan Penyakit
Tentang Penyelenggaraan Progam Tentang Pengangkatan dan Akibat Kerja
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) & Pemberhentian Dokter Penasehat
Jaminan Kematian (JKM) No 10 Tahun 2016
Program Return to Work, Promotif
PP No 82 Tahun 2019 dan Preventif dan Penyakit Akibat
Kerja
PP No 49 Tahun 2023 Perubahan Kedua No 11 Tahun 2016 Pelayanan
Kesehatan dan Besaran Tarif dalam
Penyelenggaraan Program JKK

No.01/MEN/1981
Tentang Kewajiban Melapor
Peraturan Presiden Penyakit Akibat Kerja

07/2019 No. 25/MEN/XII/2008


Tentang Pedomanan dan Penilaian
Tentang Penyakit Akibat Kerja
Cacat Karena Kecelakaan Kerja
dan Penyakit Akibat Kerja
DIAGNOSA
PENYAKIT AKIBAT KERJA
PERMENKES No. 56 TAHUN 2016
PENYELENGGARAAN PELAYANAN PAK
Penyakit akibat Penyakit terkait kerja Bukan
kerja (PAK) PAK
adalah penyakit yang
adalah penyakit mempunyai beberapa
yang disebabkan agen penyebab
oleh pekerjaan dengan faktor
dan/atau pekerjaan dan atau
lingkungan kerja lingkungan kerja
memegang peranan
bersama dengan
faktor risiko lainnya.
Perbedaan PAHK vs PAK
Penyakit terkait kerja /
Penyakit Akibat Kerja (PAK) /
Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) /
Occupational Diseases (OD)
Work-related Diseases (WRD)

Terjadi juga pada populasi Terjadi hanya diantara populasi


penduduk pekerja

Penyebab multi faktor Penyebab spesifik

Pemaparan di tempat kerja


Adanya paparan di tempat kerja
mungkin merupakan salah satu
merupakan hal yang penting
faktor
Penjaminan oleh BPJS
Dijamin oleh BPJS
Ketenagakerjaan bergantung
Ketenagakerjaan
Analisa dokter
18
Langkah 1. Langkah 7.
Menegakkan Tujuh Menentukan
Diagnosis Klinis Diagnosis Penyakit
Langkah Akibat Kerja

Diagnosis
Langkah 2.
Menentukan
PAK Langkah 6.
pajanan yang PERMENKES Menentukan
dialami pekerja No. 56 /2016 pajanan di luar
di tempat kerja tempat kerja

Langkah 3. Langkah 4.
Menentukan Langkah 5.
Menentukan
hubungan Menentukan
besarnya
pajanan dengan faktor individu
pajanan
diagnosis klinis yang berperan
7 Penyakit Akibat Kerja Yang Paling Umum
National Institute for Occupational Health and Safety (NIOSH), the ILO and the European Agency for Safety and Health at Work.

1. Dermatitis (Infeksi kulit) : Dermatitis Kontak Alergik & Iritan

2. Penyakit pernapasan: Asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), bronkitis.

https://www.smogbuster.com/
3. Gangguan Otot Tulang Rangka (Muskuloskeletal /MSDs).

4. Tuli Akibat Bising

https://www.ishn.com/
5. Keganasan / Kanker.
Asbestos-related diseases, mesothelioma
kanker paru-paru, kanker saluran pencernaan, kanker laring/faring.

https://www1.racgp.org

6. Stres dan gangguan kesehatan mental.


7. Penyakit Infeksi Menular. Petugas kesehatan
Hepatitis B dan C, tuberkulosis (TB), HIV, COVID 19

https://www.nipro-group.com/
PELAPORAN PENYAKIT
AKIBAT KERJA
Prinsip-Prinsip PAK
1. Hubungan antara pajanan yang spesifik dengan
penyakit.
2. Frekuensi kejadian penyakit pada populasi pekerja
lebih tinggi daripada pada masyarakat.
3. Penyakit dapat dicegah dengan melakukan tindakan
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

Diagnosis PAK dilakukan oleh Dokter


(Dokter Umum, Dokter Spesialis Okupasi dan Dokter Spesialis lain)
Penegakan Diagnosis PAK

Diagnosis penyakit akibat kerja memiliki :

1. Aspek Medik: dasar tata laksana medis dan tata laksana


penyakit akibat kerja serta membatasi kecacatan dan keparahan
penyakit.

2. Aspek Komunitas: untuk melindungi pekerja lain

3. Aspek Legal: untuk memenuhi hak pekerja


Kapan Harus Lapor?
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
Bab V :
▪ Pasal 43 ayat (1) Pemberi kerja selain penyelenggara negara wajib
melaporkan Kecelakaan Kerja atau penyakit akibat kerja yang menimpa
pekerja kepada BPJS Ketenagakerjaan dan instansi setempat yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.
▪ Pasal 43 ayat (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
laporan tahap I yang disampaikan dalam jangka waktu paling lama 2 x 24
jam sejak terjadi Kecelakaan Kerja atau sejak
didiagnosis penyakit akibat kerja dengan formulir
Kecelakaan Kerja tahap I yang telah ditetapkan.

27
Kapan Harus Lapor?
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
Bab V :
▪ Pasal 43 ayat (1) Pemberi kerja selain penyelenggara negara wajib
melaporkan Kecelakaan Kerja atau penyakit akibat kerja yang menimpa
pekerja kepada BPJS Ketenagakerjaan dan instansi setempat yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.
▪ Pasal 43 ayat (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
laporan tahap I yang disampaikan dalam jangka waktu paling lama 2 x 24
jam sejak terjadi Kecelakaan Kerja atau sejak
didiagnosis penyakit akibat kerja dengan formulir
Kecelakaan Kerja tahap I yang telah ditetapkan.

31
Kadaluarsa Manfaat Kasus
Penyakit Akibat Kerja
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
Bagian Ketiga :
Pasal 48 Hak atas manfaat JKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
apabila penyakit akibat kerja timbul dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
tahun terhitung sejak hubungan kerja berakhir.

Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2019 tentang


Perubahan Manfaat PP No 44 Tahun 2015
Hak untuk Menuntut JKK menjadi daluarsa setelah lewat lima tahun
sejak kejadian kecelakaan kerja atau setelah
lewat 5 (lima)
tahun sejak penyakit akibat kerja didiagnosis
32
Bahaya dan Risiko
di tempat kerja
Risiko adalah
Bahaya adalah sesuatu
kemungkinan bahaya
yang berpotensi merugikan
menyebabkan kerusakan
Risk Management Kesehatan Kerja di Perusahaan
1
Exposure
identification

6 2
Training & Exposure
education Assessment

5 3
• MCU
Data & Medical
recording surveillance • Biomonitoring

4
Exposure
Control
Bahaya Potensial (Hazard)
Fisika Kimia
bising, getaran, radiasi, UV, Bahan kimia:
temperature extreme debu, gas, uap,
(panas / dingin),… asap, kabut,...

Ergonomi
Biologi
Manual handling,
virus, bakteri, jamur, posisi janggal,
parasites, insects,… ergonomi kantor,..

Safety/Keamanan
Psikososial
Hub/konflik antar personal,
beban kerja,
pengembangan karir..
Terjatuh, terpleset, tertimpa
MEDICAL CHECK UP
DI PERUSAHAAN
TUJUAN MCU
• Pemenuhan Regulasi
• Melindungi kerugian pekerja, pekerja lain, perusahaan, konsumen
• Menilai kesehatan pada kelompok pekerja dengan paparan/exposure
yang sama
• Menilai insiden/ kasus baru dan trend penyakit
• Invetigasi faktor yang mungkin menyebabkan penyakit
• Monitor dan evaluasi efektifitas program pencegahan, strategi dan
perubahan kebijakan
• Dasar perencanaan memberikan pelayanan kesehatan perusahaan
Dasar Peraturan
Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
1. Undang Undang No.1 Tahun 1970, Keselamatan Kerja
2. Peraturan Pemerintah RI No. 50 tahun 2012, Penerapan Sistem Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.02/Men/1980 Tahun
1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja (“Permen 2/1980”);
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.03/Men/1982 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja (“Permen
3/1982”).
5. PP No. 88 Tahun 2019 Kesehatan Kerja
PerMen 02-1980
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja
2. Pemeriksaan kesehatan Berkala
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
BIOMONITORING

Guidelines to assist in the control of health hazards.


1. Threshold Limit Values (TLVs®) : Lingkungan
2. Biological Exposure Indices (BEIs®) :Manusia

Assess exposure and health risk to workers.


Measurement of the concentration of a chemical determinant in the
biological media of those exposed (darah, urine,pernapasan, ludah
saliva,rambut, kuku) and is an indicator of the uptake of a substance.
Tahapan Medical Check Up

1.PRAMEDICAL CHECK UP

2. MEDICAL CHECK UP

3. POST MEDICAL CHEK UP


PAKET
Terimakasih
Thank you for
your attention

www.tuv.com

LEGAL DISCLAIMER
This document remains the property of TÜV Rheinland. It is supplied in confidence solely for information purposes for the recipient. Neither this
document nor any information or data contained therein may be used for any other purposes, or duplicated or disclosed in whole or in part, to any
third party, without the prior written authorization by TÜV Rheinland. This document is not complete without a verbal explanation (presentation)
of the content.
TÜV Rheinland AG

Anda mungkin juga menyukai