Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN SEMENTARA

FARMAKOTERAPI IV

TOPIK II

DIABETES MELITUS

Di Susun Oleh :

Allefeti Sandrika (180600164)

Annisa Rahmatina (180500165)

Ayu Eka Setiawati (180500166)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ALMA ATA

YOGYAKARTA

2020
BAB I

A. Definisi
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronik dengan insidens yang meningkat di seluruh dunia.
DM adalah kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia kronik akibat gangguan
sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya, yang menurunkan kerja insulin pada jaringan target,
sehingga terjadi kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Berdasarkan penyebabnya,
DM dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu DM tipe-1, DM tipe-2, DM tipe lain, dan diabetes
dalam kehamilan atau gestasional.(Miranda,2020)
DM tipe-1 adalah berkurangnya produksi insulin secara absolut atau relatif yang mengakibatkan
meningkatnya kadar gula darah lebih atau sama dengan 200 mg/dl yang diperiksa secara acak atau 2
jam setelah makan. Penderita DM tipe-1 membutuhkan suntikan insulin secara terus menerus untuk
mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal.(Niken,2017)

B. Faktor Resiko
 Usia
 keturunan
 obesitas
 Riwayat hipertensi
 Riwayat melahirkakan bayi lebih dari 4 kg
 Gaya hidup sendentri (kurang gerak)

C. Tanda Gejala
 Haus berlebihan
 Sering buang air kecil
 Ngompol, meski sebelumnya sudah tidak mengompol
 Sangat lapar
 Penurunan berat badan yang tidak disengaja
 Mudah marah, dan perubahan suasana hati
 Lemah dan mudah lelah
 Pandangan kabur

D. Patofisiologi
Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat pada proses filtrasi yang melebihi transpor
maksimum. Keadaan ini mengakibatkan glukosa dalam darah masuk ke dalam urin (glukosuria)
sehingga terjadi diuresis osmotik yang ditandai dengan pengeluaran urin yang berlebihan (poliuria).
Banyaknya cairan yang keluar menimbulkan sensasi rasa haus (polidipsia). Glukosa yang hilang
melalui urin dan resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang akan diubah menjadi energi
sehingga menimbulkan rasa lapar yang meningkat (polifagia) sebagai kompensasi terhadap
kebutuhan energi. Penderita akan merasa mudah lelah dan mengantuk jika tidak ada kompensasi
terhadap kebutuhan energi tersebut . (Dyah ET al,2017)
E. Penentuan Diagnosa
Diagnosis DM dapat ditegakkan apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:1,3,11
1. Gejala klinis poliuria, polidipsi, nokturia, enuresis, penurunan berat badan, polifagi, dan kadar
glukosa plasma sewaktu (GDS) ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L).
2. Kadar glukosa plasma puasa (GDP) ≥126 mg/dL (7 mmol/L). Puasa adalah tidak ada asupan kalori
selama 8 jam terakhir.
3. Kadar glukosa plasma ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L) pada jam ke-2 TTGO (tes toleransi glukosa oral).
TTGO dilakukan dengan pemberian beban glukosa setara 75 g anhydrous yang dilarutkan dalam air
atau 1,75 g/kgBB dengan maksimum pemberian glukosa 75 g.
4. HbA1c (glycosylated haemoglobin)>6,5%. Penanda ini harus sesuai standar National
Glycohemoglobin Standardization Program (NSPG) pada laboratorium yang bersertifikasi dan
terstandar dengan assay Diabetes Control and Complications Trial (DCCT). (Miranda,2020)
Pada kasus-kasus yang meragukan seperti penderita yang asimtomatis dengan hiperglikemia (>200
mg/dL) harus dikonfirmasi untuk menentukan ada tidaknya diabetes. Konfirmasi dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti pemeriksaan HbA1c, kadar glukosa plasma puasa dan 2 jam
postprandial atau uji toleransi glukosa oral. Konfirmasi tidak boleh dilakukan dengan pemeriksaan
darah glukosa kapiler. Konfirmasi harus segera dilakukan dengan sampel darah yang baru. Apabila
HbA1C adalah 7% dan konfirmasi menghasilkan 6,8% maka diagnosis diabetes dapat ditegakkan.
Apabila menggunakan dua jenis pemeriksaan dan keduanya menghasilkan data yang lebih tinggi dari
standar normal maka diagnosis diabetes terbukti. Tetapi, apabila kedua pemeriksaan hasilnya tidak
sesuai maka yang diulang cukup yang menghasilkan data yang diatas standar. Diagnosis diabetes
ditentukan berdasar hasil konfirmasi tersebut.
Penilaian glukosa plasma Puasa:
• Normal: < 100 mg/dL (5.6 mmol/L)
• Gangguan glukosa plasma puasa (Impaired Fasting Glucose = IFG): 100–125 mg/dL (5.6–6.9
mmol/L)
• Diabetes: ≥ 126 mg/dL (7.0 mmol/L)

Penilaian tes toleransi glukosa oral:


• Normal: <140 mg/dL (7.8 mmol/L)
• Gangguan glukosa toleransi (Impaired Glucose Tolerance =IGT): 140– 200 mg/dL (7.8–<11.1
mmol/L)
• Diabetes: ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L)
F. Terapi
Pemberian insulin

• Tujuan terapi insulin adalah menjamin kadar insulin yang cukup di dalam tubuh selama 24
jam untuk memenuhi kebutuhan metabolisme sebagai insulin basal maupun insulin koreksi dengan
kadar yang lebih tinggi (bolus) akibat efek glikemik makanan.
• Regimen insulin sangat bersifat individual, sehingga tidak ada regimen yang seragam untuk
semua penderita DMT1. Regimen apapun yang digunakan bertujuan untuk mengikuti pola fisiologi
sekresi insulin orang normal sehingga mampu menormalkan metabolisme gula atau paling tidak
mendekati normal.
• Pemilihan regimen insulin harus memperhatikan beberapa faktor yaitu: umur, lama
menderita diabetes melitus, gaya hidup penderita (pola makan, jadwal latihan, sekolah dsb), target
kontrol metabolik, dan kebiasaan individu maupun keluarganya.
• Regimen apapun yang digunakan, insulin tidak boleh dihentikan pada keadaan sakit. Dosis
insulin disesuaikan dengan sakit penderita dan sebaiknya dikonsulkan kepada dokter.
• Bagi anak-anak sangat dianjurkan paling tidak menggunakan 2 kali injeksi insulin per hari
(campuran insulin kerja cepat/ pendek dengan insulin basal).
• Dosis insulin harian, tergantung pada: Umur, berat badan, status pubertas, lama menderita,
fase diabetes, asupan makanan, pola olahraga, aktifitas harian, hasil monitoring glukosa darah dan
HbA1c, serta ada tidaknya komorbiditas.
• Dosis insulin (empiris):
- Dosis selama fase remisi parsial, total dosis harian insulin <0,5 IU/kg/ hari.
- Prepubertas (diluar fase remisi parsial) dalam kisaran dosis 0,7–1 IU/kg/hari.
- Selama pubertas kebutuhan biasanya meningkat menjadi 1.2–2 IU/kg/hari.

Penyesuaian dosis insulin


• Penyesuaian dosis insulin bolus dapat dilakukan dengan memperhitungkan rasio insulin
bolus-karbohidrat, yaitu dengan cara memperhitungkan rasio dosis insulin bolus harian dengan total
karbohidrat harian.
• Penyesuaian dosis insulin juga dapat dilakukan dengan jalan memperhitungkan rasio
insulin-karbohidrat (menggunakan rumus 500). Angka 500 dibagi dengan dosis insulin total harian
hasilnya dinyatakan dalam gram, artinya 1 unit insulin dapat mencakup sejumlah gram karbohidrat
dalam diet penderita.
• Koreksi hiperglikemia: dapat dilakukan dengan rumus 1800 bila menggunakan insulin kerja
cepat, dan rumus 1500 bila menggunakan insulin kerja pendek. Angka 1800 atau 1500 dibagi dengan
insulin total harian hasilnya dalam mg/dL, artinya 1 unit insulin akan menurunkan kadar glukosa
darah sebesar hasil pembagian tersebut dalam mg/dL. Hasil perhitungan dosis koreksi ini bersifat
individual dan harus mempertimbangkan faktor lain misalnya latihan.
BAB II
A. Kasus
KASUS 1
A.H., seorang wanita muda berusia 19 tahun yang baru saja keluar dari rumah sakit karena dehidrasi
parah dan ketoasidosis ringan dirujuk ke Klinik Diabetes dari Layanan Kesehatan Mahasiswa
Universitas Alma Ata. Glukosa plasma puasa dan glukosa acak adalah 190 mg / dL (normal, 70-100)
dan 250 mg / dL (normal, 140 hingga <200). Kira-kira 4 minggu sebelum dia dirawat di rumah sakit,
A.H. telah pindah kuliah ke kota yang lebih dekat. Tempat kuliah yang pertama kalinya sangat jauh
dari rumah sehingga ibunya merasa khawatir jika seandainya dia sakit. Dalam riwayat anamnesa dari
petugas RS, bahwa ia memiliki gejala polydipsia, nocturia (enam kali semalam), kelelahan, dan
penurunan berat badan 5-6 kg selama periode ini, yang ia kaitkan dengan kecemasan yang terkait
dengan pindah dari universitas terdahulu ke tempat universitas yang sekarang. Dan dia berusaha
menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Riwayat medisnya untuk infeksi saluran pernapasan
atas berulang selama 6 bulan terakhir belum kambuh. Riwayat keluarganya (orang tua) negatif untuk
diabetes, dan dia tidak minum obat diabetic dan obat-obat terlarang. Pemeriksaan fisik dalam batas
normal. Beratnya 50 kg dan tingginya 160cm. Hasil laboratorium adalah sebagai berikut : FPG, 280
mg / dL (normal, <100); HbA1c, 14% (normal, 4% -6%); dan lacak keton urin yang diukur dengan
Keto-Diastix (normal, negatif). Berdasarkan riwayat dan temuan laboratoriumnya, diagnosis dugaan
adalah diabetes tipe 1.
Lakukan Analisis pada kasus di atas, tentukan masalah klinis yang ada pada kasus dan berikan solusi
pengobatan untuk pasien tersebut!

B. SOAP
1. Subyektif
Nama : Nona A.H
Umur : 19 tahun
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Riwayat penyakit : infeksi saluran pernapasan atas berulang selama 6 bulan terakhir belum
kambuh
Riwayat Keluarga : -
Riwayat Pengobatan : -
Riwayat Sosial : Seorang Mahasiswi
Keluhan : dehidrasi parah , ketoasidosis ringan,polydipsia, nocturia (enam kali semalam),
kelelahan, dan penurunan berat badan 5-6 kg selama periode ini, yang ia kaitkan dengan
kecemasan yang terkait dengan pindah dari universitas terdahulu ke tempat universitas yang
sekarang. Dan dia berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.

2. Obyektif
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
Glukosa plasma 190 mg / dL 70-100 mg/dL DM tipe 1
puasa
Glukosa Acak 250 mg / dL 140 hingga <200 mg/dL DM tipe 1
FPG 280 mg / dL <100 mg/dL Sangat Tinggi
HbA1c 14% 4% -6% Tinggi
lacak keton urin Negatif Negatif Normal
yang diukur dengan
Keto-Diastix
Berat Badan Menurun 5-6kg - Gejala DM

3. Assessment and Planning


Problem Medis DRP-s Planning Monitoring
DM tipe 1 Ada Indikasi tanpa terapi Berdasarkan Jurnal Kontrol Target
Metabolik pada Diabetes Glukosa darah sebelum
Melitus Tipe-1 Departemen makan : 60-100 mg/dL
Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas (3,6-5,6 mmol/L) .
Kedokteran Universitas Glukosa darah setelah
Sumatera Utara/RS Pendidikan makan : 80-126 mg/dL
Universitas Sumatera Utara, (4,5-7,0 mmol/L)
Medan, Indonesia Glukosa darah sebelum
tidur : 80-100 mg/dL ( 4,0
Merekomendasikan Insulin -5,6 mmol/L )
kerja Cepat yaitu Lispiro Glukosa darah malam hari
dengan Dosis 1,2 IU/Kg/Hari saat tidur :65-100 mg/dL
Sehingga untuk Nona A.H (3,6-5,76 mmol/L)
dengan BB 50 kg yaitu 60 HbA1c : <7%
IU/hari

C. KIE
1. Memberitahukan kepada pasien aturan pakai obat yaitu insulin dengan dosis 60
IU/kg/hari dengan cara pemakaian obat insulin yaitu penyuntikan dilakukan subkutan
(di bawah kulit). Lokasi penyuntikan yang disarankan adalah lengan, paha bagian
atas, dan bokong
2. Meminta kepada pasien untuk patuh dalam menggunakan insulin .
3. Meminta kepada keluarga pasien untuk membantu dalam mengatur pola makan dan
kebutuhan Nutrisi.
4. Olahraga pada DM tipe-1 dapat membantu meningkatkan perasaan ‘sehat’, membantu
menurunkan glukosa darah seperti senam aerobik sebaiknya Konsumsi cairan 250 mL
20 menit sebelum olahraga dan Konsumsi karbohidrat 1-3 jam sebe lum olahraga.
5. Memberitahukan kepada keluarga pasien agar dapat membantu pasien menyesuaikan
diri di lingkungan barunya agar tidak terlalu cemas.
6. Pasien diminta untuk menghindari Stress .
7. Pasien harus mencukupi asupan cairan agar tidak dehidrasi.
8. Meminta kepada pasien untuk rutin cek kadar gula darah 3 bulan sekali

KESIMPULAN

A.H., seorang wanita muda berusia 19 tahun yang baru saja keluar dari rumah sakit karena dehidrasi parah
dan ketoasidosis ringan dirujuk ke Klinik Diabetes dari Layanan Kesehatan Mahasiswa Universitas Alma Ata.
Glukosa plasma puasa dan glukosa acak adalah 190 mg / dL (normal, 70-100) dan 250 mg / dL (normal, 140
hingga <200). Kira-kira 4 minggu sebelum dia dirawat di rumah sakit, A.H. telah pindah kuliah ke kota yang
lebih dekat. Tempat kuliah yang pertama kalinya sangat jauh dari rumah sehingga ibunya merasa khawatir
jika seandainya dia sakit. Dalam riwayat anamnesa dari petugas RS, bahwa ia memiliki gejala polydipsia,
nocturia (enam kali semalam), kelelahan, dan penurunan berat badan 5-6 kg selama periode ini, yang ia
kaitkan dengan kecemasan yang terkait dengan pindah dari universitas terdahulu ke tempat universitas
yang sekarang. Dan dia berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Riwayat medisnya untuk
infeksi saluran pernapasan atas berulang selama 6 bulan terakhir belum kambuh. Riwayat keluarganya (orang
tua) negatif untuk diabetes, dan dia tidak minum obat diabetic dan obat-obat terlarang. Pemeriksaan fisik
dalam batas normal. Beratnya 50 kg dan tingginya 160cm. Hasil laboratorium adalah sebagai berikut : FPG,
280 mg / dL (normal, <100); HbA1c, 14% (normal, 4% -6%); dan lacak keton urin yang diukur dengan Keto-
Diastix (normal, negatif). Berdasarkan riwayat dan temuan laboratoriumnya, diagnosis dugaan adalah
diabetes tipe 1. Berdasarkan Jurnal Kontrol Metabolik pada Diabetes Melitus Tipe-1 Departemen Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RS Pendidikan Universitas Sumatera Utara,
Medan, Indonesia Merekomendasikan Insulin kerja Cepat yaitu Lispiro dengan Dosis 1,2 IU/Kg/Hari Sehingga
untuk Nona A.H dengan BB 50 kg yaitu 60 IU/hari dengan target
Glukosa darah sebelum makan : 60-100 mg/dL (3,6-5,6 mmol/L) .
Glukosa darah setelah makan : 80-126 mg/dL (4,5-7,0 mmol/L)
Glukosa darah sebelum tidur : 80-100 mg/dL ( 4,0 -5,6 mmol/L )
Glukosa darah malam hari saat tidur :65-100 mg/dL (3,6-5,76 mmol/L)
HbA1c : <7%

Dengan terapi non farmakologi

1. Memodifikasi pula hidup terutama pola makan dan kebutuhan Nutrisi.


2. Olahraga pada DM tipe-1 dapat membantu meningkatkan perasaan ‘sehat’, membantu
menurunkan glukosa darah seperti senam aerobik sebaiknya Konsumsi cairan 250 mL
20 menit sebelum olahraga dan Konsumsi karbohidrat 1-3 jam sebe lum olahraga.
3. Pasien harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dengan bantuan Keluarga dan orang-
orang sekitar nya .
4. Pasien diminta untuk menghindari stress

DAFTAR PUSTAKA

1. Miranda Adelita, Karina Sugih Arto, Melda Deliana,Kontrol Metabolik pada Diabetes Melitus Tipe-
1,2020.
2. Niken Prita Yati Bambang Tridjaja A.A.P.Diagnosis dan Tata LaksanaDiabetes Melitus Tipe-1
pada Anak dan Remaja,PANDUAN PRAKTIK KLINIS IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
3. Dyah Widodo, Ekowati Retnaningtyas, Ibnu Fajar,FAKTOR RISIKO TIMBULNYA DIABETES MELLITUS
PADA REMAJA SMU,Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen no. 77c Kota Malang 65112

Anda mungkin juga menyukai