Resmi - P2 - Diabetes Mellitus - Gol 3 - Kelompok D
Resmi - P2 - Diabetes Mellitus - Gol 3 - Kelompok D
FARMAKOTERAPI IV
TOPIK II
DIABETES MELITUS
Di Susun Oleh :
YOGYAKARTA
2020
BAB I
A. Definisi
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronik dengan insidens yang meningkat di seluruh dunia.
DM adalah kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia kronik akibat gangguan
sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya, yang menurunkan kerja insulin pada jaringan target,
sehingga terjadi kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Berdasarkan penyebabnya,
DM dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu DM tipe-1, DM tipe-2, DM tipe lain, dan diabetes
dalam kehamilan atau gestasional.(Miranda,2020)
DM tipe-1 adalah berkurangnya produksi insulin secara absolut atau relatif yang mengakibatkan
meningkatnya kadar gula darah lebih atau sama dengan 200 mg/dl yang diperiksa secara acak atau 2
jam setelah makan. Penderita DM tipe-1 membutuhkan suntikan insulin secara terus menerus untuk
mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal.(Niken,2017)
B. Faktor Resiko
Usia
keturunan
obesitas
Riwayat hipertensi
Riwayat melahirkakan bayi lebih dari 4 kg
Gaya hidup sendentri (kurang gerak)
C. Tanda Gejala
Haus berlebihan
Sering buang air kecil
Ngompol, meski sebelumnya sudah tidak mengompol
Sangat lapar
Penurunan berat badan yang tidak disengaja
Mudah marah, dan perubahan suasana hati
Lemah dan mudah lelah
Pandangan kabur
D. Patofisiologi
Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat pada proses filtrasi yang melebihi transpor
maksimum. Keadaan ini mengakibatkan glukosa dalam darah masuk ke dalam urin (glukosuria)
sehingga terjadi diuresis osmotik yang ditandai dengan pengeluaran urin yang berlebihan (poliuria).
Banyaknya cairan yang keluar menimbulkan sensasi rasa haus (polidipsia). Glukosa yang hilang
melalui urin dan resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang akan diubah menjadi energi
sehingga menimbulkan rasa lapar yang meningkat (polifagia) sebagai kompensasi terhadap
kebutuhan energi. Penderita akan merasa mudah lelah dan mengantuk jika tidak ada kompensasi
terhadap kebutuhan energi tersebut . (Dyah ET al,2017)
E. Penentuan Diagnosa
Diagnosis DM dapat ditegakkan apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
1. Gejala klinis poliuria, polidipsi, nokturia, enuresis, penurunan berat badan, polifagi, dan kadar
glukosa plasma sewaktu (GDS) ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L).
2. Kadar glukosa plasma puasa (GDP) ≥126 mg/dL (7 mmol/L). Puasa adalah tidak ada asupan kalori
selama 8 jam terakhir.
3. Kadar glukosa plasma ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L) pada jam ke-2 TTGO (tes toleransi glukosa oral).
TTGO dilakukan dengan pemberian beban glukosa setara 75 g anhydrous yang dilarutkan dalam air
atau 1,75 g/kgBB dengan maksimum pemberian glukosa 75 g.
4. HbA1c (glycosylated haemoglobin)>6,5%. Penanda ini harus sesuai standar National
Glycohemoglobin Standardization Program (NSPG) pada laboratorium yang bersertifikasi dan
terstandar dengan assay Diabetes Control and Complications Trial (DCCT). (Miranda,2020)
Pada kasus-kasus yang meragukan seperti penderita yang asimtomatis dengan hiperglikemia (>200
mg/dL) harus dikonfirmasi untuk menentukan ada tidaknya diabetes. Konfirmasi dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti pemeriksaan HbA1c, kadar glukosa plasma puasa dan 2 jam
postprandial atau uji toleransi glukosa oral. Konfirmasi tidak boleh dilakukan dengan pemeriksaan
darah glukosa kapiler. Konfirmasi harus segera dilakukan dengan sampel darah yang baru. Apabila
HbA1C adalah 7% dan konfirmasi menghasilkan 6,8% maka diagnosis diabetes dapat ditegakkan.
Apabila menggunakan dua jenis pemeriksaan dan keduanya menghasilkan data yang lebih tinggi dari
standar normal maka diagnosis diabetes terbukti. Tetapi, apabila kedua pemeriksaan hasilnya tidak
sesuai maka yang diulang cukup yang menghasilkan data yang diatas standar. Diagnosis diabetes
ditentukan berdasar hasil konfirmasi tersebut.
Penilaian glukosa plasma Puasa:
• Normal: < 100 mg/dL (5.6 mmol/L)
• Gangguan glukosa plasma puasa (Impaired Fasting Glucose = IFG): 100–125 mg/dL (5.6–6.9
mmol/L)
• Diabetes: ≥ 126 mg/dL (7.0 mmol/L)
• Tujuan terapi insulin adalah menjamin kadar insulin yang cukup di dalam tubuh selama 24
jam untuk memenuhi kebutuhan metabolisme sebagai insulin basal maupun insulin koreksi dengan
kadar yang lebih tinggi (bolus) akibat efek glikemik makanan.
• Regimen insulin sangat bersifat individual, sehingga tidak ada regimen yang seragam untuk
semua penderita DMT1. Regimen apapun yang digunakan bertujuan untuk mengikuti pola fisiologi
sekresi insulin orang normal sehingga mampu menormalkan metabolisme gula atau paling tidak
mendekati normal.
• Pemilihan regimen insulin harus memperhatikan beberapa faktor yaitu: umur, lama
menderita diabetes melitus, gaya hidup penderita (pola makan, jadwal latihan, sekolah dsb), target
kontrol metabolik, dan kebiasaan individu maupun keluarganya.
• Regimen apapun yang digunakan, insulin tidak boleh dihentikan pada keadaan sakit. Dosis
insulin disesuaikan dengan sakit penderita dan sebaiknya dikonsulkan kepada dokter.
• Bagi anak-anak sangat dianjurkan paling tidak menggunakan 2 kali injeksi insulin per hari
(campuran insulin kerja cepat/ pendek dengan insulin basal).
• Dosis insulin harian, tergantung pada: Umur, berat badan, status pubertas, lama menderita,
fase diabetes, asupan makanan, pola olahraga, aktifitas harian, hasil monitoring glukosa darah dan
HbA1c, serta ada tidaknya komorbiditas.
• Dosis insulin (empiris):
- Dosis selama fase remisi parsial, total dosis harian insulin <0,5 IU/kg/ hari.
- Prepubertas (diluar fase remisi parsial) dalam kisaran dosis 0,7–1 IU/kg/hari.
- Selama pubertas kebutuhan biasanya meningkat menjadi 1.2–2 IU/kg/hari.
B. SOAP
1. Subyektif
Nama : Nona A.H
Umur : 19 tahun
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Riwayat penyakit : infeksi saluran pernapasan atas berulang selama 6 bulan terakhir belum
kambuh
Riwayat Keluarga : -
Riwayat Pengobatan : -
Riwayat Sosial : Seorang Mahasiswi
Keluhan : dehidrasi parah , ketoasidosis ringan,polydipsia, nocturia (enam kali semalam),
kelelahan, dan penurunan berat badan 5-6 kg selama periode ini, yang ia kaitkan dengan
kecemasan yang terkait dengan pindah dari universitas terdahulu ke tempat universitas yang
sekarang. Dan dia berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.
2. Obyektif
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
Glukosa plasma 190 mg / dL 70-100 mg/dL DM tipe 1
puasa
Glukosa Acak 250 mg / dL 140 hingga <200 mg/dL DM tipe 1
FPG 280 mg / dL <100 mg/dL Sangat Tinggi
HbA1c 14% 4% -6% Tinggi
lacak keton urin Negatif Negatif Normal
yang diukur dengan
Keto-Diastix
Berat Badan Menurun 5-6kg - Gejala DM
C. KIE
1. Memberitahukan kepada pasien aturan pakai obat yaitu insulin dengan dosis 60
IU/kg/hari dengan cara pemakaian obat insulin yaitu penyuntikan dilakukan subkutan
(di bawah kulit). Lokasi penyuntikan yang disarankan adalah lengan, paha bagian
atas, dan bokong
2. Meminta kepada pasien untuk patuh dalam menggunakan insulin .
3. Meminta kepada keluarga pasien untuk membantu dalam mengatur pola makan dan
kebutuhan Nutrisi.
4. Olahraga pada DM tipe-1 dapat membantu meningkatkan perasaan ‘sehat’, membantu
menurunkan glukosa darah seperti senam aerobik sebaiknya Konsumsi cairan 250 mL
20 menit sebelum olahraga dan Konsumsi karbohidrat 1-3 jam sebe lum olahraga.
5. Memberitahukan kepada keluarga pasien agar dapat membantu pasien menyesuaikan
diri di lingkungan barunya agar tidak terlalu cemas.
6. Pasien diminta untuk menghindari Stress .
7. Pasien harus mencukupi asupan cairan agar tidak dehidrasi.
8. Meminta kepada pasien untuk rutin cek kadar gula darah 3 bulan sekali
KESIMPULAN
A.H., seorang wanita muda berusia 19 tahun yang baru saja keluar dari rumah sakit karena dehidrasi parah
dan ketoasidosis ringan dirujuk ke Klinik Diabetes dari Layanan Kesehatan Mahasiswa Universitas Alma Ata.
Glukosa plasma puasa dan glukosa acak adalah 190 mg / dL (normal, 70-100) dan 250 mg / dL (normal, 140
hingga <200). Kira-kira 4 minggu sebelum dia dirawat di rumah sakit, A.H. telah pindah kuliah ke kota yang
lebih dekat. Tempat kuliah yang pertama kalinya sangat jauh dari rumah sehingga ibunya merasa khawatir
jika seandainya dia sakit. Dalam riwayat anamnesa dari petugas RS, bahwa ia memiliki gejala polydipsia,
nocturia (enam kali semalam), kelelahan, dan penurunan berat badan 5-6 kg selama periode ini, yang ia
kaitkan dengan kecemasan yang terkait dengan pindah dari universitas terdahulu ke tempat universitas
yang sekarang. Dan dia berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Riwayat medisnya untuk
infeksi saluran pernapasan atas berulang selama 6 bulan terakhir belum kambuh. Riwayat keluarganya (orang
tua) negatif untuk diabetes, dan dia tidak minum obat diabetic dan obat-obat terlarang. Pemeriksaan fisik
dalam batas normal. Beratnya 50 kg dan tingginya 160cm. Hasil laboratorium adalah sebagai berikut : FPG,
280 mg / dL (normal, <100); HbA1c, 14% (normal, 4% -6%); dan lacak keton urin yang diukur dengan Keto-
Diastix (normal, negatif). Berdasarkan riwayat dan temuan laboratoriumnya, diagnosis dugaan adalah
diabetes tipe 1. Berdasarkan Jurnal Kontrol Metabolik pada Diabetes Melitus Tipe-1 Departemen Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RS Pendidikan Universitas Sumatera Utara,
Medan, Indonesia Merekomendasikan Insulin kerja Cepat yaitu Lispiro dengan Dosis 1,2 IU/Kg/Hari Sehingga
untuk Nona A.H dengan BB 50 kg yaitu 60 IU/hari dengan target
Glukosa darah sebelum makan : 60-100 mg/dL (3,6-5,6 mmol/L) .
Glukosa darah setelah makan : 80-126 mg/dL (4,5-7,0 mmol/L)
Glukosa darah sebelum tidur : 80-100 mg/dL ( 4,0 -5,6 mmol/L )
Glukosa darah malam hari saat tidur :65-100 mg/dL (3,6-5,76 mmol/L)
HbA1c : <7%
DAFTAR PUSTAKA
1. Miranda Adelita, Karina Sugih Arto, Melda Deliana,Kontrol Metabolik pada Diabetes Melitus Tipe-
1,2020.
2. Niken Prita Yati Bambang Tridjaja A.A.P.Diagnosis dan Tata LaksanaDiabetes Melitus Tipe-1
pada Anak dan Remaja,PANDUAN PRAKTIK KLINIS IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
3. Dyah Widodo, Ekowati Retnaningtyas, Ibnu Fajar,FAKTOR RISIKO TIMBULNYA DIABETES MELLITUS
PADA REMAJA SMU,Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen no. 77c Kota Malang 65112
4. Mohsen S. Eledrisi, Abdel-Naser Elzouki,2020 Management of Diabetic Ketoacidosis in Adults: A
Narrative Review 8:3:173:2020.
Diskusi
Pertanyaan
Apalasan kelompok D memilih insulin kerja cepat dari pada insulin yang lainnya ?
Jawab
Karena insulin kerja cepat jadi efek yg di berikan itu juga cepat untuk mengatasi kenaikan gula
darahnya .
Berikut cara kerja insulin kerja cepat .
2. Ury Arfiana (180500160)
Pertanyaan
Apakah untuk dehidrasi pasien tidak diberikan terapi sedangkan dalam kasus pasien mengalami
dehidrasi berat .
Jawab
Alasan mengapa dehidrasi nya tidak di berikan terapi di karenakan dehidrasi nya merupakan suatu
tanda dan gejala diabetes jadi hanya di edukasi untuk memenuhi kebutuhan cairannya dengan cara
banyak minum air putih. Dehidrasi merupakan gejala dari DM sehingga jika DM terobati maka
dehidrasi akan membaik .