Anda di halaman 1dari 17

TRANSAKSI PERTANAHAN

Guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Politik Hukum Agraria

Dosen pengampu: Akhmad Hudri, M.H

Oleh:

Kelompok 2

Isma Khusnal Fadilah 322.210.015

Sulus Sailail 322.210.024

Fitriya Dewi 322.210.012

Ayuni Maulidina 322.210.005

PRODI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR BANTEN

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas

segala limpahan nikmat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul Transaksi Pertanahan ini tepat pada waktunya. Shalawat

beserta salam tak lupa selalu kita curahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad

SAW beserta para sahabatnya yang telah menuntun kita dari jaman jahiliyah hingga

jaman yang terang benderang seperti sekarang ini.

Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat atas

pembuatan makalah ini, terutama buat kedua orang tua yang selalu memberikan

motifasi yang sangat luar biasa yang bisa membuat saya lebih giat untuk belajar, dan

kepada dosen – dosen terutama yang terhormat Bapak Akhmad Hudri, M.H yang

telah memberikan begitu banyak pelajaran dalam mata kuliah “Politik Hukum

Agraria” ini.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu

tugas mata kuliah Politik Hukum Agraria. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan

dalam pengetahuan dan kemampuan. Penulis sangat berharap makalah ini

bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Kritik dan

saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini dengan senang

hati penulis akan terima.

Malingping, 9 Desember 2022

ii
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................................2

D. Manfaat...........................................................................................................................3

BAB II.......................................................................................................................................4

PEMBAHASAN.......................................................................................................................4

A. Pengertian Jual Beli.........................................................................................................4

B. Hibah...............................................................................................................................5

C. Wakaf..............................................................................................................................7

D. Sewa................................................................................................................................8

E. Pinjam.............................................................................................................................8

F. Wasiat..............................................................................................................................9

G. Jaminan.........................................................................................................................10

BAB III....................................................................................................................................12

iii
PENUTUP...............................................................................................................................12

A. Kesimpulan...................................................................................................................12

B. Saran..............................................................................................................................12

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transaksi jual beli adalah salah satu kegiatan yang paling sering terjadi di

Masyarakat. Kebutuhan hidup yang semakin meningkat dan jumlah masyarakat yang

juga semakin banyak, membuat transaksi jual beli semakin meningkat dan semakin

mendesak dari tahun ke tahun. Kegiatan jual beli akan terlaksana apabila terjadi

kesepakatan antara kedua belah pihak.

Dalam Pasal 1457 KUHPerdata jual beli adalah suatu persetujuan dengan

mana pihak yang satu mengikat dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak

yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan. Bahwa untuk dianggap sah suatu

persetujuan jual beli maka para pihak yang mengikat dirinya wajib memenuhi syarat

sah, yaitu :

1. Kesepakatan mereka yang mengikat dirinya

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

3. Suatu pokok persoalan tertentu; dan

4. Suatu sebab yang tidak dilarang.

Dua syarat yang pertama merupakan syarat yang menyangkut subyeknya

(syarat subyektif) sedangakan dua syarat terakhir adalah mengenal obyeknya (syarat

obyektif). Suatu perjanjian yang mengandung cacat pada subyeknya tidak selalu

menjadikan perjanjian tersebut menjadi 2 batal dengan sendirinya, tetapi seringkali

hanya memberikan kemungkinan untuk dibatalkan, sedangkan perjanjian yang cacat

dalam segi obyeknya adalah batal demi hukum.

1
Dalam jual – beli ada dua subyek, yaitu penjual dan pembeli, yang masing –

masing mempunyai berbagai kewajiban dan berbagai hak. Maka masing – masing

dalam beberapa hal tersebut merupakan pihak yang berkewajiban dan dalam hal lain

merupakan pihak yang berhak. Ini berhubungan dengan sifat timbal balik dari

perjanjian jual – beli.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan jual beli?

2. Apa yang dimaksud dengan hibah?

3. Apa yang dimaksud dengan wakaf?

4. Apa yang dimaksud dengan sewa?

5. Apa yang dimaksud dengan pinjam?

6. Apa yang dimaksud dengan wasiat?

7. Apa yang dimaksud dengan jaminan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu jual beli.

2. Untuk mengetahui apa itu hibah.

3. Untuk mengetahui apa itu wakaf.

4. Untuk mengetahui apa itu sewa.

5. Untuk mengetahui apa itu pinjam

6. Untuk mengetahui apa itu wasiat.

7. Untuk mengetahui apa itu jaminan.

2
D. Manfaat

1. Bagi pembaca

a) Pembaca memperoleh pengetahuan tentang transaksi pertanahan.

b) Menambahan wawasan dan pemahaman seputar transaksi pertanahan

di Indonesia.

c) Pembaca dapat menjadikan makalah ini sebagai sumber referensi dan

informasi.

2. Bagi penulis

a) Penulis memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang transaksi

pertanahan.

b) Sebagai pengalaman pada proses perkuliahan.

c) Untuk memenuhi tugas yang telah diberikan dosen mata kuliah Politik

Hukum Agraria.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jual Beli

Transaksi jual beli adalah salah satu kegiatan yang paling sering terjadi di

Masyarakat. Kebutuhan hidup yang semakin meningkat dan jumlah masyarakat yang

juga semakin banyak, membuat transaksi jual beli semakin meningkat dan semakin

mendesak dari tahun ke tahun. Kegiatan jual beli akan terlaksana apabila terjadi

kesepakatan antara kedua belah pihak. Secara bahasa, al ba’i (jual beli) berarti

pertukaran sesuatu dengan sesuatu. Secara istilah, menurut madzhab Hanafiyah, jual

beli adalah pertukaran harta (mal) dengan harta dengan menggunakan cara tertentu.

Pertukaran harta dengan harta disini, diartikan harta yang memiliki manfaat

serta terdapat kecenderungan manusia untuk menggunakannya, cara tertentu yang

dimaksud adalah sighat atau ungkapan atau ijab dan qabul. Setiap orang mendapatkan

rezeki atau kemudahan yang berbeda beda. Dan apabila sudah menjadi milik orang,

maka itu tidak boleh direbut atau diambil kecuali dengan transaksi yang dibenarkan

syari'at. Khususnya yang terkait dengan pengelolaan dana (harta).

Akad atau transaksi itu sangat penting. Karena transaksi inilah yang

mengatur hubungan antara dua belah pihak yang melakukan transaksi sejak akad

dimulai sampai masa berlakunya habis. Dan jual beli juga merupakan akad yang

umum digunakan oleh

masyarakat untuk melakukan transaksi, karena dalam setiap pemenuhan

kebutuhannya, masyarakat tidak bisa berpaling atau meninggalkan akad, yang dimana

untuk mendapatkan makanan dan minuman.

4
Misalnya, terkadang ia tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan itu dengan

sendirinya, tapi akan membutuhkan dan berhubungan dengan orang lain, sehingga

kemungkinan besar akan terbentuk akad jual-beli. Sehingga jika ada orang yang

mengikat dirinya dengan transaksi yang harus dilaksanakan saat itu juga atau

beberapa waktu berikutnya. Namun belum diketahui secara pasti bagaimana

pemikiran untuk mengadakan transaksi itu muncul dan faktor dominan yang melatar

belakangi mereka untuk melakukan transaksi yang pasti.

Dan perniagaan merupakan perantaraan ekonomi Islam yang paling menonjol

karena meliputi berbagai aktivitas bisnis lainnya, diantara perubahan atau sewa

menyewa barang dan jasa (ijarah), kerja sama usaha manusia (syarikat), dan peranata

ekonomi lain yang merupakan bentuk usaha manusia dalam mencari nafkah. Untuk

menjamin keselarasan dan keharmonisan di dunia perdagangan, dibutuhkan kaidah,

patokan, atau

norma yang mengatur hubungan manusia dalam perniagaan.

B. Hibah

Hibah adalah hadiah untuk seseorang yang masih hidup. Definisi lainnya

hibah adalah pemberian secara sukarela untuk orang lain. Menurut Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (KUHP) Pasal 1666, hibah adalah suatu perjanjian dengan

mana si penghibah, di waktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat

ditarik kembali menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si penerima hibah yang

menerima penyerahan itu.

Sedangkan dikutip dari KBBI, pengertian hibah adalah pemberian (sukarela)

dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada orang lain. Dalam pemberian hibah, ada

5
yang namanya dana hibah. Dana hibah adalah sebuah pemberian untuk orang lain

dalam bentuk uang, barang, atau jasa.

1. Manfaat Hibah

Banyak manfaat hibah yang bisa dirasakan terutama dari sisi penerima, salah

satunya yaitu yaitu penerima akan merasakan kebahagiaan. Selain itu,

memberikan hibah kepada orang lain juga dapat mempererat hubungan satu sama

lain.

Apalagi jika pemberi hibah memberikan hibah tanah, di mana hal tersebut

sangat berguna bagi masyarakat yang nanti akan menggunakannya. Hibah tanah

bisa dijadikan kepentingan sosial, seperti yayasan, sekolah, rumah ibadah, hingga

tempat umum.

Biasanya, hibah dapat dilakukan tanpa adanya ikatan pernikahan atau

hubungan darah. Hibah juga sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti

dalam urusan kenegaraan, pendidikan, sosial, hingga agama

2. Macam-Macam Hibah

Adapun macam-macam hibah adalah sebagai berikut.

1. Hibah Barang

Hibah barang adalah ketika pemberi memberikan harta maupun barang yang

memiliki manfaat atau nilai kepada penerima dengan tanpa tendensi harapan

apapun. Contohnya, seseorang menghibahkan sepeda motor, mobil, pakaian, dan

sebagainya.

2. Hibah Manfaat

Selanjutnya, hibah manfaat adalah ketika pemberi hibah memberikan harta atau

barang kepada penerima, namun barang tersebut masih menjadi milik si pemberi.

6
Dengan harapan, barang yang diberikan akan dimanfaatkan oleh penerima. Dalam

hal ini, penerima hanya memiliki hak guna atau hak pakai saja.

C. Wakaf

Pengertian Wakaf sendiri merupakan istilah dari bahasa Arab ‘waqaf’. istilah

wakaf secara bahasa berarti penahanan atau larangan atau menyebabkan sesuatu

berhenti. Istilah wakaf secara istilah diartikan berbeda-beda menurut pandangan ahli

fiqih. Menurut Abu hanifah, pengertian wakaf adalah menahan suatu benda sesuai

hukum yang ada, dan menggunakan manfaatnya untuk hal-hal kebaikan, bahkan harta

yang sudah diwakafkan bisa ditarik kembali oleh si pemberi wakaf. Berdasarkan

definisi Abu hanifah, kepemilikan harta tidak lepas dari si wakif, pihak yang

mewakafkan harta benda nya.

Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 41 tahun 2004, wakaf adalah

perbuatan hukum wakif, si pemberi wakaf, untuk memisahkan dan/atau menyerahkan

sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka

waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna untuk keperluan ibadah dan/atau

kesejahteraan umum menurut syariah. Secara umum wakaf harus memenuhi beberapa

hal utama yaitu yang memberikan wakaf dan pengelola harta wakaf harus

mengalokasikan untuk amal kebaikan.

 Jenis-Jenis Wakaf

Wakaf memiliki banyak jenisnya. Berikut adalah jenis-jenis wakaf

1. Wakaf Ahli

2. Wakaf Khairi

3. Wakaf Musytarak

4. Wakaf benda tidak bergerak

7
5. Wakaf benda bergerak selain uang

D. Sewa

Pada awalnya sewa lebih dikenal dengan istilah leasing, leasing itu sendiri

berasal dari kata lease yang berarti sewa atau yang lebih umum diartikan sebagai sewa

– menyewa. Sewa menyewa merupakan suatu perjanjian dimana lessor memberikan

hak kepada lessee untuk menggunakan suatu asset selama periode waktu yang telah

disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian

pembayaran kepada lessor (IAI:2009).

Dari definisi tersebut memberikan pengertian yaitu perjanjian yang dibuat

oleh kedua belah pihak yaitu lessor (pihak yang menyewakan) dan lessee (pihak yang

menyewa) dimana dalam perjanjian tersebut pihak lessor memberikan atau

mengalihkan hak guna atau hak pakai atas Aset yang dimilikinya baik itu berupa

tanah, kendaraan, peralatan maupun Aset lainya yang dapat disusutkan selama

beberapa periode tertentu kepada pihak lessee. Sebagai balas jasa kepada pihak lessor

dari hak pakai terhadap Aset tersebut, lessee dituntut untuk membayar sejumlah uang

sewa atau kompensasi sesuai dengan perjanjian yang dibuat diantara kedua belah

pihak. Demikian juga dengan lamanya perjanjian tergantung kepada perjanjian yang

dibuat oleh lessor dan lessee bervariasi sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

Sewa juga dapat di definisikan sebagai suatu kontrak antara lessor (pemilik

barang modal) dengan lessee (pemakai barang modal). Lessor memberikan hak

kepada lessee untuk menggunakan barang modal selama jangka waktu tertentu

dengan suatu imbalan berkala dari lessee yang besarnya tergantung dari perjanjian

antara lessor dengan lessee. Lessee dapat diberikan hak opsi (operation right) untuk

membeli barang modal tersebut pada akhir masa kontrak.

8
E. Pinjam

Dalam dunia perbankan, pinjaman seringkali disebut juga dengan kredit.

Secara umum, arti pinjaman adalah sejumlah dana yang diberikan dengan jaminan

atau tanpa jaminan dan berstatus sebagai hutang, dimana orang tersebut wajib

mengembalikannya dengan atau tanpa bunga dalam jangka waktu tertentu.

Dalam Undang-undang No.10 Tahun 1998 juga disebutkan pengertian dari

pinjaman. Didalamnya tertulis, kredit atau pinjaman adalah suatu penyediaan uang

atau yang bisa disamakan dengan tagihan, berdasarkan kesepakatan atau persetujuan

pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain, dimana pihak peminjam wajib

membayarkan hutangnya secara lunas selama jangka waktu yang ditetapkan dengan

pemberian bunga.

F. Wasiat

Wasiat adalah berpesan tentang suatu kebaikan yang akan dijalankan sesudah

orang meninggal dunia. Wasiat berasal dari kata washa yang berarti menyampaikan

atau memberi pesan atau pengampuan. Dengan arti kata lain, wasiat adalah harta yang

diberikan oleh pemiliknya kepada orang lain setelah si pemberi meninggal dunia.

Wasiat juga diartikan menjadikan harta untuk orang lain. Arti kata washa

merupakan bentuk jamak dari kata washiyyah, mencakup wasiat harta, sedang iishaa’,

wishayaa dan washiyyah dalam istilah ulama fiqih diartikan kepemilikkan yang

disandarkan kepada keadaan atau masa setelah kematian seseorang dengan cara

tabbaru’ atau hibah, baik sesuatu yang akan dimiliki tersebut berupa benda berwujud

9
atau hanya sebuah nilai guna barang. Wasiat berbeda dengan hibah yang merupakan

tabbaru’ atau pemberian kepemilikkan tanpa ganti, karena wasiat dilaksanakan setelah

kematian sedang hibah dilaksanakan semasa hidup. Definisi ini juga mencakup

pembebasan hutang karena pembebasan hutang adalah memberikan kepemilikkan

piutang kepada orang yang berhutang.

G. Jaminan

Jaminan adalah suatu perikatan antara kreditur dengan debitur, dimana

debitur memperjanjikan sejumlah hartanya untuk pelunasan utang menurut ketentuan

perundang-undangan yang berlaku apabila dalam waktu yang ditentukan terjadi

kemacetan pembayaran utang si debitur.

Jaminan adalah aset pihak peminjaman yang dijanjikan kepada pemberi

pinjaman jika peminjam tidak dapat mengembalikan pinjaman tersebut. jaminan

merupakan salah satu unsur dalam analisis pembiayaan. Oleh karena itu, barang-

barang yang diserahkan nasabah harus dinilai pada saat dilaksanakan analisis

pembiayaan dan harus berhati-hati dalam menilai barang-barang tersebut karena harga

yang dicantumkan oleh nasabah tidak selalu menunjukkan harga yang sesungguhnya

(harga pasar pada saat itu). Dengan kata lain, nasabah kadangkadang menaksir

barang-barang yang digunakannya diatas harga yang sesungguhnya.

Penilaian yang terlalu tinggi bisa berakibat lembaga keuangan berada pada

posisi yang lemah.jika likuiditas/penjualan barang agunan tidak dapat dihindarkan,

keadaan tersebut dapat membawa lembaga keuangan kepada kerugian karena hasil

penjualan agunan biasanya akan lebih rendah dari pada harga semula maupun harga

pasar pada saat agunan akan dijual sehingga tidak dapat menutupi kewajiban nasabah

lembaga keuangan.

10
 Kegunaan jaminan adalah untuk:

a. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapat pelunasan

dari agunan apabila debitur melakukan janji, yaitu untuk membayar

Kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

b. Menjamin agar debitur berperan serta dalam transaksi untuk membiayai

usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau

proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat

dicegah atau sekurangkurangnya untuk berbuat demikian dapat diperkecil.

c. Memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi janjinya

khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat

yang telah disetujuhi agar debitur dan atau pihak ketiga yang ikut

menjamin tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Transaksi jual beli adalah salah satu kegiatan yang paling sering terjadi di

Masyarakat. Kebutuhan hidup yang semakin meningkat dan jumlah masyarakat

yang juga semakin banyak, membuat transaksi jual beli semakin meningkat dan

semakin mendesak dari tahun ke tahun. Kegiatan jual beli akan terlaksana apabila

terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak. Adapun transaksi pertanahan

meliputi jual beli, hibah, wakaf, sewa, pinjam, wasiat, dan jaminan.

B. Saran

Untuk pihak sebagai penjual tanah, diharapkan untuk selalu mengedepankan

prinsip kejujuran terkait obyek tanah yang akan diperjualbelikan. Selain itu

memenuhi persyaratan-persyaratan dalam melakukan jual-beli tanah yang baik

dan benar. Tidak boleh ada sesuatu hal yang disembunyikan, misalnya terkait

dengan status tanah tersebut harus benar-benar tanah yang sedang tidak dalam

sengketa. Sertifikat atas tanah tersebut juga harus asli. Selanjutnya, pihak penjual

wajib membayar dan melunasi pajak-pajak tertanggung.

Untuk pihak sebagai pembeli tanah, diharapkan dalam melakukan perjanjian

jual-beli harus berpegang prinsip pada asas itikad baik. Pihak pembeli juga harus

memenuhi syarat-syarat yang diperlukan dalam melakukan jual-beli tanah sampai

12
dengan proses balik nama. Dengan demikian, apabila semua syarat tersebut

terpenuhi, maka proses jual-beli tanah sampai dengan proses balik nama sertifikat

dapat berjalan lancar tanpa hambatan apapun.

13

Anda mungkin juga menyukai