Anda di halaman 1dari 3

HUKUM MENYEWAKAN KENDARAAN

PERTANYAAN:
Octaviani Uswah
Assalamualaikum……
Curhat Ustadz….. Saya biasa menyewakan kendaraan seperti mobil, motor dan
lain sebagainya. Pada suatu hari datang ke tempat saya se seorng yg tdk saya
kenal sebelumnya, dan menyewa mobil, nmn menurut sebagian temen’’ saya,
orng yg sewa mobil sama saya tadi, sering kali kl nyewa kendaraan , BIASANYA
di pake untuk sesuatu yg di larang oleh syare`at. Setelah mendengar keterangan
dr temen saya tadi, saya menjadi khawatir, jangan’’ dia nyewa mobil saya tadi, di
pergunakan untuk urusan ma`siat.
PERTANYAAN
1- Bagaimana Hukum sewa menyewa tersebut..?
2- Bagaimana hasil (uang sewa menyewa ) tersebut…?
3- Bagaimana hokum akad sewa menyewa tersebut..?
Atas jawabanya , saya ucapkan Terima Kasih. Saya mohon jawabanya di sertai
dg dalil \ ibarot kitabnya. Wassalamu Alaikum.
JAWABAN:
Gus Zein
Wa'alaikum salaam
‫ فإن علم أو ظّن أن آخذه يستعمله في مباح كأخذ الحرير لمن‬، ‫ كل معاملة كبيع وهبة ونذر وصدقة لشيء يستعمل في مباح وغيره‬: )‫ ي‬: ‫مسألة‬
، ‫ واألفيون والحشيشة للدواء والرفق حلت هذه المعاملة بال كراهة‬، ‫ والسالح للجهاد والذب عن النفس‬، ‫ والعبد للخدمة‬، ‫ والعنب لألكل‬، ‫يحل له‬
‫ واألفيون والحشيشة‬، ‫ والسالح لقطع الطريق والظلم‬، ‫ والرقيق للفاحشة‬، ‫ ونحو العنب للسكر‬، ‫وإن ظن أنه يستعمله في حرام كالحرير للبالغ‬
‫ لكن المأخوذ في مسألة الحرمة‬، ‫ وتصّح المعاملة في الثالث‬، ‫ وإن شّك وال قرينة كرهت‬، ‫وجوزة الطيب الستعمال المخِّذ ر حرمت هذه المعاملة‬
‫ ونحو‬، ‫ ويصح ألنه مال كبيع السيف‬، ‫ يحرم بيع التنباك ممن يشربه أو يسقيه غيره‬: )‫ ب‬: ‫ وفي مسألة الكراهة أخف (مسألة‬، ‫شبهته قوية‬
‫ فينبغي لكل متدين أن يجتنب االتجار‬، ‫ والعنب ممن يتخذه خمرًا ولو ظنًا‬، ‫ واألمرد لمن عرف بالفجور‬، ‫الرصاص والبارود من قاطع الطريق‬
126 :‫ ص‬.‫ اه بغية المسترشدين‬.‫ ويكره ثمنه كراهة شديدة‬، ‫في ذلك‬
Maaf langsung saya simpulkan ibarot di atas, Memang jawabanya hrs di tafsil.
1- Misalkan menyewakan mobil atao motor kepada se seorang yg di khawatirkan
akan di pergunakan untuk keperluan yg di larang oleh syare`at, maka akad sewa
menyewanyaSYAH. ADAPUN hukumnya MAKRUH. Dan hasilnya SYUBHAT NMN
agak ringan.
2- Misalkn Menyewakan mobil atao motor kepada se orang yg di di yakini (sudah
yakin\ ada persangkaan yg kuat yg bersandarkan atas qorinah) bahwa mobil\
motor tersebut akan di pake untuk kepentingan yg di larang oleh Agama, maka
akad sewa mnyewanya SYAH. Hukum sewa menyewanya HARAM. Dan Hasilnya
SYUBHAT yg lebih berat ke shubhatanya dry g pertama.
3- Misalkn Menyewakan mobil atao motor kepada se orang yg di yakini atao
adanya perasangka kuat yg berdasarkan pada qorinah, bahwa mobil atao motor
tersebut akan di pergunakan untuk keperluan yg HALAL, maka akad sewa
menyewanyaSYAH. Hukumnya BOLEH. Dan hasilnya HALAL MURNI BIN ASLI.
BIN TDK ADA CAMPURANYA
Saya bergabung dengan grup medsos yang mengajarkan untuk memasarkan dan
menjual properti. Admin di grup tersebut menyebarkan informasi aset properti yang
akan dijual beserta harganya, kemudian memotivasi seluruh member grup untuk
memasarkan properti yang diinfokan admin tersebut. Pertanyaan saya: (1) Bagaimana
hukumnya menjual properti tersebut? (2) Apakah termasuk sabda nabi menjual
barang yang bukan miliknya? (3) Halalkah keuntungan yang didapat sedangkan
member tidak berhubungan dengan pemilik aset (admin bukan pemilik). Terimakasih
ustadz. (Penanya: Taufiq dari Semarang)
Jawaban:
Jawaban dari pertanyaan semisal sudah beberapa kali saya sampaikan, namun pada pertanyaan ini
menjadi menarik karena ada unsur online-nya. Pada dasarnya apa yang Bapak lakukan itu mirip
dengan perantara/calo/makelar/kuasa/wakil atau dalam bahasa Arabnya disebut Simsaar. Dan
bahkan makelar ini sudah ada dan legal dikenal sejak zaman Rasulullah saw. Hal ini didasarkan
pada sebuah hadis laporan Qois bin Abi Gorzah yang menceritakan:
‫ َفَسَّم اَنا ِباْس ٍم ُهَو َأْح َس ُن ِم ْنُه َفَقاَل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ ُنَسَّم ى الَّس َم اِس َر َة َفَم َّر ِبَنا َر ُسوُل ِهَّللا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َقاَل ُكَّنا ِفى َع ْهِد َر ُسوِل ِهَّللا‬
‫» « َيا َم ْعَش َر الُّتَّجاِر ِإَّن اْلَبْيَع َيْح ُضُر ُه الَّلْغ ُو َو اْلَح ِلُف َفُش وُبوُه ِبالَّصَد َقِة‬.
“Dulu, kami pada masa Rasulullah SAW menamakan diri sebagai samasirah (calo/makelar). Suatu
ketika rasulullah datang menghampiri kami dan menyebut kami dengan nama yang lebih baik dari
calo, beliau bersabda: “Wahai para pedagang, sesungguhnya jual beli ini terkadang diselingi dengan
kata-kata tidak manfaat dan sumpah, maka perbaikilah dengan bersedekah”. (Hr. Abu Dawud:3328)
Kemudian landasan akad (transaksi) dalam hukum fiqih bagi simsar (calo) ini minimal ada tiga
akad; Pertama, akad wakalah (mewakili dan mewakilkan). Dalam hal ini penjual memberikan kuasa
kepada makelar untuk mewakili dirinya dalam menjualkan tanah miliknya kepada pembeli, atau
sebaliknya si makelar mewakili dari pihak pembeli. Maka makelar harus menyampaikan informasi
sekecil apapun kepada pihak yang memberikan kuasa dari hasil transaksi ini dan tidak boleh
menyembunyikannya apalagi mengambil keuntungan, misalkan menaikkan harga barang atau
menurunkannya. Ia murni wakil dari pihak pembeli atau penjual.
Kedua, akad ijar (transaksi jasa). Dalam hal ini pihak penjual menggunakan jasa makelar untuk
menjualkan barangnya kepada pihak pembeli yang sudah ditentukan upah atau ongkosnya terlebih
dahulu atau juga pihak pembeli menggunakan jasa makelar untuk membelikan barang dari penjual.
Maka, makelar tugasnya hanya memberikan jasanya untuk menjual atau membeli tidak mengambil
keuntungan dari transaksi tersebut.
Ketiga, akad ju’alah (transaksi sayembara). Dalam hal ini pihak penjual tidak bertransaksi kepada
pihak makelar tertentu tapi kepada seluruh makelar, dengan akad barang siapa yang dapat
menjualkan barangnya maka ia berhak mendapatkan sekian persen dari hasil penjualan. Maka si
makelar juga tidak bermain harga penjualan, ia hanya menjualkan barang yang harga dan barangnya
dari pihak penjual.
Nah, dari beberapa keterangan hukum fiqih di atas, maka pertanyaan nomor satu dapat dijawab
boleh hukumnya menjualkan atau membelikan properti-properti tersebut. Konsep akad (transaksi)
nya yaitu dengan menggunakan salah satu dari akad-akad di atas.
Jawaban dari pertanyaan kedua, jika memang dia patuh dengan harga-harga yang sudah ditentukan
dan tidak menambahkan sedikit pun dari harga jual atau harga beli, maka dia tidak termasuk orang-
orang yang menjual barang yang bukan miliknya.
Hal ini didasarkan pada sebuah hadis laporan sahabat Hakim bin Hizam ra yang datang kepada
rasulullah bertanya tentang itu:
‫» َقاَل َيا َر ُسوَل ِهَّللا َيْأِتيِنى الَّرُجُل َفُيِريُد ِم ِّنى اْلَبْيَع َلْيَس ِع ْنِد ى َأَفَأْبَتاُعُه َلُه ِم َن الُّسوِق َفَقاَل « َال َتِبْع َم ا َلْيَس ِع ْنَدَك‬.
“Wahai Rasulullah, aku didatangi seorang laki-laki yang ingin membeli barang yang tidak kumiliki,
apakah aku membelikannya dari pasar”. Maka Rasulullah bersabda “ Janganlah Engkau menjual
barang yang tidak Engkau miliki”. (Hr. Abu Dawud:3505)
Namun, jika dia menambahkan harga sendiri di luar harga yang ditentukan, maka dia dianggap
menjual barang orang lain dengan harganya sendiri, artinya dia menjual barang yang bukan
miliknya.
Nah, jawaban pertanyaan ketiga, hukum keuntungannya halal bagi member yang mampu
menjualkan properti-properti tersebut, jika sesuai dengan harga yang ditentukan. Hubungan online
di zaman modern ini, oleh sebagian ulama, sudah dianggap cukup mewakili pertemuan antara pihak
pertama dan kedua. Meskipun di sana ada juga beberapa ulama yang belum membolehkannya
pertemuan yang hanya melalui internet atau telpon. Karena internet dan telepon ini adalah tuntutan
zaman dan hampir pesan yang disampaikan dalam telpon dan internet itu dapat dipastikan benar,
seperti orang yang bertemu langsung, maka banyak ulama yang menghukumi boleh berpegangan
dengan komunikasi dari telpon atau internet.
Adapun masalah admin adalah bukan pemiliknya itu boleh dilakukan dengan akad multitransaksi
(al-uquqd al-murokkabah). Bentuk akad ini sudah banyak dilakukan oleh bank-bank syariah di
Indonesia dan internasional. Dengan gambaran, admin adalah wakil dari pemilik properti yang
diberikan kuasa untuk menjualkan properti-properti tersebut. Kemudian admin menggunakan akad
jualah (sayembara) kepada seluruh member bagi yang dapat menjualkan properti properti ini akan
mendapatkan bonus sekian persen dari harga penjualan. Dan akad ini sah dan boleh.
Para ulama yang membolehkan akad (transaksi) ini berpegangan pada kaidah fiqih yang berbunyi:
‫األصل في المعامالت اإلباحة إال أن يدل دليل على تحريمها‬
“Hukum asal muamalah adalah boleh, kecuali ada dalil yang menunjukkan keharamannya”.
Dan memang beberapa ulama juga menganggap haram multi akad seperti ini, artinya dalam satu
jual beli terdapat beberapa akad atau transaksi (dalam kasus ini adalah wakalah/kuasa dan
jualah/sayembara). Mereka berpegangan dengan hadis rasul:
‫نهى عن بيعتين في بيعة‬
“Nabi SAW telah melarang adanya dua jual beli dalam satu jual beli”. (Hr. Turmuzi)
Juga hadis bahwa Nabi SAW bersabda:
‫ وال شرطان في بيع‬،‫ال يحل سلف وبيع‬
“Tidak halal menggabungkan salaf (jual beli salam/pesan) dan jual beli, juga tak halal adanya dua
syarat dalam satu jual beli”. (Hr. Abu Dawud)
Maka kesimpulannya adalah masalah multi akad dalam satu transaksi memang masalah yang
diperselisihkan oleh para ulama. Namun, beberapa ulama juga menghalalkannya dan
membolehkannya. Maka, hasil dari jual beli itu dapat dihukumi halal menurut pandangan ulama
kelompok pertama. Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai