Anda di halaman 1dari 7

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN


PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG

Sari Kepustakaan : Operasi Katarak pada Bilik Mata Depan Dangkal


Penyaji : Marsita Lita
Pembimbing : dr. Andrew M.H. Knoch, SpM(K)., M.Kes

Telah diperiksa dan disetujui oleh


Pembimbing Unit Katarak Bedah Refraktif

dr. Andrew M.H. Knoch, SpM(K)., M.Kes

Selasa, 16 Juli 2019


07.30
Operasi Katarak pada Bilik Mata Depan Dangkal

I. Pendahuluan
Bilik mata dangkal merupakan tantangan dalam operasi katarak, karena
mengurangi ruang gerak di segmen anterior yang sudah sempit. Bilik mata depan
yang dangkal akan mempersulit tindakan operasi katarak sehingga meningkatkan
risiko terjadinya komplikasi. Kerusakan dari endotel kornea, iris maupun kapsul
posterior lensa menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki dan
mempengaruhi prognosis visual dari pasien.1,2
Bilik mata dipengaruhi oleh berbagai keadaan dan kelainan pada mata. Faktor
predisposisi bilik mata dangkal termasuk hiperopia tinggi, katarak, nanoftalmos,
glaukoma, dan sindrom pseudoexfoliasi. Pemeriksaan preoperatif kedalaman bilik
mata depan harus dilakukan dengan hati-hati, pemeriksaan dapat dilakukan
menggunakan slitlamp dan optical coherence tomography (OCT). Pemeriksaan
dan persiapan preoperatif akan membantu operator dalam menentukan tindakan
operatif yang tepat selama operasi untuk mencegah terjadinya komplikasi operasi
dan memberikan hasil visual yang lebih baik.2,3
Sari kepustakaan ini akan membahas operasi katarak pada mata dengan bilik
mata depan dangkal.

II. Tinjauan Pustaka


2.1 Bilik mata depan dangkal
Bilik mata depan merupakan ruangan antara permukaan dalam kornea dan
permukaan anterior lensa. Kedalaman bilik mata depan rata-rata 3-4mm pada
bagian sentral. Kedalaman bilik mata depan dipengaruhi oleh ukuran diameter
horizontal kornea, sudut bilik mata depan, dan panjang aksial bola mata. Mata
dengan ukuran diameter horizontal kornea yang kurang dari 10.7 kemungkinan
memiliki bilik mata yang lebih dangkal, begitu pula dengan panjang aksial bola
mata kurang dari 22 mm memiliki bilik mata lebih dangkal. Sudut bilik mata
depan mempengaruhi kedalaman bilik mata depan, sudut yang sempit
menunjukkan bilik mata depan yang dangkal. 1,4,5

1
2

2.2 Etiopatologi
Bilik mata depan dangkal dapat ditemukan pada mata dengan hiperopia besar,
nanoftalmos, glaukoma, sindrom pseudoexfoliasi, maupun katarak. Mata dengan
hiperopia yang besar dan nanoftalmos memiliki panjang aksial yang lebih pendek.
Pada hiperopia besar dan nanoftalmos memiliki ukuran lensa dan badan siliar
yang normal sehingga tidak seimbang dengan panjang aksialnya, hal ini
menyebabkan bilik mata depan atau segmen anterior lebih padat sehingga
meningkatkan kemungkinan prolaps struktur intraokular dan peningkatan tekanan
intraokular pascabedah.5,6,7
Glaukoma sudut tertutup menghambat aliran aquoeus humour pada sudut bilik
mata depan sehingga membuat sudut bilik mata menjadi dangkal. Glaukoma
fakomorfik, intumesen lensa pada katarak, serta subluksasi lensa ke anterior yang
terjadi pada sindroma pseudoexfoliasi akan mendorong iris ke depan dan
menyebakan bilik mata depan menjadi dangkal.7,8
Bilik mata depan berperan penting pada operasi katarak, dimana
mempengaruhi penempatan dan gerakan instrumen selama operasi agar tidak
merusak endotel kornea, menghindari prolaps iris dan dan kerusakan struktur
intraokular lainnya. Bilik mata depan dangkal menjadi penyulit intraoperasi
ekstraksi katarak dan meningkatkan terjadinya komplikasi seperti edema kornea
pascabedah karena kerusakan pada endotel kornea, prolaps iris, ruptur kapsul
posterior lensa, serta peningkatan tekanan intraokular pascabedah. Komplikasi
tersebut dapat dihindari dengan melakukan persiapan yang baik sebelum
dilakukan tindakan operatif. 1,3,7

2.3 Evaluasi Prabedah


Pemeriksaan prabedah meliputi pemeriksaan tajam penglihatan, segmen
anterior mata dengan biomikroskop lampu celah, tekanan intraokular,
pemeriksaan segmen posterior mata, keratometri, A Scan, B scan, specular
microscope, jika perlu dapat dilakukan gonioskopi. Pemeriksaan kedalaman bilik
mata depan dapat menggunakan biomikroskop lampu celah, biometri,
3

interferometri laser menggunakan IOL Master, dan anterior segment optical


coherence tomography (ASOCT). 8,9
Pemeriksaan menggunakan lampu celah untuk menilai sudut bilik mata depan
dengan penilaian Van Herrick cukup efektif dalam menentukan kedalaman bilik
mata depan. Metode ini mudah, cepat dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan
pada pasien. Kedalaman bilik mata depan juga dapat diperiksa dengan ASOCT.
9,10

Pemeriksaan endotel kornea harus secara hati-hati karena ada kemungkinan


lebih tinggi kehilangan sel karena lebih dekat dengan instrumen. Saat mengukur
panjang aksial, kesalahan kecil dapat menghasilkan lebih banyak pergeseran bias
daripada mata normal atau besar. Sedangkan panjang aksial yang salah sebesar 1
mm pada mata normal dapat menyebabkan kesalahan 3 D, dalam mata pendek
bisa mencapai 4 D atau bahkan 5 D. 1,5,9

2.4 Tatalaksana Intraoperatif

2.4.1 Kapsuloreksis

Tindakan kapsuloreksis pada mata dengan bilik mata dangkal akan sulit,
masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan ophthalmic viscosurgical device
(OVD) viskositas tinggi pada saat operasi untuk membentuk dan memelihara
ruang. Viskoelastik kohesif (Healon, Healon GV) atau viskoadaptif (Healon5)
menjadi pilihan yang paling efektif. Ahli bedah harus berhati-hati saat melakukan
kapsuloreksis untuk menghindari distorsi sayatan kornea atau celah, yang dapat
menyebabkan ruang anterior kolaps saat OVD keluar dari mata. Ketika ruang
menjadi dangkal, kapsul lensa anterior menjadi bulat, dan nukleus dapat bergerak
maju. Dalam situasi ini, isi ruang anterior dengan viskoelastik yang lebih kohesif
terlebih dahulu untuk menyelesaikan kapsuloreksis.1,11,12

2.4.2 Hidrodiseksi
Hidrodiseksi harus dilakukan dengan hati-hati pada mata dengan bilik mata
dangkal, karena mudah untuk memaksa cairan melalui zonula dan menghidrasi
cairan vitreus. Ini adalah penyebab mata keras tiba-tiba yang sering terjadi selama
operasi. Pencegahannya dengan menghindari injeksi cairan sampai kanula
4

hidrodiseksi berada di bawah tepi kapsuloreksis, hal ini memastikan bahwa semua
cairan yang disuntikkan diarahkan ke kantong kapsuler dan tidak melalui zonula.
Selama hidrodiseksi, pastikan cairan di belakang nukleus tidak menumpuk di
bagian posterior kapsuler, dimana reksis kecil dapat menyebabkan sindrom blok
kapsular (capsular block syndrome) dan kemungkinan pecahnya kapsul posterior.
Ini dapat dilihat dengan terjadinya pupil snap sign di mana bilik mata depan
mendadak menjadi lebih dalam dan pupil menghentak ke belakang. Ini adalah saat
kapsul posterior pecah dan dapat menyebabkan nukleus jatuh ke dalam
vitreous.1,3,11
Hidrodiseksi harus dilakukan secara perlahan di beberapa tempat dan dengan
injeksi cairan tekanan rendah untuk mencegah terjadinya komplikasi yang disebut
diatas. Jika mata tiba-tiba mengeras dan iris prolaps, maka hanya dengan
menunggu beberapa menit mata biasanya melunak dan prosedur dapat
dilanjutkan. Penting untuk menyingkirkan penyebab lain dari mata keras yang
tiba-tiba seperti spekulum yang ketat, perdarahan retrobulbar, atau perdarahan
koroid meskipun komplikasi terakhir ini sangat jarang terjadi pada tahap prosedur
ini dan cenderung terjadi pada akhir fakoemulsifikasi ketika mata itu lembut. 1,11

2.4.3 Fakoemulsifikasi dan irigasi/aspirasi


Fakoemulsifikasi dilakukan dengan memperhatikan kekuatan fako dan
kedekatan tip fako dengan endotel. Stabilitas bilik mata yang baik adalah penting
dan ini dibantu oleh ukuran luka yang benar dan minimal penggunaan instrumen
kedua di bilik depan selama fakoemulsifikasi. Penyisipan ujung phaco yang hati-
hati akan menghindari kerusakan endotel. Kantung kapsul yang floppy dapat
menyulitkan karena kapsul bergerak menuju kanula Irigasi / Aspirasi (I/A) dan
tersangkut. Irigasi/Aspirasi Bimanual dapat memastikan stabilitas ruang dan akses
mudah ke semua area kantong kapsular. 12,13

2.4.4 Biometri
Bilik mata dangkal dengan panjang aksial normal dapat menunjukkan gerakan
ke depan dari diafragma iris / lensa karena zonula lemah pada mata dengan
5

pseudoexfoliasi. Karena posisi lensa berbeda dengan mata normal, penggunaan


formula khusus seperti Haigis atau Hoffer Q dapat memberikan hasil yang lebih
dapat diandalkan di mata yang lebih pendek. Ultrasonografi B scan dapat
membedakan ukuran lensa normal tetapi bilik mata depan dangkal dengan mata
nanofthalmi dimana bilik mata dangkal dan lensa kecil. B scan juga dapat
memperkirakan ketebalan posterior sklera yang dapat memperingatkan ahli bedah
potensi efusi uveal saat atau pascaoperasi. 1,2,11
Mata dengan nanophthalmic lebih mudah terjadi efusi choroidal pascaoperasi
dan aqueous misdirection, yang dapat menimbulkan glaukoma maligna
pascaoperasi. Pars Plana yang dimiliki pasien dengan nanophthalmi sangat kecil
atau tidak ada yang berarti penempatan sayatan di daerah ini (misalnya untuk
vitrektomi posterior) memiliki risiko tinggi terjadi komplikasi seperti retinal
detachment dan perdarahan choroid. Mata nanoftalmik, harus mempertimbangkan
ukuran dan kekuatan IOL yang digunakan. Power lensa yang sangat tinggi
(hingga 60 Dioptri) mungkin diperlukan dan mungkin lebih baik menggunakan
satu lensa dengan power tinggi daripada dua lensa. Pasien dengan nanophthalmos
harus dijelaskan bahwa perhitungan biometri sangat mungkin kurang akurat dan
koreksi tambahan mungkin diperlukan pascaoperasi. Mata nanophthalmic rentan
terjadi cystoid macular edema pascaoperasi, choroidal effusion, dan iritis yang
berat oleh karena itu harus diikuti secara ketat.6,7,11

III. Simpulan
Perencanaan dan persiapan preoperasi yang cermat dan baik serta konseling
terhadap pasien dapat memberikan hasil yang baik pada mata dengan bilik mata
dangkal. Penggunaan formula dalam penentuan kekuatan lensa yang tepat sangat
penting dan perencanaan untuk kemungkinan kesulitan intraoperatif dapat
mencegah komplikasi. Pada mata nanophthalmic, harus ahli bedah berpengalaman
yang melakukan operasi serta konseling prabedah dan penilaian dengan harapan
yang realistis dari hasil yang dibahas dengan pasien.

DAFTAR PUSTAKA
6

1. Devgan U, Crandall A. Cataract Surgery in an Eye With a Shallow Anterior


Chamber. Dalam: Catract and refractive surgery today. 2010
2. Hoffer KJ, Savini G. Anterior chamber depth studies. Dalam: Journal of
cataract and refractive surgery. 2015. Volume 41. Hal 1898-1904
3. Biro Z. Confronting the shallow anterior chamber. Dalam: Cataract Surgery in
an Eye With a Shallow Anterior Chamber. Dalam: Catract and refractive
surgery today. 2011
4. Forrester JV, dkk. The eye basic sciences in practice. Edisi ke-4. Philadelphia:
Elsevier; 2016. Hal. 35-37
5. Bhardwaj V, Rajeshbhai GP. Axial Length, Anterior Chamber Depth-A Study
in Different Age Groups and Refractive Errors. Dalam: Journal Clinical and
Diagnosis Research. 2013; 7(10). Hal 2211-2
6. Devgan U. Cataract Surgery in Small, Hyperopic Eyes. Dalam: Cataract coach.
2018.
7. Fishkind WJ. Shallow Anterior Chamber. Dalam: Catract and refractive
surgery today. 2010
8. Cui SS, Zou YH, Li Q, Li LN, Zhang N, Liu XP. Gonioscopy and ultrasound
biomicroscopy in the detection of angle closure in patients with shallow
anterior chamber. Chin Med Sci Journal. 2014. Hal 204-7
9. McDonnell C. Assessment of the anterior chamber angle and depth. Dalam: Ot
Vision assessment. 2010. Hal. 42-44
10. Jorge J, Rosado JL, Díaz-Rey JA, González-Méijome JM. Central corneal
thickness and anterior chamber depth measurement by Sirius® Scheimpflug
tomography and ultrasound. Dalam: Clinical Ophthalmology. 2013; 7. Hal
417-22
11. Benjamin L. Cataract Surgery in Eyes with Shallow Anterior Chamber.
Dalam: Cataract surgery in diseased eyes. 2014. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers; 2014. Hal 57-60
12. Bollinger K, Smith SD. Dalam: Essentials of Cataract Surgery. Edisi kedua.
Slack Incorporated. 2014. Hal.81-85
13. Gupta R. Phacoemulsification Cataract Surgery. Springer International
Publishing. 2017. Hal. 13-27

Anda mungkin juga menyukai