Makalah Ijma' KLMPK 3
Makalah Ijma' KLMPK 3
Dosen pengampu:
Disusun oleh:
Fakultas ushuluddin
1
KATA PENGANTAR
ِلَي ْز َد اُدْو ا ِإْي َم اًن ا َمَع ِإْيَماِنِه ْم َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى َأْش َر اِف ْاأَل ْن ِبَي اِء َو ْالُمْر َس ِلْي َن َو َع َلى, َاْلَح ْمُد ِهللِا اَّلِذْي َأْن َز َل الَّسِكْي َن َة ِفي ُقُلْو ِب ْالُمْؤ ِم ِنْي َن
َاْلَح ْم ُد هِلِّل ِبَفْض ِل هللا َو َك َر اَم ُه َن ْس َت ِط ُع ِاْن ُنَئ اِدى َو َن ْع َم ُل َهِذِه ْالَو ِظ ْي َفِة َت ْح َت ْالَم ْو ُضْو ِع "ِقَر اَء ُةْالُقْر َاَن. "َأِلِه َو َص ْح ِبِه َاْج َم ِعْي َن
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami bisa
bisa menulis makalah ini atas dasar memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Ushul Fiqh
yang membahas tentang ijma’ sebagai dalil hukum
Shalawat beriring salam selalu tercurah limpahkan kepada nabi agung muhammad
SAW,semoga kita semua mendapatkan syafaatnya pada hari kiamat nanti dan mudah-
mudahan kita semua dapat sesalu berusaha mengikuti akhlak dan perilakunya aamiin.
Adapun makalah ini di buat tak lain dan tak bukan hanya untuk memenuhi kewajiban
kami sebagai mahasiswa yang aktif dalam perkuliahan.
penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
Pembahasan..........................................................................................................................................4
A. Pengertian ijma’.........................................................................................................................4
B. Kehujjahan Ijma’........................................................................................................................4
C. Syarat-syaat Ijma’......................................................................................................................6
D. Macam-macam Ijma’.................................................................................................................6
Daftar Pustaka.......................................................................................................................................7
3
Pembahasan
A. Pengertian ijma’
Ijma’ secara etimologi (bahasa) berarti kesepakatan (kosensus) dan ketetapan hati
untuk melaksanakan sesuatu.Secara terminologi ijma’ adalah kesepakatan para
mujtahid dari umt islam pada suatu masa setelah wafatnya rasulullah SAW terhadap
suatu hukum syar’i yang terkait suatu persoalan.Menurut istilah ulama’ ushul fiqh
ijma’ adalah kesepakatan seluruh mujtahid dari kaum muslimin pada suatu masa
setelah wafatnya rasulullah SAW atas suatu hukum syara dalam suatu kasus.1
Berdasarkan definisi di atas beberapa kata kunci yang harus di perjelas diantaranya:
B. Kehujjahan Ijma’
Jumhur ulama’ berpendapat bahwa krdudukan ijma’ menempati salah satu dalil
hukum sesudah al-qur’an dan sunnah.ini berarti bahwa ijma’ dapat menetapkan
hukum yang mengikat dan wajib di patuhi umat islam bila tidak ada ketetapan
hukumnya dalam al-qur’an dan sunnah.Untuk menguatkan pendapatnya jumhur
ulama’mengemukakan beberapa ayat dan hadits nabi tentang kehujjahan ijma’ di
antaranya:
a. QS.An-nisa(4)ayat 59
1
Djazuli,ushul fikih (cet,1;jakarta:Raja Grafindo Persada,2000),hlm 109
4
َآٰيَهُّيا اِذَّل ْيَن ٰا َم ُنْٓوا َاِط ْي ُع وا اَهّٰلل َو َاِط ْي ُع وا الَّر ُس ْو َل َو ُاوىِل اَاْلْمِر ِم ْنْۚمُك
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi
Muhammad) serta ululamri (pemegang kekuasaan) di antara kamu…(QS.An-nisa:59).
Menurut abdul Wahab Khalaf kata ulil-‘amr dalam ayat di atas sinonim dengan
kata “al-sya’n” yang berarti peran atau bidang.Ini sifatnya umum mencakup bidang
keagamaan dan bidang keduniaan.dalam bidang keduniaan yang berwenang
mengaturnya adalah kepala pemerintah seperti raja.sedangkan bidang keagamaan
yang berwenang mengaturnya adalah ulama’.Jadi tafsiran ayat tersebut adalah umat
islam wajib kepada mereka(ulil amr) jika mereka telah menyepakati sesuatu atas
dasar nas al-qur’an.2
b. QS.An-nisa (4):115
١١٥ ࣖ َو َمْن ُّيَش اِق ِق الَّر ُس ْو َل ِمْۢن َبْع ِد َم ا َتَبَنَّي ُهَل اْلُهٰد ى َو َيَّتِب ْع َغَرْي َس ِب ْيِل اْلُم ْؤ ِمِنَنْي ُنَو ٖهِّل َم ا َتَو ىّٰل َو ُنْص ٖهِل َهَج َۗمَّن َو َس ۤا َء ْت َم ِص ًرْي ا
Siapa yang menentang Rasul (Nabi Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dalam
kesesatannya dan akan Kami masukkan ke dalam (neraka) Jahanam. Itu seburuk-
buruk tempat kembali.(QS.An-nissa:115)..
2
Abd al-Wahab Khallaf,’ilmu ushul fiqh, (cet, XII, Dar al-qalam,ttp,1978), h. 47
3
Al-bajiqani, Al-madkhal ila ushul al-fiqh Al-Maliki, (Beirut: Dar Libnan, 1968), h.128.
4
Al-Amidi,Al-ihkam fi ushul al-ahkam,Juz I,Muassasah al-Halabi,Kairo, 1967,hlm 183
5
Dalam masalah kehujjahan ijma’ ini penulis cenderung kepada pendapat jumhur
u\lama,bahwa ijma’ itu merupakan hujjah bagi umat islam.sebab ijma; telah di
dukung oleh dalil-dalil dari berbagai sumber secara kolektif baik dari al-
qur’an,sunnnah maupun dalil-dalil akal sebagai satu kesatuan tunggal.
C. Syarat-syaat Ijma’
D. Macam-macam Ijma’
1. Ijma di tinjau dari sudut menghasilkan hukum itu,maka ijma’ ini ada dua
macam,yaitu:
a) Ijma sharih(bersih atau murni)
Ijma’ sharih yaitu ijma’ yang menampilkan pendapat masing-
masing ulama’ secara jelas dan terbuka baik melalui ucapan(fatwa)
atau perbuatan(keputusan).contohnya zamn setelah nabi meninggal
terjadi kekosongan khulafa kemudian para sahabat melakukan
perundingan(ijma’) untuk menjadi pemimpin setelah nabi.5
b) Ijma’ sukuti
Ijma’ sukuti yaitu para mujtahid seluruh atau sebagian mereka
tidak mennyatakan pendapat dengan jelas dan tegas,atau kesepakatan
yang dicapai setelah seorang atau beberapa orang telah mengemukakan
pendapatnya dengan jelas,sedangkan yang lainnya mendiamkannya
dengan arti tidak mengemukakan pendapatnya yang menolak atau
menyetujui.contohnya adalah adzan dua kali dan iqomah untuk shalat
jum;at yang di lakukan pada zaman usman bin affan.dimana para
sahabat pada waktu itu tidak ada yang protes atas keputusan itu dan
sahabat yang lain hanya mendiamkannya saja.6
2. Di tinjau dari segi yakin atau tidaknya terjadi suatu ijma’.terbagi menjadi
dua,diantaranya:
a) Ijma’ qathi’ yaitu ijma’ sharih dengan pengertian bahwa hukumnya itu
di qathi’kan olehnya.tidak ada jalan bagi hukum terhadap suatu
peristiwa,dengan adanya khilaf(perbedan pendapat).bukan lagi
lapangan ijtihad mengenai suatu peristiwa setelah di adakan sidang
ijma’ sharih terhadap hukum syara’
b) Ijma’dzanni,yang menunjukkan atas hukumnya,dengan pengertian
bahwa hukumnya itu masih di ragukan.dzan itu juga kuat,tidak boleh
5
Djazuli,ushul fiqh,hlm,114
6
ibid
6
mengeluarkan peristiwa dari lapangan yang di bentuk oleh
ijtihad.karena merupakan jalan pemikiran dari para mujtahid
keseluruhannya.7
Daftar Pustaka
Al-bajiqani, Al-madkhal ila ushul al-fiqh Al-Maliki, (Beirut: Dar Libnan, 1968),
7
File://C:/User/Document/Ijma’ dan qiyas,htm