Anda di halaman 1dari 7

NAMA : DOHTA ALDOYONATHAN

NIM : 23330555
MATKUL : AGAMA KRISTEN
SEMESTER: 1

1. BAGAIMANA BERETIKA MENURUT AJARAN KRISTEN BESERTA AYAT FIRMAN


TUHAN PENDUKUNGNYA
2. BAGAIMANA CARA CARA BERPIKIR ETIS
3. BUATLAH SATU KASUS
PENYELESAIAN SUATU MASALAH ROHANI YANG PERLU DI PECAHKAN DENGAN TINDAKAN ETIS YANG
BERMORAL

JAWAB:

1. “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana
Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.

Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila
Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama
dengan Dia dalam kemuliaan.

Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa
nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu
mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka)” (Kolose 3:1-6).

Walaupun Alkitab bukan daftar “perintah” dan “larangan”, Alkitab memberi instruksi terperinci
mengenai bagaimana seharusnya kita menjalani hidup sebagai orang Kristen.

Alkitab itu satu-satunya sumber yang kita perlu pegang untuk mengetahui bagaimana menjalani
kehidupan sebagai orang Kristen. Walaupun begitu, Alkitab tidak secara eksplisit menguraikan segala
situasi yang akan kita hadapi dalam kehidupan kita.

Kalau begitu bagaimana Alkitab membantu? Di sinilah Etika Kristen berperan.

Etika didefinisikan sebagai, “serangkaian prinsip moral, kajian mengenai moralitas.” Karena itu, Etika
Kristen itu merupakan prinsip-prinsip yang disarikan dari iman Kristen yang kemudian menjadi
landasan bagi tindakan kita.

Walaupun Firman Tuhan mungkin tidak menyinggung dan membicarakan seluruh situasi yang kita
hadapi dalam kehidupan sehari-hari kita, prinsip-prinsipnya memberi kita standar yang harus diikuti
dalam situasi-situasi di mana tidak ada instruksi yang tertulis.

Misalnya, Alkitab tidak berbicara secara terang-terangan mengenai penggunaan obat-obat terlarang,
namun berdasarkan prinsip-prinsip yang kita dapatkan di Alkitab, kita tahu bahwa itu salah.

Alkitab menyatakan bahwa tubuh kita itu bait Roh Kudus dan kita harus memuliakan Allah dengannya
(1 Korintus 6:19-20). Memahami apa yang diakibatkan oleh obat-obat terlarang pada tubuh kita –
kerusakan yang diakibatkan pada berbagai organ tubuh – kita tahu bahwa menggunakan obat-obat
terlarang sama juga dengan merusak bait Roh Kudus. Maka jelas, hal itu tidak memuliakan Allah.

Alkitab juga mengajarkan prinsip untuk taat kepada pemerintah yang Allah telah tetapkan (Roma
13:1). Mengingat natur obat-obat terlarang yang ilegal, penggunaannya berarti tidak menaati
pemerintah, yang berarti melawan mereka.

Apakah berarti kalau obat-obat terlarang itu satu hari dilegalisasi lalu berarti boleh dilakukan? Tetap
tidak, karena tetap melanggar prinsip tubuh sebagai bait Roh Kudus.
Dengan menggunakan prinsip-prinisp yang diajarkan Alkitab, orang-orang Kristen dapat menentukan
jalan mana yang harus ditempuh, dalam situasi apapun. Dalam kasus-kasus tertentu, ini merupakan
hal yang sederhana, seperti peraturan hidup yang terdapat dalam Kolose 3.

Dalam kasus-kasus lain kita perlu menggali lebih dalam. Cara terbaik untuk melakukan hal ini adalah
dengan mendoakan Firman Tuhan.

Roh Kudus mendiami setiap orang percaya. Peranan-Nya dalam hidup orang percaya termasuk
mengajar bagaimana seharusnya kita hidup: “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus
oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan
mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yohanes 14:26).

“Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu
tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang
segala sesuatu—dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta—dan sebagaimana Ia dahulu telah
mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia” (1 Yohanes 2:27).

Jadi, ketika kita mendoakan Firman tertentu, Roh Kudus akan menuntun dan mengajar kita. Dia akan
menunjukkan prinsip yang perlu kita pegang dalam situasi tertentu.

Walaupun Firman Allah tidak membicarakan semua situasi yang kita hadapi dalam hidup kita, Firman
Allah cukup memadai untuk menghidupi kehidupan orang Kristen. Untuk kebanyakan hal, kita tinggal
melihat apa yang dikatakan Alkitab dan mengikuti arah yang diberikan.

Dalam kasus-kasus di mana Alkitab tidak memberi petunjuk yang eksplisit untuk situasi tertentu, kita
perlu melihat prinsip yang menjadi latar belakangnya. Sekali lagi, dalam kasus-kasus tertentu itu
merupakan hal yang mudah. Kebanyakan dari prinsip yang diberikan kepada orang-orang Kristen itu
cukup memadai untuk diterapkan di hampir semua situasi.

Dalam kasus langka, di mana tidak ada petunjuk Alkitab yang eksplisit maupun prinsip yang jelas, kita
perlu bersandar kepada Allah. Kita mesti mendoakan Firman-Nya, dan membuka diri kita kepada
pimpinan Roh-Nya.

Roh Kudus akan mengajar dan menuntun kita memahami Alkitab, sehingga kita bisa mendapatkan
prinsip yang perlu dipegang. Karenanya, kita dapat berjalan dan hidup sebagaimana layaknya orang
Kristen.

2. ikap etis selanjutnya dalam berpikir kritis adalah, saat bertanya atau menyampaikan pendapat yang
berlawanan harus dilakukan secara jelas, tanpa emosional, dan menghina.

3.
TINDAKAN ETIS TERHADAP HOSPITALITAS KRISTEN DI
TENGAH PANDEMI COVID-19
Asrianto Asril
Institut Agama Kristen Negeri Toraja
asriantooasrill@gmail.com
Abstract
The global world at the end of 2019 was shocked by a pamdemic caused by the Corona
Virus. Corona Virus Disease 2019 raises global concrens about the rapid and deadly spread.
Indonesia has also been affecfted by the covid-19 case and dated March 19,2020 there have
been 309 positive cases and disntancing. The government promotes social distancing
policies to reduce publicity in order to people are responding to this recommendation, but
there are some who do panic buying, persecution of health workers who have the
possibility of expisure to Covid-19 and other cases that show the loss of hospitality of
Indonesian citizens. This paper aims to formulate and etical model Christian hospitality in
the midst of the Covid-19 Pandemic. This study uses a qualitative approach to theological
research and social descriptive research. The results or this study consist of three main
points, namely:first Crhistianity must not lose empathy as an attitude of christian
hospitality in everi lifetime. Second, the attitude of hospitalitas must look at the context
ethicallt, namelt rhe context of the distribution of Covid-19 Third, crhistian hospitality has
risks and impacts in the form of this implementation amid the Covid-19 pandemic.
Key Words: Etichal Decisions, Hospitality, Christianity, Covid-19
Abstrak
Pada akhir tahun2019 dunia global dihebohkan dengan munculnya pandemi yang
disebabkan oleh Virus Corona 2019 ini menimbulkan kekhawatiran bagi dunia global akan
penyebaran yang cepat dan mematikan. Indonesia juga salah satu negara yang terkena
kasus Covid-19 dan tanggal 19 Maret 2020 sudah 309 kasus positif dan masih terus
bertambah. Pemerintah mendorong kebijakan sosial distancing untuk mengurangi
publisitas guna meminimalisir perkembangan Covid-19. Rekomendasi ini di respon
masyarakat Indonesia, namun ada yang melakukan panic buying,penganiayaan terhadappetugas
kesehatan yang kemungkinan terpapar Covid-19 dan kasus lain yang menunjukkan
hilangnya harapan umat kristian di tengah pandemicivid-19. Penelitian in menggunakan
pendekatan kualitatif dengan penelitian teologi dan penelitian deskriptif sosial. Hasil
penelitian ini terdiri dari tiga pokok, yaitu: pertama, agama Kristen tidak boleh kehilangan
empati sebagai sikap pengharapan umat Kristiani dalam setiap kehidupannya. Kedua, sikap
hospitalitas harus melihat konteks secara etis, yaitu konteks penyebaran covid-19. Ketiga,
keberpihakan umat Kristiani memiliki resiko dan dampak berupa implementasinya di
tengah pandemi Covid-19.
Kata Kunci : Keputusan Etis, Hospitalitas, Kristen, Covid-19
PENDAHULUAN
Kasus virus “corona” atau “Covid-19” sudah menjadi pandemi global. Virus ini
terdeteksi di Wuhan, China pada tahun 2019, kemudian berkembang pesat sehingga
banyak korban jia diseluruh dunia, termasuk di Indonesia. Menurut Pradanti salah satu
penyebab cepatnya penyebaran virus yang segolongan dengan sars dan MERS CoV ini
adalah banyaknya riwayat perjalanan internasional. (Pradanti, 2019). Dalam
perkembangan terakhir, total kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19 terus mengalami
peningkatan yang dignifikan, khususnya di Indonesia. Per 30 April 2020 di Indonesia telah
mencapai 10.118 orang yang terkonfimasi positif Covid-19. (Gugus Tugas COVID-19,2020).
Pandemi Covid-19 merupakan suatu kasus infeksi yang disebabkan oleh virus
corona yang baru. Virus ini mengakibatkan gejalah gangguan pernapasan dan perluh
perlakuan khusus untuk pengobatannya. Virus ini juga dengan mudah dan sangat
berbahaya ketika pengidap memiliki penyakit komplikasi lainnya (coronavirus Disease
(COVID-19) pandemic, 2020). Menurut situs resmi WHO (who.int,2020) virus Covid-19
tersebar melalui percikan-percikan ini akan menepel pada benda-benda atau permukaan
benda tersebut.orang lain yang menyentuh permukaan benda tadi kemudian menyentuh
mata, hidunga atau mulutnya sehingga terjangkit virus Covid-19 ini. Selain melalui
sentuhan dengan permukaan benda yang terkena virus, penukarab juga dapat terjadiapabila orang
menghirup percikan yang keluar dari batuk atau nafas penderita Covid-19
(Roy, 2020).
Di awal kemunculannya, virus ini mendapat respons yang muncul dari masyarakat
Indonesia. Sebagian mulai berhati-hati dan menerapkan pola hidup sehat, tetapi lebih
banyak yang tidak peduli dan terkeasan meremehkan bahkan menjadikan virus ini sebagai
candaan. Bukan hanya masyarakat biiasa, pejabat-pejabat pun banyak yang meremehkan
keberadaan virus ini dan tidak melakukan persiapan maupun antisipasi munculnya wabah
ini di Indonesia. Bahkan ketika Covid-19 mulai menyebar dengan cepat ke berbagai daerah
dan negara telah menutup akses keluar masuk, pemerintah dan warga Indonesia masih
terkesan santai dan kurangnya melakukan tibdakan pencegahan terhadap virus ini.
Persebaran virus memang tidak sepenuhnya dicegah, namun dengan penerapan
sosial distancing, setidaknya akan mempermudah proses pelandaian kurva penderita
Covid-19. Menurut situs resmi pemerintah mengenai Covid-19 (Covid.go.id) kurva yang
dimaksud adalah kurva persebaran virus, bila kurva tinggi, berarti virus menyebar dengan
cepat, dengan jumlah kasus yang tinggi dalam waktu yang singkat, hal ini akan membebani
layanan kesehatan karena jumlah pasien yang meningkat secara drastis tanpa persiapan
dari layanan kesehatan sebelumnya, dan akibatnya ada kasus-kasus dimana pasien yang
tidak di tertangani secara maksimal. Melandaikan kurva berarti memperlambat
penyebaran virus dengan dengan cara melakukan anjuran-anjuran pemerintah, salah
satunya adala sosial distancing, sehingga penderita covid-19 perlahan-lahan akan
berkurang dan dapat ditangani secara maksimalm oleh sarana-sarana layanan kesehatan.
Menyikapi hal tersebut, salah satu solusi yang diterapkan untuk memutus mata
rabtai penyebaran dan penularan Covi-19 adalah “sosial distancing” . penerapan sosial
distancing pada dasarnya adalah cara menjaga jarak sosial yaitu dengan menghindarkan
diri dari keramaian atau tempat perkumpulan. Setelah sebelumnya pemeri tah pusat
mengunumkan untuk “libur” bagi seluruh isntansi dan lembaga dan menggantikannya
dengan layanan yang bersifat “online”, kini pemerintah memutuskan bahwa proses sosial
distancing juga diterapkan pada semua masyarakat bahkan saat beribadah. Ini tercantum,
antara lain, dalam Maklumat Kepala Kepolisian Negara Repoblik Indonesia No. Mak/2/III/2020
Tentang Kepatuhan Terhadap Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Penyebaran
Virus Corona (Covid-19).(Kapolri,2020).
Covid-19 juga memberikan dampak pudarnya kemanusiaan secara pelan-pelan. Hal
ini terlihat dari konflik-konflik kecil yang muncul, yang apabila dibiarkan akan menciderai
sikap empati manusia. Berbagai kasus muncul ketika individu datang dari daerah yang
disebut Red Zone atau luar negeri, yang menghasilkan ketakutan terhadap penduduk asal.
Hal ini apabila dibiarkan akan menimbulkan sikap saling curiga ketika individu saling
menduga duga keterpaparan covid-19. Selain itu, kepanikan secara global berdampak
terhadap nilai-nilai kemanusiaaan. Terlebih lagi terjadi fenomena yang akhir-akhir ini
menimpa medis yang berada di garis terdepan berperang melawan covid-19, yang
mengalami sigmiatisasi oleh masyarakat dan dijauhi karena masyarakat takut tertular,
bukan hanya petugas medis yang berhadapan langsung dengan pasien saja yang di jauhi
namun keluarganya juga ikut dijauhi (Arjanto, 2020). Pemerintah turun tangan dengan
memberikan fasilitas tempat tinggal kepada petugas medis tersebut. Tindakan
mengucilkan tenaga medis yang sudah bekerja dan berjuang menghadapi virus Covid-19
ini, merupakan tindakan yang tidak berempati dan tidak boleh dilakukan oleh orang
kristen. Hal yang lebih parah adalah jenazah pasien yang positif Covid-19 ditolak untuk
dikuburkann di beberapa wilayah dengan warga sekitar takut jenazah itu akan menularkan
virus.
Dampak lain dari adanya virus corona menyebabkan terjadinya perlambatan
ekonomi . Banyak orang menunda kegiatannya, proses industri terganggu, perjalanan
bisnis tertunda, pariwisata terhenti, bahkan ibadah-ibadah ditiadakan. Pertumbuhan
ekonomi China diperkirakan mengalami penurunan hingga mencapai 4,5% saja dari
sebelumnya 6%. Pelemahan ekonomi di China sebagai raksasa ekonomi diperkarakan akan
memengaruhi perekonomian dunia. Di Indoponesia perekonomian juga melemah antara
lain dengan ditemukannya kasus penyakit Virus Corona, maka indeks harga saham makin
mengalami penurunan, investor menarik uangnya, rupiah melemah, dan di perkiran akan
berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedang dikalangan masyrakat umu Panic
Buying dengan panuik memborong barang-barang kebutuhan pokok. Sehingga tidak diikuti
rush untuk menarik uang simpanan di bank-bank yang akan semakin memperburuk
situasi. Perdebatan tentang social distancing, juga terjadi terkait sikap orang kristen
terhadap anjuran ini. Beberapa gereja tetap melakukan ibadah dengan proteksi tinggi
berarti tetap ada kerumunan namun ada pula yang melakukan alternative seperti ibadah
live streaming. Hal ini merupakan bentuk resilensi model gereja untuk menerengarai
kebutuhan beribadah. Terkadang perdebatan ini meni mbulkan adu pendapat dan konplik.
Beberapa pimpinan gereja memilih sikap untuk mengikuti anjuran pemerintah, walau ada
juga yang tetap melangka dengan iman. Konplik pun juga meluas antar satu pribadi dengan
pribadi, seperti saling mencurigai terkait denmgan Covid-19, karena pribadi memiliki
pemekanaanya sendiri seperti bersikap apatis ataupun bersikap waspada.
Tindakan etis yang tepat dalam berelasi di tengah pandemi merupakan suatu kajian
yang harus dikaji dan dapat diimplemenytasikan di tengah krisis pandemi covid-19. Melaui
tindakan etis ini menyadarkan bahwa setiap pribadi memiliki bentuk moral yang disebut
etika Kristen di tengah berbagai mekanisme pertahanan diri ketika krisis, terkusus adanya
krisis di tengah pandemi Covid-19. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
Bagaimana hospitalitas Kristen menerapkan tindakan etis di tengah pandemi Covid-19.
Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk menemukan bagamaina model tindakan etis yang
digunakan hospitalitas Kristen dan mengahadapi tantanngan ditengah pandemi Covid-19.
Manfaat dari penelitian ini secara teoritis mengembangkan analisis secara kritis mengenai
pertimbangan secara etis mengenai hospitalitas Kristen di tengah pandemi. Sehingga akan
menghasilkan kajian-kajian teori yang kontekstual. Manfaat penelitian secara praktis akan
mendorong model tindakan-tindakan yang tepat secara etis dalam mempertahankan sikap
hospitalitas Kristen di tenga pandemi Covid-19.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian
ini dilaksanakan dengan sifat pragmatis (konstruktif) dimana salah satu sifat dasarnya
adalah dapat bermanfaat bagi bnagi banyak orang (winata, 2014). Dalam penelitian
kualitatif yang berhubungan dengan penafsiran Alkitab, penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode hermeneutik. Menurut purba, metode hermeneutik adalah suatumetode yang
digunakan untuk menyikap, menjelaskan, menginteprettasi dan
menerjemahkan makna dari teks-teks Alkitab sehingga isinya dapat dipahami oleh umat.
(Purba, 2018). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui jurnal dan
website. Proses pengumpulan data pada penelitian ini adalah: pertama, dengan melakukan
studi hospitalitas Kristen di tengah wabah melalui studi literature dan ekposisi Alkitab.
Kedua, melakukan studi pertimbangan etis Kristen di tengah wabah melalui studi
literature.
PEMBAHASAN
Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana
hospitalitas Kristen menerapkan ti ndakan etis di tengah pandemi Covid-19. Hal ini terlihat
dari berbagai aksi seperti panic buying dan penolakan pemakaman warga yang psitif Covid-
19. Tentunya hal tersebut akan mengkikis rasa hospitalitas yang harus dimiliki
manusia.tukisan ini akan mengkaji pembahasan masalah yang dilematik ini sehingga dapat
ditemukan suatu tindakan etis berdasarkan hospitalitas Kristen yang demi menyikapi
hilangnya rasa keramahtamahan/hospitalitas di tengah wabah Covid-19
Hospitalitas Kristen
Hospitalitas seccara etinologi berasal dari bahasa Yunani yaitu philoxenia yang
terdiri atas philos (kasih) dan xenos (yang lain/orang asing) yang secara harafia dapat
diartikan kasih kepada orang asing. Hospitalitas lebih dari pada suatu tindakan. Lebih dari
fikiran yang dibangkitkan sekarang dan demi kebaikan kita. Hospitalitas merupakan cara
untuk menjalin persahabatn dengan orang yang menjadi tanggung jawab setiap manusia.
Hospitalitas bukanlah sekedar konsep saja tetapi perluh ada tindakan atau praktik dalam
kehidupan sehari-hari dalam menjalin nhubungan dengan sesama.
Hospitalitas Kristen merupakan hukum yang diberikan oleh Yesus sendiri yaitu
Hukum Kasih. Yaitu kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama. Pelaksanaan kasih
sebagai hospitalitas Kristen merupakan suatu wujud dari seorang murid Kristus. Dalam
hospitalitas Kristen setiap orang menyambut orang lain dengan penuh keramahan, kasih
dan ketulusuan tanpa harus membedakan. Hospitalitas merupakan suatu tindakan untuk
menyambut orang lain dengan penuh kasih sehingga terjalin sebuah relasi persahabatan.
Yang ditekanka dalam praktik hospitalitas adalah penyambutan dan keramahtamahan.
Persoalan Etis di Tengah WabahPandemi Covid-19 bukan hanya menjadi persoalan medis dan
ekonomis, tapi juga
menyangkut persolan etis. Etika atau filsafat moral adalah cabang filsafat yang mengulas
baik buruknya sikap dan tindakan manusia. Berbagai persoalan etis muncul ke permukaan,
dengan yang paling menonjol ialah persoalan dibidang etika medis, karena para dokter dan
perawat harys segera mengambil keputusan ketika berhadapan dengan pasien yang
terpapar Covid-19.
Selain persoalan etika medis di atas, muncul juga persoalan etis dari para penentu
kebijakan publik. Para kepala negara dan pemerinthan berbagai belahan dunia termasuk
Indonesia telah memberlakukan pembatasan mulai dari tingkat moderat, seperti
pembatasan berskala besar (PSBB) hingga lockdown dengan maksud menyelamatkan
warga dari penyebaran covid-19. Akan tetapi, dampak dari penghentian kegiatan ekonomi
bdan bisnis selama pembatasan sosial ini telah menyebabkan jutaan orang mendritaka
karena kehilangan pekerjaan, bahkan ada sebagian sampai mati kelaparan karena tidak
memiliki akses menerima bantuan.
Dalam menyikapi pandemi Covid-19, para pengambil kebijakan kerap berhadapan
dengan keputusan dilematis. Contohnya, kebijakan pemberlakuan PSBB. Do satu
sisi,kebijakan itu bertujuuan mengehentikan penyebaran virus corona agar masyarakat
tidak tertular. Namun, di lain pihak, hal itu dapat melumpuhkan roda perekonomian
sehingga dapat berdampak pada pningkatan angak pengangguran dan kemiskinan. Kalau
PSBB tidak di berlakukan dan roda perekonomian berlangsung normal, angka penularan
covid-19 diperkirakan akan semakin meningkat. Korban pun akan semakin banyak.
Pertimbangan Etis di Tengah Wabah Covid-19
Orang kristen dihadapkan dengan pergumulan etis untuk tetap mengekspresikan
hospitalitas Kristen di tengah pandemi Covid-19 atau berdiam diri ketika mengisolasi diri
dari dunia luar. Tetapi bebrapa orang lainnya memilih berdiam dan melakukan panic
buying sehingga beberapa barang mengalami kelangkaan. Hal ini merupakan satu hal yang
cukup dilematis dan menjadi tantangan bagi setiap orang untuk dapat berfikir secara etis.
Pertimbangan pemikiran secara etis setiap orang Kristen dapat dilakukan dengan konsepsi
pemikiran absolutisme bertingkat, dimana kebenaran etis yang sejati adalah kebenaran
dalam Tuhan Yesus yang diiselidiki berdasarkan pernyataan Alkitab (Geisler, 2010).Alkitab menjadi
wujud sumbangsih utama setiap orang Kristen dakam menentukan
tindakannya.
Permasalahan dalam tindakan yang tepat di tengah-tengah wabah adalah
menimalisasi kerumunana ataupun tindakan-tindakan yang mengakibatkan interaksi
antara satu orang dengan lainnya. Hal ini juga diimplementasikan di tengah-tengah
terjadinya pandemi Covid-19 . pemerintah memberikan anjuran ketat untuk menekan
dengan cara memberlakukan social distancing. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyebaran Covid-19. Masyarakat di haruskan untuk mengindari kerumunan,
kontak langsung dengan sesama, dan melakukan pekerjaan darin rumah (Santoso &
Pramudita, 2020).
Covid-19 dapat menyerang siapa saja, menurut data yang dirilis Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19 RI, jumlah kasus terkonfirmasi positif hingga 25 maret
2021 adalah 1.467.452 orang dengan jumlah kematian 39.983 orang. Tingkat kematian
akibat Covid-19 adalah sekitar 2,7%. Jika dilihat dari presentase angka kematian yang di
bagi menurut golongan usia, maka kelompok usia 46-59 tahun memiliki presentase angka
kematian yang lebih tinggi dibandingkan golongan usia laiinnya.
Merespon Kebijakan Pemerintah dengan Bertanggung Jawab
Setiap kebijakan publik yang diambil oleh pemerintah sebaiknya menyentuh
pribadi-pribadi manusia yang berbeda. Kebijakan itu harus memperhitungkan potensi
kesanggupan mansuia yang heterogen dan tidak boleh memanipulasi atau mereduksi
potensi pemerintah dalam menerapkan kenormalan baru merupakan sebuah upaya yang
langsung menyentuh kehidupan manusia. Pemerintah telah berupaya untuk menggenjot
sistem perekonomian yang merosot meskipun kebijakan yang telah ditetapkan ini
mereduksi kehidupan manusia. Hal yang harus diperhatikan yakni kondisi dan situasi yang
potensial bagi masyarakat untuk menikmati hidup yang layak. Artinya bahwa setiap
masyarakat wajib mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,
sehingga tercipta kondisi dan situasi kehidupan masyarakat yang layak. Ini semua adalah
tujuan yang ingin dicapai (Baghi 2014:93)
Melihat realitas yang terjadi saat ini, implikasi praktisnya kita harus bertanggung
jawab terhadap setiap tindakan kita menyambut kenormalan baru. Artinya bahwa kita
tidak boleh tenggellam dalam euforia baru sampai melupakan protool kesehatan yang
telahditetapkan oleh pemerintah. Kenormalan baru menciptakan sebuah peradaban baru yang
menuntut untuk peduli terhadap sesama. Tanggung jawab untuk sepenuh hati agar tidak
membahayakan orang lain. Era kenormalan baru sebagai momentum membangun
peradaban tanggung jawab terhadap diri kita dan terhadap sesama.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini membahas suatu tindakan etis terhadap hospitalitas Kristen
di tengah wabah Covid-19. Salah satu solusi yang diterapkaan untuk memutus mata rantai
penyebaran virus Covid-19 adalah mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan dari
pemerintah. Dalam hal ini kita sebagai orang Kristen di mana kita harus tetap menjaga
sikap etis kita, kita terus di ajak mendekatkan diri kepada Tuhan di mana kita harus
memiliki sikap empati kekristenan kita
REFERENSI
¹ Daniel Fajar Panuntun and Eunike Paramita. “Hospitalitas Kristen dan Tantangannya Di
Tengah Pandemi Covid-19”, Harmoni 19, no. 1 (2020): 67-84
² Sanjaya, Inal. “COVID-19, Panic Buying Ancaman Perekonomian Indonesia.” INTENS
NEWS, 2020.
Sumber: https://osf.io/ck2w3/download/?format=pdf

Anda mungkin juga menyukai