Anda di halaman 1dari 5

1. Jelaskan mengapa kita perlu mempelajari ilmu hukum!

Dan apa saja metode


mempelajarinya ?

Jawab:

Kita perlu mempelajari ilmu hukum karena hukum memainkan peran penting
dalam kehidupan kita sehari-hari. Hukum mengatur bagaimana kita berinteraksi
dengan orang lain, dengan pemerintah, dan dengan lingkungan kita. Hukum juga
memengaruhi kebebasan, hak, dan kewajiban kita sebagai warga negara.

Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan
hukum. Karena luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu hukum, ada orang yang
berpendapat bahwa “batas-batasnya tidak ditentukan”. Ilimu hukum tidak
mempersoalkan suatu tatanan hukum tertentu yang berlaku di suatu negara.

Metode mempelajari hukum:

1. Metode Idealis

Metode ini senantiasa menguji hukum yang harus mewujudkan nilai tertentu.
Salah satu nilai yang diperjuangkan adalah nilai keadilan. Jadi apabila kita
memilih untuk melihat hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu, maka
pilihan tersebut akan membawa kita kepada metode yang bersifat idealis.
Metode ini senantiasa berusaha untuk menguji hukum yang harus
mewujudkan nilai-nilai tertentu. Pemikiran ini membahas apa saja yang
menjadi tuntutan dari nilai tersebut dan apa yang seharusnya dilakukan oleh
hukum untuk mewujudkannya.

2. Metode Normatif

Bagi seseorang yang memilih untuk melihat hukum sebagai suatu sistem
peraturan-peraturan yang abstrak, maka perhatiannya akan terpusat pada
hukum sebagai suatu lembaga yang benar-benar otonom. Pemusatan
perhatian tersebut akan membawa seseorang kepada penggunaan metode
normatif dalam menggarap hukum.

3. Metode Sosiologis

Bagi seseorang yang memahami hukum sebagai alat yang mengatur


masyarakat, maka pilihannya akan jatuh pada penggunaan metode sosiologis.
Berbeda dari metode-metode sebelumnya, metode ini mengaitkan hukum
kepada usaha untuk mencapai tujuan-tujuan serta memenuhi kebutuha-
kebutuhan konkrit dalam masyarakat. Metode ini memusatkan perhatiannya
pada pengamatan mengenai efektivitas dari hukum.
2. Joko seorang petualang yang tersesat di suatu daerah terpencil, tidak ada satu
orang pun yang tinggal dan hidup disana. Joko memutuskan untuk tinggal disana.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya Joko memanfaatkan hasil dari bumi.
Joko juga membangun tempat tinggal sendiri dari bahan-bahan yang tersedia di
alam. Joko bebas melakukan apapun disana. Suatu hari daerah yang ditinggali
Joko kedatangan serombongan petualang yang tersesat dan tidak bisa kembali ke
tempat asalnya. Rombongan petualang tersebut memutuskan untuk menetap
hidup disana berdampingan bersama Joko. Dalam jangka waktu yang lama
akhirnya Joko dan para petualangan yang tersesat lainnya membuat sebuah
perkampungan kemudian membuat aturan yang mereka sepakati.

Pertanyaan

a. Seorang Filsuf Yunani, Aristoteles menyatakan bahwa manusia itu


merupakan zoon politicon jelaskan dan kaitkan dengan kisah di atas!

Jawab:

Zoon politicon artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk pada dasarnya selalu
ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk
yang suka bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu sama
lain, maka manusia disebut makhluk sosial. Dari kasus di atas kita lihat bahwa
Joko dan rombongan petualang yang tersesat merupakan zoon politicon. Joko
pasti merasa senang saat ada segerombolan petualang yang tersesat dan tidak
bisa kembali ke tempat asalnya bahkan memutuskan untuk menetap hidup di
daerah itu. Sebaliknya, para petualang itu memutuskan tinggal di daerah itu
karena melihat ada Joko yang sudah duluan merintis kehidupan di daerah itu.
Terjadi hubungan satu sama lain yang didasari adanya kepentingan.

b. Berikan pendapat saudara mengenai hubungan antara manusia, masyarakat dan


hukum.

Jawab:

Masyarakat dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan
dalam ilmu hukum terdapat adagium yang terkenal yaitu Ubi societas ibi ius
(dimana ada masyarakat disitu ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap
pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama masyarakat, maka
selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas
berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai
“semen perekat” tersebut adalah hukum.

Hukum tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Kedamaian dan keadilan dari
masyarakat hanya bisa dicapai apabila tatanan hukumtelah terbukti
mendatangkan keadilan dan dapat berfungsi dengan efektif. Maksud di atas
sejalan dengan pendapat Satjipto Rahardjo, bagi hukum masyarakat merupakan
sumber daya yang memberi hidup dan menggerakkan hukum tersebut.
Masyarakat menghidupi hukum dengan nilai-nilai, gagasan, konsep. Di samping
itu masyarakat juga menghidupi hukum dengan cara menyumbangkan
masyarakat untuk menjalankan hukum.
3. Dalam hidup bermasyarakat tentu dibutuhkan suatu tatanan atau kaidah atau
norma yang bertugas mengatur setiap sendi kehidupan. Norma atau kaidah itu
tidak akan timbul dengan sendirinya namun terbentuk dari interaksi-interaksi sosial
antar individu dalam masyarakat. Ada norma yang sifatnya tidak mengikat dan
hanya memiliki sanksi sosial seperti norma agama, norma kesusilaan dan norma
kesopanan dan ada pula norma yang sifatnya mengikat dan memiliki sanksi tegas
seperti norma hukum.

Pertanyaan:

a. Analisis oleh saudara teori piramida hukum (stufentheorie) dari Hans Kelsen dan
berikan contoh konkretnya dalam norma hukum di Indonesia.

Jawab:

Menurut Hans Kelsen, teori piramida hukum atau stufentheorie itu berjenjang-
jenjang serta berlapis-lapis dalam suatu hierarki. Hans Kelsen mengemukakan
bahwa norma hukum merupakan suatu susunan berjenjang yang mana setiap
norma hukum yang lebih rendah memperoleh kekuatan hukum dari norma hukum
yang lebih tinggi tingkatannya. Maksudnya suatu norma yang lebih rendah berlaku,
bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih tinggi. Norma yang lebih tinggi
berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian
seterusnya sampai pada suatu norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan
bersifat hipotesis dan fiktif yaitu Norma Dasar / Grundnorm.

Hierarki norma hukum terdiri atas: norma dasar, norma umum, dan norma konkret.
Norma dasar terdapat dalam kostitusi, norma umum terdapat dalam undang-
undang, sedangkan norma konkret terdapat dalam putusan pengadilan dan
keputusan-keputusan pejabat administrasi negara.

Penerapan teori piramida hukum di Indonesia:

Tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Pasal 7 ayat (1) Undang-


Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, yang menyatakan sebagai berikut :

Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
5. Peraturan Pemerintah;
6. Peraturan Presiden;
7. Peraturan Daerah Provinsi; dan
8. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Dalam hierarki tersebut, tentu peraturan yang berada di bawah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan di atasnya, sebab peraturan yang berada di
bawah adalah pelaksana dari peraturan yang di atasnya.
b. Mengapa dalam sistem hukum di Indonesia berkaitan dengan perundang-
undangan memakai teori piramida hukum (stufentheorie) atau norma berjenjang
dari hans Kelsen? Jelaskan pendapat saudara

Jawab:

Sistem hukum di Indonesia memakai teori piramida hukum dari Hans Kelsen
karena teori ini mengakomodasi prinsip-prinsip negara hukum yang mendasar,
yaitu supremasi hukum dan pemisahan kekuasaan. Dalam teori piramida hukum,
hukum dianggap sebagai piramida dengan hukum tertinggi di puncaknya, dan
setiap peraturan atau norma harus sesuai dengan hukum yang lebih tinggi di
atasnya. Dalam sistem hukum Indonesia, hukum tertinggi adalah Undang-Undang
Dasar 1945, yang menetapkan prinsip-prinsip dasar negara, hak asasi manusia,
dan tugas negara. Kemudian di bawahnya terdapat hirarki peraturan perundang-
undangan yang lebih rendah, seperti undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan presiden, peraturan daerah, dan kebijakan pemerintah. Setiap peraturan
atau norma harus sesuai dengan hukum yang lebih tinggi di atasnya, dan tidak
boleh bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.

Referensi:

Nandang Alamsah Deliamoor. 2022. Pengantar Ilmu Hukum/PTHI Edisi 4. Tangerang


Selatan: Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai