Tugas 2 Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar
Tugas 2 Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar
Jawab:
Contoh yang kita lihat dalam kehidupan sehari – hari yaitu saat ini drama korea
sangat diminati oleh kalangan anak, remaja, hingga kalangan dewasa. Bahkan tidak
asing lagi budaya-budaya dari drama korea diadopsi oleh remaja-remaja dan wanita
dewasa di Indonesia. Mulai dari model pakaian, cara padupadankan pakaian, cara
makeup, model rambut bahkan penggalan-penggalan kata juga yang sering
digunakan dalam Bahasa korea seperti Sarangheyo, oppa, unni, dsb sudah lazim
kita dengar saat ini. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa
kebudayaan dari negara lain telah memegang kendali dalam gloalisasi budaya
dalam kalangan remaja dan dewasa di Indonesia.
Jawab:
Hubungan dan interaksi antar suku bangsa yang majemuk di Indonesia, pada diri
seorang individu seringkali muncul gambaran subyektif mengenai suku-bangsa lain.
Gambaran subyektif mengenai suku-bangsa lain atau yang lazim disebut dengan
stereotype. Manstead dan Hewstone (1996:628) dalam The Blackweel
Encyclopedia of Social Psychology, mendefinisikan stereotip sebagai: …societally
shared beliefs about the characteristics (such as personality traits, expected
behaviors, or personal values) that are perceived to be true of social groups and
their members. Keyakinan-keyakinan tentang karakteristik seseorang (ciri
kepribadian, perilaku, nilai pribadi) yang diterima sebagai suatu kebenaran
kelompok sosial.
Stereotype dibagi menjadi dua jenis, yakni heterostereotype dan autostereotype.
Heterostereotype merujuk pada stereotip yang dimiliki yang terkait dengan
kelompok lain, sementara autostereotype adalah stereotip yang terkait dengan
dirinya sendiri (Triandis,1994:107; Matsumoto, 2003: 69).
Stereotip ini tidak selalu negatif, namun juga kadang mengandung gambaran
gamabaran positif.
Jawab:
Contoh: dalam suatu kelas, seorang siswa yang menganut agama Hindu di Bali
meminta izin untuk tidak masuk kelas bukan karena sakit, tetapi untuk mengikuti
upacara potong gigi yang merupakan ritual penting yang harus ia jalani. Namun
siswa-siswi yang lain yang berasal dari suku dan agama lain menuntut bahwa
mereka juga harus diberikan izin untuk tidak masuk. Dalam kasus ini sang guru
tidak perlu mengambil kebijakan untuk memberikan hari libur yang sama kepada
seluruh siswa-siswi tanpa melihat kepentingan dan kebutuhan dari masing-masing
ritual budaya yang berbeda.
Referensi: