Tugas Makalah Filsafat
Tugas Makalah Filsafat
Ditulis oleh:
Andi Aries Pratama, SH
Prima Adi Laksana
Selain itu, makalah ini akan menguraikan implikasi dan aplikasi dari setiap
paradigma kebenaran dalam berbagai konteks filsafat, seperti epistemologi, etika,
bahasa, dan hukum. Dengan demikian, kami berharap makalah ini akan membantu
membuka pintu pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana paradigma
kebenaran berperan dalam membentuk pemikiran manusia.
1
Terakhir, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung penulisan makalah ini dan kepada Anda, para pembaca, yang
telah mengambil waktu untuk menjelajahi konsep-konsep yang mendalam ini
bersama kami. Semoga makalah ini memberikan wawasan berharga dan inspirasi
dalam perjalanan pemahaman filosofis Anda.
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN…
1.1 Pendahuluan ……………………………………………….…..... 4
1.2 Latar Belakang…………………………………………….…..... 4
1.3 Tujuan ………………………………………………………...… 5
1.4 Ruang Lingkup Penulisan....………………………………….…. 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Paradigma Kebenaran Kohesif………………………………….. 6
2.2 Paradigma Kebenaran Koheren………………………………… 7
2.3 Paradigma Kebenaran Korespondensi...…………………..…… 8
2.4 Paradigma Kebenaran Pragmatik……………………………… 10
2.5 Implikasi dan Aplikasi Paradigma……………………………… 11
2.6 Hubungan Paradigma Kebenaran…………………………..…… 12
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan……………… ……………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
4
manusia. Dalam upayanya untuk memahami aspek-aspek ini, filsuf telah
mengembangkan berbagai paradigma kebenaran sebagai landasan untuk
mengevaluasi dan merumuskan konsep kebenaran dalam berbagai konteks.
Paradigma kebenaran ini melibatkan pertimbangan filosofis yang mendalam
tentang sifat kebenaran itu sendiri, bagaimana kita dapat mengetahui kebenaran,
dan kriteria apa yang digunakan untuk menilai kebenaran.
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
7
d. Korelasi dengan Filsafat Epistemologi: Paradigma kebenaran koheren sering
dihubungkan dengan epistemologi, yaitu cabang filsafat yang membahas
pengetahuan dan keyakinan. Dalam konteks ini, kebenaran sering dianggap
sebagai keselarasan antara keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh seorang
individu atau masyarakat.
e. Kritik terhadap Paradigma Kebenaran Koheren: Salah satu kritik utama
terhadap paradigma kebenaran koheren adalah bahwa konsistensi internal
tidak selalu menjamin kebenaran. Suatu sistem keyakinan atau teori dapat
bersifat konsisten secara internal tetapi tetap salah jika tidak berkorespondensi
dengan fakta-fakta di dunia nyata.
f. Penerapan dalam Filsafat: Paradigma kebenaran koheren sering digunakan
dalam analisis konsep-konsep dan argumen dalam berbagai bidang filsafat,
terutama dalam konteks etika, epistemologi, dan filsafat bahasa.
g. Hubungan dengan Paradigma Kebenaran Lainnya: Paradigma kebenaran
koheren dapat digunakan bersamaan dengan paradigma kebenaran
korrespondensi atau pragmatik. Misalnya, suatu pernyataan yang konsisten
secara internal dapat dianggap lebih mendekati kebenaran, tetapi juga perlu
diperiksa apakah pernyataan tersebut sesuai dengan fakta-fakta di dunia nyata
atau berguna dalam konteks praktisnya.
Paradigma ini menyatakan bahwa suatu pernyataan atau teori dianggap benar
jika sesuai dengan fakta-fakta atau realitas di luar sana. Dalam pandangan ini,
kebenaran adalah hasil dari korespondensi antara pernyataan dan realitas yang
ada. Paradigma ini sangat penting dalam filsafat epistemologi dan filsafat ilmu.
8
a. Korespondensi dengan Realitas: Paradigma ini berpendapat bahwa kebenaran
terletak dalam sejauh mana pernyataan atau teori sesuai atau mencocok
dengan realitas yang ada di dunia nyata. Dengan kata lain, jika apa yang
dinyatakan dalam pernyataan sesuai dengan apa yang terjadi atau ada di alam
semesta, maka pernyataan itu dianggap benar.
9
Paradigma kebenaran korespondensi memiliki peran yang sangat penting
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan metode ilmiah. Ini membantu
memastikan bahwa teori-teori ilmiah yang diajukan harus dapat diuji dan
diverifikasi, dan hasil penelitian harus mencerminkan realitas sebaik mungkin.
Meskipun memiliki batasan dan kritik, pendekatan ini tetap menjadi landasan kuat
dalam pembentukan pengetahuan yang objektif dan terpercaya.
10
e. Kritik terhadap Paradigma Kebenaran Pragmatik: Salah satu kritik utama
terhadap paradigma kebenaran pragmatik adalah bahwa hal itu dapat mengarah
pada relativisme moral. Artinya, jika kebenaran hanya bergantung pada
kegunaan dalam situasi tertentu, maka setiap tindakan atau kebijakan dapat
dijustifikasi jika mereka dianggap berguna oleh pihak tertentu. Ini dapat
memunculkan pertanyaan tentang prinsip-prinsip etika yang tetap dan universal.
f. Hubungan dengan Paradigma Lainnya: Paradigma kebenaran pragmatik sering
digunakan bersama dengan paradigma kebenaran korespondensi atau koheren.
Dalam beberapa kasus, suatu pernyataan dapat dianggap benar jika ia mencapai
kegunaan praktis dan juga sesuai dengan fakta-fakta atau konsisten secara
logis.
a.a Etika:
11
sering mencakup pemikiran filosofis yang lebih abstrak dan teoritis tentang
moralitas.
a.b Moralitas:
Moralitas adalah istilah yang merujuk pada seperangkat norma dan aturan
yang mengatur perilaku individu dan kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Ini
adalah implementasi praktis dari prinsip-prinsip etika dalam kehidupan nyata.
Moralitas menentukan apa yang dianggap benar atau salah dalam situasi
tertentu.
12
c. Pengembangan Kerangka Etika yang Konsisten: Paradigma koheren juga
digunakan dalam pengembangan sistem etika yang kohesif. Ini berarti
bahwa saat merumuskan prinsip-prinsip moral baru, penting untuk
memastikan bahwa mereka konsisten dengan prinsip-prinsip moral yang
sudah ada dalam kerangka etika yang lebih besar.
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15