Toleransi Di Tengah Keluarga Dan Masyarakat
Toleransi Di Tengah Keluarga Dan Masyarakat
Willy Kasandra
email: willy.23111@mhs.unesa.ac.id
Transportasi, Fakultas Vokasi
23091427111
Pendahuluan
Toleransi adalah salah satu nilai fundamental dalam kehidupan sosial yang memiliki
peran penting dalam memelihara kedamaian dan harmoni di tengah-tengah masyarakat.
Nilai ini bukan hanya relevan dalam konteks hubungan antarbangsa atau antarsuku, namun
juga sangat relevan dalam konteks keluarga dan masyarakat lokal. Pemilihan judul
"Toleransi di Tengah Keluarga dan Masyarakat" dipilih setelah mempertimbangkan berbagai
faktor yang fundamental. Pertama, perlu diakui bahwa keluarga merupakan pondasi
masyarakat. Kedua, masyarakat adalah tempat di mana individu berinteraksi dengan sesama
yang memiliki latar belakang, keyakinan, budaya, dan nilai-nilai yang beragam.
Rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini ;
1. Empiris: Bagaimana selama ini aku hidup rukun damai dengan teman/tetangga/saudara
berbeda agama?
2. Kajilah secara teoretis, apa hakikat hidup rukun antarumat beragama?
3. Dasar Biblis mana yang mewajibkan setiap pengikut Kristus membawa
kerukunan/kedamaian dengan sesama orang beriman?
4. Hambatan praktis apa yang dialami saat ini dan di sini (2023 di lingkung kampus kampung,
Indonesia secara umum)? Dengan mengonfrontasikan 1, 2, 3,
bagaimana itu diatasi dan atau diantisipasi oleh seseorang yang telah mempersonalisaikan
ke-katolik-annya?
3. Dasar Bibilis Yang Menguatkan Sebagai Pengikut Kristus Untuk Membawa Kedamaian
Sebagai Orang Beriman
Yohanes 13:34
‘’Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama
seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.’’ Dalam ayat
ini Tuhan memerintahkan untuk saling mengasihi orang lain seperti Tuhan mengasihi diri
kita. Ayat ini membuka mata dan hati bagi semua umat katolik untuk selalu mengasihi orang
lain tanpa membedakan golongan ras suku dan agama. Khususnya dalam hidup
bermasyarakat banyak perbedaan yang terjadi bagaimana cara kita untuk selibat hidup
dalam perbedaan tanpa membeda bedakan antar golongan untuk keutuhan berbangsa dan
negara.
Yakobus 1:5
‘’Akan tetapi, jika di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya
kepada Allah, yang dengan murah hati, memberi kepada semua orang tanpa mencela, dan
itu akan diberikan kepadanya.’’Ayat ini menekankan pentingnya meminta hikmat dari Allah
ketika seseorang merasa kekurangan dalam hal tersebut. Ayat ini juga menggambarkan sifat
baik dan murah hati Allah yang siap memberikan hikmat kepada mereka yang memintanya,
tanpa menghakimi atau mencela. Pesan utama dari ayat ini adalah pentingnya menjaga
sikap dan perbuatan kita dalam hidup beragama tanpa mencela ataupun menyudutkan
kepercayaan orang lain bagaimana yesus mengajarkan untuk baik dan murah hati.
Roma 14:19
‘’Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang
berguna untuk saling membangun.’’ Ayat ini mengajak orang Katolik untuk mengejar
perdamaian dan upaya membangun hubungan yang baik dengan sesama, terutama dalam
konteks hubungan antar sesama masyarakat. Pesan ini menekankan pentingnya kerjasama,
saling pengertian, dan upaya menjaga kedamaian dalam komunitas Katolik.
4. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Terciptanya Kerukunan Antar Umat Beragama
1. Penguatan Fondasi Kerukunan: Meningkatkan pemahaman dan kerja sama antara
umat beragama, baik secara internal maupun antara mereka dan pemerintah.
2. Pembangunan Harmoni Sosial: Upaya untuk menciptakan hubungan harmonis di
antara berbagai kelompok agama dan mendorong kesatuan nasional dengan
mengedepankan nilai-nilai toleransi dan kebersamaan.
3. Suasana Kehidupan Beragama yang Mendukung: Menciptakan lingkungan yang
mendukung dalam praktik keagamaan, yang memfasilitasi pemahaman yang lebih
mendalam tentang agama dan pengalaman spiritual.
4. Pendalaman dan Penghayatan Agama: Memperkuat pemahaman agama dan
penghayatan spiritual yang mendukung terwujudnya kehidupan yang harmonis, baik
di tingkat internal umat maupun antar umat beragama.
Penghambat:
1. Konflik Kepentingan: Ketegangan yang timbul akibat perbedaan kepentingan politik,
ekonomi, atau sosial antara umat beragama.
2. Ekstremisme Agama: Kelompok-kelompok radikal yang menggunakan agama sebagai
alat untuk memicu ketidaksetujuan dan konflik antar umat beragama.
3. Ketidakadilan Sosial: Ketidaksetaraan dalam masyarakat yang dapat memicu
ketegangan antar kelompok agama.
4. Ketidakpahaman dan Stereotip: Kurangnya pemahaman antara umat beragama dan
adanya stereotip yang salah tentang agama-agama lain.
Simpulan
Dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, toleransi memegang peran kunci dalam
memelihara kedamaian dan harmoni. Toleransi ini melibatkan kemampuan untuk
menghormati perbedaan, baik itu dalam hal agama, budaya, atau nilai-nilai.Selama hidup
dalam keluarga dan masyarakat, kita perlu belajar untuk hidup berbaur tanpa memandang
perbedaan keyakinan. Pentingnya saling melengkapi dan saling percaya dalam keluarga
menjadi kunci untuk menjaga kerukunan antar anggota keluarga yang memiliki keyakinan
yang berbeda. Pancasila dan UUD 1945 memberikan dasar hukum yang kuat untuk
menjunjung tinggi toleransi dalam masyarakat Indonesia.Sebagai pengikut Kristus, ajaran-
ajaran Alkitab juga memberikan panduan untuk menjalani hidup dalam damai dan
toleransi.Melalui pemahaman, kesadaran, dan komitmen untuk menjalani nilai-nilai
toleransi, kita dapat memelihara kerukunan antar umat beragama di keluarga dan
masyarakat, yang merupakan salah satu aset berharga dalam membangun bangsa dan
negara yang kokoh.
Pustaka Acuan
Andini, Anggun Tri. "Moderasi Beragama Sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa." (2023).
Nazmudin, Nazmudin. "Kerukunan dan toleransi antar umat beragama dalam membangun
keutuhan negara kesatuan republik Indonesia (NKRI)." Journal of Government
and Civil Society 1.1 (2017): 23-39.
Sairin, W. (Ed.). (2002). “Kerukunan umat beragama pilar utama kerukunan berbangsa’’
butir-butir pemikiran. BPK gunung Mulia.
Sari, Yunika. "Kerukunan Umat Beragama sebagai Wujud Implementasi Toleransi (Persfektif
Agama-Agama)." Gunung Djati Conference Series. Vol. 23. 2023.