Anda di halaman 1dari 4

TOLERANSI DI TENGAH KELUARGA DAN MASYARAKAT

Willy Kasandra
email: willy.23111@mhs.unesa.ac.id
Transportasi, Fakultas Vokasi
23091427111

Pendahuluan
Toleransi adalah salah satu nilai fundamental dalam kehidupan sosial yang memiliki
peran penting dalam memelihara kedamaian dan harmoni di tengah-tengah masyarakat.
Nilai ini bukan hanya relevan dalam konteks hubungan antarbangsa atau antarsuku, namun
juga sangat relevan dalam konteks keluarga dan masyarakat lokal. Pemilihan judul
"Toleransi di Tengah Keluarga dan Masyarakat" dipilih setelah mempertimbangkan berbagai
faktor yang fundamental. Pertama, perlu diakui bahwa keluarga merupakan pondasi
masyarakat. Kedua, masyarakat adalah tempat di mana individu berinteraksi dengan sesama
yang memiliki latar belakang, keyakinan, budaya, dan nilai-nilai yang beragam.
Rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini ;
1. Empiris: Bagaimana selama ini aku hidup rukun damai dengan teman/tetangga/saudara
berbeda agama?
2. Kajilah secara teoretis, apa hakikat hidup rukun antarumat beragama?
3. Dasar Biblis mana yang mewajibkan setiap pengikut Kristus membawa
kerukunan/kedamaian dengan sesama orang beriman?
4. Hambatan praktis apa yang dialami saat ini dan di sini (2023 di lingkung kampus kampung,
Indonesia secara umum)? Dengan mengonfrontasikan 1, 2, 3,
bagaimana itu diatasi dan atau diantisipasi oleh seseorang yang telah mempersonalisaikan
ke-katolik-annya?

1. Hidup Berbaur Tanpa Perbedaan Di Tengah Keluarga Dan Masyarakat


Manusia adalah makhluk yang memiliki sifat individu namun juga secara inheren
merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kewajiban untuk
mampu berinteraksi dengan individu atau manusia lainnya demi memenuhi kebutuhan
mereka. Dalam menjalani kehidupan sosial di dalam masyarakat, setiap individu akan secara
alami menghadapi berbagai kelompok yang berbeda, dan salah satu perbedaan yang sering
muncul adalah dalam hal kepercayaan agama.
Perbedaan yang saya alami adalah perbedaan kepercayaan antara ayah dan ibu saya.
Perbedaan keyakinan pada kedua orang tua saya tidak maemecah kerukunan dan
keharmonisan keluarga. Lantas bagaimana cara keluarga saya hidup rukun berdampingan
dengan perbedaan keyakinan?.Yang pertama adalah saling melengkapi, saling melengkapi
dalam artian berusaha saling menguatkan dengan mengingatkan waktu jam ibadah dan
membantu menyiapkan kebutuhan doa lingkungan ataupun tahlilan. Kedua saling percaya ,
saling percaya bahwa keyakinan yang dipeluk merupakan keyakinan pilihan tidak
memaksakan untuk mengikuti keyakinan salah satu pihak. Dalam pemilihan keyakinan saya
sebagai anak diberi kesempatan untuk dapat memilih untuk mengikuti agama katolik atau
islam tanpa adanya paksaan dari kedua orang tua.
Masyarakat adalah tempat di mana individu berinteraksi dengan sesama yang
memiliki beragam latar belakang, keyakinan, budaya, dan nilai-nilai. Masyarakat yang
menerapkan toleransi adalah masyarakat yang dapat menghormati perbedaan-perbedaan
ini dan bekerja sama meskipun ada keragaman tersebut. Oleh karena itu, pemahaman dan
praktik konsep toleransi di dalam masyarakat menjadi hal yang sangat penting dalam
menjaga perdamaian dan keselarasan di antara anggotanya.
Di dalam hidup bermasyarakat sering kita temui adanya perbedaan. Dalam konteks
ini disebutkan perbedaan keyakinan. Dalam hidup bermasyarakat kita harus menanamkan
rasa toleransi yang tinggi, sebab untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang rukun dan
harmonis. Bagaimana cara untuk menciptakan kerukunan dalam hidup bermasyarakat?
yaitu dengan saling menjalin komunikasi, tidak menyinggung keyakinan orang lain, menjaga
etika, dan bergaul dengan semua golongan tidak membeda bedakan keyakinan. Khususnya
di desa saya keharmonisan antar umat beragama sangat baik salah satu contoh adalah
dalam peringatan kematian seseorang semua warga lingkungan di ajak untuk doa bersama,
semua warga di undang untuk menghadiri acara tersebut tanpa membedakan keyakinan
seseorang.
Kerukunan dan toleransi adalah landasan terciptanya kehidupan bermasyarakat yang
harmonis. Kerukunan ini harus terus di terapkan pada generasi generaasi penerus agar di
dalam lingkungan tidak ada perpecahan. Ini adalah tugas bersama dari setiap individu untuk
selalu menerapkan dan memberikan contoh pada generasi selanjutnya.

2. Kajian teoritis hakikat hidup rukun antar umat beragama


Pancasila sebagai fondasi negara, serta satu-satunya prinsip dalam kehidupan
bersama sebagai masyarakat, bangsa, dan negara adalah landasan yang kuat dan
fundamental untuk memajukan kerukunan. Bunyi sila pertama ‘’ KETUHANAN YANG MAHA
ESA ‘’ Sila ini mengandung arti bahwa Indonesia adalah negara yang mengakui dan
menghormati keberagaman agama dan keyakinan, sambil menegaskan bahwa ada satu
Tuhan yang Maha Esa yang menjadi sumber dari segala kehidupan. Ini mencerminkan
prinsip keagamaan dan pluralisme dalam negara Indonesia. Dalam konteks ini, sila pertama
mengajarkan toleransi antaragama dan pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual
dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2 Negara menjamin kemerdekaan memeluk agama
dan kebebasan beribadah sesuai dengan keyakinanya. Indonesia terdiri dari berbagai ras
dan suku yang berbagai macam tidak menutup kemungkinan banyak keyakinan yang di anut
oleh sebagian kelompok. Warga Indonesia dimerdekakan untuk memilih agama sesuai
dengan kepercayaannya tidak memaksakan kepercayaan untuk orang lain. Kita tidak boleh
memaksakan kepercayaan kepada orang lain dan kita juga tidak boleh ikut campur dalam
ibadah orang lain. Hal tersebut bertujuan agar UUD pasal 29 ayat 2 dapat terwujud agar
terciptanya keharmonisan dalam keberagaman agama.
Moderasi beragama adalah pendekatan untuk melihat agama dengan sikap moderat,
toleran, dan menghargai keragaman dengan pemahaman yang memadai terhadap ajaran
agama, sehingga diharapkan dapat menciptakan harmoni di antara pemeluk agama yang
berbeda di Indonesia. Moderalisasi beragama merupakan salah satu cara untuk
menciptakan kerukunan beragama, bagaimana pada era jaman sekarang kerukunan
beragama sudah mulai luntur karena masuknya budaya budaya luar dan ateisme.
Kesadaran adalah elemen paling krusial dalam kehidupan manusia, karena melalui
kesadaran, seseorang dapat memahami dan menyadari tujuan eksistensinya di dunia ini.
Jika seseorang kehilangan kesadaran, maka ia akan terjebak dalam penderitaan dalam
realitas yang tampak nyata. Kesadaran dengan perbedaan keyakinan adalah dasar untuk
hidup rukun antar umat beragama, apabila tidak terciptanya kesadaran diri akan
menimbulkan perfreksi sendiri bahwa dirinya paling benar. Ini dapat memecah kedamaian
dan kerukunan.
kesadaran tentang perbedaan keyakinan dianggap sebagai elemen krusial dalam
menjaga perdamaian dan kerukunan antar umat beragama. Kesadaran ini membantu
mencegah konflik dan menghindari sikap merasa paling benar yang dapat mengganggu
kerukunan dalam masyarakat yang beragam.

3. Dasar Bibilis Yang Menguatkan Sebagai Pengikut Kristus Untuk Membawa Kedamaian
Sebagai Orang Beriman

Yohanes 13:34
‘’Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama
seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.’’ Dalam ayat
ini Tuhan memerintahkan untuk saling mengasihi orang lain seperti Tuhan mengasihi diri
kita. Ayat ini membuka mata dan hati bagi semua umat katolik untuk selalu mengasihi orang
lain tanpa membedakan golongan ras suku dan agama. Khususnya dalam hidup
bermasyarakat banyak perbedaan yang terjadi bagaimana cara kita untuk selibat hidup
dalam perbedaan tanpa membeda bedakan antar golongan untuk keutuhan berbangsa dan
negara.

Yakobus 1:5
‘’Akan tetapi, jika di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya
kepada Allah, yang dengan murah hati, memberi kepada semua orang tanpa mencela, dan
itu akan diberikan kepadanya.’’Ayat ini menekankan pentingnya meminta hikmat dari Allah
ketika seseorang merasa kekurangan dalam hal tersebut. Ayat ini juga menggambarkan sifat
baik dan murah hati Allah yang siap memberikan hikmat kepada mereka yang memintanya,
tanpa menghakimi atau mencela. Pesan utama dari ayat ini adalah pentingnya menjaga
sikap dan perbuatan kita dalam hidup beragama tanpa mencela ataupun menyudutkan
kepercayaan orang lain bagaimana yesus mengajarkan untuk baik dan murah hati.

Roma 14:19
‘’Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang
berguna untuk saling membangun.’’ Ayat ini mengajak orang Katolik untuk mengejar
perdamaian dan upaya membangun hubungan yang baik dengan sesama, terutama dalam
konteks hubungan antar sesama masyarakat. Pesan ini menekankan pentingnya kerjasama,
saling pengertian, dan upaya menjaga kedamaian dalam komunitas Katolik.

4. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Terciptanya Kerukunan Antar Umat Beragama
1. Penguatan Fondasi Kerukunan: Meningkatkan pemahaman dan kerja sama antara
umat beragama, baik secara internal maupun antara mereka dan pemerintah.
2. Pembangunan Harmoni Sosial: Upaya untuk menciptakan hubungan harmonis di
antara berbagai kelompok agama dan mendorong kesatuan nasional dengan
mengedepankan nilai-nilai toleransi dan kebersamaan.
3. Suasana Kehidupan Beragama yang Mendukung: Menciptakan lingkungan yang
mendukung dalam praktik keagamaan, yang memfasilitasi pemahaman yang lebih
mendalam tentang agama dan pengalaman spiritual.
4. Pendalaman dan Penghayatan Agama: Memperkuat pemahaman agama dan
penghayatan spiritual yang mendukung terwujudnya kehidupan yang harmonis, baik
di tingkat internal umat maupun antar umat beragama.
Penghambat:
1. Konflik Kepentingan: Ketegangan yang timbul akibat perbedaan kepentingan politik,
ekonomi, atau sosial antara umat beragama.
2. Ekstremisme Agama: Kelompok-kelompok radikal yang menggunakan agama sebagai
alat untuk memicu ketidaksetujuan dan konflik antar umat beragama.
3. Ketidakadilan Sosial: Ketidaksetaraan dalam masyarakat yang dapat memicu
ketegangan antar kelompok agama.
4. Ketidakpahaman dan Stereotip: Kurangnya pemahaman antara umat beragama dan
adanya stereotip yang salah tentang agama-agama lain.

Simpulan
Dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, toleransi memegang peran kunci dalam
memelihara kedamaian dan harmoni. Toleransi ini melibatkan kemampuan untuk
menghormati perbedaan, baik itu dalam hal agama, budaya, atau nilai-nilai.Selama hidup
dalam keluarga dan masyarakat, kita perlu belajar untuk hidup berbaur tanpa memandang
perbedaan keyakinan. Pentingnya saling melengkapi dan saling percaya dalam keluarga
menjadi kunci untuk menjaga kerukunan antar anggota keluarga yang memiliki keyakinan
yang berbeda. Pancasila dan UUD 1945 memberikan dasar hukum yang kuat untuk
menjunjung tinggi toleransi dalam masyarakat Indonesia.Sebagai pengikut Kristus, ajaran-
ajaran Alkitab juga memberikan panduan untuk menjalani hidup dalam damai dan
toleransi.Melalui pemahaman, kesadaran, dan komitmen untuk menjalani nilai-nilai
toleransi, kita dapat memelihara kerukunan antar umat beragama di keluarga dan
masyarakat, yang merupakan salah satu aset berharga dalam membangun bangsa dan
negara yang kokoh.

Pustaka Acuan

Andini, Anggun Tri. "Moderasi Beragama Sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa." (2023).
Nazmudin, Nazmudin. "Kerukunan dan toleransi antar umat beragama dalam membangun
keutuhan negara kesatuan republik Indonesia (NKRI)." Journal of Government
and Civil Society 1.1 (2017): 23-39.
Sairin, W. (Ed.). (2002). “Kerukunan umat beragama pilar utama kerukunan berbangsa’’
butir-butir pemikiran. BPK gunung Mulia.
Sari, Yunika. "Kerukunan Umat Beragama sebagai Wujud Implementasi Toleransi (Persfektif
Agama-Agama)." Gunung Djati Conference Series. Vol. 23. 2023.

Anda mungkin juga menyukai