Anda di halaman 1dari 18

STATEGI PENGEMBANGAN PRODUK DAN JASA BANK

SYARIAH

MAKALAH

OLEH
Aulia Isti Zahrin Nadhifah NIM: 2020143290397
Iis Rohmatul Fauziah NIM: 2020143290375
Monika Widya Wati NIM: 2020143290383
Putri Jihan Cahyani NIM: 2020143290387

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ATTANWIR BOJONEGORO


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
MEI 2022
STATEGI PENGEMBANGAN PRODUK DAN JASA BANK
SYARIAH

MAKALAH
Diajukan Kepada
Sekolah Tinggi Agama Islam Attanwir
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemasaran Bank Syariah

Oleh
Aulia Isti Zahrin Nadhifah NIM: 2020143290397
Iis Rohmatul Fauziah NIM: 2020143290375
Monika Widya Wati NIM: 2020143290383
Putri Jihan Cahyani NIM: 2020143290387

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ATTANWIR BOJONEGORO


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
MEI 2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah memberi petunjuk kepada umatnya lewat ilmu-
ilmu yang telah dibawa, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah
ini dengan baik. Dalam makalah ini membahas tentang “STRATEGI
PENGEMBANGAN PRODUK DAN JASA BANK SYARIAH” yang disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemasaran Bank Syariah.

Dalam menyelesaikan makalah ini, pemakalah mendapat banyak


bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pemakalah
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Aris Zulianto, SE., M.M. Dosen mata kuliah Pemasaran Bank Syariah.
2. Pada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan
makalah ini.

Pemakalah menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu, Pemakalah
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Pemakalah berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca maupun
pemakalah.

Bojonegoro, 11 Mei 2022

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN

HALAMAN JUDUL.................................................................................. ii

KATA PENGANTAR................................................................................ iii

DAFTAR ISI............................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG..................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................. 2
C. TUJUAN MASALAH...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. SEJARAH BANK SYARIAH DI INDONESIA............................. 3


B. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA............. 6
C. STRATEGI PENGEMBANGAN BANK SYARIAH..................... 7
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN................................................................................ 11
B. SARAN............................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ vi

iii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Statistic perbankan syariah februari 2022

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan
berdasarkan hukum islam. Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah
muslim memberikan ruang yang cukup luas bagi perkembangan bank syariah.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur
keberhasilan eksistensi ekonomi syariah.
Dalam sektor riil bank syariah membawa dampak secara langsung bagi
kemajuan pembangunan nasional, dengan diterapkannya larangan adanya riba
(bunga) maka dana yang dikelola oleh bank syariah akan disalurkan secara
langsung kepada sektor-sektor riil yang ada Selain itu, pada sektor investasi
bank syariah dapat dikatakan memiliki andil yang besar dalam
kemampuannya untuk menarik investasi negara asing ke Indonesia, sehingga
peluang investasi syariah yang dilihat cukup besar di Indonesia membuat
negara-negara asing menanamkan modalnya di Indonesia.
Seiring dengan perkembangan zaman dan pertumbuhan jumlah penduduk
muslim di Indonesia yang besar dan juga dukungan perundangan maupun
fatwa hukum Islam yang memadai, mau tidak mau membawa tuntutan bagi
pengelola perbankan syariah untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keuangan berbasis nilai-nilai syariah.Tuntutan semacam ini adalah wajar
mengingat ekspektasi yang tinggi terhadap perbankan syariah juga dikaitkan
dengan keyakinan transenden bahwa sistem inilah yang relevan dengan umat
Islam demi mencapai kesejahteraan duniawi dan ukhrawi1

1
Alfina Sindy Prastiani, “perkembangan perbankan syariah di Indonesia”, Fakultas
Ekonomi, Manajemen Universitas Djuanda (08 November 2019), 3.

1
2

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah
disimpulkan sebagai berikut:
1. Bagaomana sejarah bank syariah di Indonesia, perkembangannya dan
strategi perkembangannya.

C. TUJUAN MASALAH
Dari rumusan masalah diatasapat disimpulkan tujuan masalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui sejarah bank syariah di Indonesia dan perkembangannya, serta
bagaimana strategi perkembangannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH BANK SYARIAH DI INDONESIA


Deregulasi perbankan dimulai sejak tahun 1983. Pada tahun tersebut, BI
memberikan keleluasaan kepada bank-bank untuk menetapkan suku bunga.
Pemerintah berharap dengan kebijakan deregulasi perbankan maka akan
tercipta kondisi dunia perbankan yang lebih efisien dan kuat dalam menopang
perekonomian. Pada tahun 1983 tersebut pemerintah Indonesia pernah
berencana menerapkan "sistem bagi hasil" dalam perkreditan yang merupakan
konsep dari perbankan syariah.

Pada tahun 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Deregulasi


Perbankan 1988 (Pakto 88) yang membuka kesempatan seluas-luasnya kepada
bisnis perbankan harus dibuka seluas-luasnya untuk menunjang pembangunan
(liberalisasi sistem perbankan). Meskipun lebih banyak bank konvensional
yang berdiri, beberapa usaha-usah perbankan yang bersifat daerah yang
berasaskan syariah juga mulai bermunculan.

Inisiatif pendirian bank Islam Indoensia dimulai pada tahun 1980 melalui
diskusi-diskusi bertemakan bank Islam sebagai pilar ekonomi Islam. Sebagai
uji coba, gagasan perbankan Islam dipraktekkan dalam skala yang relatif
terbatas di antaranya di Bandung (Bait At-Tamwil Salman ITB) dan di Jakarta
(Koperasi Ridho Gusti).

Tahun 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk kelompok kerja


untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Pada tanggal 18 – 20 Agustus
1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan lokakarya bunga
bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut
kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI di
Jakarta 22 – 25 Agustus 1990, yang menghasilkan amanat bagi pembentukan

3
4

kelompok kerja pendirian bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja dimaksud


disebut Tim Perbankan MUI dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan
dan konsultasi dengan semua pihak yang terkait.

Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirilah bank
syariah pertama di Indonesia yaitu PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang
sesuai akte pendiriannya, berdiri pada tanggal 1 Nopember 1991. Sejak
tanggal 1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi dengan modal awal sebesar Rp
106.126.382.000,-

Pada awal masa operasinya, keberadaan bank syariah belumlah


memperolehperhatian yang optimal dalam tatanan sektor perbankan nasional.
Landasanhukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah, saat itu
hanya diakomodir dalam salah satu ayat tentang "bank dengan sistem bagi
hasil"pada UU No. 7 Tahun 1992; tanpa rincianlandasan hukum syariah serta
jenis-jenis usaha yang diperbolehkan.

Pada tahun 1998, pemerintah dan DewanPerwakilan Rakyat melakukan


penyempurnaan UU No. 7/1992 tersebutmenjadi UU No. 10 Tahun 1998,
yang secara tegas menjelaskan bahwaterdapat dua sistem dalam perbankan di
tanah air (dual banking system),yaitu sistem perbankan konvensional dan
sistem perbankan syariah. Peluang ini disambut hangat masyarakat perbankan,
yang ditandai dengan berdirinya beberapa Bank Islam lain, yakni Bank IFI,
Bank Syariah Mandiri, Bank Niaga, Bank BTN, Bank Mega, Bank BRI, Bank
Bukopin, BPD Jabar dan BPD Aceh dll.
Pengesahan beberapa produk perundangan yang memberikan kepastian
hukum dan meningkatkan aktivitas pasar keuangan syariah, seperti: (i) UU
No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah; (ii) UU No.19 tahun 2008
tentang Surat Berharga Syariah Negara (sukuk); dan (iii) UU No.42 tahun
2009 tentang Amandemen Ketiga UU No.8 tahun 1983 tentang PPN Barang
dan Jasa. Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008
5

tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka


pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki
landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara
lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang
mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima
tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam
mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan.Lahirnya UU
Perbankan Syariah mendorong peningkatan jumlah BUS dari sebanyak 5 BUS
menjadi 11 BUS dalam kurun waktu kurang dari dua tahun (2009-2010).

Sejak mulai dikembangkannya sistem perbankan syariah di Indonesia,


dalam dua dekade pengembangan keuangan syariah nasional, sudah banyak
pencapaian kemajuan, baik dari aspek lembagaan dan infrastruktur penunjang,
perangkat regulasi dan sistem pengawasan, maupun awareness dan literasi
masyarakat terhadap layanan jasa keuangan syariah. Sistem keuangan syariah
kita menjadi salah satu sistem terbaik dan terlengkap yang diakui secara
internasional. Per Juni 2015, industri perbankan syariah terdiri dari 12 Bank
Umum Syariah, 22 Unit Usaha Syariah yang dimiliki oleh Bank Umum
Konvensional dan 162 BPRS dengan total aset sebesar Rp. 273,494 Triliun
dengan pangsa pasar 4,61%. Khusus untuk wilayah Provinsi DKI Jakarta, total
aset gross, pembiayaan, dan Dana Pihak Ketiga(BUS dan UUS) masing-
masing sebesar Rp. 201,397 Triliun, Rp. 85,410 Triliun dan Rp. 110,509
Triliun

Pada akhir tahun 2013, fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan


berpindah dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan. Maka pengawasan
dan pengaturan perbankan syariah juga beralih ke OJK. OJK selaku otoritas
sektor jasa keuangan terus menyempurnakan visi dan strategi kebijakan
pengembangan sektor keuangan syariah yang telah tertuang dalam Roadmap
Perbankan Syariah Indonesia 2015-2019 yang dilaunching pada Pasar Rakyat
Syariah 2014. Roadmap ini diharapkan menjadi panduan arah pengembangan
6

yang berisi insiatif-inisiatif strategis untuk mencapai sasaran pengembangan


yang ditetapkan2.

B. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA


Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam
kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka
Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa
perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara
bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara
sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk
meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian
nasional.

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan


prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling
menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan
dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai
kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan
spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam
produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan
yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan
yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia
tanpa terkecuali.

Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan


berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan
hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan
harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya penggunaan
produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan

2
"sejarah perbankan syariah", dalam https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-
syariah/Pages/Sejarah-Perbankan-Syariah.aspx (15 mei 2022).
7

dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat


spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara
keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang.

Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008


tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka
pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki
landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara
lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang
mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima
tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam
mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan.

C. STRATEGI PENGEMBANGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA


Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan
kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi
perekonomian nasional. Oleh karena itu, maka arah pengembangan perbankan
syariah nasional selalu mengacu kepada rencana-rencana strategis lainnya,
seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Arsitektur Sistem Keuangan
Indonesia (ASKI), serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
Dengan dem
ikian upaya pengembangan perbankan syariah merupakan bagian dan kegiatan
yang mendukung pencapaian rencana strategis dalam skala yang lebih besar
pada tingkat nasional.

“Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia” memuat visi,


misi dan sasaran pengembangan perbankan syariah serta sekumpulan inisiatif
strategis dengan prioritas yang jelas untuk menjawab tantangan utama dan
mencapai sasaran dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, yaitu pencapaian
8

pangsa pasar perbankan syariah yang signifikan melalui pendalaman peran


perbankan syariah dalam aktivitas keuangan nasional, regional dan
internasional, dalam kondisi mulai terbentuknya integrasi dgn sektor keuangan
syariah lainnya.

Dalam jangka pendek, perbankan syariah nasional lebih diarahkan pada


pelayanan pasar domestik yang potensinya masih sangat besar. Dengan kata
lain, perbankan Syariah nasional harus sanggup untuk menjadi pemain
domestik akan tetapi memiliki kualitas layanan dan kinerja yang bertaraf
internasional.

Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh


Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat
universal, terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Sebuah
sistem perbankan yang menghadirkan bentuk-bentuk aplikatif dari konsep
ekonomi syariah yang dirumuskan secara bijaksana, dalam konteks kekinian
permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, dan dengan tetap
memperhatikan kondisi sosio-kultural di dalam mana bangsa ini menuliskan
perjalanan sejarahnya. Hanya dengan cara demikian, maka upaya
pengembangan sistem perbankan syariah akan senantiasa dilihat dan diterima
oleh segenap masyarakat Indonesia sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan negeri.

1. GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN PASAR PERBANKAN


SYARIAH
Sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di
Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif
pengembangan pasar yg meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan visi
2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan
citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal,
9

pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang lebih


beragam, peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang
memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank.
Selanjutnya berbagai program konkrit telah dan akan dilakukan sebagai
tahap implementasi dari grand strategy pengembangan pasar keuangan
perbankan syariah, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Menerapkan visi baru pengembangan perbankan syariah pada fase I tahun


2008 membangun pemahaman perbankan syariah sebagai Beyond
Banking, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.50 triliun dan
pertumbuhan industri sebesar 40%, fase II tahun 2009 menjadikan
perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah paling atraktif di
ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.87 triliun dan
pertumbuhan industri sebesar 75%. Fase III tahun 2010 menjadikan
perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah terkemuka di
ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.124 triliun dan
pertumbuhan industri sebesar 81%.

b. Program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek


positioning, differentiation, dan branding. Positioning baru bank syariah
sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua belah pihak, aspek
diferensiasi dengan keunggulan kompetitif dengan produk dan skema yang
beragam, transparans, kompeten dalam keuangan dan beretika, teknologi
informasi yang selalu up-date dan user friendly, serta adanya ahli investasi
keuangan syariah yang memadai. Sedangkan pada aspek branding adalah
“bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking”.

c. Program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar


perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank
syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan
10

masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank


syariah.

d. Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk


yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling
menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan
standar nama produk yang mudah dipahami.
e. Program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang
kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi
kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu mengkomunikasikan
produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas,
dengan tetap memenuhi prinsip syariah; dan

f. Program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien
melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung
(media cetak, elektronik, online/web-site), yang bertujuan untuk
memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankan
syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perkembangan praktik perbankan syariah di Indonesia dari berbagai
aspeknya telahmenunjukkan catatan pertumbuhan,baik dari sisi jumlah Bank
Umum Syariah, jumlah Unit Usaha Syariah,jumlah BPRS beserta dengan
jaringan kantornya, jumlah DPK dan jumlah pembiayaan yang disalurkan,
serta jumlah asset yang cukup menggembirakan. Namun perkembangan
tersebut tidak luput dari berbagai faktor pendukung.
Hal itu menunjukkan bahwa upaya keras dari seluruh stake holders
industri keuangan syariah sangat dibutuhkan untuk mendukung perkembangan
bank syariah di Indonesia. Perlu keterpaduan langkah dari para praktisi,
akademisi maupun asosiasi agar pengembangan menjadi lebih efektif.Untuk
itu, peran semua pihak, baik pemerintah, ulama, IAEI, akademisi,dan
masyarakat dalam mempelopori dan mendorong keterpaduan langkah untuk
Menjawab berbagai tantangan tersebut sangat diperlukan sehingga industri
keuangan syariah nasional semakin berkualitas, berkembang secara
berkelanjutan dan mampu bersaing dalam kancah persaingan global.

B. SARAN
Dengan penulisan makalah ini penulis menyadari mungkin masih banyak
kesalahan dalam penulisan isi pembahasan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mohon saran yang tepat untuk melengkapi makalah ini. Penulis
berharap semoga semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca maupun bagi
penulis.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sejarah perbankan syariah, dalamhttps://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang


syariah/Pages/Sejarah-Perbankan-Syariah.aspx (15 mei 2022).
Sindy Prastiani, Alfina. 2019. “perkembangan perbankan syariah di Indonesia”,
Fakultas Ekonomi, Manajemen Universitas Djuanda.

v
L lampiran 1
Lampran 1

Anda mungkin juga menyukai