Anda di halaman 1dari 10

PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ZAMAN BATU TUA DAN

BATU MADYA

Azwar Anastain1, Desy Sulistiana Adriyani2, Ela Oktadiana3, Hesty Irmala4,


Astri Ati Wahyuni5
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Banyuwangi
Email :
Anasazwar992@gmail.com1
Desysuliatiana04@gmail.com2
elaoktadiana@gmail.com3
hestyirmala@gmail.com4
astriwahyuni1999@gmail.com5

Abstrak
Zaman batu tua atau biasa dikenal dengan zaman Paleolitikum merupakan kehidupan awal
manusia pra-sejarah dan berlangsung selama enam ratus ribu tahun. Zaman batu madya atau
zaman mesolitikum merupakan zaman peralihan. Penulisan ini bertujuan untuk memaparkan
perkembangan kebudayaan zaman batu tua dan batu madya. Metode yang digunakan dalam
penulisan artikel ini adalah kajian pustaka atau studi kepustakaan. Sumber data diperoleh melalui
studi pustaka, studi literatur, serta pencarian data melalui media internet. Manusia pada zaman
batu tua selalu berpindah-pindah (nomaden) dan hidup dengan cara berburu dan meramu (food
gathering) makanan yang ada di alam. Peninggalan yang ditemukan berupa peralatan batu seperti
flakes, chopper (kapak genggam/alat penetak), selain itu terdapat pula peralatan dari tulang. Pada
zaman batu madya manusia mulai hidup menetap dan mulai bercocok tanam untuk mendapatkan
makanan. Alat-alat yang ditemukan pada zaman batu madya, antara lain beliung persegi, kapak
lonjong, mata panah, serta gerabah dan perhiasan.
Kata kunci : zaman batu tua, zaman batu madya

Abstract
The Old Stone Age or commonly known as the Paleolithic era was the beginning of pre-historic
human life and lasted for six hundred thousand years. The Middle Stone Age or Mesolithic Age
is a transitional era. This writing aims to explain the development of ancient and middle stone age
culture. The method used in writing this article is literature review or literature study. Data sources
were obtained through literature studies, literature studies, and data searches via internet media.
Humans in the Old Stone Age were always on the move (nomadic) and lived by hunting and
gathering (food gathering) food found in nature. The remains found were stone tools such as
flakes, choppers (hand-held axes/mashing tools), apart from that there were also bone tools. In
the Middle Stone Age, humans began to live sedentary lives and started farming to get food. Tools
found in the Middle Stone Age include square adzes, oval axes, arrowheads, as well as pottery
and jewelry.
Key words: old stone age, middle stone age

1
PENDAHULUAN
Kehidupan masyarakat Indonesia zaman mesolitikum merupakan zaman
terdahulu terbagi menjadi dua zaman, peralihan. Kehidupan manusia pada
yakni zaman prasejarah atau pra-aksara zaman ini belum mengalami perubahan
dan zaman sejarah atau aksara. Pada yang signifikan, akan tetapi manusia
zaman pra-aksara sendiri juga terbagi mulai hidup menetap dan mulai bercocok
menjadi dua zaman di antaranya zaman tanam untuk mendapatkan makanan.
batu dan zaman logam. Alasan disebut Kehidupan menetap inilah yang
zaman batu sebab kebudayaan yang kemudian menjadi titik awal dari
dihasilkan pada zaman ini sebagian besar perkembangan peradaban manusia tahap
terbuat dari batu, diawali dari yang demi tahap.
sederhana dan kasar sampai pada yang Setiap zaman yang dilalui masyarakat
baik dan halus. Masyarakat terdahulu Indonesia mulai dari zaman pra-aksara
memanfaatkan batu sebagai penunjang sampai dengan zaman aksara tentu
kehidupan mereka pada masa itu, seperti diiringi dengan lahirnya berbagai budaya-
membuat kapak, pisau dan alat-alat budaya baru. Masyarakat dan
lainnya untuk bertahan hidup. Berbagai kebudayaan merupakan satu kesatuan
peralatan yang sifatnya sederhana dan yang sangat erat hubungannya. Jika ada
kasar disebut zaman batu tua, begitu pula manusia, maka akan ada kebudayaan,
sebaliknya. Pembagian zaman batu sebab manusia merupakan pendukung
sendiri di antaranya : zaman batu tua dari terciptanya kebudayaan itu sendiri.
(paleolitikum), zaman batu tengah Perubahan masyarakat selalu diikuti oleh
(mesolitikum), dan zaman batu muda perubahan kebudayaan.
(neolitikum). Dalam artikel ini, penulis Perkembangan kebudayaan di
akan memfokuskan pada perkembangan Indonesia telah terjadi sejak zaman pra-
kebudayaan zaman batu tua sejarah. Semakin berkembangnya
(paleolitikum) dan madya (mesolitikum). peradaban dan pengetahuan manusia,
Zaman batu tua atau biasa dikenal maka penciptaan objek lebih didasarkan
dengan zaman Paleolitikum merupakan pada kebutuhan secara fungsional.
kehidupan awal manusia pra-sejarah dan Seiring berkembangnya peradaban,
berlangsung selama enam ratus ribu pengaruh kebudayaan asing pun tak luput
tahun. Untuk memenuhi kebutuhan memberikan pengaruhnya kepada
pangan, manusia yang hidup pada zaman kebudayaan lokal yang kemudian saling
ini berburu dan meramu (food gathering) mempengaruhi dan beralkulturasi.
makanan yang ada di alam. Hal ini
dikarenakan manusia pra-sejarah belum METODE PENELITIAN
bisa menghasilkan makanan sendiri. Adapun metode penelitian yang
Selain itu, manusia pada zaman ini juga digunakan dalam artikel ini yakni kajian
selalu berpindah-pindah (nomaden) pustaka atau studi kepustakaan. Studi
mengikuti musim makanan untuk pustaka berkaitan dengan kajian teoritis
bertahan hidup. Di daerah Jawa Timur dan beberapa referensi yang tidak akan
khususnya daerah Pacitan dan Ngandong, lepas dari literatur-literatur ilmiah
banyak sekali temuan-temuan hasil (Sugiyono, 2012). Kajian pustaka atau
kebudayaan pada zaman paleolitikum. studi pustaka merupakan kegiatan yang
Pada zaman ini, manusia mengenal diwajibkan dalam suatu penelitian,
penggunaan alat-alat yang berasal dari khususnya penelitian akademik yang
alam untuk mengumpulkan makanan, tujuan utamanya yaitu dalam
seperti batu, kayu, dan lain-lain. mengembangkan aspek teoritis maupun
Sedangkan zaman batu madya atau aspek manfaat praktis (Habibatullah,

3
dkk:2021). Penulisan artikel ini dilemparkan atau digunakan sebagai alat
sepenuhnya berdasarkan dari kajian pukul untuk memecah kacang dan
pustaka atau studi literatur. Oleh karena menghancurkan tulang-tulang besar.
itu penelitian ini bersifat penelitian Akhirnya, manusia menemukan bahwa
kepustakaan (library reseach) di mana alat yang dibentuk bisa digunakan dengan
data diperoleh dari literatur maupun lebih baik daripada alat tanpa bentuk, dan
dokumentasi lainnya seperti jurnal, kemudian manusia mulai menyumbing
artikel, ataupun media lain yang masih batu api menjadi kapak batu, pisau, mata
relevan. Pada artikel ini data diperoleh tombak, alat bor, dan lain-lain, Obyek-
melalui beberapa cara, yaitu dengan studi obyek semacam ini dinamakan paleolith
pustaka, studi literatur, serta pencarian (batu tua), dan periode ketika obyek-
data melalui media internet. Teknik obyek ini dibuat karenanya dikenal
pengumpulan data yang digunakan sebagai paleolitikum atau Jaman Batu
peneliti dalam artikel ini adalah studi Tua tampaknya mulai di tahapan
kepustakaan, yaitu mencari data yang interglacial ketiga dan mungkin
berkaitan dan masih relevan dengan topik berlangsung lebih dari seratus ribu tahun
pembahasan dalam artikel ini. Data yang (Webster, Hutton,2021).
terkumpul kemudian diolah dan dianalisis Tidak dibutuhkan ketrampilan untuk
sesuai dengan kaidah penulisan. menyumbing batu api di sepanjang satu
Sisi atau dua Sisi batu, hingga batu
PEMBAHASAN tersebut berbentuk simetris. Tetapi latihan
Zaman Batu Tua (Paleolitikum) menjadikannya sempurna, dan Jaman
Masa ketika manusia masih paleolitikum sebagian besar
menggunakan batu sebagai bahan utama menunjukkan kemajuan berarti dalam
untuk membuat alat dan senjata. Zaman pembuatan obyek-obyek, tidak hanya alat
Paleolitikum digantikan oleh zaman batu, tetapi juga peralatan dari tulang,
Mesolitikum, walaupun masa transisinya gading mamoth, dan tanduk rusa kutub.
berbeda-beda di setiap wilayah. Jika Beragam jenis peralatan berbeda,
divisualisasikan kondisi manusia paling diadaptasi untuk penggunaan khususnya,
awal. Mereka telanjang, tanpa api, tanpa diproduksi secara bertahap. Lebih lanjut
rumah, tanpa peralatan dan senjata, tentang peralatan yang telah disebutkan,
bahkan tanpa bahasa, dan tanpa apa-apa kita menemukan alat penusuk, baji,
kecuali tangan dan otak mereka untuk gergaji, alat bor, alat pahat, tombak
mencari makan dan melindungi diri dari berduri, dan bahkan peralatan yang begitu
binatang di sekitar mereka. Tidak ada rapi seperti pelontar tombak tulang dan
manusia liar yang hidup begitu rendah kayu juga digunakan sebagai gagang
seperti manusia paling awal ini, Manusia senjata dan peralatan sehingga senjata
paling awal ini memulai segalanya tanpa dan peralatan bisa digunakan dengan
kebudayaan. Mereka harus lebih efektif. Manusia paleolitikum
memperolehnya melalui usaha-usaha belajar membuat api. Tetapi bagaimana
tanpa bantuan yang mereka lakukan caranya, kita tidak tahu. Mungkin ia
sendiri (Webster, Hutton,2021) menggesekkan sepotong pirit besi dengan
Alat dan senjata pertama manusia batu api dan kemudian menimbulkan
ialah segala sesuatu yang berada di percikan api yang jatuh ke tumpukan
tangan mereka, Sebuah cabang pohon daun atau lumut kering, Beberapa
bisa menjadi tombak: tongkat kayu yang manusia liar masih melakukan hal ini,
besar bisa menjadi alat pemukul; walaupun lebih sering mereka membuat
sementara bebatuan yang diambil secara api dengan cara menggosokkan dua
sembarangan bisa menjadi peluru ketika potong kayu bersama-sama. Penemuan

4
api membuat manusia bisa memasak Manusia Paleolitikum pada awalnya
makanan, daripada memakannya mentah- pasti hidup bergantung pada suplai alam
mentah, Mereka juga menggunakan api seperti beri liar, kacang-kacangan, umbi-
untuk mengasapi daging sehingga bisa umbian, daun-daunan, madu, telur
disimpan untuk waktu yang lama Api unggas liar, kerang, dan tempayak dan
juga digunakan untuk melindungi diri di juga bergantung pada binatang-binatang
malam hari dari binatang-binatang buas kecil yang mereka bisa bunuh dengan
dan untuk membuat rumah gua mereka lemparan batu dan tongkat kayu. Ketika
menjadi nyaman, Lebih lanjut, peralatan mereka berkembang dan
penggunaan api memungkinkan manusia ketrampilan mereka meningkat, mereka
membakar tanah liat menjadi gerabah dan menjadi pemburu ikan, penjerat hewan
melelehkan logam, tetapi langkah- dan pemburu hewan-hewan besar.
langkah besar ini tidak berlangsung di Mereka membunuh dan memakan
jaman paleolitikum (Webster, mamoth berbulu, kuda nil, bison Eropa,
Hutton,2021). rusa kutub, dan terutama kuda stepa, yang
Manusia Jaman Batu Tua tidak saat itu berkembang dalam kumpulan -
diragukan lagi melewatkan sebagian kumpulan besar di seluruh Eropa barat.
besar waktu mereka di ruang terbuka, Ada sebuah Situs Paleolithik di Prancis
dengan mengikuti hewan - hewan buruan yang diperkirakan mengandung tulang-
dari satu tempat ke tempat lainnya, dan, tulang seratus ribu kudag Kulit dari
ketika malam datang, mereka berkemah binatang buruan dijadikan alat pelindung
di bawah bintang-bintang. Mereka dan pakaian, seperti yang kita tahu dari
membangun gubuk juga. Beberapa penemuan alat pengerik kulit yang
gambar mereka menunjukkan struktur terbuat dari batu api dan jarum dari tulang
kasar gubuk mereka dengan sebuah (Webster, Hutton,2021).
tonggak tunggal di bagian tengah dan Beberapa penghuni gua ini adalah
kadang-kadang dengan beberapa tiang seniman berbakatu Mereka menghiasi
penyangga di sisi lainnya Pada umumnya peralatan batu dan tulang dengan ukiran,
mereka bertempat tinggal di bawah tepian figur-figur yang terbuat dari tanah liat,
bebatuan dan di gua, seperti yang patung-patung yang terbuat dari batu dan
dilakukan manusia liar saat ini. Gua-gua gading, dan menutup dinding gua tempat
kapur, yang sering sangat dalam dan tinggal mereka dengan berbagai lukisan
lapang, jumlahnya sangat banyak di berwarna merah, kuning, coklat, dan
Eropa barat. Gua-gua tersebut tampaknya warna-warna cerah Iainnya. Subyek
telah dihuni selama beberapa generasi lukisan itu pada umumnya adalah
selama berabad-abad. Kumpulan besar binatang, walaupun beberapa representasi
abu dan arang, peralatan batu, tulang bentuk manusia juga telah ditemukan,
binatang, dan kadang-kadang tulang Lukisan - Lukisan paleolitikum terbaik
manusia menutupi lantai gua yang cukup sungguh mengagumkan, melampaui
dalam. Obyek-obyek ini sering usaha-usaha manusia liar modern.
ditemukan terperangkap dalam stalaktit Manusia yang membuat lukisan ini jelas
yang dibentuk oleh air mengandung pengamat dekat kehidupan binatang, Para
kapur yang jatuh dari atap gua. Apa yang penghuni gua rupanya telah memiliki
dulunya menjadi rumah manusia gua kini bentuk kasar agarna, Mayat-mayat yang
menjadi sebuah museum, yang sedang dikubur di dalam gua kadang-kadang
menunggu penyelidikan oleh para ahli dikelilingi dengan persembahan berupa
untuk mengungkap cerita masa lalu makanan, peralatan, dan ornamen-
(Webster, Hutton,2021). ornamen, yang pastinya ditujukan untuk
si mayat agar bisa digunakan di alam lain

5
setelah kematiannya (Webster, Hutton, kapak genggam karena alat tersebut
2021). serupa dengan kapak, tetapi tidak
Ada aspek-aspek lain kebudayaan bertangkai dan cara menggunakannya
paleolitikum tentangnya hanya sedikit dengan cara menggenggam bagian
atau tidak ada yang bisa dipelajari dengan kapaknya. Pembuatannya dengan cara
pasti. Kita hanya bisa menduga, dari apa memangkas salah satu sisi batu sampai
yang diketahui tentang orang liar saat ini, menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa
bahwa di periode yang sangat lampau ini adanya sebagai tempat menggenggam.
orang-orang mulai bekerja sama dalam Alat-alat peninggalan Kebudayaan
berburu dan membela diri melawan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong juga
binatang dan manusia lain yang jadi dapat ditemukan di beberapa lokasi lain.
musuhnya, Setiap kelompok anggotanya Sebagai contoh, alat-alat batu dan tulang
sedikit beberapa ratus individu yang dapat ditemukan di Sidorejo, Ngawi. Alat
paling besar karena populasi masih penyerpih atau flakes dapat ditemukan di
sangat jarang. Pemerintahan tidak Sangiran, Sragen. Selain di Jawa Tengah
diragukan lagi telah ada, tetapi apakah dan Jawa Timur, peralatan yang mirip
dipimpin oleh para tetua atau oleh para dengan peninggalan kedua kebudayaan
sesepuh komunitas kecil kami tidak tahu. tersebut juga dapat ditemukan di
Mungkin bentuk keluarga juga telah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali,
muncul, dan laki-laki dan wanita mulai Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
hidup bersama lebih kurang secara Timur, dan Kepulauan Maluku (Ningsih,
permanen di bawah beberapa bentuk Widya Lestari, 2021).
perkawinan, Kehidupan sosial manusia Spesies manusia purba yang telah ada
sangat kuno, demikian juga agama, seni pada zaman ini adalah Meganthropus
dan kebudayaan materialnya(Webster, paleojavanicus dan Pithecanthropus
Hutton,2021). erectus (Pithecanthropus mojokertensis,
Beberapa perkembangan kebudayaan Pithecanthropus robustus) (Ruang
ditemukan di Indonesia sekitar Pacitan, Sejarah,2019).
Jawa Timur (ditemukan oleh von
Koenigswald) dan Ngandong, Kabupaten Zaman Batu Madya (Mesolitikum)
Blora, Jawa Tengah. Pada zaman ini, Pada zaman ini, kehidupan manusia
manusia hidup secara nomaden atau beralih dari pola pemburu-pengumpul ke
berpindah-pindah tempat dalam cara hidup menghasilkan makanan.
kumpulan kecil/koloni untuk mencari Adanya kemampuan menghasilkan
makanan. Pekerjaan kaum perempuan makanan tersebut menunjukkan bahwa
adalah mengumpulkan dedaunan, ubi, manusia purba sudah menetap secara
sayur-sayuran, dan buah-buahan. permanen. Tempat hidup manusia purba
Sedangkan, tugas kaum laki-laki adalah terdapat di dekat sungai, danau, bukit dan
memburu binatang untuk dimakan. hutan-hutan serta tempat-tempat yang di
Peninggalan yang ditemukan antara dekat dengan air. Mereka sudah tidak
lain berupa peralatan batu seperti flakes tinggal di gua-gua tetapi sudah menghuni
(alat penyerpih berfungsi misalnya untuk rumah-rumah panggung yang dibangun
mengupas, menguliti), chopper (kapak secara sederhana. Rumah-rumah
genggam/alat penetak), selain itu terdapat panggung tersebut didirikan agar dapat
pula peralatan dari tulang (Ruang terhindar serangan binatang buas
Sejarah,2019). (Targiyatmi, Eko,2014).
Kapak genggam banyak ditemukan di Pada masa ini, kegiatan berburu masih
daerah Pacitan, biasa disebut chopper tetap dilakukan, walaupun frekuensinya
(alat penetak/pemotong). Dinamakan tidak sering seperti masa sebelumnya

6
(Basri, Asrul,dkk. 2001). Sistem Pada waktu luang saat menunggu
berlandang secara berpindah ini disebut panen masyarakat purba juga mengisinya
juga bergumah. Kegiatan seperti ini dengan berbagai usaha kerajinan rumah
masih sering dijumpai di Indonesia tangga, seperti menganyam, membuat
seperti di pedalaman Papua dan gerabah dan mengasah alat-alat
Kalimantan (Portal Sejarah Indonesia dan pertanian. Adanya kepandaian manusia
Dunia,2020). purba dalam membuat kerajinan tangan
yang mulai dirintis pada masa bercocok
Sistem Sosial tanam memunculkan spesialisasi
Struktur sosial masyarakat purba masih pekerjaan di bidang pertambangan yang
sederhana berciri keseragaman merupakan prasyarat bagi lahir
(homogenitas) yang sangat tinggi. perundagian. Pada masa bercocok tanam
Keseragaman tersebut menyangkut masyarakat purba juga sudah pandai
berbagai aspek seperti aspek pola dan membuat perahu dari pohon-pohon besar
bentuk bentuk tempat tinggal. Bentuk- yang dipotong-potong dan digunakan
bentuk tempat tinggal berkaitan dengan untuk menangkap ikan. Proses
struktur masyarakat masa bercocok pembuatan perahu dilakukan dengan
tanam. Pada umumnya, bentuk-bentuk melubangi potongan-potongan kayu
tempat tinggal (rumah) dari masa besar dengan api dan selanjutnya lubang
bercocok tanam berupa rumah-rumah tersebut diperdalam dengan beliung
kecil, bundar dan atapnya melekat di sehingga menyerupai bentuk lesung.
tanah. Pada saat ini bentuk-bentuk rumah Pada saat itu juga telah ada kegiatan
peninggalan zaman prasejarah tersebut perdagangan perdagangan barter yaitu
dapat dijumpai di pulau Timor dan dengan cara tukar menukar barang barang
Kalimantan Barat. Dalam aspek guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-
kependudukan mulai terjadi gejala hari (Targiyatmi, Eko,2014).
pertambahan penduduk dengan cepat.
Hal ini disebabkan pada masa itu mulai Sistem Peralatan Hidup
muncul anggapan di dalam masyarakat a. Beliung Persegi
bahwa jumlah anggota keluarga yang Beliung persegi berbentuk seperti
banyak akan sangat menguntungkan cangkul dengan ukuran 4–25 cm. Alat itu
karena tersedianya tenaga kerja yang dibuat dari batuan kalsedon, agat, chert,
dimanfaatkan untuk membantu pekerjaan dan juspis. Tipe umum beliung persegi
pekerjaan di bidang pertanian adalah beliung dengan variasinya yang
(Targiyatmi, Eko,2014). berupa beliung bahu, beliung tangga,
beliung atap, beliung biola dan beliung
Sistem Mata Pencaharian penarah. Daerah penemuan beliung
Karena pertambahan penduduk yang persegi meliputi hampir seluruh
menyebabkan jumlah tenaga tenaga kerja Indonesia, terutama di bagian barat. Alat
meningkat, bidang pertanian berkembang semacam itu juga ditemukan di Malaysia,
pesat. Pada bidang pertanian masyarakat Thailand, Kampuchea, Vietnam, China
mulai menanami lahan pertanian dengan dan Taiwan (Targiyatmi, Eko,2014).
jenis-jenis tanaman seperti umbi-umbian Sedangkan di Indonesia, beliung
dan buah-buahan. Dari jenis-jenis persegi ditemukan di wilayah Nusa
tanaman tanaman itu berkembang jenis- Tenggara, pulau Sumatra, pulau Jawa,
jenis tanaman lainnya seperti biji-bijian, dan Sulawesi (dosenpintar,2020).
padi-padian dan sayur-sayuran namun b. Kapak Lonjong
selain bercocok tanam manusia purba Kapak lonjong dibuat dari batu kali
juga beternak (Targiyatmi, Eko,2014). jenis nefrit yang telah diasah lebih halus

7
daripada kapak persegi. Daerah menakutkan atau serba hebat. Selain itu
penemuannya terbatas di wilayah bagian mereka juga memuja roh nenek
timur Indonesia. Hal itu sesuai dengan moyangnya kadangkala kalau melihat
penelitian Van Heekeren dan W.F. Van pohon yang besar tinggi dan rimbun
Beers yang mengatakan bahwa di manusia merasa ngeri. Manusia purba
Kalumpang, Sulawesi Utara sudah terjadi menganggap bahwa kegiatan itu
perpaduan antara tradisi kapak persegi disebabkan pohon itu ada yang
dan kapak lonjong. Penemuan itu ditaksir menghuni. Begitupun terhadap batu besar
sangat muda, yaitu pada 600-1000 tahun serta binatang yang besar atau
yang lalu. Di Irian (Papua) juga menakutkan mereka juga memujanya
ditemukan kapak lonjong (Targiyatmi, kekuatan alam yang besar seperti petir,
Eko,2014). topan, banjir dan gunung meletus yang di
c. Mata Panah anggap menakutkan dan mengerikan juga
Mata panah ini digunakan untuk dipuja. Jika terjadi letusan gunung berapi
berburu, memanah dan menangkap ikan mereka beranggapan bahwa yang
dengan bentuk seperti gergaji yang menguasai gunung sedang murka
terbuat dari tulang (dosenpintar,2020). (Targiyatmi, Eko,2014).
Mata panah ini ditemukan pada masa Sistem kepercayaan masyarakat pada
bermukim dan bercocok tanam. Daerah masa bermukim dan bercocok tanam
penemuan yang penting ialah Pacitan dapat dibedakan atas dua hal di antaranya
(Jawa Timur) dan Toala (Sulawesi sebagai berikut :
Selatan). Mata panah bergerigi dan bilah 1. Animisme
dari kebudayaan Toala ditemukan di Adalah paham kepercayaan yang
Toala Sulawesi Selatan (Targiyatmi, meyakini bahwa roh mendiami benda-
Eko,2014). benda tertentu. Contoh paham animisme
d. Gerabah dan Perhiasan ini adalah upacara syukuran panen
Hasil penelitian membuktikan bahwa dengan memanggil roh pertanian (Portal
alat-alat gerabah sudah mulai dibuat pada Sejarah Indonesia dan Dunia,2020).
masa bermukim dan bercocok tanam, 2. Dinamisme
tetapi pembuatannya masih kasar dan Dinamisme adalah paham
sederhana. Alat gerabah itu pertama kali kepercayaan yang meyakini bahwa ada
digunakan untuk menyimpan bahan kekuatan gaib pada benda-benda tertentu
makanan dan minuman, kemudian (Portal Sejarah Indonesia dan
berkembang digunakan sebagai alat Dunia,2020). Misalkan saja menaruh
memasak. Bersamaan dengan itu, barang hormat kepada pohon, batu besar,
perhiasan juga mulai dibuat. Misalnya, gunung, dan jimat. Praktek religi dan
gelang dari batuan kalsedon manik-manik kepercayaan berupa pemujaan arwah para
dari tanah liat, kalung dari kulit kerang leluhur masih dianut oleh suku-suku
dan lukisan berwarna warni. Aneka pedalaman di Indonesia misalnya suku
lukisan itu dapat dijumpai dalam bangsa Dayak di Kalimantan yang masih
masyarakat pedalaman misalnya di mempraktekkan ritual ritual animisme
Toraja dan Papua (Targiyatmi, dan dinamisme (Targiyatmi, Eko,2014).
Eko,2014).
Zaman mesolitikum di Indonesia
Sistem Religi Pada zaman mesolitikum di Indonesia,
Manusia prasejarah pada masa manusia hidup tidak jauh berbeda dengan
mesolitikum sudah mengenal suatu zaman paleolitikum, yaitu dengan
kepercayaan terhadap kekuatan gaib. berburu dan menangkap ikan, tetapi
Mereka percaya terhadap hal-hal yang manusia pada masa itu juga mulai

8
mempunyai tempat tinggal agak tetap dan Salah satu peninggalan zaman
bercocok tanam secara sederhana. mesolitik berupa Abris Sous Roche. Abris
Tempat tinggal yang mereka pilih Sous Roche adalah goa menyerupai ceruk
umumnya berlokasi di tepi pantai batu karang yang digunakan manusia
(kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sebagai tempat tinggal (Soekmono
sous roche) sehingga di lokasi-lokasi R.,1973). Penelitian mengenai
tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan Abris sous roche ini juga
kebudayaan manusia pada zaman itu dilakukan oleh van Stein Callenfels pada
(Susan G. Keates, Juliette Pasveer, 2004). tahun 1928-1931 di Goa Lawu dekat
1. Kjokkenmoddinger Sampung, Ponorogo (Madiun). Alat-alat
Kjokkenmoddinger adalah sampah yang ditemukan lebih banyak terbuat dari
dapur dari zaman mesolitikum yang tulang sehingga disebut sebagai Sampung
ditemukan di sepanjang pantai timur Bone Culture (D. P. Erdbrink, 1954).
Pulau Sumatra. Hal ini diteliti oleh Dr. P. Di daerah Besuki (Jawa Timur), van
V. van Stein Callenfels pada tahun 1925 Heekeren juga menemukan kapak
dan menurut penelitian yang Sumatra dan kapak pendek. Abris sous
dilakukannya, kehidupan manusia pada roche juga ditemukan pada daerah Timor
saat itu bergantung dari hasil menangkap dan Rote oleh Alfred Buhler yang
siput dan kerang karena ditemukan menemukan flakes culture dari kalsedon
sampah kedua hewan tersebut setinggi 7 bertangkai dan hal ini diduga merupakan
meter. Sampah dengan ketinggian peninggalan bangsa Papua Melanesoide
tersebut kemungkinan telah mengalami (Sylvia Ohnemus,1998). Hasil
proses pembentukan cukup lama, yaitu kebudayaan Abris sous roche juga
mencapai ratusan bahkan ribuan tahun. ditemukan di Lamancong (Sulawesi
Di antara tumpukan sampah tersebut juga Selatan) yang biasa disebut kebudayaan
ditemukan batu penggiling beserta Toala. Kebudayaan Toala ditemukan pada
landasannya (pipisan) yang digunakan suatu goa yang disebut Goa Leang Pattae
untuk menghaluskan cat merah. Cat dan inti dari kebudayaan ini adalah flakes
tersebut diperkirakan digunakan dalam dan pebble. Selain Toala, para ahli juga
acara keagamaan atau ilmu sihir. Di menemukan kebudayaan Bacson-
tempat itu juga ditemukan banyak benda- Hoabinh dan Bandung di Indonesia.
benda kebudayaan seperti kapak Bacson-Hoabinh diperkirakan
genggam yang disebut pebble atau kapak merupakan pusat budaya prasejarah
genggam Sumatra (Sumeteralith) sesuai Indonesia dan terdiri dari dua macam
dengan tempat penemuannya. Kapak kebudayaan, yaitu kebudayaan pebble
tersebut terbuat dari batu kali yang (alat-alat tulang yang datang dari jalan
dibelah dua dan teksturnya masih kasar. barat) dan kebudayaan flakes (datang
Kapak lain yang ditemukan pada zaman melalui jalan timur). Sementara itu,
ini adalah bache courte (kapak pendek) penelitian kebudayaan Bandung
yang berbentuk setengah lingkaran dilakukan oleh van Koenigswald di
seperti kapak genggam atau chopper. daerah Padalarang, Bandung Utara,
Berdasaran pecahan tengkorak dan gigi Cicalengka, Banjaran Soreang, dan
yang ditemukan pada Kjokkenmod- sebelah barat Cililin. Kebudayaan yang
dinger, diperkirakan bahwa manusia yang ditemukan berupa flakes yang disebut
hidup pada zaman mesolitikum adalah microlith (batu kecil), pecahan tembikar,
bangsa Papua Melanesoide (nenek dan benda-benda perunggu (Soekmono
moyang suku Irian dan Melanesoid) R.,1973).
(Soekmono R.,1973).
2. Abris Sous Roche

9
KESIMPULAN perkembangan dan pencapaian manusia
Zaman batu mesolitkum (madya) sampai saat ini.
kehidupan masih beradaptasi di alam 2. Mengembangkan Kreativitas
dengan menggunakan teknik teknik Pelajaran tentang kebudayaan masa Batu
sederhana atau klasik di zaman ini tua dan muda dapat mendorong kita untuk
dilakukan berburu di alam mencermati lebih berkreativitas dalam membuat
hal ini perkembangan sejarah pada inovasi baru.
umumnya ada 3 faktor saling berkaitan 3. Menghargai Keragaman
satu sama lain dan berhubungan alam , Dalam belajar tentang kebudayaan lalu,
manusia dan kebudayaan. Dalam hal ini kita akan semakin memahami bahwa
menginterpretasikan alam sebagai manusia pada dasarnya memiliki
penghubung kehidupan manusia serta banyak keanekaragaman.
penghubung dengan kebudayaan.
Budaya prasejarah merupakan refleksi DAFTAR PUSTAKA
kondisi dari lingkungan alam ini bersifat Basri, Asrul,dkk. (2001). Mengenal
kehidupan nya secara nomaden yang Tradisi Bercocok Tanam di Indonesia.
eksploitasnya cara hidupnya sangat Jakarta: Museum Nasional.
bergantung membutuhkan alam Habibatullah, S., dkk. 2021. Potensi
paleolitik. Masyarakat neolitik mulai Bahasa Anak Usia Dini 5-6 Tahun
menunjukkan bermulai tanda tanda Melalui Metode Bercerita. Jurnal
menetap. Disuatu tempat menetap Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2).
membentuk kelompok kecil (Inggris) Susan G. Keates, Juliette
perkampungan kecil serta penghidupan Pasveer (2004). Modern Quaternary
baru secara bercocok tanam dan Research in Southeast Asia, Volume
domestikasi hewan. Disamping itu pada 17: Quaternary Research In
kehidupan telah ada di Indonesia Indonesia. Taylor & Francis. ISBN
dijumpai adanya nilai tradisi prasejarah 978-90-5809-674-6.
hingga sekarang ini bercocok tanam (Inggris) D. P. Erdbrink (1954).
pembuatan kapak , pembuatan logam dan "Mesolithic Remains of the Sampung
masyarakat masih menjalankan sekarang Stage in Java: Some Remarks and
ini. Additions". Southwestern Journal of
Paleolitikum dan Mesolitikum Anthropolog. 10 (3): 294–303.
memberikan wawasan tentang (Inggris) Sylvia Ohnemus (1998). An
kemampuan manusia prasejarah dalam ethnology of the Admiralty Islanders:
bertahan hidup, perkembangan teknologi, the Alfred Bühler Collection.
serta ekspresi budaya mereka. Sekalipun University of Hawaii Press.
berlangsung pada masa prasejarah, "Masa Bercocok Tanam - Pengertian,
kebudayaan Paleolitikum dan Ciri, Corak dan Jenis | dosenpintar".
Mesolitikum memainkan peran penting dosenpintar.com. Diakses tanggal
dalam perkembangan manusia dan 2020-05-10.
memberikan wawasan penting tentang Ningsih, Widya Lestari. 2021. Nailufar,
perjalanan budaya manusia. Nibras Nada, ed. "Kebudayaan
Ngandong: Peninggalan dan
SARAN Persebaran". Kompas.com.
Pentingnya Mempelajari Kebudayaan "Portal Sejarah Indonesia dan Dunia:
Masa Zaman Batu Tua dan Muda Corak Kehidupan Manusia Purba
1. Mengenal Sejarah Pada Masa Bercocok Tanam". Portal
Kita harus selalu mengenali sejarah asal- Sejarah Indonesia dan Dunia.
usul manusia untuk memahami

10
"Portal Sejarah Indonesia dan Dunia: Apa
Perbedaan Kepercayaan Animisme
dengan Dinamisme?". Portal Sejarah
Indonesia dan Dunia.
”Ruang Sejarah: Revolusi Kebudayaan
Prasejarah: Dari Kebudayaan Kapak
Hingga Nekara". Ruang Sejarah.
Diarsipkan dari versi asli tanggal
2019-04-22.
"Ruang Sejarah: Sejarah, Ciri-Ciri dan
hasil kebudayaan Zaman
Palaeolitikum". Ruang Sejarah.
Diarsipkan dari versi asli
tanggal 2019-04-22.
Soekmono R. 1973. Pengantar Sejarah
Kebudayaan Indonesia I. Yogyakarta:
Kanisius. ISBN 978-979-413-174-9.
Sugiyono. 2012. Metode penelitian
kuantitatif kualitatif dan R&D.
Bandung:
Alfabeta.
Targiyatmi, Eko. 2014. Sejarah
Pembelajaran Sejarah Interaktif.
Solo: Platinum. ISBN 978-602-257-
577-1.
Webster, Hutton (2021). World History:
Sejarah Dunia Lengkap. Yogyakarta:
IndoLiterasi. hlm. 10–14. ISBN 978-
602-0869-902.

11

Anda mungkin juga menyukai