Anda di halaman 1dari 5

UPACARA MENEK KELIH

NAMA:

Ni Gusti Putu Agung Ayu Yogita Pramiswari

NIM:

P07124222031

KELAS:

A, Tingkat 1, Semester 2

Mata Kuliah:

Budaya Bali dalam KIA

DOSEN PENGAMPU:

Ni Made Sinarsari, A.Md. Keb., S.Kes.H., M.Si.

PROGRAM STUDI

Sarjana Terapan Kebidanan dan Profesi Bidan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masyarakat Bali terkenal sangat patuh dan taat terhadap segala bentuk aturan dalam
agama, tradisi dan adat sosial budaya. Salah satunya bentuk ritual yang disebut dengan
upacara menek kelih. Upacara menek kelih berisi ungkapan rasa terimakasih kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas segala kenikmatan dan keselamatan yang telah diberikan, serta
permohonan supaya senantiasa dituntun dan dijaga dalam jalan yang benar dan baik serta
dijauhkan dari marabahaya dan petaka bagi umat manusia. Upacara menek kelih merupakan
kewajiban yang harus dilakukan oleh para orang tua (munggah deha), yang memiliki anak
yang umurnya sudah beranjak dewasa kira-kira sekitar 14 tahun, yang dimana anak tersebut
sudah bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah (Suana, 2022).

Dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang nampak pada laki-laki dan perempuan,
misalnya pada anak laki-laki perubahan yang menonjol dapat dilihat dari sikap dan suaranya
semakin berat (ngembakin), sedangkan pada anak perempuan ditandai dengan datang bulan
pertama (menstruasi) (Desapetang, 2022). Upacara menek kelih dilakukan setelah selesai
datang bulan atau menstruasi pertama dan dapat bisa dicarikan hari baiknya agar dapat
melakukan upacara menek kelih tersebut (Suana, 2022).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu
sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan upacara menek kelih dengan konsep kesehatan pada remaja?
2. Apa sajakah unsur-unsur aspek kesehatan yang berhubungan dengan upacara menek
kelih?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan yaitu sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengetahui hubungan upacara menek kelih dengan konsep kesehatan
pada remaja.
2. Untuk dapat mengetahui apa saja unsur-unsur aspek kesehatan yang berhubungan
dengan upacara menek kelih.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HUBUNGAN UPACARA MENEK KELIH DENGAN KONSEP KESEHATAN


PADA REMAJA DAN UNSUR-UNSUR APA SAJA YANG BERHUBUNGAN
DALAM UPACARA MENEK KELIH

Upacara menek kelih adalah sebagai pembersihan. Pembersihan memiliki tujuan untuk
menyucikan pribadi secara lahir dan batin bagi mental dan jiwa, diharapkan segala hal-hal
yang bersifat kotor atau negatif baik secara jasmani maupun rohani dapat kembali bersih dan
suci.

Upacara menek kelih adalah sebagai pembersihan diri karena pada saat manusia lahir
dikatakan masih dalam keadaan kotor, maka dilaksanakanlah upacara menek kelih ini agar
kotoran yang ada di badan dapat dibersihkan melalui pelaksanaan upacara menek kelih
(Seruni, et al., 2022).

Untuk anak laki-laki disebut dengan Ngeraja Singa atau menek taruna. Untuk
perempuan disebut Ngeraja Selawa atau menek taruni/ Bajang/ Deha. Upacara menek kelih
biasanya dilaksanakan di rumah dan dipimpin oleh seorang Pendeta/ Pandita/ Pinandita atau
yang tertua dalam lingkungan keluarga. Upacara menek kelih bisa dilakukan secara massal
dalam lingkup Dadia, Banjar, Desa atau campuran ketiganya (Suana, 2022). Manfaat dari
upacara menek kelih dilaksanakan secara massal tersebut adalah untuk menghemat biaya,
mempererat tali persaudaraan dan kekeluargaan dan menambahkan rasa persatuan-kesatuan
dan gotong royong sesama warga masyarakat.

Dalam upacara ini menggunakan Banten/Upakara. Banten/Upakara merupakan bentuk


pelayanan yang diwujudkan dari hasil kegiatan kerja berupa materi yang dipersembahkan
atau dikorbankan dalam suatu upacara keagamaan (Seruni, et al., 2022).

Sarana dan sesajen dalam upacara menek kelih untuk wanita yaitu Banten Pabyakala,
Banten Prayascita, Banten Dapetan, Banten Sesayut Tabuh Rah. Sedangkan sarana dan
sesajen untuk laki-laki yaitu Banten Sesayut Ngraja Singa, dan Banten Padedarian.

Persepsi upacara Menek Kelih, laki-laki dan perempuan di upacarai terlebih dahulu
dengan Mabyalaka dan Maprayascita (Bantenloka, 2022).Banten prayascita memiliki posisi
sangat penting dan selalu digunakan dalam pelaksanaan yajna. Fungsinya sebagai penyucian
lahiriah dan memiliki mutu kedewataan (Daiwi sampad) yaitu pembersihan atas kekeruhan
pikiran dan perasaan. Sedangkan banten byakala adalah banten yang melambangkan upacara
penyucian lahiriah, banten byakala ini dipergunakan sebagai banten pendahulu, di semua
jenis upacara panca yajna. Setelah itu dilanjutkan dengan natab sesayut tabuh rah (bagi yang
putri) dan sesayut ngeraja singa (bagi yang putra) (Seruni, et al., 2022).

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Upacara menek kelih adalah upacara yang bertujuan untuk menyucikan diri secara lahir
dan batin, mental dan jiwa yang kotor atau negatif agar dapat kembali bersih dan suci, serta
agar dituntun ke jalan yang benar dan dijauhkan dari marabahaya. Upacara menek kelih
dilakukan pada anak yang mengalami perubahan seperti anak perempuan yang sudah
mengalami menstruasi pertama dan pada anak laki-laki dimana suaranya yang menjadi berat.

Untuk anak laki-laki disebut dengan Ngeraja Singa atau menek taruna. Untuk perempuan
disebut Ngeraja Selawa atau menek taruni/ Bajang/ Deha. Sarana atau sesajen yang
digunakan dalam upacara menek kelih bagi perempuan yaitu Banten Sesayut Tabuh Rah, dan
bagi laki-laki yaitu Banten Sesayut Ngraja Singa.

3.2 SARAN

Bagi penyusun laporan selanjutnya diharapkan agar dapat menambahkan materi atau
pengetahuan dengan menganalisis lebih lanjut mengenai hal yang berkaitan dengan aspek
kesehatan pada upacara menek kelih dalam budaya Hindu pada remaja. Serta dapat
melakukan penelitian lebih lanjut agar dapat menyusun laporan yang lebih baik berdasarkan
fakta dan sebuah eksperimen yang nyata.
DAFTAR PUSTAKA

Bantenloka, 2022. Pentingnya Melaksanakan Upacara Menek Kelih Bagi Remaja Bali. 30
Maret.

Desapetang, 2022. Menghadiri Undangan Upacara Menek Kelih/Munggah Deha Raja Sewala,
Perbekel Petang di Br Petang Suci,Desa Petang. 29 Juli.

Seruni, N. G. K., Mudita, I. W. & Yasini, K., 2022. PERSEPSI MASYARAKAT HINDU
TERHADAP UPACARA MENEK KELIH.

Suana, I. G. P., 2022. Handbook Penyuluhan dan Pendidik Agama Hindu 5.0 (Digitalisasi &
Literasi Hindu Bali). s.l.:s.n.

Anda mungkin juga menyukai