Anda di halaman 1dari 17

SMK PGRI 2 KEDIRI

PERKAWINAN
PEGAWAI
OTK KEPEGAWAIAN XII OTKP

Antya Prasanti, S.Pd.


Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran
PENGERTIAN
PERKAWINAN
Overview Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Karena tujuan perkawinan adalah membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal, maka
perceraian sejauh mungkin dihindarkan dan
hanya dapat dilakukan dalam hal-hal yang
sangat terpaksa.

Dasar Hukum Peraturan


Perkawinan Pegawai
• PP No. 10 Tahun 1983
• PP No. 45 tahun 1990
• Surat Edaran Kepala BKN No. 08/SE/1983
Asas-Asas Berkaitan Dengan
Perkawinan
• Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi, agar masing-
masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai
kesejahteraan spiritual dan materiil.
• Suatu perkawinan adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum agamanya
dan kepercayaan nya, dan tiap-tiap perkawinan harus dicatat, menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Menganut asas monogami.
• Calon suami istri harus telah masak jiwa raganya untuk dapat melangsungkan
perkawinan, agar supaya dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik
tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan
sehat.
• Mempersulit terjadinya perceraian. Untuk memungkinkan perceraian, harus
ada alasan-alasan tertentu serta harus dilakukan di depan sidang pengadilan.
• Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat,
sehingga dengan demikian segala sesuatu dalam keluarga dapat dirundingkan
dan diputuskan bersama oleh suami istri.
Laporan Perkawinan
Pegawai
Pegawai Negeri Sipil yang melangsungkan
perkawinan pertama, wajib memberitahukannya
secara tertulis kepada Pejabat melalui saluran
hierarki dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu)
tahun setelah perkawinan itu dilangsungkan.

Ketentuan sebagaimana dimaksud (1) berlaku juga


bagi Pegawai Negeri Sipil yang telah menjadi
duda/janda yang melangsungkan perkawinan lagi.
Pemberitahuan ini akan berkaitan dengan gaji dan
juga dengan kartu suami dan kartu istri.
Laporan Perkawinan dibuat
rangkap 3 dan dilampiri;

Add the findings of


your research here.

Salinan sah surart Pas foto istri/suami uk 3x4


nikah/akta pernikahan sebanyak 3 lembar
1.Izin Perkawinan lebih dari 1
(Satu) kali bagi ASN berdasarkan
pada:

Izin Perkawinan • Undang-Undang Nomor 1 Tahun


1974 tentang

Pegawai • Peraturan Pemerintah Nomor 10


Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan
dan Perceraian bagi ASN
sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 45
Tahun 1990.
• Surat Edaran Kepala Badan
Administrasi Kepegawaian Negara
Nomor: 08/SE/1983 tanggal 26 April
1983 tentang Izin Perkawinan dan
Perceraian bagi Pegawai Negeri
Sipil.
2. Dalam Pasal 4 • ASN pria yang akan beristri lebih dari
seorang, wajib memperoleh izin lebih

PP 45 Tahun 1990; dahulu dari pejabat.


• ASN wanita tidak diizinkan untuk menjadi
istri kedua/ketiga/keempat.
• Permintaan izin diajukan secara tertulis.
• Dalam surat permintaan izin harus
dicantumkan alasan yang lengkap yang
mendasari permintaan izin untuk beristri
lebih dari seorang
3. Izin untuk beristri lebih dari seorang hanya dapat Syarat
diberikan oleh pejabat apabila
memenuhi sekurang kurangnya salah satu syarat alternatif
kumulatifdan ketiga syarat
kumulatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 Ayat (2) dan Ayat (3) PP 10 Tahun
sebagai
1983. berikut:
Syarat • Ada persetujuan
alternatif tertulis dari istri.
• ASN pria yang
sebagai
bersangkutan
berikut: mempunyai
penghasilan yang
• Istri tidak dapat cukup untuk
menjalankan membiayai lebih
kewajibannya dari seorang istri
sebagai istri. dan anak-anaknya
yang dibuktikan
• Istri mendapatkan
dengan surat
cacat badan atau
keterangan pajak
penyakit yang
penghasilan.
tidak dapat • Ada jaminan tertulis
disembuhkan. dari ASN yang
• Istri tidak dapat bersangkutan
melahirkan bahwa ia akan
keturunan. berlaku adil
Syarat dokumen pengajuan izin perkawianan lebih
dari satu adalah sebagai berikut;
• Surat permohonan dari yang
bersangkutan disertai dengan alasan.
• Surat persetujuan tertulis dari istri
bermaterai.
• Surat pernyataan berpenghasilan cukup
untuk membiayai lebih dari dari seorang
istri dan anak-anaknya.
• Surat keterangan pajak penghasilan.
• Surat pernyataan siap berlaku adil
bermeterai.
Tata cara melangsungkan perkawinan terbagi
menjadi 4 tahap, antara lain sebagai berikut;

Pelaporan atau Pengumuman


Pemberitahuan

Pencegahan Pelangsungan
Perkawinan
Setiap orang yang akan melaksanakan
perkawinan terlebih dahulu
melaporkan atau memberitahukan

1.Pelaporan kehendaknya kepada pegawai


pencatat di tempat perkawinan akan
dilangsungkan dan paling lambat 10
hari kerja sebelum perkawinan
dilangsungkan. Pelaporan atau
pemberitahuan tersebut dilakukan
secara lisan atau tertulis oleh calon
mempelai atau orang tua atau
wakilnya. Pelaporan atau
pemberitahuan tersebut memuat
nama, umur, agama, pekerjaan, tempat
kediaman calon mempelai. Apabila
salah seorang atau keduanya dahulu
sudah pernah menikah, maka harus
disebutkan nama istri atau nama
suaminya terdahulu.
• Kutipan akta kelahiran calon mempelai. Dalam
hal tidak ada akta kelahiran, dapat dipergunakan
surat keterangan yang menyatakan umur dan
asal usul calon mempelai yang diberikan oleh
kepala desa atau yang setingkat dengan itu.

• Keterangan mengenai nama,


agama/kepercayaan, pekerjaan, dan tempat

2. Pengumuman
tinggal orang tua calon mempelai.

• Izin tertulis/izin pengadilan sebagai dimaksud


dalam pasal 6 ayat (2),(3),(4), dan (5) undang
undang, apabila salah seorang calon mempelai
Setelah semua data diterima maka atau keduanya belum mencapai umur 21 (dua
pegawai pencatat akan melakukan puluh satu) tahun.
penelitian terhadap pemberitahuan atau
• Izin pengadilan sebagai dimaksud pasal 4
pelaporan tersebut. Undang-undang; dalam hal calon mempelai
adalah seorang suami yang masih mempunyai
Pegawai pencatat meneliti pula: istri. Dispensasi pengadilan/pejabat sebagai
dimaksud pasal 7 ayat (2) undang-undang.
• Dispensasi pengadilan/pejabat sebagai
dimaksud pasal 7 ayat (2) undang-
undang.

• Surat kematian istri atau suami yang


terdahulu atau dalam hal perceraian surat
keterangan perceraian, bagi perkawinan

2. Pengumuman
untuk kedua kalinya atau lebih.

• Izin tertulis dari pejabat yang ditunjuk


oleh Menteri Pertahanan, apabila salah
seorang calon mempelai atau keduanya
Setelah semua data diterima maka anggota Angkatan Bersenjata.
pegawai pencatat akan melakukan
penelitian terhadap pemberitahuan • Surat kuasa autentik atau di bawah
atau pelaporan tersebut. tangan yang disahkan oleh pegawai
pencatat, apabila salah seorang calon
mempelai atau keduanya tidak dapat
Pegawai pencatat meneliti pula: hadir sendiri karena sesuatu alasan yang
penting, sehingga mewakilkan kepada
orang lain.
Hasil penelitian oleh pegawai pencatat ditulis dalam
sebuah daftar yang diperuntukkan untuk itu. Apabila
ternyata dari hasil penelitian terdapat halangan
perkawinan atau belum dipenuhinya persyaratannya,
maka akan segera diberitahukan kepada calon mempelai
atau kepada orang tua atau kepada wakilnya. Apabila tata
cara dan syarat-syarat pemberitahuan telah dipenuhi
dan tidak terdapat halangan perkawinan, maka dilakukan
pengumuman. Pengumuman lalu ditempelkan di tempat
yang sudah ditentukan dan mudah dibaca oleh umum.
Pengumuman ditandatangani oleh pegawai pencatat dan
memuat:
• Nama, umur, agama/kepercayaan, pekerjaan, tempat
kediaman dari calon mempelai dan dari orang tua
calon mempelai; apabila salah seorang atau keduanya
pernah menikah disebutkan nama istri dan atau suami
mereka terdahulu.
• Hari, tanggal, jam, dan tempat perkawinan akan
dilangsungkan.
3. Pencegahan
Suatu perkawinan dapat dicegah
apabila ada pihak yang tidak
memenuhi syarat-syarat untuk
melangsungkan perkawinan. Pihak-
pihak yang dapat mencegah
perkawinan adalah para keluarga
dalam garis keturunan lurus ke atas
dan ke bawah, saudara, wali nikah,
wali, pengampu dari salah seorang
calon mempelai.
4. Pelangsungan Perkawinan
Perkawinan dilangsungkan paling tidak 10 hari setelah
dilakukannya pengumuman kehendak perkawinan oleh
bagian pegawai pencatat. Apabila tidak ada pihak yang
melakukan pencegahan perkawinan, maka perkawinan
dilakukan sesuai dengan hukum agama atau kepercayaan
masing masing di hadapan pegawai pencatat serta dihadiri
oleh dua orang saksi.

Setelah perkawinan dilangsungkan, kedua mempelai, para


saksi dan pegawai pencatat membubuhkan tanda tangannya
pada akta perkawinan. Khususnya untuk perkawinan yang
dilangsungkan menurut agama Islam, akta perkawinan juga
ditandatangani oleh wali nikah atau yang mewakilinya.
Penandatanganan akta perkawinan tersebut menjadi dasar
bahwa perkawinan telah dicatat secara resmi.
Q&A Session
Thank you for listening!

Back to Overview

Anda mungkin juga menyukai