Anda di halaman 1dari 134

0

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK


MELALUI MEDIA PUZZLE PECAHAN KATA DI
TAMAN KANAK-KANAK AL AKHDAR SITUJUAH
LADANG LAWEH

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

SATRIKAWATI
NIM. 15022055

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
i
i
i
ABSTRAK

Satrikawati, (2022).Peningkatan Kemampuan Membaca Anak Melalui Media


Puzzle Pecahan Kata di Taman Kanak-Kanak Al Akhdar
Situjuah Ladang Laweh. Skripsi: Jurusan Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan membaca anak


di Taman Kanak-Kanak Al Akhdar Situjuah Ladang Laweh. Tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca anak di Taman Kanak-Kanak
Al Akhdar Situjuah Ladang Laweh.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan di
dalam kelas, selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun perlakuan dalam
penelitian ini adalah mengunakan Media Puzzle Pecahan Kata di Taman Kanak-
Kanak Al Akhdar Situjuah Ladang Laweh. Sampel dalam penelitian ini berjumlah
15 orang siswa Taman Kanak-Kanak Al Akhdar Situjuah Ladang Laweh. Adapun
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik
analisis deskriptif.
Hasil penelitian menujukan bahwa, penggunaan media Puzzle pecahan kata
dapat meningkatkan kemampuan membaca anak di Taman Kanak-kanak Al
Akhdar Situjuah Ladang Laweh. Hal ini, dapat dilihat dari adanya perkembangan
peserta didik yang mana pada kondisi awal sebelum peneliti melakukan penelitian
kemampuan membaca anak masih rendah yaitu sekitar 15 orang anak. Pada pra
siklus penelitian diketahui peserta didik yang mencapai standar penilaian
berkembang sangat baik belum ada. Kemudian pada siklus I pertemuan ke-1,
pertemuan ke-2, dan pertemuan ke-3 kemampuan membaca peserta peserta didik
masih dikategorikan belum berkembang karena belum mencapai kriteria
ketuntasan minimal yaitu 75%. Selanjutnya pada siklus II pertemuan ke-1 anak
yang memiliki kemampuan membaca anak dikategorikan berkembang sangat baik
mencapai 2 peserta didik. Pada pertemuan ke-2 kemampuan membaca anak
dikategorikan berkembang sangat baik sebanyak 3 peserta didik, dan pada
pertemuan ke-3 kemampuan membaca anak dikategorikan berkembang sangat
baik mencapai 12 peserta didik atau 81%. Jumlah tersebut telah mencapai standar
penilaian yang telah di tentukan yaitu berkembang sangat baik sebanyak 81%.

Kata Kunci: Kemampuan Membaca Anak, Media Puzzle Pecahan Kata

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, segala puji dan syukur hanya kepada

Allah SWT atas nikmat dan kurnia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi

penelitian ini. Kemudian sholawat beriring salam teruntuk junjungan umat

Islam, yakni Nabi Muhammad SAW berkat beliaulah kita dapat menikmati dan

mempelajari ilmu yang benar, semoga dengan mengikuti jejak beliau kita dapat

menjadi bagian deretan panjang umatnya di akhirat nanti.

Skripsi ini disusun merupakan bagian dari persyaratan untuk

menyelesaikan tugas ujian akhir penelitian fakultas ilmu pendidikan

Universitas Negeri Padang. Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti telah

menerima bantuan dan semangat dari berbagai pihak tertentu, baik berupa

moril maupun materi, untuk itu peneliti ingin menyampaikan terima kasih dan

penghormatan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Asdi Wirman, S. Pd,I M Pd selaku Pembimbing, yang telah banyak

memberikan masukan, saran arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi

ini.

2. Bapak Dr. Dadan Suryana selaku Dosen Penguji I dan Ibu Vivi Anggraini M.

Pd selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan, arahan dan saran

kepada Peneliti.

3. Ibu Dr. Yaswinda, M.Pd selaku Ketua Jurusan PG PAUD, beserta Bapak Asdi

Wirman, S. Pd,I M Pd selaku Sekertaris Jurusan PG PAUD Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Padang.

ii
4. Bapak Prof. Dr. Rusdinal, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan,

Bapak Prof. Dr. Hadiyanto, M.Pd selaku Wakil Dekan I, Bapak Prof. Dr.

Daharnis, M.Pd,. Kons selaku Wakil Dekan II, Bapak Dr. Desyandri, S. Pd,

M.Pd selaku Wakil Dekan III.

5. Ibu Nurhafizah, M. Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Bapak Ibu Dosen dan Tata Usaha Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.

7. Papaku tercinta Satria Efendi, Mama tercinta Mustikawati. Mama Ibukku

Rahmayulis , Mama ibukku Rahmadanis, Mamak ku Joni Eka Satria, Adik-

Adikku ( Muhammad Lutfi, Rafiq Hanan) dan serta semua keluarga yang

senantiasa mengasuh, mendidik, membimbing dan memberikan semangat

kepada peneliti dengan penuh kasih sayang atas dukungan moril dan materil

serta do’a dalam penyelesaian skripsi penelitian ini.

8. Buk ria,buk ani yang selalu memberi semangat dan do’a kepada peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Ima, Era, Anisa, Yanisa, Ria dan teman-teman PG-PAUD 2015 yang selalu

memberikan semangat dan do’a kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Kepada semua pihak yang telah ikut membantu, tiada kata yang dapat

peneliti persembahkan selain do’a kepada Allah SWT semoga bantuan, bimbingan

dan arahan serta dukungan yang diberikan kepada peneliti, baik berupa moril

maupun materil dapat bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Peneliti menyadari

bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi penelitian ini.Oleh karena itu

segala kritikan dan saran yang membangun untuk menyempurnakan segala

iii
kekurangan dalam penyusunan skripsi penelitian ini. Akhir kata, peneliti berharap

semoga proposal penelitian berjudul “Peningkatan kemampuan membaca anak

melalui media Puzzle Pecahan Kata “ bagi pembaca dan pihak-pihak lain.

Padang, 19 Agustus 2022

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah........................................................................ 4
C. Pembatasan Masalah....................................................................... 4
D. Rumusan Masalah........................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian............................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian.......................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Landasan Teori............................................................................... 6
1. Konsep Anak Usia Dini............................................................ 6
2. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini......................................... 8
a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini............................... 8
b. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini.................................... 10
c. Karakteristik Pendidikan Anak Usia Dini........................... 10
d. Manfaat Pendidikan Anak Usia Dini.................................. 12
3. Konsep Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini...................... 13
4. Konsep Kemampuan Membaca Anak Usia Dini...................... 20
5. Konsep Bermain Anak Usia Dini............................................. 27
6. Konsep Alat media Anak Usia Dini......................................... 31
7. Media Puzzle Pecahan Kata...................................................... 34
B. Penelitian Yang Relevan................................................................. .37
C. Kerangka Berfikir........................................................................... 38
D. Hipotesis Tindakan......................................................................... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian............................................................................... 40
B. Subjek Penelitian............................................................................ 40
C. Tempat dan waktu penelitian.......................................................... 41
D. Prosedur penelitian......................................................................... 41
E. Defenisi Operasional...................................................................... 52
F. Instrumentasi................................................................................... 53
G. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 53
H. Teknik Analisis Data...................................................................... 54

iv
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi data................................................................................. 56
B. Pembahasan.................................................................................... 86

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 88
B. Implikasi......................................................................................... 89
C. Saran............................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 91
LAMPIRAN.................................................................................................... 94

v
DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka Berfikir.............................................................................. 38


Bagan 2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas.................................................. 42

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Format observasi peningkatan kekampuan membaca anak melalui


media puzzle pecahan kata di TK Al Akhdar................................... 53
Tabel 2. Hasil observasi peningkatan kemampuan membaca anak pada
kondisi awal (sebelum tindakan)...................................................... 56
Tabel 3. Hasil observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui
media puzzle pecahan kata pada siklus I pertemuan pertama
(setelah tindakan)............................................................................. 59
Tabel 4. Hasil observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui
media puzzle pecahan kata pada siklus I pertemuan kedua.............. 62
Tabel 5. Hasil observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui
media puzzle pecahan kata pada siklus I pertemuan ketiga............. 65
Tabel 6. Hasil rata-rata observasi peningkatan kemampuan membaca anak
melalui media puzzle pecahan kata pada siklus I, pertemuan
pertama, kedua, ketiga (setelah tindakan)........................................ 68
Tabel 7. Hasil observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui
media puzzle pecahan kata pada siklus II pertemuan pertama........ 71
Tabel 8. Hasil observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui
media puzzle pecahan kata pada siklus II pertemuan kedua........... 74
Tabel 9. Hasil observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui
media puzzle pecahan kata pada siklus II pertemuan ketiga........... 77
Tabel 10. Rekapitulasi observasi peningkatan kemampuan membaca anak
melalui media puzzle pecahan kata pada siklus II, pertemuan
pertama, kedua, ketiga...................................................................... 80
Tabel 11. Perbandingan kondisi awal, siklus I dan siklus II kemampuan
membaca anak melalui media puzzle pecahan kata (belum
berkembang)..................................................................................... 82
Tabel 12. Perbandingan kondisi awal, siklus I dan siklus II kemampuan
membaca anak melalui media puzzle pecahan kata (mulai
berkembang)..................................................................................... 83
Tabel 13. Perbandingan kondisi awal, siklus I dan siklus II kemampuan
membaca anak melalui media puzzle pecahan kata (berkembang
sesuai harapan)................................................................................. 84
Tabel 14. Perbandingan kondisi awal, siklus I dan siklus II kemampuan
membaca anak melalui media puzzle pecahan kata (berkembang
sesuai harapan)................................................................................. 85

vii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Hasil Observasi peningkatan kemampuan membaca anak


melalui media puzzle pecahan kata kondisi awal (sebelum
tindakan)........................................................................................... 58
Grafik 2. Hasil Observasi peningkatan kemampuan membaca anak
melalui media puzzle pecahan kata pada siklus I pertemuan
pertama (setelah tindakan)............................................................... 61
Grafik 3. Hasil Observasi peningkatan kemampuan membaca anak
melalui media puzzle pecahan kata pada siklus I pertemuan
kedua................................................................................................ 64
..........................................................................................................
Grafik 4. Hasil Observasi peningkatan kemampuan membaca anak
melalui media puzzle pecahan kata pada siklus I pertemuan
ketiga................................................................................................ 67
Grafik 5. Rekapitulasi tingkat pencapaian peningkatan kemampuan
membaca anak siklus I, kondisi awal, pertemuan pertama,
kedua, dan ketiga.............................................................................. 68
Grafik 6. Hasil Observasi peningkatan kemampuan membaca anak
melalui media puzzle pecahan kata pada siklus II pertemuan
pertama............................................................................................. 73
Grafik 7. Hasil Observasi peningkatan kemampuan membaca anak
melalui media puzzle pecahan kata pada siklus II pertemuan
kedua................................................................................................ 76
Grafik 8. Hasil Observasi peningkatan kemampuan membaca anak
melalui media puzzle pecahan kata pada siklus II pertemuan
ketiga................................................................................................ 79
Grafik 9. Rekapitulasi tingkat pencapaian peningkatan kemampuan
membaca anak siklus II, kondisi awal, pertemuan pertama,
kedua, dan ketiga.............................................................................. 81

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan anak..................103


Gambar 2. Guru membagi anak menjadi 2 kelompok......................................103
Gambar 3. Anak menyusun puzzle sesuai gambar...........................................104
Gambar 4. Anak membaca kata yang memiliki gambar...................................104
Gambar 5. Anak menyusun huruf menjadi kata...............................................105
Gambar 6. Anak menyusun suku kata menjadi kata.........................................105
Gambar 8. Anak meyusun huruf menjadi suku kata.........................................106

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Taman Kanak-


Kanak Al Akhdar .....................................................................94
Lampiran 2. Dokumentasi penelitian di Taman Kanak-Kanak Al Akhdar
Situjuah Ladang Laweh.............................................................103
...................................................................................................
Lampiran 2. Surat izin penelitian...................................................................107
Lampiran 3. Surat pengantar dari Dinas Pendidikan.....................................108
Lampiran 4. Surat balasan penelitian.............................................................109

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada masausia dini, sangatlah penting bagi anak-anak mendapatkan

pendidikan yang tepat guna untuk hidupnya, baik dimasa kanak-kanak

maupun setelah dewasa. Orang tua dan pendidik hendaknya tidak bosan untuk

selalu memberikan nasihat, teladan, kesempatan untuk mengambil keputusan,

keleluasaan bagi anak-anak untuk meneladan, mengikuti dan menilai baik dan

buruk, benar dan salah terhadap suatu sikap atau perbuatan.

Masa Kanak-kanak merupakan masa yang tepat untuk memberikan

berbagai stimulus agar anak dapat berkembang secara optimal. Karena pada

usia dini, anak merupakan peniru yang hebat dan sekaligus "pembelajar

ulet",apa yang dipelajari seseorang diawal kehidupan akan mempunyai

dampak dimasa yang akan datang.

Dalam Udang-Undang RI No.20 Tahun 2003 telah diatur tentang sistim

pendidikan nasional, sebagaimana yang telah diterangkan pada Bab II Pasal 3

yaitu:Tujuan Pendidikan Nasionaladalah untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan

yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Mengacu pada isi Undang-Undang di atas, maka pada Bab II Pasal 28

yang mengatur tentang pendidikan anak usia dini menyatakan bahwa taman

1
2

kanak-kanak merupakan salah satu pendidikan formal yang merupakan bagian

dari pendidikan usia dini.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pemberian

stimulasi bagi anak usia 0-8 tahun agar anak dapat tumbuh dan berkembang

secara optimal baik jasmani dan rohani, sehingga tumbuh menjadi manusia

yang beriman, bertaqwa, berbudi pekerti, cerdas, terampil, bertanggung jawab,

dan menjadi manusia pembangunyang mampu mewujudkan kehidupan yang

sejahtera dalam kehidupan bermasyarakat.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) bertujuan untuk memfasilitasi

seluruh pertumbuhan dan perkembangan anak, untuk itu dibutuhkan suasana

yang mendukung agar terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan anak

yang sesuai dengan harapan. Melalui proses pendidikan di Taman Kanak

Kanak diharapkan aspek perkembangan pada anak dapat berkembang sesuai

dengan tahapan aspek perkembangan anak. Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) meliputi enam aspek perkembangan yang harus dikembangkan, nilai

agama dan moral, kognotif, motoric, bahasa, seni, dan social emosi. Dalam

pendidikan anak usia dini salah satu aspek perkembangan anak yang harus

dikembangkan adalah kemampuan berbahasa (Salmiati dan Samsuri,

2018:119).

Pada masa kanak-kanak ini dikenal juga dengan masa emas (golden

age).Yang artinya pada masa ini semua aspek perkembangan anak dapat

dikembangkan dengan baik, tentu saja dengan peran guru, orang tua dan

lingkungan sekitarnya. Salah satu bentuk perkembangan itu adalah


3

perkembangan bahasa yang di dalamnya terdapat kemampuan membaca pada

anak uia dini.Kemampuan dalam membaca sangatlah penting bagi anak usia

dini, terutama dalam masa pertumbuhan kecerdasan, karena ilmu pengetahuan

sebahagian besar diperoleh melalui membaca.

Adapun tahap-tahap perkembangan kemampuan membaca anak usia

dini menurut Steinberg (dalam Yusuf, 2011:90) terdiri dari empat tahap yaitu

tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan, tahap membaca gambar, tahap

mengenal bacaan, dan tahap membaca lancar.

Proses pembelajaran, umumnya guru menggunakan metode ceramah

dan media yang digunakan hanya berupa kartu huruf dan pohon kata sehingga

membuat suasana belajar membosankan. Anak hanya bersifat sebagai

pendengar saja, sedangkan guru asyik menerangkan didepan kelas tanpa

mempedulikan anak yang ingin bertanya, yang ingin mencobakan, ingin

berekpresi, dan ingin membaca apa yang telah di baca guru di depan kelas,

guru juga kurang mengetahui kemampuan membaca anak.

Kenyataan yang ada pada pengalaman peneliti di Taman Kanak-kanak

Al Akhdar Situjuah Ladang Laweh menunjukkan bahwa kemampuan

membaca anak rendah, kemampuan anak merangkai kata dalam membaca

rendah yaitu sekitar 14 orang anak atau 93%. Hal itu disebabkan karena

metode dan alat media yang digunakan guru dalam mengajar kurang tepat dan

kurang bervariasi sehingga tidak merangsang anak untuk berkreatifitas,

bercerita, dan melakukan kegiatan-kegiatan lain yang menarik bagi anak.


4

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas maka dalam rangka

meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar anak Taman Kanak-

kanak serta memotivasi anak untuk membaca, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Membaca

Anak Melalui Penggunaan MediaPuzzle Pecahan Kata” di Taman Kanak-

Kanak Al Akhdar Situjuah Ladang Laweh.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkanlatar belakang masalah yang peneliti uraikan sebelumnya

maka peneliti dapat mengidentifikasikan masalahnya sebagai berikut:

1. Kemampuan membaca anak rendah.

2. Kemampuan anak merangkai kata dalam membaca rendah.

3. Kurangnya media pembelajaran yang menarik dalam kegiatan membaca.

C. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah yang dikaji dalam skripsi ini adalah

kemampuan minat membaca anak rendah di Taman Kanak-kanakAl Akhdar

Situjuah Ladang Laweh.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka rumusan masalah ini

adalah: “Apakah penggunaan media Puzzle pecahan kata dapat meningkatkan

kemampuan minat membaca anak di Taman Kanak-kanak Al Akhdar Situjuah

Ladang Laweh”.
5

E. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada permasalahan yang ada diatas dan agar sasaran

yang akan dicapai dalam skripsi ini lebih terarah, maka peneliti perlu

menjabarkan tujuan dari skripsi ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan

membaca anak melalui penggunaan media puzzle pecahan kata.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka skripsi ini diharapkan

mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan. Adapun manfaat dari

skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Anak Didik

Untuk meningkatkan kemampuan membaca pada anak dalam proses

pembelajaran, dan anak memperoleh pengalaman baru.

2. Bagi Guru Taman Kanak-kanak

Untuk dapat meningkatkan kreatifitas dalam memilih metode yang tepat

dan menarik bagi anak.

3. Bagi Orang Tua

Untuk dapat memberikan pemahaman kepada orang tua dalam

meningkatkan kemapuan membaca pada anak.

4. Bagi Sekolah

Memperoleh cara baru dalam peningkatan kemampuan membaca anak.

5. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam peningkatan

kemampuan membaca anak.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Konsep Anak Usia Dini
a. Pengertian Anak Usia Dini

Menurut pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.

20/2003 ayat 1, anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6

tahun.Anak usia dini adalah makhluk sosial yang unik dan kaya dengan

potensinya.

Menurut Yulsyofriend (2013:1) anak usia dini merupakan sosok

individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan

fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Menurut pendapat Dadan (2013:25)

anak usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan manusia. Pada masa ini

ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamental dalam kehidupan

anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode

yang menjadi penciri masa usia dini adalah periode keemasan.

Menurut Sujiono (2012:6) anak usia dini adalah sosok individu yang

sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental

bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8

tahun, pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai

aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup

manusia. Menurut Osbon, White, dkk (dalam Suyadi, 2017:33) menyatakan

bahwa perkembangan intelektual kecerdasan anak pada usia 0-4 tahun

6
7

mencapai 50%, pada usia 0-8 tahun mencapai 80%, dan pada usia 0-18 tahun

mencapai 100%.

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini

adalah anak yang unik dan mempunyai banyak potensi yang dapat

dikembangkan dan sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan

yang sangat pesat serta berada pada rentang usia 0-8 tahun. Oleh karena itu

diperlukan pendidikan dan pembelajaran yang sesuai dengan usia,

kebutuhan,bakat dan minat anak.

b. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia dini memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak

sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin

tahu terhadap apa yang dilihat, didengar dan dirasakan.Menurut Bloom (dalam

Suyadi, 2017) setiap anak memiliki karakteristik atau ciri-ciri khusus, salah

satu karakteristik anak usia dini adalah unik. Begitu juga dengan cara belajar

anak, setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Karena setiap anak

tumbuh dan berkembang secara berbeda-beda.

Menurut Elfan dan Hamzah (2019), karakteristik anak usia dini yaitu:

1). Anak memiliki sifat egosentris yang tinggi, 2). Anak memiliki rasa ingin

tahu yang tinggi, 3). Anak memiliki imaginasi dan fantasi yang tinggi, 4).

Anak usia dini memiliki daya konsentrasi yang pendek, 5). Perkembangan

anak baik fisik-motorik, kognitif, social-emosional, moral, dan bahasa sangat

drastis dan cepat, 6). Anak adalah pembelajar ulung, 7). Anak usia dini

merupakan individu penjelajah.


8

Pendapat lain tentang karakteristik anak usia dini menurut Wiyani dan

Barnawi (2012:89) yaitu anak belajar melalui bermain, anak belajar dengan

cara membangun pengetahuannya, anak belajar secara ilmiah, anak paling

baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangakan keseluruhan aspek

perkembangan, bermakna dan menarik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini memiliki

sifat yang unik, mereka berbeda satu sama lainnya, sangat aktif, antusias dan

memiliki daya khayal yang tinggi. Pada usia dini anak mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat baik fisik maupun mental.

2. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini

a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

Ayat 14, menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam

tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Menurut Nurhafizah dan Yaswinda (2020) Pendidikan usia dini

merupakan pendidikan yang di berikan dari anak lahir sampai berumur

delapan tahun. Pendidikan bagi anak usia dini merupakan dasar bagi

pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu di tandai dengan

karakter, budi pekerti luhur, pandai dan terampil. Pendidikan anak usia dini
9

harus berlandaskan pada kebutuhan anak, yang disesuikan dengan nilai-nilai

yang dianut di lingkungan sekitarnya.

Sedangkan menurut Suyadi (2015:18) pendidikan anak usia dini

merupakan pendidikan yang memberikan kegiatan yang dapat menghasilkan

kemampuan dan keterampilan agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki

jenjang pendidikan yang selanjutnya.

Menurut Wiyani, dkk (2012: 31), pendidikan anak usia dini adalah

proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang melalui upaya pengajaran

dan pelatihan.Pendidikan anak usia dini merupakan pengembangan pribadi

anak, baik itu yang berkaitan dengan karakter anak, kemampuan fisik anak,

kognitif anak, bahasa anak, seni anak, sosial emosional anak, spiritual anak,

disiplin diri anak, konsep diri anak, maupun kemandirian seorang anak.

Menurut Adalilla (dalam Hadini, 2017) Pendidikan anak usia dini

merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang

menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,

kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku

serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap

perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pendidikan anak usia dini

adalah suatu upaya pembinaan dan pengajaran yang diberikan kepada anak

untuk memasuki pendidikan yang lebih lanjut.


10

b. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Menurut Wiyani, dkk (2012:37), tujuan pendidikan anak usia dini adalah

untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan menyediakan pembalajaran

yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak.

Dalam Permendikbud No. 137 Tahun 2014 (dalam Hafina, 2020) PAUD

bertujuan untuk membina anak sejak lahir sampai usia 6 (enam) tahun dengan

memberikan rancangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan selanjutnya.

Menurut Suyadi (2015:19) pendidikan anak usia dini adalah pendidikan

yang diselenggarakan dengan tujuan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan anak, mengembangkan potensi yang anak miliki serta

mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak yang sesuai dengan

tahapannya. Semua itu dilakukan dengan memberikan stimulasi, fasilitas serta

kegiatan yang sesuai dengan karakteristik dan tahapan perkembangan anak.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa tujuan pendidikan

anak usia dini adalah untuk mendidik anak agar dapat mengembangkan dan

membentuk kepribadian anak menjadi lebih baik.

c. Karakteristik Pendidikan Anak Usia Dini

Menurut Wiyani, dkk (2012:89), pendidikan anak usia dini memiliki

karakteristik sebagai berikut: a) Anak belajar melalui bermain, b) Anak belajar

dengan cara membangun pengetahuannya, c) Anak belajar secara alamiah, d)


11

Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan

keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional.

Menurut Shaffer dalam Asmawati (2014:116),karakteristik pendidikan

anak usia dini di artikan sebagai perubahan yang kontiniu dan sistematis

dalam diri seseorang sejak tahap konsepsi sampai meninggal dunia.

Perkembangan tersebut berkaitan dengan kematangan sacara biologis dan

proses belajar. Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara

fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya. Usia dini juga masa yang paling

penting untuk sepanjang hidupnya, sebab masa kanak-kanak adalah masa

pertumbuhan dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak

selanjutnya. Karakteristik pendidikan anak usia dini menurut Kartini Kartono

dalam Aziz (2017:22) yaitu: (a) anak usia dini lebih bersifat egosentris naif,

dimana anak memandang segala sesuatu menurut pandangan dan

pemahamannya sendiri. (b) relasi sosial yang primitif yang merupakan akibat

dari sifat egosentris yang naif. (c) kesatuan jasmani dan ruhani yang hampir

tidak terpisahkan, anak belum dapat membedakan keduanya sehingga anak

mengekspresikan segala sesuatu yang dirasakan secara terbuka. (d) sikap

hidup yang fisiognomis yakni anak langsung memberikan sifat nyata terhadap

apa yang dihayatinya seperti bercakap-cakap dengan binatang, boneka dan

sebagainya.

Sedangkan karakteristik anak usia dini menurut Sujiono (2009:7)

adalah: (a) egosentris. (b) cenderung melihat dan memahami sesuatu dari

sudut pandang dan kepentingan pribadi. (c) anak mengira dunia penuh dengan

hal-hal yang menarik. (d) anak adalah makhluk sosial.


12

Pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa karakteristik

pendidikan anak usia dini adalah mengutamakan belajar melalui bermain yang

pada dasarnya lebih mengutamakan proses dari pada hasil dan

mempertimbangkan seluruh aspek perkembangan anak.

d. Manfaat Pendidikan Anak Usia Dini

Menurut Anwar (2009:2) manfaat pendidikan anak usia dini adalah:

Menyiapkan tenaga manusia yang berkualitas,Mendorong percepatan

perputaran ekonomi dan rendahnya biaya sosial karena tingginya produktif

kerja. Meningkatkan pemerataan dalam kehidupan masyarakat, menolong para

orang tua dan anak.

Mulyasa (2012:6) mengemukakan manfaat pendidikan anak usia dini

yaitu untuk mengembangkan berbagai potensi anak secara optimal, sesuai

dengan kemampuan bawaanya, bahkan kedepan sejalan dengan perkembangan

IPTEKS hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan perkembangan otak

manusia, dimungkinkan pendidikan mampu mengembangkan pribadi anak

melampaui batas potensi bawaannya.

Menurut samsul (2012:1) manfaat pendidikan anak usia dini bagi anak

pra sekolah adalah mereka yang belum berumur enam tahun bisa bersekolah

melalui PAUD ini, karena di dalam PAUD itu sendiri bukan hanya pendidikan

formal yang di ajarkan melainkan pendidikan non formal, dan mempunyai

bekal pendidikan yang telah di ajar di PAUD tersebut.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat pendidikan

anak usia dini adalah untuk mendidik anak yang berusia sampai enam tahun

agar mempunyai bekal dan membentuk manusia yang berkualitas dalam

memasuki pendidikan selanjutnya.


13

3. Konsep Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini

a. Pengertian Bahasa

Menurut Rosalina (2011:19) bahasa merupakan alat komunikasi utama

bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun

kebutuhannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik

umumnya memiliki kemampuan dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan,

serta tindakan interaktif dengan lingkungannya.

Menurut Vygotsky, anak belajar bahasa berasal dari orang dewasa

kemudian diinternalisasikan sebagai alat berfikir dan alat control.

Perkembangan bahasa juga dinyatakan akan berkembang sesuai atau sejalan

dengan biologisnya. Menurut Chomsky mengatakan bahwa bahasa diperoleh

secara kodrati dan berjalan terus menerus sesuai jadwal genetic

perkembangan. Artinya perkembangan bahasa akan menyesuaikan dengan

perkembangan tubuh atau biologis anak.

Menurut Sunarto dan Hartono ( 2010:136) menyatakan bahwa sejak

seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, maka sejak itu pula

bahasa diperlukan. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai

mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat

yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa

merupakan ekspresi kemampuan setiap manusia yang merupakan bawaan

sejak lahir, digunakan dalam berkomunikasi dan berhubungan dengan orang

lain orang guna memenuhi kebutuhannnya.


14

b. Pengembangan Bahasa

Menurut Mulyasa (2010:222)perkembangan bahasa pada anak

merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya

tidak luput juga dari perhatian para para pendidik pada umumnya dan orang

tua pada khususnya.Keterampilan bahasa anak diperoleh dari keluarga,

tetangga, sekolah dan teman bermain.

Selain itu keterampilan berbahasa juga termasuk kedalam nilai-nilai

karakter yang dikembangkan melalui kurikulum disekolah. Apa yang guru

ajarkan dalam hasil sekolah akan diterima oleh siswa dan disampaikan kepada

orang tua (Suhaimi dan Rinawati, 2018)

Kemampuan berbahasa tidak selalu ditunjukkan oleh kemampuan

membaca saja, tetapi juga kemampuan lain seperti penguasaan kosakata,

pemahaman dan kemampuan berkomunikasi. Kemampuan membaca

ditentukan oleh perkembangan bahasa sedangkan kemampuan menulis

ditentukan oleh perkembangan motoriknya.

Menurut Suriansyah dan Delle (2018) perkembangan bahasa berkaitan

dengan perkembangan aspek lain. Ketika anak berbicara dengan orang tua

atau gurunya, ia bukan hanya belajar berbahasa, melainkan juga belajar

tentang aturan-aturan, apa yang harus dilakukannya atau petunjuk umum

tentang cara menghadapi suatu masalah.

Untuk mengembangkan kecerdasan anak melalui bahasa, ada beberapa

hal yang perlu dilakukan guru dan orang tua, di antaranya:a) memberikan

respon atau tanggapansecepat mungkin. Ketika anak bertanya kepada kita,


15

segeralah menjawabnya, jangan menyia-nyiakan rasa ingin tahu dan

kesempatan emas anak untuk belajar sesuatu, b) Menyediakan jawaban yang

sesuai dengan kemampuan berpikir anak, c) Berikan pertanyaan yang terkait

dengan apa yang sedang anak tanyakan atau perhatikan. Siapkan pertanyaan

pancingan agar anak mau menjawab secara lebih lengkap, d) Berikan jawaban

sebatas yang ditanyakan, jawaban yang panjang lebar dapat membuat anak

bingung, e) Lakukan kontak mata ketika berbicara dengan anak, usahakan

untuk menyesuaikan dengan tingkat penglihatan anak.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan kemampuan

berbahasa anak ditunjukkan oleh kemampuan dalam penguasaan kosa kata,

kemampuan dalam memahami tata bahasa serta kemampuan dalam

berkomunikasi dengan orang lain. Kemampuan berbahasa anak sangat

dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman dan lingkungan anak itu sendiri.

c. Tujuan Pengembangan Bahasa

Menurut Direktorat Pembina TK dan SD (2010:3) tujuan perkembangan

bahasa adalah: a) Agar anak dapat mengolah kata secara koperehensif, b) Agar

anak dapat mengekspresikan kata-kata dalam bahasa tubuh yang dapat di

pahami orang lain, c) Anak mengerti setiap kata yang didengar dan di

ucapkan, mengartikan dan menyampaikan secara utuh kepada orang lain, d)

Agar anak dapat beragumentasi, meyakinkan orang melalui kata-kata yang

diucapkannya.

Menurut Fatimah (dalam Mulyani, 2014:57) komunikasi pada anak juga

memiliki beberapa tujuan khusus yaitu, 1) Bahasa reseptif bertujuan untuk


16

membantu anak dalam mengembangkan kemampuan mendengarkan pada

anak. 2) Bahasa ekspresif bertujuan untuk bisa membantu anak untuk

mengekspresikan keinginan anak dan perasaan anak. 3) Komunikasi non

verbal bertujuan untuk mengekpresikan suatu perasaan dan emosinya melalui

ekpresi wajah sang anak. 4) Mengingat dan membedakan, anak mampu

meningkatkan kemampuan anak untuk mengingat, membangun dan

mengurutkan.

Adapun tujuan lainnya yaitu agar anak mampu berkomunikasi secara

lisan dengan lingkungannya. Sehingga anak mampu bersosialisasi,

berinteraksi, dan merespon oranglain yang ada disekitar anak.

Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa tujuan perkembangan

bahasa adalah agar anak dapar berkomunikasi dengan orang lain, dengan

berkomunikasi anak dapat kosa kata baru yang belun ia ketahui.

d. Ruang Lingkup Bahasa

Sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam pengembangan

kemampuan berbahasa di TK, maka pengembangan kemampuan berbahasa di

TK disusun sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan anak dan

dapat dimengerti oleh anak.

Menurut Nurlaeni (dalam ita, dkk, 2020:175) ruang lingkup

perkembangan bahasa anak usia lima sampai enam tahun yaitu: a) menerima

bahasa terdiri dari: mengerti beberapa perintah secara bersamaan; mengulangi

kalimat yang lebih kompleks; memahami aturan dalam suatu permainan; b)

mengungkapkan bahasa terdiri dari: menjawab pertanyaan yang lebih


17

kompleks; menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama;

berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal

simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung; menyusun

kalimat sederhana dalam struktur lengkap; memiliki banyan kata-kata untuk

mengekspresikan ide pada orang lain; melanjutkan sebagian cerita/dongeng

yang telah didengarkan;c) keaksaraan terdiri dari: menyebutkan simbol-sibol

huruf yang dikenal; mengenal huruf awal dari nama benda-benda yang ada

disekitar; menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal

yang sama; membaca nama sendiri; menulis nama sendiri.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup

perkembangan bahasa adalah menirukan urutan kata, dapat menjawab

pertanyaan, mengenal huruf awal dari kata yang berarti, memiliki

perbendaharaan kata, mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca,

menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama,

membaca nama sendiri dan dapat mengekspresikan ide-ide yang ada pada

anak.

e. Karakteristik Pengembangan Bahasa

Menurut Dhieni (2009:117-118) bahasa memiliki beberapa karakteristik

yang menjadikannya sebagai bentuk khas komunikasi yaitu: a) Sistematis, b)

Arbitrari, c) Fleksibel, d) Beragam. Adapun Menurut Partini (2010:20)

karakteristik perkembangan bahasa usia 4-6 tahun adalah: a) Menceritakan

kembali cerita atau dongeng yang didengar, b) Menjawab pertanyaan lebih

komplek, c) Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang


18

sama, d) Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata serta

simbol-simbol untuk persiapan membaca, e) Menyusun kalimat sederhana, f)

Melanjutkan sebagian cerita.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa

anak di Taman Kanak-kanak sudah mulai menunjukkan perhatiannya terhadap

membaca.

f. Manfaat Pengembangan Bahasa

Menurut Dhieni (2009:121-122) manfaat pengembanganbahasa antara

lain: a) Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu, b) Bahasa

dapat mengubah dan mengontrol perilaku, c) Bahasa membantu

perkembangan kogntif, d) Bahasa membantu mempereratinteraksi dengan

orang lain, e) Bahasa mengekspresikan keunikan individu.

Dapat disimpulkan bahwa bahasa bermanfaat untuk berkomunikasi

lingkungan, baik itulingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun

lingkungan masyarakat.

g. Faktor yang Mempengaruhi Bahasa

Factor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak antara lain pola

asuh dan komunikasi orang tua terutama ibu yang membimbing, mengasuh,

melatih dan memberikan contoh bahasa kepada anaknya.

Menurut Hildayani, dkk (2012:11-12) faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan bahasa anak yaitu: a) kecerdasan, b) jenis kelamin, c) kondisi

fisik, d) lingkungan keluarga, e) kondisi ekonomi, f) setting sosial atau

lingkungan budaya, g) bilingualism atau dua bahasa.


19

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa lingkungan dan keadaaan

keluarga sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak.

h. Aspek-Aspek Bahasa

Menurut Wahyu (2016:6) aspek-aspek bahasa yaitu:

1) Aspek fonetik

Fonetik dimaksudkan sebagai suatu system bunyi yang membentuk

suatu tatanan yang akhirnya dapat dimaknai. Anak mulai dapat

memberikan repon kepada bunyi panggilan terhadap namanya, menirukan

nada bicara orang tua, memproduksi bunyi-bunyian dengan maksud

berbicara walau belum mengandung makna. Perkembangan aspek fonetik

anak dapat dilihat dari perkembangan fisik dan otak anak yang nampak

dari bertambahnya usia.

2) Aspek semantic (pemahaman/makna)

Setelah anak mampu memproduksi bunyi-bunyi atau symbol-simbol

bahasa, tentunya hasil produksi tersebut perlu dimaknai.

3) Aspek sintaksis (susunan kebahasaan)

Suatu aturan penggabungan kata-kata menjadi kalimat atau

frasa/klausa yang mengandung makna.

4) Aspek morfologi (bentuk kata)

Aspek ini nampaknya sukar untuk dipelajari atau dikuasi oleh anak-

anak namun pada kenyataannya kemampuan otak anak dalam memperoses

bahasa dapat menjangkau aspek ini sesuai jenjang usia yang ada.
20

5) Aspek pragmatic (nilai guna bahasa)

Suatu aspek yang memiliki focus pada bentuk bahasa yang dikaitkan

dengan penggunaannya.

i. Kemampuan menyebutkan Suku Kata Awal pada Anak.

Menurut Abdul Chaer (2014:123) perkembangan suku kata awal

anakadalah ritmis terkecil dalam runtutan bunyi ujaran. Satu silabel biasanya

meliputi satu vocal atau satu vocal atau satu konsonan atau lebih. Menurut

Tahrir (Yuniarini & Edy, 2016:2) menyatakan bahwa tahapan anak dalam

metode fonik adalah tahap pramembaca dan tahap membaca awal.

Menurut Seefeld & Wasik (2012:330) Pengenalan huruf pada

anakmerupakan upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan

kemampuan membaca permulaan kepada pembaca baru melalui pemahaman

konsep bentuk dan bunyi huruf cetak. Menurut Harun Rasyid, dkk (2011:241)

menjelaskan bahwa mengenal huruf bagi anak taman kanak-kanak dapat

menumbuhkan konsep dan gagasan berpikir untuk mendukung kemampuan

anak dalam berbahasa dan berbicara secara lebih lancar.

4. Konsep Kemampuan Membaca Anak Usia Dini

a. Pengertian Kemampuan Membaca

Menurut Tampubolon (2015) kemampuan membaca dimulai dari tahap

awal yaitu yang disebut dengan membaca permulaan. Membaca permulaan

adalah proses membaca yang dilakukan pada masa kanak-kanak, khususnya

pada tahun awal sekolah dasar.Menurut Stainberg (Ahmad Susanto, 2011:83)

menjelaskan mengenai membaca permulaan yaitu kemampuan membaca yang


21

dilatihkan secara terprogram pada anak prasekolah. Program ini terdiri dari

kata-kata yang bermakna dan diberikan dengan cara yang menarik anak.

Menurut Klen, dkk (Dalman, 2013:7) mengatakan bahwa membaca

mencakup beberpa hal yaitu: Pertama, membaca merupakan suatu proses.

Maksudnya adalah informasi dari teks atau pengetahuan yang dimiliki oleh

pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Kedua,

membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai

strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka

mengonstruk makna ketika membaca. Ketiga, membaca interaktif.

Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

membaca itu adalah suatu kesanggupan seseorang untuk menelusuri,

mamahami, berfikir serta mengeksplorasikan berbagai simbol untuk

memperoleh pengetahuan serta membantu seseorang dalam memecahkan

masalah yang dihadapinya dengan menggunakan berbagai strategi.

b. Perkembangan Membaca

Menurut Santrock, dkk ( 2010:122) perkembangan membaca adalah

proses aktif dan pikiran yang melibatkan unsur auditif (pendengaran) dan

visual (pengamatan). Waktu yang paling tepa tuntuk belajar membaca adalah

saat anak duduk di Taman Kanak-kanak. Kemampuan membaca dimulai

ketika anak memegang buku, membuka buku, mengenal gambar yang ada

didalam buku atau membolak-balik buku dan mengembalikan buku pada

tempatnya.
22

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2010:391) menyatakan bahwa

perkembangan membaca anak adalah sebagai berikut: kelancaran

pengungkapan, ketepatan struktur kalimat dan kebermaknaan

penuturan.Menurut Mallquist (Ahmad Susanto, 2011:89) menyatakan bahwa

pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak harus benar-benar

dilaksanakan dengan sistematis, artinya sesuai dengan kebutuhan, minat,

perkembangan dan karakteristik anak. Proses pembelajaran, alat-alat

permainan (media pembelajaran) yang digunakan harus diperhatikan, dan

lingkungan belajar yang kondusif.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

membaca anak melewati beberapa tahap, mulai dari belajar mengenal huruf,

kata, kalimat sampai akhirnya anak dapat membaca dengan lancar berbagai

jenis bacaan untuk menemukan suatu informasi atau pengetahuan sehingga

memiliki nilai lebih dibandingkan dengan orang lain.

c. Manfaat Membaca

Menurut Al-Qarni (2010:131-132) mengungkapkan tentang banyaknya

manfaat membaca, diantaranya yaitu: 1) Melatih lidah untuk berbicara dengan

baik; 2) Mengembangkan akal, mencerahkan pikiran dan membersihkan hati

nurani; 3) Meningkatkan pengetahuan seseorang; 4) Dapat mengambil

pelajaran dari pengalaman orang lain; 5)Membantu memahami proses

terjadinya kata secara lebih detil, proses pembentukan kalimat, untuk

menangkap konsep dan apa yang berada dibalik tulisan.


23

Menurut Kamsul (2017) manfaat membaca yaitu: dapat merupakan cara

untuk mendalami suatu masalah dengan mempelajari sesuatu persoalan hingga

dapat menambah pengetahuan yang berhubungan dengan peningkatan

kecakapan, untuk dapat menambah pengetahuan umum tentang sesuatu

persoalan, untuk mencari nilai-nilai hidup sebagai kepentingan pendiudikan

diri sendiri, untuk mengisi waktu luang dengan mengamati seni sastra ataupun

cerita fiksi yang bermutu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca memiliki

banyak manfaat bagi anak dengan membaca anak melatih lidah untuk

berbicara dengan baik, membantu memahami proses terjadinya kata secara

detil, proses pembentukan kalimat dan memperoleh pengetahuan-pengetahuan

yang tidak diketahuinya.

d. Tujuan Membaca

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang

membaca dengan suatu tujuan cenderung lebih memahami dibandingkan

dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Tujuan mempunyai arti yang

positif bagi seseorang. Suasana tenang dan menyenangkan bisa didapatkan

melalui membaca bacaan seperti majalah atau komik dan juga bagi seorang

pelajar untuk menambah pengetahuannya dengan membaca buku pelajaran

dari berbagai sumber buku. Jadi untuk mendapatkan kepuasan membaca

sesuai dengan tujuan yang akan dicapai harus dilakukan dari hati nurani,

bukan paksaan dari siapapun.


24

Tujuan membaca pada anak usia dini menurut Brewer (Susanto,

2011:87) yaitu persiapan membaca, karena pada saat ini belum terjadi

kegiatan membaca yang sebenarnya, karena kegiatan ini baru bagian awal

dari kegiatan membaca.Menurut Anderson (Dalman, 2013) ada tujuh macam

tujuan dari kegiatan membaca, yaitu: membaca untuk memperoleh fakta dan

perincian, membaca untuk memperoleh ide-ide utama, membaca untuk

mengetahui urutan/susunan struktur karangan, membaca untuk

menyimpulkan, membaca untuk mengelompokkan/klasifikasikan, membaca

untuk menilai, mengevaluasi, membaca untuk memperbandingkan atau

mempertentangkan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca

anak adalah untuk kesenangan, menyempurnakan pembacaan nyaring,

memahami suatu ilmu dan menambah pengetahuan.

e. Karakteristik Membaca

Anak merupaka individu yang mempunyai karakteristik tertentu.

Menurut Jamaris (Ahmad Susanto, 2011:78-79), karakteristik kemampuan

membaca anak usia 5-6 tahun adalah: anak sudah dapat mengucapakan kata

lebih dari 2.500 kata, anak dapat berkomunikasi dengan orang lain, yaitu dapat

mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan, anak usia

5-6 tahun sudah dapat melakukan ekspresi diri, menulis membaca dan bahkan

berpuisi.

Menurut Musfiroh (2009, 23-24) karakteristik membaca yaitu:

didasarkan pada pemerolehan bahasa anak, dikembangkan melalui proses


25

mengajar melalui bermain, bersifat informal, didasarkan pada symbol sebagai

alat pembaca dan sumber riil perjalanan lapangan.

Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan bahwa karakteristik

membaca merupakan suatu proses interaksi yang didasarkan atas pemerolehan

bahasa anak yang dikembangkan melalui bermain.

f. Metode Membaca

Dalam mengembangkan kemampuan membaca anak di TK, terdapat

beberapa pendekatan yang dilakukan melalui bentuk permainan. Depdiknas

(2007:10) pendekatan yang dimaksud diantaranya adalah metode sintesis,

metode global, dan metode whole-linguistic.

Menurut Sabarti Akhadiyah (Irdawati, 2014:6) metode yang dapat

digunakan dalam membaca yaitu:

1) Metode abjad
Pada metode abjad, huruf diucapkan sebagai abjad
(“a”,”be”,”ce”,”de”,dan seterusnya)
2) Metode bunyi
Pada metode bunyi, huruf diucapakan sesuai dengan bunyinya.
Huruf b dilafalkan “eb” atau “beh”, huruf d dilafalkan “ed” atau
“deh” dan seterusnya. Metode abjad dan metode bunyi merupakan
metode-metode yang sering menggunakan kata-kata lepas. Beda
antara metode abjad dengan metode bunyi terletak pada pengucapan
huruf.
3) Metode suku kata
Metode suku kata dalam pengajaran membaca menyajikan kata-kata
yang sudah dikupas menjadi suku kata. Kemudian suku-suku kata
tersebut dirangkai menjadi kata. Kata yang telah terbentuk dirangkai
menjadi suku kalimat.
4) Metode kata lembaga
5) Metode SAS

Menurut Sutan (2004: 7) metode-metode membaca terbagi dalam tiga

kelompok adalah sebagai berikut:


26

1) Metode sekuensial
Pada cara ini, membaca dilakukan per”bagian” kata yaitu:
a. Fonik yaitu: anak diperkenalkan dan diajarkan bunyi huruf dan
menyusunnya menjadi kata
b. Mengeja yaitu: memperkenalkan abjad satu per satu terlebih
dahulu, kemudian menghafalkan bunyinya
c. Suku kata yaitu: anak diperkenalkan dengan penggalan suku kata,
kemudian dirangkai menjadi satu kata
2) Metode simultan
Mengajarkan membaca secara langsung, yaitu seluruh kataatau
kalimat dengan sistem “lihat dan ucapkan” yaitu: a) membaca
gambar, b) kartu kata, c) membaca keseluruhan, kemudian bagian
3) Metode elektik
Cara ini merupakan pencampuran dari cara sekuensial dan simultan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

mengembangkan kemampuan membaca anak, guru maupun orang tua dapat

melakukan beberapa metode yang dilakukan dalam bentuk permainan yang

menarik bagi anaksehingga kemampuan membaca anak berkembang dengan

baik.

g. Faktor yang Mempengaruhi Membaca

Menurut Dhieni (2009:5.19-5.20) faktor-faktor yang mempengaruhi

membaca yaitu: a) Motivasi, b) Lingkungan keluarga, c) Bahan bacaan.

Menurut Ummu (2008:91-94) faktor yang menentukan keberhasilan

belajar membaca adalah: a) Kematangan mental, b) Kematangan visual, c)

Kemampuan mendengarkan, d) Keterampilan berpikir dan mendengarkan, e)

Motivasi, f) Minat.

Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa factor yang

mempengaruhi perkembangan membaca salah satunya adalah lingkungan

keluarga, anak tidak akan termotivasi dan berminat dalm membaca kalau

keluarganya tidak mendukung dan tidak menyediakan alat-alat dalam

membaca untuk anak.


27

5. Konsep Bermain Anak Usia Dini

a. Pengertian Bermain

Masa kanak-kanak sering disebut dengan masa bermain. Bermain

merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan dapat

mengembangkan imajinasi pada anak.Dengan bermain, anak dapat

mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga mereka

mendapatkan pengalaman yang penting dalam dunianya. Pada masa inilah

anak berkembang pesat menuju terbentuknya pribadi yang mantap.

Pengertian bermain menurut Musbikin (2010:86) adalah suatu kegiatan

yang dilakukan sesornag untuk memperoleh kesenangan tanpa

mempetimbangkan hasil akhir.

Menurut Dwijawiyata (2013:7) beberapa pendapat mengenai bermaian

yaitu: (a) bermain berarti bergerak smbil bersenang-senang, (b) bermain

berarti melakukan hal yang diinginkan, melibatkan perasaan senang maupun

tegang, namun dilakukan hanya pada waktu dan tempat tertentu, smbil

menyadari bahwa tindakan tersebut berbeda dengan kehidupan biasa, (c)

bermain berate belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, menggunakan

dengan benda-benda disekitarnya, dan dilakukan bersama dengan orang-orang

disekelilingnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah

suatu kegiatan yang dilakukan anak baik mempergunakan alat maupun tanpa

alat yang dapat memberikan kesenangan dan meningkatkan pola pikir pada

anak, sehingga anak memperoleh suatu informasi atau pengetahuan.


28

b. Tujuan Bermain

Secara alamiah bermain bertujuan untuk memotivasi anak agar anak

mengetahui sesuatu secara mendalam dan secara spontan anak dapat

bereksperimen dan menemukan hal-hal yang baru baginya. Menurut Mayke

dalam Sudono (2010:3) tujuan bermain adalah memberikan kesempatan

kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri,

bereksplorasi, mempraktekkan dan mendapatkan bermacam-macam konsep

serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.

Menurut Catron dan Allen (Diana mutiah, 2010:146) tujuan bermaian

adalah untuk pengembangan kognisi anak, untuk pengembangan social-

emisonal anak, untuk pengembangan motorik anak, dan untuk pengembangan

bahasa/komunikasi anak.

Adapun tujuan bermain menurut Moeslichatoen (2014:32) adalah:1)

Dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan, perkembangan dimensi, motorik,

kreatifitas, bahasa, social emosional, nilai dan sikap hidup; 2) Anak dapat

melakukan koordinasi otak kasar seperti merayap, merangkak, berlari dan

melompat; 3) Anak dapat berlatih menggunakan kemampuan kognitifnya

untuk memecahkan masalah; 4) Mengembangkan kreativitas anak; 5) Dapat

melatih bahasanya dengan cara mendengarkan, mengucapkan dan berbicara;

6) Meningkatkan kepekaan emosinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bermain

adalah untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak, baik bahasa,


29

kognitif, fisik/motorik dan kreativitas anak serta untuk memperoleh suatu

konsep serta pengetahuan bagi anak.

c. Karakteristik Bermain

Bermain merupakan sarana mengubah kekuatan potensi dalam diri anak

menjadi berbagai kemampuan dan kecakapan serta merupakan penyaluran

energi yang baik bagi perkembangan anak. Bermain dapat berupa gerkan,

berlari, melemparbola, memanjat atau kegiatan berpikir, seperti menyusun

puzzle atau mengingat kata-kata dalam sebuah lagu.

Adapun karakteristik bermain anak yaitu bermain adalah sukarela,

bermain adalah permainan yang menyenangkan, bermaian adalah pilihan

anak, bermain adalah simbolik.

Menurut Suyadi (2010:284) karakteristik bermain adalah sebagai

berikut:

1) Dilakukan atas pilihan sendiri, motivasi pribadi, dan untuk


kepentingan sendiri.
2) Anak yang melakukan aktivitas bermain mengalami emosi-emosi
positif.
3) Adanya unsure fleksibilitas yaitu mudah ditinggalkan untuk beralih
ke aktivitas yang lain.
4) Tidak ada tekanan tertentu atas permainan yang sedang dilakukan
sehingga tidak ada target yang dicapai.
5) Bebas memilih.

Sedangkan menurut Solehuddin (2012:87-88) mengemukakan

karakteristik bermain bagi anak sebagai berikut:1)Bermain bersifat sukarela;

2) Bermain bersifat spontan; 3) Kegiatan bermain terarah pada proses bukan

hasilnya; 4) Kegiatan bermain memiliki intrinsic reward; 5) Menyenangkan;

6) Keterlibatan aktif; 7) Bersifat fleksibel.


30

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak atas kemauannya bukan

karena paksaan dan memberikan suatu kesenangan dan kegembiraan pada

anak.

d. Manfaat Bermain

Menurut Suryana (2013:141-142) ada beberapa manfaat bermain yaitu:

(1) dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui

gerak, melatih motorik halus, motorik kasar, dan keseimbangan karena ketika

bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya, (2)

dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang

lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif, (3) dapat

mengembangkan kemampuan intelektualnya, (4) dapat mengembangkan

kemandiriannya dan menjadi dirinya sendiri.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat bermain

adalah untuk memberikan kegembiraan pada anak dalam meningkatkan

keterampilan, kemampuan, serta memenuhi rasa ingintahu anak

Sedangkan Mulyadi (2011:61) menyatakan manfaat bermain adalah

sebagai berikut: a) Manfaat fisik. Bermain bermanfaat sebagai penyalur energi

yang berlebihan, semakin aktif anak bermain,tumbuh dan berkembangnya

semakin besar. b) Manfaat terapi. Membantu anak mengekspresikan perasan-

perasaannya dan menyalurkan energi yang tersimpan sesuai dengan tuntutan

sosialnya. c) Manfaat edukatif. Melalui permainan dengan alat-alat anak dapat

mempelajari hal-hal baru yang berhubungan dengan bentuk, warna, ukuran,


31

dan tekstur suatu benda. d) Manfaat kreatif. Memberikan kesempatan kepada

anak untuk mengembangkan kreatifitas, bereksperimen dengan gagasan baru

baik pakai alat maupun tidak. e) Pembentukan konsep diri, melalui bermain

anak dapat mengenali dirinya dan hubungan dengan orang lain dan dapat

memperbandingkan kemampuannya dengan orang lain. f) Manfaat sosial.

bermain dengan teman sebaya membuat anak belajar membangun suatu

hubungan sosial dengan anak lainnya yang belum dikenalnya dengan

mengatasi persoalan yang ditimbulkan oleh hubungan tersebut.

Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bermain sangatlah

penting dalam membantu pertumbuhandan perkembangan anak dalam

mencapai perkembangan yang optimal.

6. Konsep Alat media Anak Usia Dini

a. Pengertian Alat Media

Alat media merupakan alat yang dipertunjukkan dalam kegiatan

pembelajaran dan berfungsi sebagai pembantu untuk menjelaskan konsep, idea

tau pengertian, misalnya model gambar dan contoh benda. Menurut Marasaoly

(2011:7) alat media adalah semua alat bermain yang digunakan oleh anak

untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki berbagai macam sifat seperti

bongkar pasang, mengelompokkan, memadukan, mencari padanannya,

merangkai, membentuk, mengetok, menyempurnakan suatu disain, atau

menyusun sesuai bentuk utuhnya.

Menurut Depdiknas (2006:3) alat media adalah semua benda dan alat,

baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang dipergunakan untuk
32

menunjang kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, bermain

dan bekerja di sekolah agar dapat berlangsung dengan teratur, efektif dan

efisien sehingga tujuan pendidikan TK dapat tercapai.

Alat media adalah semua alat bermain yang digunakan anak untuk

memenuhi naluri bermainnya serta menunjang penyelenggaraan kegiatan

belajar mengajar di TK agar tujuan pendidikan tercapai.

b. Fungsi Alat Media

Menurut Sudono ( 2012:8 ) menyatakan fungsi alat media adalah: 1)

Untuk Mengenal lingkungan; 2) Mengajak anak untuk mengenal kekuatan

ataupun kelemahan dirinya; 3) Mengoptimalkan penggunaan seluruh panca

indera anak ; 4) Meningkatkan aktifitas sel otak anak yang akan memperlancar

pembelajaran anak.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi

alat media adalah untuk melatih panca indera supaya anak peka terhadap

sesuatu yang ada di lingkungannya dan mengembangkan seluruh aspek

perkembangan anak serta membantu anak untuk memahami konsep-konsep

dan mendapatkan pengetahuan.

c. Tujuan Alat Media

Dalam (Sujiono, 2018:73) alat media bertujuan untuk dapat memberi

stimulasi meningkatkan kemampuan anak secara optimal, dapat

mengembangkan berbagai aspek perkembangan kecerdasan dan motorik anak.

Menurut Dworetsky(2012:65) menyatakan media sangat mendukung

pertumuhan dan perkembangan anak yaitu: a) Untuk perkembamgan kognitif,


33

b) Untuk perkembangan sosial, c) Untuk perkembangan bahasa, d) Untuk

perkembangan fisik.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa alat media

bertujuan untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak melalui

media.

d. Persyaratan Alat Media

Alat media yang digunakan anak hendaknya menyenangkan dan tidak

membahayakan bagi anak.Menurut Gordon Browne (2012:76) alat media

yang baik adalah: 1) Sesuai dengan kebutuhan bermain, 2) Mengembangkan

kreatifitas, 3) Sesuai dengan kesanggupan anak, 4) Tidak terlalu sukar dan

berbahaya, 5) Alat media hendaknya mempunyai daya tarik bagi anak, 6) Alat

media harus tahan lama.

Selanjutnya Depdiknas (2006:3) mengemukakan bahwa alat media yang

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar anak hendaknya memenuhi

kriteria sebagai berikut: 1) Harus sesuai dengan tujuan dan fungsi

penggunaannya; 2) Dapat memberikan pengertian atau menjelaskan suatu

konsep tertentu; 3) Dapat mendorong kreativitas anak; 4) Tidak

membahayakan anak; 5)Menarik, menyenangkan dan tidak membosankan.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua alat media baik

dan aman bagi anak.Alat media tersebut hendaklah menyenangkan, mudah

memperolehnya, tidak membahayakan, dapat mengembangkan semua aspek

perkembangan anak dan sesuai dengan kemampuan dan kematangan

anak.Dengan demikian tujuan bermain dapat tercapai secara maksimal.


34

e. Karakteristik Alat Media

Menurut Hurlock (Susanto, 2012:63) karakteristik alat media edukatif

adalah ; a) Ditujukan untuk anak usia dini, b) Berfungsi untuk

mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak usia dini, c) Dapat

digunakan dengan berbagai cara, d) Tujuan aspek perkembangan atau manfaat

multiguna, e) Bersifat konstruktif atau ada sesuatu yang di hasilkan, f)

Mengandung nilai pendidikan.

Menurut Sujiono (2010:45) karakteristik alat media yaitu:a) Dapat

digunakan dalam berbagai cara, b) Untuk anak-anak usai pra sekolah dan

berfungsi mengembangkan berbagai aspek perkembangan kecerdasan dan

motorik, c) Membuat anak terlibat aktif, d) Sifatnya konstruktif.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik alat

media untuk anak usia dini di sesuaikan dengan usia anak, tidak berbahaya

bagi anak dan dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak.

7. Media Puzzle Pecahan Kata

a. Pengertian Puzzle Pecahan Kata

Menurut Adenan (Marta, 2017:39) puzzle adalah media ynag dapat

memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya tarik yang kuat. Menurut

Hidayati (2018:65)puzzle pecahan kata adalah belajar berbagai bunyi dari

bahasa percakapan (suku kata, diagraf, kata majemuk, membaca) dengan

menyatukan potongan-potongan kata dari tulisan agar kembali utuh.

Menurut Waksito (2010:401) pecahan adalah terbelah menjadi beberapa

bagian.Menurut Sucahyo dan Supriyono (2015:3) kata adalah suatu kesatuan


35

bunyi bahasa yang mengandung suatu pengertian, berkata, berbicara, unsur

bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan

perasaan dan pikiran yang digunakan dalam berbahasa.

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa mediapuzzle

pecahan kata adalah media yang menyatukan potongan-potongan kata

sehingga menjadi utuh kembali dan dapat di baca anak.

b. Bahan dan Alat Pembuatan Puzzle Pecahan Kata

Alat dan bahan yang diperlukan untuk pembuatan puzzle pecahan kata

adalah:

Potongan triplek tebal 3 mm Gergaji

Pisau, Amplas dan Lem Kuas dan Cat

c. Langkah-langkah Media Puzzle Pecahan Kata

Adapun langkah-langkah dalam permaianan puzzle pecahan kata adalah:

1) Guru menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam media puzzle

pecahan kata.

2) Guru menjelaskan tentang gambar yang ada pada puzzle pecahan kata

kepada anak.
36

3) Guru meletakkan dua buah puzzle pecahan kata dengan gambar yang sama

di lantai/di meja.

4) Guru memanggil dua orang anak untuk melakukan mediapuzzle pecahan

kata.

5) Dua orang anak berdiri dengan jarak ± 3 meter dari lantai/meja tempat

guru meletakkan puzzle pecahan kata.

6) Anak berlari ke tempat puzzle pecahan kata di letakkan dan menyusunnya

menajadi gambar yang mempunyai, misalnya gambar buah pepaya.

7) Setelah gambar disusun, anak menyusun huruf menjadi kata yang sama

dengan kata yang ada pada puzzle pecahan kata.

8) Anak membaca kata yang ada pada puzzle pecahan kata.

Berikut beberapa contoh Puzzle Pecahan kata:

Puzzle Pecahan Kata (PE-PA-YA)

Puzzle Pecahan Kata (PI-SA-NG)


37

Puzzle Pecahan Kata (J-E-R-U-K)

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan proposal yang sebelumnya, peneliti merasa proposal yang

peneliti lakukan sangat relevan dengan proposal yang dibuat oleh Netri Winda

(2008) dengan judul Peningkatan Kemampuan Membaca Anak Melalui

MediaRumah Kata Di TK Tarbiah Luak Begak Kabupaten Lima Puluh Kota,

hasilnya kemampuan membaca anak meningkat dan juga proposal yang dibuat

oleh Asni Ranyid (2009) dengan judul Menumbuh Kembangkan Kesiapan

Membaca Anak Melalui Media Kartu Kata Bergambar di TK Lillah Pasir

Putih Tabing Padang, hasilnya kemampuan membaca anak meningkat.

Keduaproposal tersebut sangat relevan dengan proposal yang penelitibuat

yaitu “Peningkatan Kemampuan Membaca Anak Melalui

MediaPuzzlePecahan Kata di Taman Kanak-kanak Al Akhdar Situjuah

Ladang Laweh”.

Adapun Persamaan antara proposal yang penulis lakukan dengan

proposal yang dibuat oleh Netri Winda dan Asni Rasyid adalah sama-sama

menggunakan kata yangbergambar yang gunanya untuk meningkatkan

kemampuan membaca anak, tetapi perbedaannya terletak pada caramedianya

dimana penulis menggunakan puzzle yang berbentuk segi empat yang di


38

dalamnya terdapat kepingan-kepingan yang berbentuk persegi yang

mempunyai gambar dan kata. Namun demikian proposal yang relevan tersebut

dapat dijadikan sebagai acuan dalam proposal yang peneliti lakukan ini.

C. Kerangka Berfikir

Di Taman Kanak-Kanak Al Akhdar kemampuan membaca anak rendah,

disebabkan karena kurangnya alat media yang menarik dalam kegiatan

membaca. Maka dari itu peneliti merancang suatu alat media yang dapat

memotivasi dan meningkatkan kemampuan anak dalam membaca.Adapun

media yang peneliti rancang adalah MediaPuzzlePecahan Kata, dimana media

ini terdiri dari gambar yang berbentuk persegi dengan kata yang terdapat di

bawah gambar.Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu meneliti

tentang peningkatan kemampuan membaca anak melalui mediapuzzle pecahan

kata. Peneliti berharap dengan media ini kemampuan membaca anak dapat

meningkat TK Al Akhdar Situjuah Ladang Laweh.

Kemampuan Membaca AnakRendah

Penggunaan media Puzzle


Pecahan Kata

Kemampuan Membaca Anak meningkat

Bagan 1: Kerangka Berfikir


39

D. Hipotesis Tindakan

Kemampuan membaca anak rendah, dengan adanya Media Puzzle

Pecahan Kata dapat meningkatkan kemampuan membaca anak di TK Al

Akhdar Situjuah Ladang Laweh.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas yaitu ragam

penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas dan dilaksanakan oleh guru

untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru

memperbaiki mutu pembelajaran dan mencoba hal-hal baru dibidang

pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.

Penelitian Tindakan Kelas ini pada hakekatnya juga dapat memperbaiki

dan meningkatkan mutu praktek pembelajaran yang dilakukan guru demi

tercapai tujuan pembelajaran.Dengan demikian guru dapat melaksanakan

kegiatan ini setelah meneliti kegiatan-kegiatan sendiri di kelasnya sendiri

dengan melibatkan anak didiknya melalui kegiatan yang direncanakan,

dilaksanakan dan dievaluasi. Guru akan memperoleh umpan balik yang

sistematis mengenai apa selama ini yang dilakukan dalam kegiatan belajar

mengajar.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TK Al Akhdar Kenagarian Situjuah Ladang

Laweh Kecamatan Situjuah Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh

Kota.Rombongan belajarnya terdiri dari dua rombongan belajar dengan

jumlah muridnya 24 orang. Kelompok B1 dengan 15 orang anak dan

kelompok B2 dengan 9 orang anak.

40
41

Subjek penelitian adalah murid kelompok B1 TK Al Akhdar Situjuah

Ladang Laweh Kabupaten Lima Puluh Kota. Dengan jumlah anak didik

sebanyak 15 orang, yang terdiri dari 7 orang anak laki-laki dan 8 orang anak

perempuan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas BI, TK Al Akhdar pada semester II

(dua) tahun pelajaran 2021/2022.Pelaksanaannya direncanakan memakan

waktu 2 minggu.Penelitian dilakukan setiap kali pertemuan. Jumlah siklus

penelitian tergantung dari hasil analisis data yang menjadi acuan penelitian

dalam proses perenungan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian akan dilaksanakan secara bersiklus yaitu siklus I

dan II. Siklus II sangat ditentukan oleh hasil refleksi I, siklus I akan dilakukan

selama 3 kali pertemuan. Yang terdiri dari beberapa langkah penelitian.

Siklus merupakan ciri khas penelitian tindakan kelas. Penelitian ini

mengacu pada model Kurt Lewin dalam Arikunto (2006:16). Komponen

dalam penelitian ini adalah:

1. Perencanaan (planning)

2. Pelaksanaan (Acting)

3. Pengamatan (observing)

4. Perenungan (reflecting)
42

Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari beberapa siklus.Perlakuan

pada tiap siklus harus berbeda dengan dengan sebelumnya.Sebaiknya siklus

berikutnya didasarkan pada hasil siklus sebelumnya sampai masalah

terpecahkan.

Kondisi Awal

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Bagan 2: Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

1. Kondisi Awal

Pada kondisi awal sebelum penelitian dilakukan kemampuan membaca

anak kelompok B1TK Al Akhdar Situjuah Ladang Laweh masih rendah. Hal

ini terjadi ketika anak melakukan kegiatan pembelajaran seperti membaca

gambar yang memiliki kata sederhana, menyebutkan simbol-simbol huruf


43

vokal dan konsonan, menyebutkan nama benda yang huruf awalnya sama dan

menghubungkan gambar/benda dengan kata. Pada umumnya anak belum bisa

melakukan dengan hasil yang baik serta anak cepat bosan.Kondisi ini

disebabkan karena media yang sangat terbatas begitupun dengan metode guru

yang belum bervariasi.

2. Siklus I

Siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Sebelum melakukan

penelitian, guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian

(RPPH) secara keseluruhan. Tindakan siklus I dapat dilaksanakan sesuai

dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya, dan langkah-langkahnya

sebagai berikut:

a. Pertemuan Pertama

1) Perencanaan

Guru melakukan analisis kurikulum untuk menentukan tingkat

pencapaian perkembangan dan indikator yang akan disampaikan

kepada anak dalam kegiatan peningkatan kemampuan membaca anak.

Perencanaan yang dilakukan adalah membuat persiapan pembelajaran

yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang akan

dilaksanakan dengan komponen-komponennya. Adapun tema pada

pertemuan pertama adalah Lingkunganku (tanaman sekitarku) dengan

sub tema buah pepaya.

Tingkat pencapaian perkembangan pada pertemuan ini adalah

memahami antara bunyi dan bentuk huruf, berkomunikasi secara lisan,


44

memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk

persiapan membaca.

Indikator yang di pakai adalah a) membaca gambar yang

memiliki kata/kalimat sederhana, b) membedakan kata-kata yang

mempunyai suku kata awal yang sama, c) membuat/menyusun huruf.

2) Pelaksanaan

Guru melaksanakanproses pembelajaran tentang kemampuan

membaca anak dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian

(RPPH) yang telah direncanakan. Peneliti bekerjasama dengan guru

pendamping dalam menyiapkan kondisi kelas, mengkoordinir anak dan

menilai anak. Proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan

membaca anak melalui mediapuzzle pecahan kata adalah sebagai

berikut:

a) Kegiatan Awal± 30 Menit

(1) Anak mengucapkan salam, berdo’a dan bernyanyi bersama

sebelum belajar.

(2) Gurumengecek kehadiran anak didik dan mengkondisikan

anak.

(3) Anak melakukan kegiatan olah raga bersama yaitu

memantulkan bola sedang sambil berdiri. Di samping itu guru

mengamati kegiatan anak.

(4) Mengulang kembali pelajaran kemaren dan mengkaitkannya

dengan pelajaran yang akan diberikan kepada anak (apersepsi).


45

(5) Guru dan anak melakukan kegiatan bercakap-cakap tentang

tema Lingkunganku (tanaman sekitarku) yang dipelajari pada

hari ini.

b) Kegiatan inti ± 60 Menit

(1) Guru memperlihatkan alat peraga berupapuzzlepecahan kata

dengan gambar buah pepaya.

(2) Guru menyuruh anak menyusun suku kata yang ada

padakepingan puzzle pecahan kata.

(3) Anak menyusun suku kata yang melalui puzzle pecahan kata.

(4) Anak menyusun huruf menjadi kata sesuai dengan kata yang

ada pada puzzle pecahan kata.

(5) Anak membaca kata yang ada pada gambar puzzle pecahan kata.

(6) Guru memberikan kesempatan kepada anak yang belum

melakukan mediapuzzle pecahan kata secara bergantian.

(7) Guru memberikan penghargaan kepada anak yang berhasil

melakukan media dan memberikan motivasi dan bimbingan

kepada anak yang belum berhasil melakukan media.

c) Kegiatan Akhir ± 30 Menit

(1) Guru mengadakan tanya jawabsebagai evaluasi terhadap media

yang telah dilakukan anak.

(2) Guru menutup Media dengan membaca do’a dan mengucapkan

salam.
46

3) Pengamatan

Pengamatan yang peneliti lakukan pada pertemuan pertama ini

setelah tindakan.

b. Pertemuan Kedua

1) Perencanaan

Guru melakukan analisis kurikulum untuk menentukan tingkat

pencapaian perkembangan dan indikator yang akan disampaikan

kepada anak dalam kegiatan peningkatan kemampuan membaca anak.

Perencanaan yang dilakukan adalah membuat persiapan pembelajaran

yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang akan

dilaksanakan dengan komponen-komponennya. Adapun tema pada

pertemuan kedua adalah Lingkunganku (tanaman sekitarku) dengan sub

tema buah pisang.

Tingkat pencapaian perkembangan pada pertemuan ini adalah

memahami antara bunyi dan bentuk huruf, berkomunikasi secara lisan,

memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk

persiapan membaca.

Indikator yang di pakai adalah a) membaca gambar yang

memiliki kata/kalimat sederhana, b) membedakan kata-kata yang

mempunyai suku kata awal yang sama, c) membuat/menyusun huruf.

2) Pelaksanaan

Guru melaksanakanproses pembelajaran tentang kemampuan

membaca anak dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian


47

(RPPH) yang telah direncanakan. Peneliti bekerjasama dengan guru

pendamping dalam menyiapkan kondisi kelas, mengkoordinir anak dan

menilai anak. Proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan

membaca anak melalui mediapuzzle pecahan kata adalah sebagai

berikut:

a) Kegiatan Awal± 30 Menit

(1) Anak mengucapkan salam, berdo’a dan bernyanyi bersama

sebelum belajar.

(2) Gurumengecek kehadiran anak didik dan mengkondisikan anak.

(3) Anak melakukan kegiatan olah raga bersama yaitu melompat

sambil bertepuk sebanyak angka. Di samping itu guru

mengamati kegiatan anak.

(4) Mengulang kembali pelajaran kemaren dan mengkaitkannya

dengan pelajaran yang akan diberikan kepada anak (apersepsi).

(5) Guru dan anak melakukan kegiatan bercakap-cakap tentang

tema Lingkunganku (tanaman sekitarku) yang dipelajari pada

hari ini.

b) Kegiatan inti ± 60 Menit

(1) Guru memperlihatkan alat peraga berupapuzzlepecahan kata

dengan gambar pisang.

(2) Guru menyuruh anak menyusun suku kata yang ada

padakepingan puzzle pecahan kata.

(3) Anak menyusun suku kata yang melalui puzzle pecahan kata.
48

(4) Anak menyusun huruf menjadi kata sesuai dengan kata yang

ada pada puzzle pecahan kata.

(5) Anak membaca kata yang ada pada gambar puzzle pecahan

kata.

(6) Guru memberikan kesempatan kepada anak yang belum

melakukan mediapuzzle pecahan kata secara bergantian.

(7) Guru memberikan penghargaan kepada anak yang berhasil

melakukan media dan memberikan motivasi dan bimbingan

kepada anak yang belum berhasil melakukan media.

c) Kegiatan Akhir ± 30 Menit

(1) Guru mengadakan tanya jawabsebagai evaluasi terhadap media

yang telah dilakukan anak.

(2) Guru menutup Media dengan membaca do’a dan mengucapkan

salam.

3) Pengamatan

Pengamatan yang peneliti lakukan pada pertemuan pertama ini

setelah tindakan dan menemukan beberapa hal.

c. Pertemuan Ketiga

1) Perencanaan

Guru melakukan analisis kurikulum untuk menentukan tingkat

pencapaian perkembangan dan indikator yang akan disampaikan

kepada anak dalam kegiatan peningkatan kemampuan membaca anak.

Perencanaan yang dilakukan adalah membuat persiapan pembelajaran


49

yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang akan

dilaksanakan dengan komponen-komponennya. Adapun tema pada

pertemuan ketiga adalah Lingkunganku (tanaman sekitarku) dengan

sub tema buah jeruk.

Tingkat pencapaian perkembangan pada pertemuan ini adalah

memahami antara bunyi dan bentuk huruf, berkomunikasi secara lisan,

memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk

persiapan membaca.

Indikator yang di pakai adalah a) membaca gambar yang

memiliki kata/kalimat sederhana, b) membedakan kata-kata yang

mempunyai suku kata awal yang sama, c) membuat/menyusun huruf.

2) Pelaksanaan

Guru melaksanakanproses pembelajaran tentang kemampuan

membaca anak dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian

(RPPH) yang telah direncanakan. Peneliti bekerjasama dengan guru

pendamping dalam menyiapkan kondisi kelas, mengkoordinir anak dan

menilai anak. Proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan

membaca anak melalui mediapuzzle pecahan kata adalah sebagai

berikut:

a) Kegiatan Awal± 30 Menit

(1) Anak mengucapkan salam, berdo’a dan bernyanyi bersama

sebelum belajar.
50

(2) Gurumengecek kehadiran anak didik dan mengkondisikan

anak.

(3) Anak melakukan kegiatan olah raga bersama yaitu melompat

sambil bertepuk sebanyak angka. Di samping itu guru

mengamati kegiatan anak.

(4) Mengulang kembali pelajaran kemaren dan mengkaitkannya

dengan pelajaran yang akan diberikan kepada anak (apersepsi).

(5) Guru dan anak melakukan kegiatan bercakap-cakap tentang

tema Lingkunganku (tanaman sekitarku) yang dipelajari pada

hari ini.

b) Kegiatan inti ± 60 Menit

(1) Guru memperlihatkan alat peraga berupapuzzlepecahan kata

dengan gambar buah jeruk.

(2) Guru menyuruh anak menyusun suku kata yang ada

padakepingan puzzle pecahan kata.

(3) Anak menyusun suku kata yang melalui puzzle pecahan kata.

(4) Anak menyusun huruf menjadi kata sesuai dengan kata yang

ada pada puzzle pecahan kata.

(5) Anak membaca kata yang ada pada gambar puzzle pecahan

kata.

(6) Guru memberikan kesempatan kepada anak yang belum

melakukan mediapuzzle pecahan kata secara bergantian.


51

(7) Guru memberikan penghargaan kepada anak yang berhasil

melakukan media dan memberikan motivasi dan bimbingan

kepada anak yang belum berhasil melakukan media.

c) Kegiatan Akhir ± 30 Menit

(1) Guru mengadakan tanya jawabsebagai evaluasi terhadap media

yang telah dilakukan anak.

(2) Guru menutup Media dengan membaca do’a dan mengucapkan

salam.

3) Pengamatan

Pengamatan yang peneliti lakukan pada pertemuan pertama ini

setelah tindakan menemukan beberapa hal.

d. Refleksi

1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi

mutu , jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan

2) Melakukan pertemuan untuk membahas evaluasi tentang RPPH narasi

dan lain-lain

3) Memperbaiki pelaksaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk

digunakan pada siklus berikutnya apabila pada siklus I belum tercapai

sesuai KKM.

3. Siklus II

Dalam siklus II ini peneliti akan melakukan perbaikan kegiatan

pembelajaran berdasarkan hal-hal yang ditemukan atau hal-hal yang belum

tercapai pada siklus I. Pelaksanaan siklus II berdasarkan hasil refleksi pada


52

siklus I. Siklus II dilaksanakan apabila proses pembelajaran pada siklus I

kurang memuaskan atau tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Pada

dasarnya pelaksanaan siklus II adalah untuk memperbaiki kelemahan-

kelemahan yang terjadi pada siklus I, jika hasil yang diperoleh sudah sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai, maka pelaksanaan dari siklus II tidak perlu

dilaksanakan kembali.

E. Defenisi Operasional

Adapun penelitian ini didukung oleh beberapa istilah yang perlu

dibatasi sebagai kajian lebih lanjut agar tidak terdapat keracunan dan

perbedaan pandangan terhadap istilah, diantaranya:

1. Mengembangkan bahasa: untuk hubungan antar anak, menyatakan

kebutuhan, dan untuk menghindarkan diri dari kenyataan dan memasuki

alam yang dibangunnya sendiri.

2. Membaca: mengenal huruf dan merangkai menjadi kata sehingga dapat

menambah kosa kata baru bagi anak.

3. Mediapuzzle:media ini merupakan sebuahmedia teka-teki yang berbentuk

segi empat dan di dalamnya terdapat kepingan geometri.Media ini sangat

menarik bagi anak dan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan

membaca anak.

4. Indikator yang ingin dicapai adalah: membaca kata yang memiliki kalimat

sederhana.
53

F. Instrumentasi

Arikunto (2010:136) Istrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah.

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah:

1. Format Observasi

Format observasi untuk mengecek kegiatan yang dilakukan berdasarkan

indicator yang ditentukan sebelumnya. Dimana dalam observasi ini

peneliti dibantu oleh teman mengajar, aspek yang diamati melalui

pedoman observasi ini adalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

Tabel 1: Format Observasi peningkatan kemampuan membaca anak


melalui mediapuzzle pecahan kata di TK Al Akhdar
BB MB BSH BSB
No Aspek yang di nilai
T % T
1 Anak mampu membaca kata
yang memiliki gambar
2 Anak mampu menyusun suku
kata menjadi kata
3 Anak mampu menyusun huruf
menjadi suku kata
4 Anak mampu menyusun huruf
menjadi kata
5 Anak mampu membaca kata
tanpa gambar

G. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan sumber data diatas, maka teknik pengumpulan data adalah

sebagai berikut:
54

1. Data tentang kegiatan anak selama proses pembelajaran berlangsung,

peneliti peroleh dengan jalan mengamati langsung kegiatan anak selama

peneliti menyajikan pelajaran. Hal-hal yang perlu diamati adalah:

a. Kegiatan anak dalam mengikuti proses pembelajaran berlangsung,

misalnya Tanya jawab, bercakap-cakap antara guru dan anak selama

proses pembelajaran berlangsung.

b. Kegiatan anak dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, misalnya

kesungguhan anak dalam menyusun suku kata.

2. Hasil belajar anak dapat dilihat dari proses pembelajaran berlangsung

melalui observasi, serta melalui catatan lapangan.

H. Teknik Analisis Data

Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah selanjutnya

adalah analisis data.Data yang berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis

dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Dengan menggunakan rumus

yang dikemukakan Sudijono (2009:4) seperti dibwah ini:

P = f x 100%
N

Keterangan: P = Persentase
f = frekuensi
N= Jumlah Responden

Untuk menentukan bahwa kemampuan membaca anak meningkat, maka

interprestasi aktifitas belajar anak berdasarkan kriteria yang dikemukakan

Arikunto ( 2006:32) dilambangkan dengan Belum Berkembang (BB), Mulai

Berkembang(MB) Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dan Berkembang


55

Sangat Baik (BSB). Dengan demikian dapat dikategorikan anak yang bernilai

sangat baik berarti anak sudah dikatakan sangat mampu, anak yang

dikategorikan berkembang sesuai harapan berarti anak sudah dikatakan baik,

anak yang dikategorikan mulai berkembang berarti anak dikategorikan masih

perlu bimbingan dan anak yang dikategorikan belum berkembang berarti anak

masih belum mampu. Adapun indikator keberhasilan menurut Bentri

(2005:10), keberhasilan kegiatan melalui Media Puzzle Pecahan Kata ditandai

oleh beberapa hal, seperti berikut:

1. 75% Media Puzzle Pecahan Kata di TK Al Akhdar Situjuah Ladang

Laweh dapat dipahami oleh anak.

2. 75% kemampuan membaca anak meningkat.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Kondisi Awal

Pada kondisi awal sebelum penelitian dilakukan, kemampuan membaca

anak kelompok B1 TK Al Akhdar masih rendah yaitu sebanyak 15 orang

anak yang belum mampu membaca kata yang memiliki gambar, menyusun

suku kata menjadi kata, menyusun huruf nebjadi suku kata, menbyusun huruf

menjadi kata, dan membaca kata tanpa gambar. Kenyataan ini terlihat

sebagian anak di kelompok B1 mengalami kesulitan ketika di adakan kegiatan

membaca dengan menggunakan majalah. Hal ini di sebabkan kurang

menariknya media dan metode yang di gunakan guru untuk dapat

merangsang membaca anak dalam mengenal suku kata, kata, dan huruf. Hasil

observasi peningkatan kemampuan membaca anak pada kondisi awal seperti

tabel di bawah ini.

Tabel 2.Hasil Observasi peningkatan kemampuan membaca anak pada


kondisi awal (sebelum tindakan)
BB MB BSH BSB
No Aspek yang di nilai
F % f % f % f %
Anak mampu membaca kata
1 13 87% 2 13% 0 0% 0 0%
yang memiliki gambar
Anak mampu menyusun
2 14 93% 1 7% 0 0% 0 0%
suku kata menjadi kata
Anak mampu menyusun
3 13 87% 2 13% 0 0% 0 0%
huruf menjadi suku kata
Anak mampu menyusun
4 14 93% 1 7% 0 0% 0 0%
huruf menjadi kata
Anak mampu membaca kata
5 13 87% 2 13% 0 0% 0 0%
tanpa gambar
Nilai Rata-rata 13 87% 2 13% 0 0% 0 0%

56
57

Keterangan:
 Belum Berkembang (BB),
 Mulai Berkembang (MB)
 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
 Berkembang Sangat Baik (BSB)

Tabel di atas menunjukkan hasil observasi peningkatan kemampuan

membaca anak pada kondisi awal (sebelum tindakan) yaitu aspek pertama, Anak

mampu membaca kata yang memiliki gambar untuk kategori belum berkembang

13 (87%), untuk kategori mulai berkembang berjumlah 2 orang dengan persentase

(13%), serta tidak adak anak yang memiliki kategori berkembang sesui harapan

dan berkembang sangat baik.

Aspek kedua, Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata untuk

kategori belum berkembang 14 (93%), untuk kategori mulai berkembang

berjumlah 1 orang dengan persentase (7%), serta tidak adak anak yang memiliki

kategori berkembang sesui harapan dan berkembang sangat baik.

Aspek ketiga, Anak mampu membaca kata yang memiliki gambar untuk

kategori belum berkembang 13 (87%), untuk kategori mulai berkembang

berjumlah 2 orang dengan persentase (13%), serta tidak adak anak yang memiliki

kategori berkembang sesui harapan dan berkembang sangat baik.

Aspek keempat, Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata untuk

kategori belum berkembang 14 (93%), untuk kategori mulai berkembang

berjumlah 1 orang dengan persentase (7%), serta tidak adak anak yang memiliki

kategori berkembang sesui harapan dan berkembang sangat baik.

Aspek ketiga, Anak mampu membaca kata yang memiliki gambar untuk

kategori belum berkembang 13 (87%), untuk kategori mulai berkembang


58

berjumlah 2 orang dengan persentase (13%), serta tidak adak anak yang memiliki

kategori berkembang sesui harapan dan berkembang sangat baik. Hal ini

menunjukan bahwa, pada umumnya kemampuan membaca anak belum mencapai

criteria ketuntasan minimum (KKM) yang di tetapkan yaitu 75%. Selanjutnya

dapat di lihat pada grafik 1 di bawah ini:

Grafik 1.Hasil observasi peningkatan kemapuan membaca anak melalui media


puzzle pecahan kata kondisi awal (sebelum tindakan)

Grafik di atas menunjukan hasil observasi peningkatan kemampuan

membaca anak belum meningkat terlihat pada aspek pertama, aspek kedu, aspek

ketiga, aspek keempat, dan aspek kelima dengan rata-rata berada pada kategori

belum berkembang.

2. Siklus I

Siklus 1 dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan, pertemuan pertama pada hari

Selasa tanggal 31Mei 2022.Pertemuan kedua pada hari Kamis tanggal 2 Juni

2022, dan pertemuan ketiga pada hari Sabtu tanggal 4 Juni 2022. Secara
59

keseluruhan tindakan pada siklus 1 dapat di laksanakan sesuai dengan

perencanaan yang telah di buat.

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 31Mei

2022. Hasil observasi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik

berikut ini:

Tabel 3. Hasil Observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui


media puzzle pecahan kata pada siklus 1 pertemuan pertama(setelah
tindakan)
BB MB BSH BSB
No Aspek yang di nilai
f % f % f % f %
Anak mampu membaca kata 0
1 11 73% 4 27% 0 0 0%
yang memiliki gambar %
Anak mampu menyusun suku 0
2 11 73% 4 27% 0 0 0%
kata menjadi kata %
Anak mampu menyusun huruf 0
3 11 73% 4 27% 0 0 0%
menjadi suku kata %
Anak mampu menyusun huruf 0
4 12 80% 3 20% 0 0 0%
menjadi kata %
Anak mampu membaca kata 0
5 11 73% 4 27% 0 0 0%
tanpa gambar %
0
Nilai Rata-rata
11 75% 4 25% 0 % 0 0%

Keterangan:
 Belum Berkembang (BB),
 Mulai Berkembang (MB)
 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
 Berkembang Sangat Baik (BSB)

Tabel di atas, hasil observasi peningkatan kemampuan membaca anak

melalui mediapuzzle pecahan kata pada siklus 1 pertemuan satu (setelah tindakan)

yaitu pada aspek pertama, Anak mampu membaca kata yang memiliki gambar

melalui mediapuzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 11

orang dengan persentase 73%, untuk kategori mulai berkembang4 orang dengan
60

persentase 27%, dan tidak adak naka yang memiliki kategori berkembang sesui

harapan dan berkembang sangat baik.

Aspek kedua, Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata melalui

mediapuzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 11 orang

dengan persentase 73%, untuk kategori mulai berkembang 4 orang dengan

persentase 27%, dan tidak adak naka yang memiliki kategori berkembang sesui

harapan dan berkembang sangat baik.

Aspek ketiga, Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata melalui

media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 11 orang

dengan persentase 73%, untuk kategori mulai berkembang 4 orang dengan

persentase 27%, dan tidak adak anak yang memiliki kategori berkembang sesui

harapan dan berkembang sangat baik.

Aspek keempat, Anak mampu menyusun huruf menjadi katamelalui media

puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 12 orang dengan

persentase 80%, untuk kategori mulai berkembang 3 orang dengan persentase

20%, dan tidak adak naka yang memiliki kategori berkembang sesui harapan dan

berkembang sangat baik.

Aspek kelima, Anak mampu membaca kata tanpa gambar melalui

mediapuzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 11 orang

dengan persentase 73%, untuk kategori mulai berkembang 4 orang dengan

persentase 27%, dan tidak adak naka yang memiliki kategori berkembang sesui

harapan dan berkembang sangat baik.Berdasarkan uraian di atas pertemuan

pertama siklus 1 masih banyak anak yang belum mampu membaca. Oleh karena
61

itu, perkembangan membaca anak masih rendah. Untuk lebih jelasnya dapat di

lihat pada grafik di bawah ini:

Grafik 2. Hasil observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui media


puzzle pecahan kata pada siklus 1 pertemuan pertama (setelah
tindakan)

Grafik di atas menunjukan hasil observasi peningkatan kemampuan membaca

anak melalui mediapuzzle pecahan kata pada siklus 1terlihat padaaspek pertama,

anak mampu menyusun suku kata melalui mediapuzzle pecahan kata rata-rata

anak masih berda pada kategori belum berkembang.

b. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 2Juni

2022. Hasil observasi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik

berikut ini:
62

Tabel 4.Hasil Observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui media


puzzle pecahan kata pada siklus 1 pertemuan kedua

BB MB BSH BSB
No Aspek yang di nilai
f % f % F % F %
Anak mampu membaca kata
1 7 47% 5 33% 3 20% 0 0%
yang memiliki gambar
Anak mampu menyusun suku
2 7 47% 5 33% 3 20% 0 0%
kata menjadi kata
Anak mampu menyusun huruf
3 8 53% 5 33% 2 13% 0 0%
menjadi suku kata
Anak mampu menyusun huruf
4 8 53% 4 27% 3 20% 0 0%
menjadi kata
Anak mampu membaca kata
5 9 60% 5 33% 1 7% 0 0%
tanpa gambar
Nilai Rata-rata 8 52% 5 32% 2 16% 0 0%

Keterangan:
 Belum Berkembang (BB),
 Mulai Berkembang (MB)
 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
 Berkembang Sangat Baik (BSB)

Tabel di atas, hasil observasi peningkatan kemampuan membaca anak

melalui mediapuzzle pecahan kata pada siklus 1 pertemuan kedua (setelah

tindakan) yaitu pada aspek pertama, Anak mampu membaca kata yang memiliki

gambar melalui mediapuzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum

berkembang 7 orang dengan persentase 47%, untuk kategori mulai berkembang5

orang dengan persentase 33%, untuk kategoriberkembang sesui harapan 3 orang

dengan persentase 20%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang

sangat baik.

Aspek kedua, Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata melalui

mediapuzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 7 orang

dengan persentase 47%, untuk kategori mulai berkembang5 orang dengan

persentase 33%, untuk kategoriberkembang sesui harapan 3 orang dengan


63

persentase 20%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang sangat

baik.

Aspek kedua, Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata melalui

mediapuzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 8 orang

dengan persentase 47%, untuk kategori mulai berkembang5 orang dengan

persentase 33%, untuk kategoriberkembang sesui harapan 2 orang dengan

persentase 13%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang sangat

baik.

Aspek kedua, Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata melalui

mediapuzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 8 orang

dengan persentase 47%, untuk kategori mulai berkembang4 orang dengan

persentase 27%, untuk kategoriberkembang sesui harapan 2 orang dengan

persentase 13%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang sangat

baik.

Aspek kedua, Anak mampu membaca kata tanpa gambar melalui

mediapuzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 9 orang

dengan persentase 60%, untuk kategori mulai berkembang5 orang dengan

persentase 33%, untuk kategoriberkembang sesui harapan 1 orang dengan

persentase 7%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang sangat

baik.Berdasarkan uraian di atas pertemuan pertama siklus 1 peretmuan kedua

masih banyak anak yang belum mampu membaca. Oleh karena itu, perkembangan

membaca anak masih rendah. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada grafik di

bawah ini:
64

Grafik 3. Hasil observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui media


puzzle pecahan kata pada siklus I pertemuan kedua

Grafik di atas menunjukan hasil observasi peningkatan kemampuan

membaca anak melalui mediapuzzle pecahan kata pada siklus 1 di pertemuan

kedua terlihat pada aspek pertama, anak mampu menyusun suku kata melalui

mediapuzzle pecahan kata rata-rata anak masih berda pada kategori belum

berkembang.

c. Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga pada siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 4Juni

2022. Hasil observasi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik

berikut ini:
65

Tabel 5.Hasil Observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui media


puzzle pecahan kata pada siklus 1 pertemuan ketiga

BB MB BSH BSB
No Aspek yang di nilai
f % f % f % f %
Anak mampu membaca kata
1 6 40% 6 40% 3 20% 0 0%
yang memiliki gambar
Anak mampu menyusun suku
2 5 33% 6 40% 4 27% 0 0%
kata menjadi kata
Anak mampu menyusun huruf
3 6 40% 6 40% 3 20% 0 0%
menjadi suku kata
Anak mampu menyusun huruf
4 5 33% 6 40% 4 27% 0 0%
menjadi kata
Anak mampu membaca kata
5 7 50% 3 21% 5 33% 0 0%
tanpa gambar
Nilai Rata-rata 6 39% 5 36% 4 24% 0 0%

Keterangan:
 Belum Berkembang (BB),
 Mulai Berkembang (MB)
 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
 Berkembang Sangat Baik (BSB)

Tabel di atas, hasil observasi peningkatan kemampuan membaca anak

melalui mediapuzzle pecahan kata pada siklus 1 pertemuan ketiga (setelah

tindakan) yaitu pada aspek pertama, Anak mampu membaca kata yang memiliki

gambar melalui mediapuzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum

berkembang 6 orang dengan persentase 40%, untuk kategori mulai berkembang6

orang dengan persentase 40%, untuk kategoriberkembang sesui harapan 3 orang

dengan persentase 20%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang

sangat baik.

Aspek kedua, Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata melalui

mediapuzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 5 orang

dengan persentase 33%, untuk kategori mulai berkembang6 orang dengan

persentase 40%, untuk kategoriberkembang sesui harapan 4 orang dengan


66

persentase 27%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang sangat

baik.

Aspek kedua, Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata melalui

media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 6 orang

dengan persentase 40%, untuk kategori mulai berkembang6 orang dengan

persentase 40%, untuk kategoriberkembang sesui harapan 3 orang dengan

persentase 20%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang sangat

baik.

Aspek kedua, Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata melalui

mediapuzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 5 orang

dengan persentase 33%, untuk kategori mulai berkembang 6 orang dengan

persentase 40%, untuk kategoriberkembang sesui harapan 4 orang dengan

persentase 27%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang sangat

baik.

Aspek kedua, Anak mampu membaca kata tanpa gambar melalui

mediapuzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 7 orang

dengan persentase 50%, untuk kategori mulai berkembang 3 orang dengan

persentase 21%, untuk kategoriberkembang sesui harapan 5 orang dengan

persentase 33%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang sangat

baik.Berdasarkan table di atas, kemampuan anak dalam setiap aspek suah mulai

meningkat, tetapi masih ada anak yang mendapatkan nilai rendah. Untuk lebih

jelasnya terlihat pada grafik di bawah ini:


67

Grafik 4. Hasil observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui media


puzzle pecahan kata pada siklus I pertemuan ketiga

Grafik di atas menunjukan hasil observasi peningkatan kemampuan

membaca anak pada siklus 1 pertemuan tiga, pada aspek pertama, aspek kedua,

dan aspek ketiga rata-rata anak sudah mengalami peningkatan.Pada pertemuan

tiga siklus 1, anak sudah mulai berkembang dalam membaca dengan puzzle

pecahan kata. Namun perubahan ini belum pada semua anak, maka perlu di

lanjutkan pada siklus II.

d. Pengamatan

Berdasarkan pengamatan dari kegiatan pembelajaran pada siklus I, peneliti

menemukan beberapa perkembangan membaca anak sebagai berikut:

1) Kemampuan anak dalam menyusun suku kata melalui media puzzle pecahan

kata mulai meningkat.

2) Anak mulai mampu menyusun huruf menjadi kata melalui media puzzle

pecahan kata .

3) Kemampuan membaca anak mulai meningkat melalui media puzzle pecahan

kata.
68

Tabel 6. Hasil rata-rata observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui media puzzle pecahan kata padasiklus I, pertemuan
pertama, kedua, ketiga (setelah tindakan)

Pertemuan Pertama Pertemuan Kedua Pertemuan Ketiga


Jumlah Anak: 15 Orang Jumlah Anak: 15 Orang Jumlah Anak: 15 Orang
No Aspek yang di nilai
BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB
f % f % f % f % f % f % F % f % f % f % f % f %
Anak mampu membaca kata 1
1
yang memiliki gambar 1
73% 4 27% 0 0% 0 0% 7 47% 5 33% 3 20% 0 0% 6 40% 6 40% 3 20% 0 0%
Anak mampu menyusun 1
2
suku kata menjadi kata 1
73% 4 27% 0 0% 0 0% 7 47% 5 33% 3 20% 0 0% 5 33% 6 40% 4 27% 0 0%
Anak mampu menyusun 1
3
huruf menjadi suku kata 1
73% 4 27% 0 0% 0 0% 8 53% 5 33% 2 13% 0 0% 6 40% 6 40% 3 20% 0 0%
Anak mampu menyusun 1
4
huruf menjadi kata 2
80% 3 20% 0 0% 0 0% 8 53% 4 27% 3 20% 0 0% 5 33% 6 40% 4 27% 0 0%
Anak mampu membaca kata 1
5
tanpa gambar 1
73% 4 27% 0 0% 0 0% 9 60% 5 33% 1 7% 0 0% 7 50% 3 21% 5 33% 0 0%

1 24
Rata-rata 1 75% 4 25% 0 0% 0 0% 8 52% 5 32% 2 16% 0 0% 6 39% 5 36% 4 % 0 0%

Keterangan:
 Belum Berkembang (BB),
 Mulai Berkembang (MB)
 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
 Berkembang Sangat Baik (BSB)
69

Berdasarkan table di atas dapat di lihat peningkatan hasil membaca

anak melalui media puzzle pecahan kata. Pada pertemuan pertama nilai rata-

rata anak yang belum berkembang persentase75%, pertemuan kedua 52%,

pertemuan ketiga 39%.Kondisi nilai rata-rata anak yang mulai berkembang

pertemuan pertama 25%, pertemuan kedua 32%, dan pertemuan ketiga

36%.Nilai rata-rata anak yang berkembang sesui harapanpada pertemuan

pertama 0%, pertemuan kedua 16%, dan pertemuan ketiga 24%.Untuk lebih

jelasnya dapat di lihat pada grafik di bawah ini:

Grafik 5. Rekapitulasi tingkat pencapaian peningkatan kemampuan membaca


anak siklus I, kondisi awal, pertemuan pertama, kedua, dan ketiga

Berdasarkan grafik dan table rekapitulasi di atas maka peneliti melanjutkan

ke siklus II karena di siklus I belum mencapai KKM yaitu 75%.

e. Refleksi siklus I

Berdasarkan hasil dari siklus I pada aspek yang di nilai menyusun suku

kata,, menyusun huruf menjadi kata dan membaca kata yang mempunyai gambar

belum meningkat. Media yang digunakan peneliti adalah:puzzle yang memiliki


70

kata bergambar dan kartu huruf. Pada siklus dua peneliti akanmenambah kepingan

puzzlepecahan kata dari empat kepingan menjadi enam dan delapan

kepingan.Berdasarkan penjelasan di atas maka di peroleh kesimpulan bahwa

siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah di tetapkan,

kriteria ketuntasan baru mencapai 45% dengan kategori rendah dengan demikian

siklus di lanjutkan ke siklus II.

3. Siklus II

Berdasarkan data yang diperoleh dari siklus I tentang peningkatan membaca

anak melaluimedia puzzle mesih belum memcapai kriteria ketuntasan maksimum

(KKM) yaitu 75% maka peneliti melanjutkan ke siklus II. Siklus II dilakukan

sebanyak 3 kali yaitu pertemuan pertama hari Selasa tanggal 7 Juni 2022,

pertemuan kedua hari Rabu tanggal 8 Juni 2022, dan pertemuan ketiga hari Kamis

tanggal 9 Juni 2022.

a. Pertemuan pertama

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siklus II pertemuan

pertama yang dilakukan pada hari selasa tanggal 7 Juni 2022, pembelajaran

membaca melalui media puzzle pecahan kata dengan kegiatan sebagai berikut:
71

Tabel 7.Hasil Observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui media


puzzle pecahan kata pada siklus II pertemuan pertama

BB MB BSH BSB
No Aspek yang di nilai
f % F % f % f %
Anak mampu membaca kata
1 2 13% 3 20% 7 47% 3 20%
yang memiliki gambar
Anak mampu menyusun suku
2 1 7% 3 20% 8 530% 3 20%
kata menjadi kata
Anak mampu menyusun
3 2 13% 5 33% 7 47% 1 7%
huruf menjadi suku kata
Anak mampu menyusun
4 3 20% 3 20% 8 53% 1 7%
huruf menjadi kata
Anak mampu membaca kata
5 3 20% 5 33% 7 47% 0 0%
tanpa gambar
Nilai Rata-rata 2 15% 4 25% 7 47% 2 13%

Keterangan:
 Belum Berkembang (BB),
 Mulai Berkembang (MB)
 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
 Berkembang Sangat Baik (BSB)

Tabel di atas, hasil observasi peningkatan kemampuan membaca anak

melalui media puzzle pecahan kata pada siklus II pertemuan pertama (setelah

tindakan) yaitu pada aspek pertama, Anak mampu membaca kata yang memiliki

gambar melalui media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum

berkembang 2 orang dengan persentase 13%, untuk kategori mulai berkembang3

orang dengan persentase 20%, untuk kategoriberkembang sesui harapan 7 orang

dengan persentase 47%, dan kategori berkembang sangat baik 3 orang dengan

persentase 20%.

Aspek kedua, Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata melalui

media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 1 orang

dengan persentase 7%, untuk kategori mulai berkembang 3 orang dengan

persentase 20%, untuk kategori berkembang sesui harapan 8 orang dengan


72

persentase 53%, dan kategori berkembang sangat baik 3 orang dengan persentase

20%.

Aspek ketiga, Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata melalui

media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 2 orang

dengan persentase 13%, untuk kategori mulai berkembang 5 orang dengan

persentase 33%, untuk kategori berkembang sesui harapan 7 orang dengan

persentase 47%, dan kategori berkembang sangat baik 1 orang dengan persentase

7%.

Aspek keempat, Anak mampu menyusun huruf menjadi kata melalui media

puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 3 orang dengan

persentase 20%, untuk kategori mulai berkembang3 orang dengan persentase

20%, untuk kategori berkembang sesui harapan 8 orang dengan persentase 53%,

dan kategori berkembang sangat baik 1 orang dengan persentase 7%.

Aspek kelima, Anak mampu membaca kata tanpa gambar melalui media

puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 3 orang dengan

persentase 20%, untuk kategori mulai berkembang5 orang dengan persentase

33%, untuk kategori berkembang sesui harapan 7 orang dengan persentase 47%,

dan kategori berkembang sangat baik tidak ada. Berdasarkan table di atas

kemampuan anak dalam setiap aspek suah mulai meningkat, tetapi masih ada

anak yang mendapatkan nilai rendah. Untuk lebih jelasnya terlihat pada grafik di

bawah ini:
73

Grafik 6. Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Membaca Anak Melalui


Media Puzzle Pecahan Kata pada Siklus II peretmuan pertama

Grafik di atas menunjukan hasil observasi peningkatan kemampuan

membaca anak pada siklus II pertemuan pertama, pada aspek pertama, aspek

kedua, aspek ketiga, aspek keempat, dan aspek kelima dengan rata-rata tertinggi

berada pad kategoriberkembang sesui harapan 7 orang dengan persentase 47%.

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, hasilnya menunjukan bahwa peningkatan

kemampuan membaca anak melalui media puzzle sudah meningkat, tetapi belum

mencapai KKM maka di lanjutkan pada pertemuan kedua.

b. Pertemuan Kedua

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siklus II pertemuan kedua

yang dilakukan pada hari Rabu tanggal 8 Juni 2022, pembelajaran membaca

melalui media puzzle pecahan kata dengan kegiatan sebagai berikut:


74

Tabel 8.Hasil Observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui media


puzzle pecahan kata pada siklus II pertemuan kedua

BB MB BSH BSB
No Aspek yang di nilai
f % f % f % f %
Anak mampu membaca kata
1 0 0% 2 13% 9 60% 4 27%
yang memiliki gambar
Anak mampu menyusun suku
2 0 0% 3 20% 8 53% 4 27%
kata menjadi kata
Anak mampu menyusun huruf
3 0 0% 3 20% 9 60% 3 20%
menjadi suku kata
Anak mampu menyusun huruf
4 1 7% 3 20% 7 47% 4 27%
menjadi kata
Anak mampu membaca kata
5 1 7% 4 27% 8 53% 2 13%
tanpa gambar
Nilai Rata-rata 0 3% 3 20% 8 55% 3 23%

Keterangan:
 Belum Berkembang (BB),
 Mulai Berkembang (MB)
 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
 Berkembang Sangat Baik (BSB)

Tabel di atas, hasil observasi peningkatan kemampuan membaca anak

melalui media puzzle pecahan kata pada siklus II pertemuan kedua (setelah

tindakan) yaitu pada aspek pertama, Anak mampu membaca kata yang memiliki

gambar melalui media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum

berkembang tidak ada dengan persentase 0%, untuk kategori mulai berkembang 2

orang dengan persentase 13%, untuk kategoriberkembang sesui harapan 9 orang

dengan persentase 60%, dan kategori berkembang sangat baik 4 orang dengan

persentase 27%.

Aspek kedua, Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata melalui

media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang tidak ada

dengan persentase 0%, untuk kategori mulai berkembang 3 orang dengan

persentase 20%, untuk kategoriberkembang sesui harapan 8 orang dengan


75

persentase 53%, dan kategori berkembang sangat baik 4 orang dengan persentase

27%.

Aspek ketiga, Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata melalui

media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang tidak ada

orang dengan persentase 0%, untuk kategori mulai berkembang 3 orang dengan

persentase 20%, untuk kategoriberkembang sesui harapan 9 orang dengan

persentase 60%, dan kategori berkembang sangat baik 3 orang dengan persentase

20%.

Aspek keempat, Anak mampu menyusun huruf menjadi kata melalui media

puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 1 orang dengan

persentase 7%, untuk kategori mulai berkembang3 orang dengan persentase 20%,

untuk kategori berkembang sesui harapan 7 orang dengan persentase 47%, dan

kategori berkembang sangat baik 4 orang dengan persentase 27%.

Aspek kelima, Anak mampu membaca kata tanpa gambar melalui media

puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 1 orang dengan

persentase 13%, untuk kategori mulai berkembang 4 orang dengan persentase

27%, untuk kategori berkembang sesui harapan 8 orang dengan persentase 53%,

dan kategori berkembang sangat baik 2 orang dengan persentase 13%.

Berdasarkan uraian di atas kemampuan membaca anak melalui permaianan

puzzlepecahan kata mengalami peningkatan tetapi masih belum mencapai kriteria

ketuntasan minimum yaitu 75%. Untuk lebih jelasnya terlihat pada grafik di

bawah ini:
76

Grafik 7. Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Membaca Anak Melalui


MediaPuzzle Pecahan Kata pada Siklus II peretemuan kedua

Grafik di atas menunjukan hasil observasi peningkatan kemampuan

membaca anak pada siklus II pertemuan kedua, pada aspek pertama, aspek kedua,

aspek ketiga, aspek keempat, dan aspek kelima dengan rata-rata tertinggi berada

pad kategori berkembang sesui harapan 8 orang dengan persentase 55%.

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, hasilnya menunjukan bahwa peningkatan

kemampuan membaca anak melalui media puzzle sudah meningkat, tetapi belum

mencapai KKM maka di lanjutkan pada pertemuan kedua.

c. Pertemuan Ketiga

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siklus II pertemuan ketiga

yang dilakukan pada hari Kamis tanggal 9 Juni 2022, pembelajaran membaca

melalui media puzzle pecahan kata dengan kegiatan sebagai berikut:


77

Tabel 9.Hasil Observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui media


puzzle pecahan kata pada siklus II pertemuan ketiga

BB MB BSH BSB
No Aspek yang di nilai
f % f % f % f %
Anak mampu membaca kata
1 0 0% 0 0% 2 13% 13 87%
yang memiliki gambar
Anak mampu menyusun suku
2 0 0% 0 0% 4 27% 11 73%
kata menjadi kata
Anak mampu menyusun
3 0 0% 0 0% 3 20% 12 80%
huruf menjadi suku kata
Anak mampu menyusun
4 0 0% 0 0% 2 13% 13 87%
huruf menjadi kata
Anak mampu membaca kata
5 0 0% 0 0% 3 20% 12 80%
tanpa gambar
Nilai Rata-rata 0 0% 0 0% 3 19% 12 81%

Keterangan:
 Belum Berkembang (BB),
 Mulai Berkembang (MB)
 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
 Berkembang Sangat Baik (BSB)

Tabel di atas, hasil observasi peningkatan kemampuan membaca anak

melalui media puzzle pecahan kata pada siklus II pertemuan ketiga (setelah

tindakan) yaitu pada aspek pertama, Anak mampu membaca kata yang memiliki

gambar melalui media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum

berkembang tidak ada dengan persentase 0%, untuk kategori mulai

berkembangtidak ada dengan persentase 0%, untuk kategoriberkembang sesui

harapan 2 orang dengan persentase 13%, dan kategori berkembang sangat baik 13

orang dengan persentase 87%.

Aspek kedua, Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata melalui

media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang tidak ada

dengan persentase 0%, untuk kategori mulai berkembangtidak ada dengan

persentase 0%, untuk kategori berkembang sesui harapan 4 orang dengan


78

persentase 27%, dan kategori berkembang sangat baik 11 orang dengan persentase

73%.

Aspek ketiga, Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata melalui

media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang tidak ada

orang dengan persentase 0%, untuk kategori mulai berkembangtidak ada dengan

persentase 0%, untuk kategori berkembang sesui harapan 3 orang dengan

persentase 20%, dan kategori berkembang sangat baik 12 orang dengan persentase

80%.

Aspek keempat, Anak mampu menyusun huruf menjadi kata melalui media

puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang tidak ada dengan

persentase 0%, untuk kategori mulai berkembang tidak ada dengan persentase 0%,

untuk kategori berkembang sesui harapan 2 orang dengan persentase 13%, dan

kategori berkembang sangat baik 13 orang dengan persentase 87%.

Aspek kelima, Anak mampu membaca kata tanpa gambar melalui media

puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang tidak ada dengan

persentase 0%, untuk kategori mulai berkembang tidak ada dengan persentase 0%,

untuk kategoriberkembang sesui harapan 3 orang dengan persentase 20%, dan

kategori berkembang sangat baik 12 orang dengan persentase 80%.Berdasarkan

uraian di atas kemampuan membaca anak melalui permaianan puzzle pecahan kata

mengalami peningkatan sudah mencapai kriteria ketuntasan minimum yaitu 75%.

Untuk lebih jelasnya terlihat pada grafik di bawah ini:


79

Grafik 8. Hasil Observasi Peningkatan Kemampuan Membaca Anak Melalui


Media Puzzle Pecahan Kata pada Siklus II peretmuan ketiga

Grafik di atas menunjukan hasil observasi peningkatan kemampuan

membaca anak pada siklus II pertemuan ketiga, pada aspek pertama, aspek kedua,

aspek ketiga, aspek keempat, dan aspek kelima dengan rata-rata tertinggi berada

pada kategori berkembang sangat baik 12 orang dengan persentase 81%.

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, hasilnya menunjukan bahwa peningkatan

kemampuan membaca anak melalui media puzzle sudah meningkat mencapai

KKM.
80

Tabel 10: Rekapituasi observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui media puzzle pecahan kata pada siklus II,
pertemuan pertama, kedua, ketiga

Pertemuan Pertama Pertemuan Kedua Pertemuan Ketiga


Jumlah Anak: 15 Orang Jumlah Anak: 15 Orang Jumlah Anak: 15 Orang
No Aspek yang di nilai
BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB
F % f % f % f % f % f % f % f % f % f % f % f %
Anak mampu membaca
1 kata yang memiliki 2 13% 3 20% 7 47% 3 20% 0 0% 2 13% 9 60% 4 27% 0 0% 0 0% 2 13% 13 87%
gambar
Anak mampu menyusun
2 1 7% 3 20% 8 53% 3 20% 0 0% 3 20% 8 53% 4 27% 0 0% 0 0% 4 27% 11 73%
suku kata menjadi kata
Anak mampu menyusun
3 2 13% 5 33% 7 47% 1 7% 0 0% 3 20% 9 60% 3 20% 0 0% 0 0% 3 20% 12 80%
huruf menjadi suku kata
Anak mampu menyusun
4 3 20% 3 20% 8 53% 1 7% 1 7% 3 20% 7 47% 4 27% 0 0% 0 0% 2 13% 13 87%
huruf menjadi kata
Anak mampu membaca
5 3 20% 5 33% 7 47% 0 0% 1 7% 4 27% 8 53% 2 13% 0 0% 0 0% 3 20% 12 80%
kata tanpa gambar
Rata-rata 2 15% 4 25% 7 47% 2 13% 0 3% 3 20% 8 55% 3 23% 0 0% 0 0% 3 19% 12 81%

Keterangan:
 Belum Berkembang (BB),
 Mulai Berkembang (MB)
 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
 Berkembang Sangat Baik (BSB)
81

Berdasarkan table di atas dapat di lihat peningkatan hasil

membaca anak melalui media puzzle pecahan kata. Pada pertemuan

pertama nilai rata-rata anak yang belum berkembang persentase

15%, pertemuan kedua 3%, pertemuan ketiga 0%.Kondisi nilai rata-

rata anak yang mulai berkembang pertemuan pertama 25%,

pertemuan kedua 20%, dan pertemuan ketiga 0%.Nilai rata-rata anak

yang berkembang sesuai harapan pada pertemuan pertama 47%,

pertemuan kedua 55%, dan pertemuan ketiga 19%.Nilai rata-rata

anak yang berkembang sangat baik pada pertemuan pertama 13%,

pertemuan kedua 23%, dan pertemuan ketiga 81%. Untuk lebih

jelasnya dapat di lihat pada grafik di bawah ini:

Grafik 9. Rekapitulasi tingkat pencapaian peningkatan kemampuan memebaca


anak siklus II, kondisi awal, pertemuan pertama, kedua, dan ketiga

Berdasarkan analisa terhadap indikator yang telah di uraikan di atas maka

dapat di simpulkan bahwa kemampuan membaca anak melalui


82

mediapuzzlepecahan kata dapat memenuhi pencapaian optimal yang telah di

tetapkan, maka penelitian sudah cukup memadai sampai siklus II.

d. Refleksi Siklus II

Evaluasi terhadap pencapaian yang di peroleh pada siklus II di dasari

oleh dua hal yaitu ketertarikan anak terhadap mediapuzzle pecahan kata dan

hasil penilaian anak. Berdasarkan jumlah anak yang tertarik dengan

mediapuzzle pecahan kata melalui observasi terhadap anak setelah tindakan di

lakukan maka di peroleh kesimpulan untuk mencapai kriteria ketuntasan

sudah mencapai 81%, dengan kategori berkembang sangat baik, dengan

demikian siklus di lakukan hanya sampai siklus II ini.

4. Analisis Data

Berdasarkan dari hasi pengamatan peningkatan kemampuan membaca anak

melalui mediapuzzle pecahan kata di Taman Kanak-kanak Al Akhdar Situjuah

Ladang Laweh pada kondisi awal, siklus I pertemuan ketiga dan siklus II

pertemuan ketiga kategori Belum Berkembang, Mulai Berkembang, Berkembang

Sesuai Harapan, dan Berkembang Sangat Baikseperti pada tabel berikut ini:

Tabel 11.Perbandingan kondisi awal, siklus I dan siklus II kemampuan membaca


anak melalui media puzzle pecahan kata (Belum Berkembang)

N Kondisi Siklus I Siklus II


Aspek yang diamati Keterangan
o Awal (%) (%) (%)
Anak mampu membaca kata
1 0 40% 0% Menurun
yang memiliki gambar
Anak mampu menyusun suku
2 0 33% 0% Menurun
kata menjadi kata
Anak mampu menyusun huruf
3 0 40% 0% Menurun
menjadi suku kata
83

Anak mampu menyusun huruf


4 0 33% 0% Menurun
menjadi kata
Anak mampu membaca kata
5 0 50% 0% Menurun
tanpa gambar
Rata-rata 0% 39% 0% Menurun

Berdasarkan table di atas dapat di ketahui pada aspek anak mampu Anak

mampu membaca kata yang memiliki gambar melalui mediapuzzle pecahan kata

dengan katagori Belum Berkembang pada kondisi awal 0%, siklus I sebanyak

40%, dan siklus II menurun menjadi 0%.

Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun suku kata menjadi

katamelalui puzzle pecahan kata dengan katagori Belum Berkembangpada kondisi

awal 0%, siklus I sebanyak 33%, pada siklus II menurun menjadi 0%.

Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata

melalui puzzle pecahan kata dengan katagori Belum Berkembangpada kondisi

awal 0%, siklus I sebanyak 40%, pada siklus II menurun menjadi 0%.

Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun huruf menjadi kata

melalui puzzle pecahan kata dengan katagori Belum Berkembangpada kondisi

awal 0%, siklus I sebanyak 33%, pada siklus II menurun menjadi 0%.

Pada aspek anak mampu Anak mampu membaca kata tanpa gambar

melalui puzzle pecahan kata dengan katagori Belum Berkembangpada kondisi

awal 0%, siklus I sebanyak 50%, pada siklus II menurun menjadi 0%.

Tabel 12.Perbandingan kondisi awal, siklus I dan siklus II kemampuan membaca


anak melalui media puzzle pecahan kata (Mulai Berkembang)
N Kondisi Siklus I Siklus II
Aspek yang diamati Keterangan
o Awal (%) (%) (%)
Anak mampu membaca kata
1 27% 40% 0% Menurun
yang memiliki gambar
Anak mampu menyusun suku
2 27% 40% 0% Menurun
kata menjadi kata
84

Anak mampu menyusun huruf


3 27% 40% 0% Menurun
menjadi suku kata
Anak mampu menyusun huruf
4 20% 40% 0% Menurun
menjadi kata
Anak mampu membaca kata
5 27% 21% 0% Menurun
tanpa gambar
Rata-rata 25% 36% 0% Menurun
Berdasarkan table di atas dapat di ketahui pada aspek anak mampu Anak

mampu membaca kata yang memiliki gambar melalui media puzzle pecahan kata

dengan katagori Belum Berkembang pada kondisi awal 27%, siklus I sebanyak

40%, dan siklus II menurun menjadi 0%.

Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata

melalui puzzle pecahan kata dengan katagori Belum Berkembangpada kondisi

awal 27%, siklus I sebanyak 40%, pada siklus II menurun menjadi 0%.

Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata

melalui puzzle pecahan kata dengan katagori Belum Berkembangpada kondisi

awal 27%, siklus I sebanyak 40%, pada siklus II menurun menjadi 0%.

Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun huruf menjadi kata

melalui puzzle pecahan kata dengan katagori Belum Berkembangpada kondisi

awal 20%, siklus I sebanyak 40%, pada siklus II menurun menjadi 0%.

Pada aspek anak mampu Anak mampu membaca kata tanpa gambar

melalui puzzle pecahan kata dengan katagori Belum Berkembangpada kondisi

awal 27%, siklus I sebanyak 21%, pada siklus II menurun menjadi 0%.

Tabel 13.Perbandingan kondisi awal, siklus I dan siklus II kemampuan membaca


anak melalui media puzzle pecahan kata (Berkembang Sesuai Harapan)
N Kondisi Siklus I Siklus II
Aspek yang diamati Keterangan
o Awal (%) (%) (%)
Anak mampu membaca kata
1 0% 20% 20% Menurun
yang memiliki gambar
Anak mampu menyusun suku
2 0% 27% 27% Menurun
kata menjadi kata
85

Anak mampu menyusun huruf


3 0% 20% 20% Menurun
menjadi suku kata
Anak mampu menyusun huruf
4 0% 27% 27% Menurun
menjadi kata
Anak mampu membaca kata
5 0% 29% 29% Menurun
tanpa gambar
Rata-rata 0% 36% 24% Menurun
Berdasarkan table di atas dapat di ketahui pada aspek anak mampu Anak

mampu membaca kata yang memiliki gambar melalui media puzzle pecahan kata

dengan katagori Belum Berkembang pada kondisi awal 0%, siklus I sebanyak

20%, dan siklus II menurun menjadi 20%.

Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata

melalui puzzle pecahan kata dengan katagori Belum Berkembangpada kondisi

awal 0%, siklus I sebanyak 27%, pada siklus II menurun menjadi 27%.

Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata

melalui puzzle pecahan kata dengan katagori Belum Berkembangpada kondisi

awal 0%, siklus I sebanyak 20%, pada siklus II menurun menjadi 20%.

Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun huruf menjadi kata

melalui puzzle pecahan kata dengan katagori Belum Berkembangpada kondisi

awal 0%, siklus I sebanyak 27%, pada siklus II menurun menjadi 27%.

Pada aspek anak mampu Anak mampu membaca kata tanpa gambar

melalui puzzle pecahan kata dengan katagori Belum Berkembangpada kondisi

awal 0%, siklus I sebanyak 29%, pada siklus II menurun menjadi 29%.

Tabel 14.Perbandingan kondisi awal, siklus I dan siklus II kemampuan membaca


anak melalui media puzzle pecahan kata (Berkembang Sesuai Harapan)

N Kondisi Siklus I Siklus II


Aspek yang diamati Keterangan
o Awal (%) (%) (%)
Anak mampu membaca kata
1 0% 2% 87% Meningkat
yang memiliki gambar
Anak mampu menyusun suku Meningkat
2 0% 0% 73%
kata menjadi kata
86

Anak mampu menyusun huruf Meningkat


3 0% 1% 80%
menjadi suku kata
Anak mampu menyusun huruf Meningkat
4 0% 0% 87%
menjadi kata
Anak mampu membaca kata Meningkat
5 0% 2% 80%
ta0npa gambar
Rata-rata 0% 1% 81% Meningkat
Berdasarkan table di atas dapat di ketahui pada aspek anak mampu Anak

mampu membaca kata yang memiliki gambar melalui media puzzle pecahan kata

dengan katagori Belum Berkembang pada kondisi awal 0%, siklus I sebanyak 2%,

dan siklus II menurun menjadi 87%.

Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata

melalui puzzle pecahan kata dengan katagori Belum Berkembangpada kondisi

awal 0%, siklus I sebanyak 0%, pada siklus II menurun menjadi 73%.

Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata

melalui puzzle pecahan kata dengan katagori Belum Berkembangpada kondisi

awal 0%, siklus I sebanyak 1%, pada siklus II menurun menjadi 80%.

Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun huruf menjadi kata

melalui puzzle pecahan kata dengan katagori Belum Berkembangpada kondisi

awal 0%, siklus I sebanyak 0%, pada siklus II menurun menjadi 87%.

Pada aspek anak mampu Anak mampu membaca kata tanpa gambar

melalui puzzle pecahan kata dengan katagori Belum Berkembangpada kondisi

awal 0%, siklus I sebanyak 2%, pada siklus II menurun menjadi 80%.

B. Pembahasan

Berdasarkan dari hasil penelitian peningkatan kemampuan membaca anak

melalui mediapuzzle pecahan kata di Taman Kanak-kanak Al Akhdar Situjuah,


87

adapun pembahasan guna untuk menjelaskan dan memperdalam kajian dalam

penelitian ini.Pada kondisi awal diperoleh gambaran kemampuan membaca anak

masih rendah, dimana sebagian anak di kelas B Taman Kanak-kanak Al Akhdar

Situjuahmengalami kesulitan ketika diadakan kegiatan membaca. Hal ini

dikarenakan kurangnya pengelolaan kegiatan belajar sambil bermain sehingga

kegiatan membaca menjadi tidak menyenangkan bagi anak.

Menurut Sutan (2004:2) bacaan atau membaca dapat diartikan sebagai

kegiatan menelusuri, memahami hingga mengekplorasikan sebagai

symbol.Simbol dapat berupa rangkaian huruf-huruf dalam suatu tulisan atau

bacaan bahkan gambar (denah, grafik, dan peta).Berdasarkan keterangan di atas

maka kegiatan membaca pada kelompok B1 Taman Kanak-kanak Al Akhdar

Situjuahdapat dilaksanakan melalui mediapuzzle pecahan kata, anak dapat

mengenal dan memahami arti dari symbol dengan menyusun huruf menjadi

kata.Selanjutnya menurut Montessori dalam Depdiknas (2000:21)

memperkenalkan media membaca di mulai dari unsur huruf dan kata.Media

membaca dilakukan dengan menggunakan bantuan gambar pada setiap

memperkenalkan kata.

Peningkatan kemampuan membaca anak dari siklus I ke siklus II melalui

mediapuzzle pecahan kata, media di lakukan di mulai dari membaca kata-kata

yang memiliki gambar. Menurut Wicaksono (2011:41) kegiatan membaca pada

anak usia 3 sampai 6 tahun memberikan buku-buku yang terdapat banyak gambar.

Buku-buku yang bergambar ini mendidik sifat kritis pada anak, memperkenalkan

kata-kata baru dan menyajikan pola-pola kalimat. Meningkatnya kemampuan


88

membaca anak melalui kegiatan media puzzle pecahan kata di Taman Kanak-

kanak Al Akhdar Situjuah terjadi peningkatan mulai dari kondisi awal, siklus I

dan siklus II.


BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti bahas pada bab

terdahulu dapat disimpulkan bahwa:Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan pada bab sebelumnya dapat peneliti simpulkan bahwa, dengan

penggunaan media Puzzle pecahan kata dapat meningkatkan kemampuan

minat membaca anak di Taman Kanak-kanak Al Akhdar Situjuah Ladang

Laweh. Hal ini, dapat dilihat dari adanya perkembangan peserta didik yang

mana pada pra siklus penelitian diketahui peserta didik yang mencapai standar

penilaian berkembang sangat baik hanya mencapai tidak ada peserta didik dari

keseluruhan peserta didik yang berjumlah 15 peserta didik.Kemudian pada

siklus I pertemuan ke-1, ke-2, dank e-3 peserta didik tidak memiliki

kemampuan minat membaca.

Selanjutnya pada siklus II pertemuan ke-1 anak yang memiliki

kemampuan minat membaca anak sangat baik mencapai 2 pe-serta didik atau

11%. Pada pertemuan ke-2 peserta didik yang mencapai BSB sebanyak 3

peserta didik atau 23%, dan pada pertemuan ke-3 peserta didik yang memiliki

kemampuan minat membaca anak sangat baik mencapai 12 peserta didik atau

81%. Jumlah tersebut telah mencapai standar penilaian yang telah di tentukan

yaitu BSB sebanyak 81%.


90

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas,

maka dapat di ketahui bahwa mediapuzzle pecahan kata sangat efektif untuk

meningkatkan kemampuan membaca yaitu, membaca kata yang memiliki

gambar, menyusun suku kata dan menyusun huruf menjadi kata serta

semangat anak dalam melakukan kegiatan puzzle pecahan kata.Media puzzle

pecahan kata dilakukan seperti sebuah perlombaan dengan menggunakan

puzzle yang mempunyai gambar dan kata serta di tambah dengan kartu huruf.

Sehingga media ini dapat mengembangkan kemampuan membaca anak.

Media puzzle pecahan kata dapat meningkatkan kemampuan membaca

anak di kelas B1 TK Al Akhdar Situjuah Ladang Laweh.Kemampuan

membaca sangatlah penting terutama dalam masa pertumbuhan, kecerdasan

karena ilmu pengetahuan sebagian besar diperoleh dengan membaca.

Peningkatan kemampuan membaca anak melalui mediapuzzle pecahan kata

dapat menumbuhkan minat baca, rasa ingin tahu, dan menambah pengetahuan

anak.Media memegang peranan sangat penting untuk memberikan rangsangan

positif terhadap munculnya berbagai potensi yang ada pada anak.

C. Saran

Dari kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu:

1. Agar para guru TK diharapkan dapat menggunakan mediaPuzzle Pecahan

Kata dalam pembelajaran sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan

kemampuan kembaca anak.


91

2. Pihak sekolah sebaiknya menyediakan alat-alat media yang dapat

meningkatkan kemampuan membaca anak pada area membaca dan

menulis pada khususnya.

3. Kepada Dinas Pendidikan sangat diharapkan memberikan perhatian yang

besar untuk peningkatan kemampuan membaca anak TK yang ada di

daerah Situjuah Ladang Laweh pada khususnya.

4. Diharapkan kepada orang tua agar selalu memberikan motivasi anaknya

dalam peningkatan kemampuan membaca.

5. Disarankan kepada peneliti-peneliti yang masa akan datang untuk dapat

mengeksplorasi lebih dalam tentang alat mediapuzzle pacahan kata untuk

peningkatan kemampuan membaca anak TK.


92

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, A. (2013). Meningkatan Kemampuan Membaca Anak Usia Dini Dengan


Menggunaan Media Puzzel Pecahan Kata. Wahana: Tridarma Perguruan
Tinggi, 60(1).

Ahmad Susanto. (2012). Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam


Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana

Ahmad,H.P dan Alek, (2016) Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi. Jakarta:
Erlangga

Arsyad, Azhar. (2014) Media pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press

Ayuningsih, Diah. (2010). Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta: Pustaka


Larasati

Beaty, Janice J. (2013). Observasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:


Kencana

Cholil dan Kurniawan, (2011). Psikologi Pendidikan Telaah Teoritik Dan Praktik.
Surabaya . IAIN Sunan Ampel press

Dadan Djuanda. (2006). Bahasa Indonesia yang Komunikatif dan Menyenangkan.


Jakarta: Depdiknas

Dame, J. P., Ardisal, A., & Marlina, M. (2014). Meningkatkan Kemampuan


Menggunakan Pecahan Dalam Pemecahan Masalah Melalui Media Puzzle
Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jurnal Penelitian Pendidikan Khusus, 3(3).

Djamarah, S,B dan Zein, (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.

Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif.


Jakarta: Rajawali Pers.

Enni Zubaidah.(2013). Kesulitan Membaca Permulaan Pada Anak Diagnosa dan


Cara Mengatasinya. Diakses dari uny.ac.id. pada tanggal 15 April 2022

Fitriani, E. (2019). Penerapan Media Pembelajaran Puzzle pada Anak


Berkesulitan Membaca Kelas IV MI NU Salafiyah Gondoharum Kudus
(Doctoral dissertation, IAIN KUDUS).
93

Fitroh, S., & Mardiyah, S. (2015). Efektifitas Media Puzzle Siput Dalam
Pengembangan Pembelajaran Matematika Pada AUD. Jurnal PG-PAUD
Trunojoyo: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, 2(1), 50-
56.

Fuadah, N., & Ridwan, R. (2018). Meningkatkan Kemampuan Membaca Huruf


Hijaiyah (Ayat Al-Qur’an) Dengan Media Puzzle.

Futihat, S., Wibowo, E. W., & Mastoah, I. (2020). Pengembangan Media Puzzle
Huruf Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Membaca
Permulaan. Ibtida’i: Jurnal Kependidikan Dasar, 7(02), 135-148.

Indrijati Hedina,dkk. (2016). Psikologi Perkembangan & Pendidikan Anak Usia


Dini. Jakarta: Kencana

Jurnal pendidikan anak usia dini, 2019,01(01) halaman 36 diakses tanggal 5 maret
2022

Mahmuda, (2015). Pengaruh Penggunaan Media Gambar Terhadap Kemampuan


Mengenal Huruf Pada Siswa Kelompok B Di RA Tarbiyatul Muta’alimin
Cerme Bondowoso Tahun Pelajaran 2014-2015. Jember. IKIP PGRI
Jember. (Skripsi tidak diterbitkan)

Nur Indah dkk. (2013). Kurikulum Raudhatul Athfal (RA) Pedoman Silabus Dan
Lingkup Perkembangan Berbasis Karakter Dan Kewirausahaan. Jember.
Tim KKG-IGRA Kabupaten Jember.

Nurlilawaty, N., Milfayetti, S., & Yus, A. (2019). Pengaruh Bermain Puzzle
Berbasis ICT Terhadap Motivasi Belajar Dan Kemampuan Membaca
Permulaan Anak USIA 5-6 TAHUN. Jurnal Tematik, 8(3), 264-273.

Setiawan, A. T. (2012). Efektivitas media puzzle untuk meningkatkan


kemampuan menyusun kalimat bagi cerebral palsy. Jurnal Penelitian
Pendidikan Khusus, 1(3).

Solehuddin. (2002). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. IKIP Bandung:


Depdikbud

Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta Rineka Cipta.

Sumiharsono Rudy. (2009). Metodologi Penelitian. Jember.


94

Suriansyah, A, & Aslamiah. (2015). The Leadership Strategies of School,


Principals, Teacher, Parents, and The Communities In Building the
Students Caracter. Cakrawala Pendidikan, 34(2) 234-247

Suryadi, Maulidya. (2015). Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya

Suryana, Dadan. (2013). Pendidikan Anak Usia Dini. Padang: UNP Press

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi. Alfabeta: Bandung

Susanto, Ahmad. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana

Tarigan, Hendy Guntur. (2008). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan


Berbahasa. Bandung: Angkasa

Utami, N. P. M. A., Ganing, N. N., & Kristiantari, M. G. R. (2020). Model Make


A Match Berbantuan Media Puzzle Suku Kata Berpegaruh Terhadap
Keterampilan Menulis. Jurnal Ilmiah Pendidikan Profesi Guru, 3(1), 48-60.

Wahyuningsih, W. (2020). Penerapan Metode Global Berbantuan Media Puzzle


Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan (Penelitian
pada Siswa Kelas 1 SDN Mangli, Kaliangkrik, Magelang) (Doctoral
dissertation, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang).

Wiyani, N. A. (2015). Bina Karakter Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-ruzz Media

Zaini, A, Saleh, M & Noorhafizah.(2018). Development of Religious Worship and


Religious Tolerance at Widya Dharma Paud In Banjarmasin City,
Indonesia. European Journal of Alternative Education Studies.
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113

Lampiran

DOKUMENTASI TK AL AKHDAR

Gambar 1. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan anak

Gambar 2. Guru membagi anak menjadi 2 kelompok


114

Gambar 3. Anak menyusun puzzle sesuai gambar

Gambar 4. Anak membaca kata yang memiliki gambar


115

Gambar 5. Anak meyusun huruf menjadi kata

Gambar 6. Anak meyusun suku kata menjadi kata


116

Gambar 7. Anak menyusun huruf menjadi suku kata


117
118
119

Anda mungkin juga menyukai