Peningkatan Kemampuan Membaca Anak Melalui Media Puzzle Pecahan Kata
Peningkatan Kemampuan Membaca Anak Melalui Media Puzzle Pecahan Kata
SKRIPSI
Oleh:
SATRIKAWATI
NIM. 15022055
i
KATA PENGANTAR
Allah SWT atas nikmat dan kurnia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi
Islam, yakni Nabi Muhammad SAW berkat beliaulah kita dapat menikmati dan
mempelajari ilmu yang benar, semoga dengan mengikuti jejak beliau kita dapat
menerima bantuan dan semangat dari berbagai pihak tertentu, baik berupa
moril maupun materi, untuk itu peneliti ingin menyampaikan terima kasih dan
ini.
2. Bapak Dr. Dadan Suryana selaku Dosen Penguji I dan Ibu Vivi Anggraini M.
Pd selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan, arahan dan saran
kepada Peneliti.
3. Ibu Dr. Yaswinda, M.Pd selaku Ketua Jurusan PG PAUD, beserta Bapak Asdi
ii
4. Bapak Prof. Dr. Rusdinal, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan,
Bapak Prof. Dr. Hadiyanto, M.Pd selaku Wakil Dekan I, Bapak Prof. Dr.
Daharnis, M.Pd,. Kons selaku Wakil Dekan II, Bapak Dr. Desyandri, S. Pd,
6. Bapak Ibu Dosen dan Tata Usaha Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Adikku ( Muhammad Lutfi, Rafiq Hanan) dan serta semua keluarga yang
kepada peneliti dengan penuh kasih sayang atas dukungan moril dan materil
8. Buk ria,buk ani yang selalu memberi semangat dan do’a kepada peneliti dalam
9. Ima, Era, Anisa, Yanisa, Ria dan teman-teman PG-PAUD 2015 yang selalu
ini.
Kepada semua pihak yang telah ikut membantu, tiada kata yang dapat
peneliti persembahkan selain do’a kepada Allah SWT semoga bantuan, bimbingan
dan arahan serta dukungan yang diberikan kepada peneliti, baik berupa moril
maupun materil dapat bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Peneliti menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi penelitian ini.Oleh karena itu
iii
kekurangan dalam penyusunan skripsi penelitian ini. Akhir kata, peneliti berharap
melalui media Puzzle Pecahan Kata “ bagi pembaca dan pihak-pihak lain.
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah........................................................................ 4
C. Pembatasan Masalah....................................................................... 4
D. Rumusan Masalah........................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian............................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian.......................................................................... 5
iv
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi data................................................................................. 56
B. Pembahasan.................................................................................... 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 88
B. Implikasi......................................................................................... 89
C. Saran............................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 91
LAMPIRAN.................................................................................................... 94
v
DAFTAR BAGAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GRAFIK
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
maupun setelah dewasa. Orang tua dan pendidik hendaknya tidak bosan untuk
keleluasaan bagi anak-anak untuk meneladan, mengikuti dan menilai baik dan
berbagai stimulus agar anak dapat berkembang secara optimal. Karena pada
usia dini, anak merupakan peniru yang hebat dan sekaligus "pembelajar
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan
yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
yang mengatur tentang pendidikan anak usia dini menyatakan bahwa taman
1
2
stimulasi bagi anak usia 0-8 tahun agar anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal baik jasmani dan rohani, sehingga tumbuh menjadi manusia
agama dan moral, kognotif, motoric, bahasa, seni, dan social emosi. Dalam
pendidikan anak usia dini salah satu aspek perkembangan anak yang harus
2018:119).
Pada masa kanak-kanak ini dikenal juga dengan masa emas (golden
age).Yang artinya pada masa ini semua aspek perkembangan anak dapat
dikembangkan dengan baik, tentu saja dengan peran guru, orang tua dan
anak uia dini.Kemampuan dalam membaca sangatlah penting bagi anak usia
dini menurut Steinberg (dalam Yusuf, 2011:90) terdiri dari empat tahap yaitu
dan media yang digunakan hanya berupa kartu huruf dan pohon kata sehingga
berekpresi, dan ingin membaca apa yang telah di baca guru di depan kelas,
rendah yaitu sekitar 14 orang anak atau 93%. Hal itu disebabkan karena
metode dan alat media yang digunakan guru dalam mengajar kurang tepat dan
kanak serta memotivasi anak untuk membaca, maka peneliti tertarik untuk
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
Ladang Laweh”.
5
E. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada permasalahan yang ada diatas dan agar sasaran
yang akan dicapai dalam skripsi ini lebih terarah, maka peneliti perlu
F. Manfaat Penelitian
4. Bagi Sekolah
5. Bagi Peneliti
A. Landasan Teori
1. Konsep Anak Usia Dini
a. Pengertian Anak Usia Dini
20/2003 ayat 1, anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6
tahun.Anak usia dini adalah makhluk sosial yang unik dan kaya dengan
potensinya.
individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan
anak usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar
Menurut Sujiono (2012:6) anak usia dini adalah sosok individu yang
bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8
tahun, pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai
aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup
6
7
mencapai 50%, pada usia 0-8 tahun mencapai 80%, dan pada usia 0-18 tahun
mencapai 100%.
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini
adalah anak yang unik dan mempunyai banyak potensi yang dapat
yang sangat pesat serta berada pada rentang usia 0-8 tahun. Oleh karena itu
Anak usia dini memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak
sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin
tahu terhadap apa yang dilihat, didengar dan dirasakan.Menurut Bloom (dalam
Suyadi, 2017) setiap anak memiliki karakteristik atau ciri-ciri khusus, salah
satu karakteristik anak usia dini adalah unik. Begitu juga dengan cara belajar
anak, setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Karena setiap anak
Menurut Elfan dan Hamzah (2019), karakteristik anak usia dini yaitu:
1). Anak memiliki sifat egosentris yang tinggi, 2). Anak memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi, 3). Anak memiliki imaginasi dan fantasi yang tinggi, 4).
Anak usia dini memiliki daya konsentrasi yang pendek, 5). Perkembangan
drastis dan cepat, 6). Anak adalah pembelajar ulung, 7). Anak usia dini
Pendapat lain tentang karakteristik anak usia dini menurut Wiyani dan
Barnawi (2012:89) yaitu anak belajar melalui bermain, anak belajar dengan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini memiliki
sifat yang unik, mereka berbeda satu sama lainnya, sangat aktif, antusias dan
memiliki daya khayal yang tinggi. Pada usia dini anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat baik fisik maupun mental.
Ayat 14, menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
delapan tahun. Pendidikan bagi anak usia dini merupakan dasar bagi
karakter, budi pekerti luhur, pandai dan terampil. Pendidikan anak usia dini
9
Menurut Wiyani, dkk (2012: 31), pendidikan anak usia dini adalah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang melalui upaya pengajaran
anak, baik itu yang berkaitan dengan karakter anak, kemampuan fisik anak,
kognitif anak, bahasa anak, seni anak, sosial emosional anak, spiritual anak,
disiplin diri anak, konsep diri anak, maupun kemandirian seorang anak.
fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan dan pengajaran yang diberikan kepada anak
Menurut Wiyani, dkk (2012:37), tujuan pendidikan anak usia dini adalah
Dalam Permendikbud No. 137 Tahun 2014 (dalam Hafina, 2020) PAUD
bertujuan untuk membina anak sejak lahir sampai usia 6 (enam) tahun dengan
anak usia dini adalah untuk mendidik anak agar dapat mengembangkan dan
anak usia dini di artikan sebagai perubahan yang kontiniu dan sistematis
proses belajar. Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara
fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya. Usia dini juga masa yang paling
dalam Aziz (2017:22) yaitu: (a) anak usia dini lebih bersifat egosentris naif,
pemahamannya sendiri. (b) relasi sosial yang primitif yang merupakan akibat
dari sifat egosentris yang naif. (c) kesatuan jasmani dan ruhani yang hampir
hidup yang fisiognomis yakni anak langsung memberikan sifat nyata terhadap
sebagainya.
adalah: (a) egosentris. (b) cenderung melihat dan memahami sesuatu dari
sudut pandang dan kepentingan pribadi. (c) anak mengira dunia penuh dengan
pendidikan anak usia dini adalah mengutamakan belajar melalui bermain yang
Menurut samsul (2012:1) manfaat pendidikan anak usia dini bagi anak
pra sekolah adalah mereka yang belum berumur enam tahun bisa bersekolah
melalui PAUD ini, karena di dalam PAUD itu sendiri bukan hanya pendidikan
anak usia dini adalah untuk mendidik anak yang berusia sampai enam tahun
a. Pengertian Bahasa
seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, maka sejak itu pula
bahasa diperlukan. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai
b. Pengembangan Bahasa
merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya
tidak luput juga dari perhatian para para pendidik pada umumnya dan orang
ajarkan dalam hasil sekolah akan diterima oleh siswa dan disampaikan kepada
dengan perkembangan aspek lain. Ketika anak berbicara dengan orang tua
hal yang perlu dilakukan guru dan orang tua, di antaranya:a) memberikan
dengan apa yang sedang anak tanyakan atau perhatikan. Siapkan pertanyaan
pancingan agar anak mau menjawab secara lebih lengkap, d) Berikan jawaban
sebatas yang ditanyakan, jawaban yang panjang lebar dapat membuat anak
bahasa adalah: a) Agar anak dapat mengolah kata secara koperehensif, b) Agar
pahami orang lain, c) Anak mengerti setiap kata yang didengar dan di
diucapkannya.
mengurutkan.
bahasa adalah agar anak dapar berkomunikasi dengan orang lain, dengan
perkembangan bahasa anak usia lima sampai enam tahun yaitu: a) menerima
huruf yang dikenal; mengenal huruf awal dari nama benda-benda yang ada
membaca nama sendiri dan dapat mengekspresikan ide-ide yang ada pada
anak.
membaca.
lingkungan masyarakat.
asuh dan komunikasi orang tua terutama ibu yang membimbing, mengasuh,
h. Aspek-Aspek Bahasa
1) Aspek fonetik
anak dapat dilihat dari perkembangan fisik dan otak anak yang nampak
Aspek ini nampaknya sukar untuk dipelajari atau dikuasi oleh anak-
bahasa dapat menjangkau aspek ini sesuai jenjang usia yang ada.
20
Suatu aspek yang memiliki focus pada bentuk bahasa yang dikaitkan
dengan penggunaannya.
anakadalah ritmis terkecil dalam runtutan bunyi ujaran. Satu silabel biasanya
meliputi satu vocal atau satu vocal atau satu konsonan atau lebih. Menurut
Tahrir (Yuniarini & Edy, 2016:2) menyatakan bahwa tahapan anak dalam
konsep bentuk dan bunyi huruf cetak. Menurut Harun Rasyid, dkk (2011:241)
dilatihkan secara terprogram pada anak prasekolah. Program ini terdiri dari
kata-kata yang bermakna dan diberikan dengan cara yang menarik anak.
Maksudnya adalah informasi dari teks atau pengetahuan yang dimiliki oleh
strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka
b. Perkembangan Membaca
proses aktif dan pikiran yang melibatkan unsur auditif (pendengaran) dan
visual (pengamatan). Waktu yang paling tepa tuntuk belajar membaca adalah
ketika anak memegang buku, membuka buku, mengenal gambar yang ada
tempatnya.
22
membaca anak melewati beberapa tahap, mulai dari belajar mengenal huruf,
kata, kalimat sampai akhirnya anak dapat membaca dengan lancar berbagai
c. Manfaat Membaca
diri sendiri, untuk mengisi waktu luang dengan mengamati seni sastra ataupun
banyak manfaat bagi anak dengan membaca anak melatih lidah untuk
d. Tujuan Membaca
dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Tujuan mempunyai arti yang
melalui membaca bacaan seperti majalah atau komik dan juga bagi seorang
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai harus dilakukan dari hati nurani,
2011:87) yaitu persiapan membaca, karena pada saat ini belum terjadi
kegiatan membaca yang sebenarnya, karena kegiatan ini baru bagian awal
tujuan dari kegiatan membaca, yaitu: membaca untuk memperoleh fakta dan
mempertentangkan.
e. Karakteristik Membaca
membaca anak usia 5-6 tahun adalah: anak sudah dapat mengucapakan kata
lebih dari 2.500 kata, anak dapat berkomunikasi dengan orang lain, yaitu dapat
5-6 tahun sudah dapat melakukan ekspresi diri, menulis membaca dan bahkan
berpuisi.
f. Metode Membaca
1) Metode abjad
Pada metode abjad, huruf diucapkan sebagai abjad
(“a”,”be”,”ce”,”de”,dan seterusnya)
2) Metode bunyi
Pada metode bunyi, huruf diucapakan sesuai dengan bunyinya.
Huruf b dilafalkan “eb” atau “beh”, huruf d dilafalkan “ed” atau
“deh” dan seterusnya. Metode abjad dan metode bunyi merupakan
metode-metode yang sering menggunakan kata-kata lepas. Beda
antara metode abjad dengan metode bunyi terletak pada pengucapan
huruf.
3) Metode suku kata
Metode suku kata dalam pengajaran membaca menyajikan kata-kata
yang sudah dikupas menjadi suku kata. Kemudian suku-suku kata
tersebut dirangkai menjadi kata. Kata yang telah terbentuk dirangkai
menjadi suku kalimat.
4) Metode kata lembaga
5) Metode SAS
1) Metode sekuensial
Pada cara ini, membaca dilakukan per”bagian” kata yaitu:
a. Fonik yaitu: anak diperkenalkan dan diajarkan bunyi huruf dan
menyusunnya menjadi kata
b. Mengeja yaitu: memperkenalkan abjad satu per satu terlebih
dahulu, kemudian menghafalkan bunyinya
c. Suku kata yaitu: anak diperkenalkan dengan penggalan suku kata,
kemudian dirangkai menjadi satu kata
2) Metode simultan
Mengajarkan membaca secara langsung, yaitu seluruh kataatau
kalimat dengan sistem “lihat dan ucapkan” yaitu: a) membaca
gambar, b) kartu kata, c) membaca keseluruhan, kemudian bagian
3) Metode elektik
Cara ini merupakan pencampuran dari cara sekuensial dan simultan.
baik.
Motivasi, f) Minat.
keluarga, anak tidak akan termotivasi dan berminat dalm membaca kalau
a. Pengertian Bermain
tegang, namun dilakukan hanya pada waktu dan tempat tertentu, smbil
disekelilingnya.
suatu kegiatan yang dilakukan anak baik mempergunakan alat maupun tanpa
alat yang dapat memberikan kesenangan dan meningkatkan pola pikir pada
b. Tujuan Bermain
bahasa/komunikasi anak.
kreatifitas, bahasa, social emosional, nilai dan sikap hidup; 2) Anak dapat
c. Karakteristik Bermain
energi yang baik bagi perkembangan anak. Bermain dapat berupa gerkan,
berikut:
anak.
d. Manfaat Bermain
gerak, melatih motorik halus, motorik kasar, dan keseimbangan karena ketika
bermain fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya, (2)
baik pakai alat maupun tidak. e) Pembentukan konsep diri, melalui bermain
anak dapat mengenali dirinya dan hubungan dengan orang lain dan dapat
tau pengertian, misalnya model gambar dan contoh benda. Menurut Marasaoly
(2011:7) alat media adalah semua alat bermain yang digunakan oleh anak
untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki berbagai macam sifat seperti
Menurut Depdiknas (2006:3) alat media adalah semua benda dan alat,
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang dipergunakan untuk
32
dan bekerja di sekolah agar dapat berlangsung dengan teratur, efektif dan
Alat media adalah semua alat bermain yang digunakan anak untuk
indera anak ; 4) Meningkatkan aktifitas sel otak anak yang akan memperlancar
pembelajaran anak.
alat media adalah untuk melatih panca indera supaya anak peka terhadap
perkembangan fisik.
media.
berbahaya, 5) Alat media hendaknya mempunyai daya tarik bagi anak, 6) Alat
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua alat media baik
digunakan dalam berbagai cara, b) Untuk anak-anak usai pra sekolah dan
media untuk anak usia dini di sesuaikan dengan usia anak, tidak berbahaya
memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya tarik yang kuat. Menurut
Alat dan bahan yang diperlukan untuk pembuatan puzzle pecahan kata
adalah:
pecahan kata.
2) Guru menjelaskan tentang gambar yang ada pada puzzle pecahan kata
kepada anak.
36
3) Guru meletakkan dua buah puzzle pecahan kata dengan gambar yang sama
di lantai/di meja.
kata.
5) Dua orang anak berdiri dengan jarak ± 3 meter dari lantai/meja tempat
7) Setelah gambar disusun, anak menyusun huruf menjadi kata yang sama
peneliti lakukan sangat relevan dengan proposal yang dibuat oleh Netri Winda
hasilnya kemampuan membaca anak meningkat dan juga proposal yang dibuat
Ladang Laweh”.
proposal yang dibuat oleh Netri Winda dan Asni Rasyid adalah sama-sama
mempunyai gambar dan kata. Namun demikian proposal yang relevan tersebut
dapat dijadikan sebagai acuan dalam proposal yang peneliti lakukan ini.
C. Kerangka Berfikir
membaca. Maka dari itu peneliti merancang suatu alat media yang dapat
ini terdiri dari gambar yang berbentuk persegi dengan kata yang terdapat di
kata. Peneliti berharap dengan media ini kemampuan membaca anak dapat
D. Hipotesis Tindakan
A. Jenis Penelitian
sistematis mengenai apa selama ini yang dilakukan dalam kegiatan belajar
mengajar.
B. Subjek Penelitian
40
41
Ladang Laweh Kabupaten Lima Puluh Kota. Dengan jumlah anak didik
sebanyak 15 orang, yang terdiri dari 7 orang anak laki-laki dan 8 orang anak
perempuan.
penelitian tergantung dari hasil analisis data yang menjadi acuan penelitian
D. Prosedur Penelitian
dan II. Siklus II sangat ditentukan oleh hasil refleksi I, siklus I akan dilakukan
1. Perencanaan (planning)
2. Pelaksanaan (Acting)
3. Pengamatan (observing)
4. Perenungan (reflecting)
42
terpecahkan.
Kondisi Awal
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
1. Kondisi Awal
anak kelompok B1TK Al Akhdar Situjuah Ladang Laweh masih rendah. Hal
vokal dan konsonan, menyebutkan nama benda yang huruf awalnya sama dan
melakukan dengan hasil yang baik serta anak cepat bosan.Kondisi ini
disebabkan karena media yang sangat terbatas begitupun dengan metode guru
2. Siklus I
sebagai berikut:
a. Pertemuan Pertama
1) Perencanaan
persiapan membaca.
2) Pelaksanaan
berikut:
sebelum belajar.
anak.
hari ini.
(3) Anak menyusun suku kata yang melalui puzzle pecahan kata.
(4) Anak menyusun huruf menjadi kata sesuai dengan kata yang
(5) Anak membaca kata yang ada pada gambar puzzle pecahan kata.
salam.
46
3) Pengamatan
setelah tindakan.
b. Pertemuan Kedua
1) Perencanaan
persiapan membaca.
2) Pelaksanaan
berikut:
sebelum belajar.
hari ini.
(3) Anak menyusun suku kata yang melalui puzzle pecahan kata.
48
(4) Anak menyusun huruf menjadi kata sesuai dengan kata yang
(5) Anak membaca kata yang ada pada gambar puzzle pecahan
kata.
salam.
3) Pengamatan
c. Pertemuan Ketiga
1) Perencanaan
persiapan membaca.
2) Pelaksanaan
berikut:
sebelum belajar.
50
anak.
hari ini.
(3) Anak menyusun suku kata yang melalui puzzle pecahan kata.
(4) Anak menyusun huruf menjadi kata sesuai dengan kata yang
(5) Anak membaca kata yang ada pada gambar puzzle pecahan
kata.
salam.
3) Pengamatan
d. Refleksi
dan lain-lain
sesuai KKM.
3. Siklus II
kurang memuaskan atau tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Pada
kelemahan yang terjadi pada siklus I, jika hasil yang diperoleh sudah sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai, maka pelaksanaan dari siklus II tidak perlu
dilaksanakan kembali.
E. Defenisi Operasional
dibatasi sebagai kajian lebih lanjut agar tidak terdapat keracunan dan
membaca anak.
4. Indikator yang ingin dicapai adalah: membaca kata yang memiliki kalimat
sederhana.
53
F. Instrumentasi
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
1. Format Observasi
sebagai berikut:
54
P = f x 100%
N
Keterangan: P = Persentase
f = frekuensi
N= Jumlah Responden
Sangat Baik (BSB). Dengan demikian dapat dikategorikan anak yang bernilai
sangat baik berarti anak sudah dikatakan sangat mampu, anak yang
perlu bimbingan dan anak yang dikategorikan belum berkembang berarti anak
A. Deskripsi Data
1. Kondisi Awal
anak yang belum mampu membaca kata yang memiliki gambar, menyusun
suku kata menjadi kata, menyusun huruf nebjadi suku kata, menbyusun huruf
menjadi kata, dan membaca kata tanpa gambar. Kenyataan ini terlihat
merangsang membaca anak dalam mengenal suku kata, kata, dan huruf. Hasil
56
57
Keterangan:
Belum Berkembang (BB),
Mulai Berkembang (MB)
Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
Berkembang Sangat Baik (BSB)
membaca anak pada kondisi awal (sebelum tindakan) yaitu aspek pertama, Anak
mampu membaca kata yang memiliki gambar untuk kategori belum berkembang
(13%), serta tidak adak anak yang memiliki kategori berkembang sesui harapan
Aspek kedua, Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata untuk
berjumlah 1 orang dengan persentase (7%), serta tidak adak anak yang memiliki
Aspek ketiga, Anak mampu membaca kata yang memiliki gambar untuk
berjumlah 2 orang dengan persentase (13%), serta tidak adak anak yang memiliki
Aspek keempat, Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata untuk
berjumlah 1 orang dengan persentase (7%), serta tidak adak anak yang memiliki
Aspek ketiga, Anak mampu membaca kata yang memiliki gambar untuk
berjumlah 2 orang dengan persentase (13%), serta tidak adak anak yang memiliki
kategori berkembang sesui harapan dan berkembang sangat baik. Hal ini
membaca anak belum meningkat terlihat pada aspek pertama, aspek kedu, aspek
ketiga, aspek keempat, dan aspek kelima dengan rata-rata berada pada kategori
belum berkembang.
2. Siklus I
Selasa tanggal 31Mei 2022.Pertemuan kedua pada hari Kamis tanggal 2 Juni
2022, dan pertemuan ketiga pada hari Sabtu tanggal 4 Juni 2022. Secara
59
a. Pertemuan Pertama
2022. Hasil observasi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik
berikut ini:
Keterangan:
Belum Berkembang (BB),
Mulai Berkembang (MB)
Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
Berkembang Sangat Baik (BSB)
melalui mediapuzzle pecahan kata pada siklus 1 pertemuan satu (setelah tindakan)
yaitu pada aspek pertama, Anak mampu membaca kata yang memiliki gambar
orang dengan persentase 73%, untuk kategori mulai berkembang4 orang dengan
60
persentase 27%, dan tidak adak naka yang memiliki kategori berkembang sesui
Aspek kedua, Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata melalui
persentase 27%, dan tidak adak naka yang memiliki kategori berkembang sesui
Aspek ketiga, Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata melalui
media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 11 orang
persentase 27%, dan tidak adak anak yang memiliki kategori berkembang sesui
puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 12 orang dengan
20%, dan tidak adak naka yang memiliki kategori berkembang sesui harapan dan
persentase 27%, dan tidak adak naka yang memiliki kategori berkembang sesui
pertama siklus 1 masih banyak anak yang belum mampu membaca. Oleh karena
61
itu, perkembangan membaca anak masih rendah. Untuk lebih jelasnya dapat di
anak melalui mediapuzzle pecahan kata pada siklus 1terlihat padaaspek pertama,
anak mampu menyusun suku kata melalui mediapuzzle pecahan kata rata-rata
b. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 2Juni
2022. Hasil observasi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik
berikut ini:
62
BB MB BSH BSB
No Aspek yang di nilai
f % f % F % F %
Anak mampu membaca kata
1 7 47% 5 33% 3 20% 0 0%
yang memiliki gambar
Anak mampu menyusun suku
2 7 47% 5 33% 3 20% 0 0%
kata menjadi kata
Anak mampu menyusun huruf
3 8 53% 5 33% 2 13% 0 0%
menjadi suku kata
Anak mampu menyusun huruf
4 8 53% 4 27% 3 20% 0 0%
menjadi kata
Anak mampu membaca kata
5 9 60% 5 33% 1 7% 0 0%
tanpa gambar
Nilai Rata-rata 8 52% 5 32% 2 16% 0 0%
Keterangan:
Belum Berkembang (BB),
Mulai Berkembang (MB)
Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
Berkembang Sangat Baik (BSB)
tindakan) yaitu pada aspek pertama, Anak mampu membaca kata yang memiliki
dengan persentase 20%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang
sangat baik.
Aspek kedua, Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata melalui
persentase 20%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang sangat
baik.
Aspek kedua, Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata melalui
persentase 13%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang sangat
baik.
Aspek kedua, Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata melalui
persentase 13%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang sangat
baik.
persentase 7%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang sangat
masih banyak anak yang belum mampu membaca. Oleh karena itu, perkembangan
membaca anak masih rendah. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada grafik di
bawah ini:
64
kedua terlihat pada aspek pertama, anak mampu menyusun suku kata melalui
mediapuzzle pecahan kata rata-rata anak masih berda pada kategori belum
berkembang.
c. Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga pada siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 4Juni
2022. Hasil observasi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafik
berikut ini:
65
BB MB BSH BSB
No Aspek yang di nilai
f % f % f % f %
Anak mampu membaca kata
1 6 40% 6 40% 3 20% 0 0%
yang memiliki gambar
Anak mampu menyusun suku
2 5 33% 6 40% 4 27% 0 0%
kata menjadi kata
Anak mampu menyusun huruf
3 6 40% 6 40% 3 20% 0 0%
menjadi suku kata
Anak mampu menyusun huruf
4 5 33% 6 40% 4 27% 0 0%
menjadi kata
Anak mampu membaca kata
5 7 50% 3 21% 5 33% 0 0%
tanpa gambar
Nilai Rata-rata 6 39% 5 36% 4 24% 0 0%
Keterangan:
Belum Berkembang (BB),
Mulai Berkembang (MB)
Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
Berkembang Sangat Baik (BSB)
tindakan) yaitu pada aspek pertama, Anak mampu membaca kata yang memiliki
dengan persentase 20%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang
sangat baik.
Aspek kedua, Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata melalui
persentase 27%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang sangat
baik.
Aspek kedua, Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata melalui
media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 6 orang
persentase 20%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang sangat
baik.
Aspek kedua, Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata melalui
persentase 27%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang sangat
baik.
persentase 33%, dan tidak ada anak yang berda pada kategori berkembang sangat
baik.Berdasarkan table di atas, kemampuan anak dalam setiap aspek suah mulai
meningkat, tetapi masih ada anak yang mendapatkan nilai rendah. Untuk lebih
membaca anak pada siklus 1 pertemuan tiga, pada aspek pertama, aspek kedua,
tiga siklus 1, anak sudah mulai berkembang dalam membaca dengan puzzle
pecahan kata. Namun perubahan ini belum pada semua anak, maka perlu di
d. Pengamatan
1) Kemampuan anak dalam menyusun suku kata melalui media puzzle pecahan
2) Anak mulai mampu menyusun huruf menjadi kata melalui media puzzle
pecahan kata .
kata.
68
Tabel 6. Hasil rata-rata observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui media puzzle pecahan kata padasiklus I, pertemuan
pertama, kedua, ketiga (setelah tindakan)
1 24
Rata-rata 1 75% 4 25% 0 0% 0 0% 8 52% 5 32% 2 16% 0 0% 6 39% 5 36% 4 % 0 0%
Keterangan:
Belum Berkembang (BB),
Mulai Berkembang (MB)
Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
Berkembang Sangat Baik (BSB)
69
anak melalui media puzzle pecahan kata. Pada pertemuan pertama nilai rata-
pertama 0%, pertemuan kedua 16%, dan pertemuan ketiga 24%.Untuk lebih
e. Refleksi siklus I
Berdasarkan hasil dari siklus I pada aspek yang di nilai menyusun suku
kata,, menyusun huruf menjadi kata dan membaca kata yang mempunyai gambar
kata bergambar dan kartu huruf. Pada siklus dua peneliti akanmenambah kepingan
kriteria ketuntasan baru mencapai 45% dengan kategori rendah dengan demikian
3. Siklus II
(KKM) yaitu 75% maka peneliti melanjutkan ke siklus II. Siklus II dilakukan
sebanyak 3 kali yaitu pertemuan pertama hari Selasa tanggal 7 Juni 2022,
pertemuan kedua hari Rabu tanggal 8 Juni 2022, dan pertemuan ketiga hari Kamis
a. Pertemuan pertama
pertama yang dilakukan pada hari selasa tanggal 7 Juni 2022, pembelajaran
membaca melalui media puzzle pecahan kata dengan kegiatan sebagai berikut:
71
BB MB BSH BSB
No Aspek yang di nilai
f % F % f % f %
Anak mampu membaca kata
1 2 13% 3 20% 7 47% 3 20%
yang memiliki gambar
Anak mampu menyusun suku
2 1 7% 3 20% 8 530% 3 20%
kata menjadi kata
Anak mampu menyusun
3 2 13% 5 33% 7 47% 1 7%
huruf menjadi suku kata
Anak mampu menyusun
4 3 20% 3 20% 8 53% 1 7%
huruf menjadi kata
Anak mampu membaca kata
5 3 20% 5 33% 7 47% 0 0%
tanpa gambar
Nilai Rata-rata 2 15% 4 25% 7 47% 2 13%
Keterangan:
Belum Berkembang (BB),
Mulai Berkembang (MB)
Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
Berkembang Sangat Baik (BSB)
melalui media puzzle pecahan kata pada siklus II pertemuan pertama (setelah
tindakan) yaitu pada aspek pertama, Anak mampu membaca kata yang memiliki
gambar melalui media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum
dengan persentase 47%, dan kategori berkembang sangat baik 3 orang dengan
persentase 20%.
Aspek kedua, Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata melalui
media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 1 orang
persentase 53%, dan kategori berkembang sangat baik 3 orang dengan persentase
20%.
Aspek ketiga, Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata melalui
media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 2 orang
persentase 47%, dan kategori berkembang sangat baik 1 orang dengan persentase
7%.
Aspek keempat, Anak mampu menyusun huruf menjadi kata melalui media
puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 3 orang dengan
20%, untuk kategori berkembang sesui harapan 8 orang dengan persentase 53%,
Aspek kelima, Anak mampu membaca kata tanpa gambar melalui media
puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 3 orang dengan
33%, untuk kategori berkembang sesui harapan 7 orang dengan persentase 47%,
dan kategori berkembang sangat baik tidak ada. Berdasarkan table di atas
kemampuan anak dalam setiap aspek suah mulai meningkat, tetapi masih ada
anak yang mendapatkan nilai rendah. Untuk lebih jelasnya terlihat pada grafik di
bawah ini:
73
membaca anak pada siklus II pertemuan pertama, pada aspek pertama, aspek
kedua, aspek ketiga, aspek keempat, dan aspek kelima dengan rata-rata tertinggi
kemampuan membaca anak melalui media puzzle sudah meningkat, tetapi belum
b. Pertemuan Kedua
yang dilakukan pada hari Rabu tanggal 8 Juni 2022, pembelajaran membaca
BB MB BSH BSB
No Aspek yang di nilai
f % f % f % f %
Anak mampu membaca kata
1 0 0% 2 13% 9 60% 4 27%
yang memiliki gambar
Anak mampu menyusun suku
2 0 0% 3 20% 8 53% 4 27%
kata menjadi kata
Anak mampu menyusun huruf
3 0 0% 3 20% 9 60% 3 20%
menjadi suku kata
Anak mampu menyusun huruf
4 1 7% 3 20% 7 47% 4 27%
menjadi kata
Anak mampu membaca kata
5 1 7% 4 27% 8 53% 2 13%
tanpa gambar
Nilai Rata-rata 0 3% 3 20% 8 55% 3 23%
Keterangan:
Belum Berkembang (BB),
Mulai Berkembang (MB)
Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
Berkembang Sangat Baik (BSB)
melalui media puzzle pecahan kata pada siklus II pertemuan kedua (setelah
tindakan) yaitu pada aspek pertama, Anak mampu membaca kata yang memiliki
gambar melalui media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum
berkembang tidak ada dengan persentase 0%, untuk kategori mulai berkembang 2
dengan persentase 60%, dan kategori berkembang sangat baik 4 orang dengan
persentase 27%.
Aspek kedua, Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata melalui
media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang tidak ada
persentase 53%, dan kategori berkembang sangat baik 4 orang dengan persentase
27%.
Aspek ketiga, Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata melalui
media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang tidak ada
orang dengan persentase 0%, untuk kategori mulai berkembang 3 orang dengan
persentase 60%, dan kategori berkembang sangat baik 3 orang dengan persentase
20%.
Aspek keempat, Anak mampu menyusun huruf menjadi kata melalui media
puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 1 orang dengan
persentase 7%, untuk kategori mulai berkembang3 orang dengan persentase 20%,
untuk kategori berkembang sesui harapan 7 orang dengan persentase 47%, dan
Aspek kelima, Anak mampu membaca kata tanpa gambar melalui media
puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang 1 orang dengan
27%, untuk kategori berkembang sesui harapan 8 orang dengan persentase 53%,
ketuntasan minimum yaitu 75%. Untuk lebih jelasnya terlihat pada grafik di
bawah ini:
76
membaca anak pada siklus II pertemuan kedua, pada aspek pertama, aspek kedua,
aspek ketiga, aspek keempat, dan aspek kelima dengan rata-rata tertinggi berada
kemampuan membaca anak melalui media puzzle sudah meningkat, tetapi belum
c. Pertemuan Ketiga
yang dilakukan pada hari Kamis tanggal 9 Juni 2022, pembelajaran membaca
BB MB BSH BSB
No Aspek yang di nilai
f % f % f % f %
Anak mampu membaca kata
1 0 0% 0 0% 2 13% 13 87%
yang memiliki gambar
Anak mampu menyusun suku
2 0 0% 0 0% 4 27% 11 73%
kata menjadi kata
Anak mampu menyusun
3 0 0% 0 0% 3 20% 12 80%
huruf menjadi suku kata
Anak mampu menyusun
4 0 0% 0 0% 2 13% 13 87%
huruf menjadi kata
Anak mampu membaca kata
5 0 0% 0 0% 3 20% 12 80%
tanpa gambar
Nilai Rata-rata 0 0% 0 0% 3 19% 12 81%
Keterangan:
Belum Berkembang (BB),
Mulai Berkembang (MB)
Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
Berkembang Sangat Baik (BSB)
melalui media puzzle pecahan kata pada siklus II pertemuan ketiga (setelah
tindakan) yaitu pada aspek pertama, Anak mampu membaca kata yang memiliki
gambar melalui media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum
harapan 2 orang dengan persentase 13%, dan kategori berkembang sangat baik 13
Aspek kedua, Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata melalui
media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang tidak ada
persentase 27%, dan kategori berkembang sangat baik 11 orang dengan persentase
73%.
Aspek ketiga, Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata melalui
media puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang tidak ada
orang dengan persentase 0%, untuk kategori mulai berkembangtidak ada dengan
persentase 20%, dan kategori berkembang sangat baik 12 orang dengan persentase
80%.
Aspek keempat, Anak mampu menyusun huruf menjadi kata melalui media
puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang tidak ada dengan
persentase 0%, untuk kategori mulai berkembang tidak ada dengan persentase 0%,
untuk kategori berkembang sesui harapan 2 orang dengan persentase 13%, dan
Aspek kelima, Anak mampu membaca kata tanpa gambar melalui media
puzzle pecahan kata. Anak untuk kategori belum berkembang tidak ada dengan
persentase 0%, untuk kategori mulai berkembang tidak ada dengan persentase 0%,
uraian di atas kemampuan membaca anak melalui permaianan puzzle pecahan kata
membaca anak pada siklus II pertemuan ketiga, pada aspek pertama, aspek kedua,
aspek ketiga, aspek keempat, dan aspek kelima dengan rata-rata tertinggi berada
KKM.
80
Tabel 10: Rekapituasi observasi peningkatan kemampuan membaca anak melalui media puzzle pecahan kata pada siklus II,
pertemuan pertama, kedua, ketiga
Keterangan:
Belum Berkembang (BB),
Mulai Berkembang (MB)
Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
Berkembang Sangat Baik (BSB)
81
d. Refleksi Siklus II
oleh dua hal yaitu ketertarikan anak terhadap mediapuzzle pecahan kata dan
4. Analisis Data
Ladang Laweh pada kondisi awal, siklus I pertemuan ketiga dan siklus II
Sesuai Harapan, dan Berkembang Sangat Baikseperti pada tabel berikut ini:
Berdasarkan table di atas dapat di ketahui pada aspek anak mampu Anak
mampu membaca kata yang memiliki gambar melalui mediapuzzle pecahan kata
dengan katagori Belum Berkembang pada kondisi awal 0%, siklus I sebanyak
Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun suku kata menjadi
awal 0%, siklus I sebanyak 33%, pada siklus II menurun menjadi 0%.
Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata
awal 0%, siklus I sebanyak 40%, pada siklus II menurun menjadi 0%.
Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun huruf menjadi kata
awal 0%, siklus I sebanyak 33%, pada siklus II menurun menjadi 0%.
Pada aspek anak mampu Anak mampu membaca kata tanpa gambar
awal 0%, siklus I sebanyak 50%, pada siklus II menurun menjadi 0%.
mampu membaca kata yang memiliki gambar melalui media puzzle pecahan kata
dengan katagori Belum Berkembang pada kondisi awal 27%, siklus I sebanyak
Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata
awal 27%, siklus I sebanyak 40%, pada siklus II menurun menjadi 0%.
Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata
awal 27%, siklus I sebanyak 40%, pada siklus II menurun menjadi 0%.
Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun huruf menjadi kata
awal 20%, siklus I sebanyak 40%, pada siklus II menurun menjadi 0%.
Pada aspek anak mampu Anak mampu membaca kata tanpa gambar
awal 27%, siklus I sebanyak 21%, pada siklus II menurun menjadi 0%.
mampu membaca kata yang memiliki gambar melalui media puzzle pecahan kata
dengan katagori Belum Berkembang pada kondisi awal 0%, siklus I sebanyak
Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata
awal 0%, siklus I sebanyak 27%, pada siklus II menurun menjadi 27%.
Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata
awal 0%, siklus I sebanyak 20%, pada siklus II menurun menjadi 20%.
Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun huruf menjadi kata
awal 0%, siklus I sebanyak 27%, pada siklus II menurun menjadi 27%.
Pada aspek anak mampu Anak mampu membaca kata tanpa gambar
awal 0%, siklus I sebanyak 29%, pada siklus II menurun menjadi 29%.
mampu membaca kata yang memiliki gambar melalui media puzzle pecahan kata
dengan katagori Belum Berkembang pada kondisi awal 0%, siklus I sebanyak 2%,
Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun suku kata menjadi kata
awal 0%, siklus I sebanyak 0%, pada siklus II menurun menjadi 73%.
Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun huruf menjadi suku kata
awal 0%, siklus I sebanyak 1%, pada siklus II menurun menjadi 80%.
Pada aspek anak mampu Anak mampu menyusun huruf menjadi kata
awal 0%, siklus I sebanyak 0%, pada siklus II menurun menjadi 87%.
Pada aspek anak mampu Anak mampu membaca kata tanpa gambar
awal 0%, siklus I sebanyak 2%, pada siklus II menurun menjadi 80%.
B. Pembahasan
mengenal dan memahami arti dari symbol dengan menyusun huruf menjadi
memperkenalkan kata.
anak usia 3 sampai 6 tahun memberikan buku-buku yang terdapat banyak gambar.
Buku-buku yang bergambar ini mendidik sifat kritis pada anak, memperkenalkan
membaca anak melalui kegiatan media puzzle pecahan kata di Taman Kanak-
kanak Al Akhdar Situjuah terjadi peningkatan mulai dari kondisi awal, siklus I
A. Simpulan
Laweh. Hal ini, dapat dilihat dari adanya perkembangan peserta didik yang
mana pada pra siklus penelitian diketahui peserta didik yang mencapai standar
penilaian berkembang sangat baik hanya mencapai tidak ada peserta didik dari
siklus I pertemuan ke-1, ke-2, dank e-3 peserta didik tidak memiliki
kemampuan minat membaca anak sangat baik mencapai 2 pe-serta didik atau
11%. Pada pertemuan ke-2 peserta didik yang mencapai BSB sebanyak 3
peserta didik atau 23%, dan pada pertemuan ke-3 peserta didik yang memiliki
kemampuan minat membaca anak sangat baik mencapai 12 peserta didik atau
81%. Jumlah tersebut telah mencapai standar penilaian yang telah di tentukan
B. Implikasi
maka dapat di ketahui bahwa mediapuzzle pecahan kata sangat efektif untuk
gambar, menyusun suku kata dan menyusun huruf menjadi kata serta
puzzle yang mempunyai gambar dan kata serta di tambah dengan kartu huruf.
dapat menumbuhkan minat baca, rasa ingin tahu, dan menambah pengetahuan
C. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,H.P dan Alek, (2016) Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi. Jakarta:
Erlangga
Cholil dan Kurniawan, (2011). Psikologi Pendidikan Telaah Teoritik Dan Praktik.
Surabaya . IAIN Sunan Ampel press
Djamarah, S,B dan Zein, (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Fitroh, S., & Mardiyah, S. (2015). Efektifitas Media Puzzle Siput Dalam
Pengembangan Pembelajaran Matematika Pada AUD. Jurnal PG-PAUD
Trunojoyo: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, 2(1), 50-
56.
Futihat, S., Wibowo, E. W., & Mastoah, I. (2020). Pengembangan Media Puzzle
Huruf Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Membaca
Permulaan. Ibtida’i: Jurnal Kependidikan Dasar, 7(02), 135-148.
Jurnal pendidikan anak usia dini, 2019,01(01) halaman 36 diakses tanggal 5 maret
2022
Nur Indah dkk. (2013). Kurikulum Raudhatul Athfal (RA) Pedoman Silabus Dan
Lingkup Perkembangan Berbasis Karakter Dan Kewirausahaan. Jember.
Tim KKG-IGRA Kabupaten Jember.
Nurlilawaty, N., Milfayetti, S., & Yus, A. (2019). Pengaruh Bermain Puzzle
Berbasis ICT Terhadap Motivasi Belajar Dan Kemampuan Membaca
Permulaan Anak USIA 5-6 TAHUN. Jurnal Tematik, 8(3), 264-273.
Suryana, Dadan. (2013). Pendidikan Anak Usia Dini. Padang: UNP Press
Wiyani, N. A. (2015). Bina Karakter Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-ruzz Media
Lampiran
DOKUMENTASI TK AL AKHDAR