Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MAGNESIUM (Mg2+)
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Patologi Klinik 4
Dosen Pengampu : Dini Puspodewi S.Tr.A.K.,M.Imun

Disusun Oleh :
Fahri Ramadhan (110221007)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS FARMASI,SAINS,DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Magnesium
dengan baik. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuhan dan
pengalaman bagi pembaca.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Patologi Klinik 4 yang di
berikan oleh dosen pengajar. Makalah ini di susun dan di buat berdasarkan kajian
tentang Patologi Klinik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu atas ilmu baru
yang penulis dapatkan dari makalah ini yang merupakan salah satu ilmu yang belum
pernah penulis dapatkan sebelumnya. Semoga saja dalam penyususnan makalah ini
dapat bermanfaat.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari adanya berbagai
kekurangan, baik dalam isi materi, maupun penyusun kalimat. Namun demikian,
perbaikan merupakan hal yang berlanjur sehingga kritik dan saran untuk
penyempurnaan makalah ini sangat di harapkan.
Mudah – mudahan ini dapat membantu, meski sedikit pada kita mampu
untuk menjelaskan secara lebih jelas lagi dan dengan harapan semoga kita semua
mampu untuk menjelaskan secara lebih jelas lagidan dengan harapan semoga kita
semua mampu berinovasi dan meningkatkan pengetahuhan dan potensi yang di
miliki

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 4
BAB 2 ................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .................................................................................................. 6
2.1 Magnesium Secara Umum .......................................................................... 6
2.2 Fungsi Magnesium ..................................................................................... 7
2.4 Hipermagnesemia ................................................................................. 10
2.5 Hipomagnesemia .................................................................................. 11
2.6 Penyakit Magnesium ............................................................................. 11
2.7 Pemeriksaan Magnesium ....................................................................... 13
BAB 3 ............................................................................................................... 14
PENUTUP ......................................................................................................... 14
Kesimpulan................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Magnesium termasuk golongan alkali tanah pada tabel periodik dan
memiliki nomor atom 12 serta massa atom 24,3 dalton.Di dalam tubuh, magnesium
(Mg2+) merupakan kation terbanyak keempat setelah kalsium,kalium, dan natrium,
serta merupakan kation intraseluler terbanyak kedua setelah kalium.Sekitar 66%
magnesium terdapat di dalam tulang, sebanyak 33% di intraseluler,dan sisanya 1%
terdapat di ekstraseluler (Syakila, 2016).

Magnesium adalah salah satu elektrolit tubuh, yang merupakan kation


keempat terbanyak dalam tubuh manusia.Magnesium memainkan banyak peranan
fisiologis, salah satunya adalah sebagai kofaktor penting pada lebih dari 300 reaksi
enzimatik tubuh, khususnya pada proses fosforilasi.Konsentrasi Mg diketahui
penting dalam fosforilasi tirosin-kinase pada reseptor insulin diketahui,sehingga
defisiensi dari kadarnya berhubungan dengan penurunan sensitivitas reseptor
insulin, yang mana meningkatkan risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2 serta
komplikasi dari diabetes melitus itu sendiri.Pada sistem saraf, magnesium penting
dalam transmisi saraf yang optimal, dan berfungsi sebagai pelindung terhadap
eksitotoksisitas sel saraf (Burta, 2018)

Magnesium merupaka kation terpenting keempat setelah natrium, kalsium


dan kalium. Magnesium adalah mineral keempat yang paling umum dalam tubuh
manusia dan kofaktor di lebih dari 325 enzim. . Fungsi magnesium antara lain pada
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein serta sintesis ATP mitokondria.Sekitar
40%dari total magnesium tubuh adalah magnesium intraseluler dan 60% dalam
tulangdan gigi dan kurang dari 1% dalam sirkulasi darah. Magnesium juga
mempengaruhi penyerapan oksigen, produksi energi dan keseimbangan
elektrolit.Enam puluh persen magnesium serum terionisasi. Serum sepuluh persen
(Syakila, 2016)

Magnesium merupakan nutrisi yang dibutuhkan tubuh agar tetap sehat.


Magnesium penting untuk banyak proses dalam tubuh, termasuk mengatur fungsi

4
otot dan saraf, kadar gula darah, dan tekanan darah serta pembuatan protein, tulang,
dan DNA. Jumlah magnesium yang Anda butuhkan bergantung pada usia dan jenis
kelamin (National Institutes of Health, 2020).

5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Magnesium Secara Umum
1

Magnesium termasuk golongan alkali tanah pada tabel periodik dan


memiliki nomor atom 12 serta massa atom 24,3 dalton.Di dalam tubuh, magnesium
(Mg2+) merupakan kation terbanyak keempat setelah kalsium,kalium, dan natrium,
serta merupakan kation intraseluler terbanyak kedua setelah kalium.Sekitar 66%
magnesium terdapat di dalam tulang, sebanyak 33% di intraseluler,dan sisanya 1%
terdapat di ekstraseluler (Syakila, 2016)

Kandungan magnesium tubuh diatur secara fisiologis melalui tiga


mekanisme utama: penyerapan usus, reabsorpsi/ekskresi ginjal, dan pertukaran
magnesium dari tubuh (yaitu tulang).Penyimpanan Mg2+ memang diatur dengan
ketat melalui interaksi yang seimbang antara penyerapan usus dan ekskresi ginjal
dalam kondisi normal.Eliminasi magnesium oleh ginjal tentu saja meningkat bila
terdapat kelebihan magnesium dan dapat menurun hingga hanya 1 mEq magnesium
(~12 mg) dalam urin selama defisit.Meskipun terdapat konservasi ginjal,
magnesium dapat diperoleh dari tulang (juga sebagai otot dan organ dalam) untuk
menjaga kadar magnesium serum normal ketika asupannya rendah, seperti kalsium.
Kadar Mg2+ yang tidak mencukupi telah didokumentasikan pada pasien yang sakit
sejak akhir abad yang lalu.Namun demikian, meskipun pentingnya magnesium
telah diketahui, ketersediaan Mg2+ umumnya tidak ditentukan dan dipantau pada
pasien, oleh karena itu, magnesium disebut sebagai “kation yang terlupakan”.Selain
itu, kadar magnesium serum biasanya tidak mencerminkan kandungannya.
magnesium di berbagai bagian tubuh. Oleh karena itu, kadar magnesium serum
yang normal tidak mengesampingkan kemungkinan terjadinya defisiensi
magnesium.Dalam 20-30 tahun terakhir, sejumlah besar makalah penelitian
epidemiologi, klinis, dan eksperimental menunjukkan bahwa kelainan kadar
magnesium, seperti hipomagnesemia dan/atau defisiensi magnesium kronis, dapat
mengakibatkan gangguan pada hampir setiap organ/tubuh, sehingga berkontribusi
terhadap gangguan pada hampir semua organ/tubuh. untuk atau memperburuk

6
konsekuensi patologis dan menyebabkan komplikasi yang berpotensi fatal
(Fiorentini et al., 2021)

Magnesium adalah salah satu elektrolit tubuh, yang merupakan kation


keempat terbanyak dalam tubuh manusia.Magnesium memainkan banyak peranan
fisiologis, salah satunya adalah sebagai kofaktor penting pada lebih dari 300 reaksi
enzimatik tubuh, khususnya pada proses fosforilasi.Konsentrasi Mg diketahui
penting dalam fosforilasi tirosin-kinase pada reseptor insulin diketahui,sehingga
defisiensi dari kadarnya berhubungan dengan penurunan sensitivitas reseptor
insulin, yang mana meningkatkan risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2 serta
komplikasi dari diabetes melitus itu sendiri.Pada sistem saraf, magnesium penting
dalam transmisi saraf yang optimal, dan berfungsi sebagai pelindung terhadap
eksitotoksisitas sel saraf (Fender, 2014)

2.2 Fungsi Magnesium


Magnesium merupaka kation terpenting keempat setelah natrium, kalsium
dan kalium. Magnesium adalah mineral keempat yang paling umum dalam tubuh
manusia dan kofaktor di lebih dari 325 enzim. . Fungsi magnesium antara lain pada
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein serta sintesis ATP mitokondria.Sekitar
40%dari total magnesium tubuh adalah magnesium intraseluler dan 60% dalam
tulangdan gigi dan kurang dari 1% dalam sirkulasi darah. Magnesium juga
mempengaruhi penyerapan oksigen, produksi energi dan keseimbangan
elektrolit.Enam puluh persen magnesium serum terionisasi. Serum sepuluh persen
(Syakila, 2016)
Konsentrasi Mg diketahui penting dalam fosforilasi tirosin-kinase pada
reseptor insulin diketahui,sehingga defisiensi dari kadarnya berhubungan dengan
penurunan sensitivitas reseptor insulin, yang mana meningkatkan risiko terjadinya
diabetes melitus tipe 2 serta komplikasi dari diabetes melitus itu sendiri.Pada sistem
saraf, magnesium penting dalam transmisi saraf yang optimal, dan berfungsi
sebagai pelindung terhadap eksitotoksisitas sel saraf (Tarigan, 2017)

7
2.3 Kebutuhan Magnesium

Tubuh manusia dewasa normal mengandung sekitar 1.000 mmol


magnesium (22–26 g).Sekitar 60% magnesium terdapat di tulang, dimana 30%
dapat ditukar dan berfungsi sebagai reservoir untuk menstabilkan konsentrasi
serum. Sekitar 20% berada di otot rangka, 19% di jaringan lunak lain, dan kurang
dari 1% di cairan ekstraseluler. Otot rangka dan hati mengandung antara 7–9
mmol/Kg jaringan basah; antara 20–30% di antaranya dapat ditukarkan dengan
mudah. Pada orang dewasa normal, total magnesium serum berkisar antara 0,70 dan
1,10 mmol/L. Sekitar 20% darinya terikat pada protein, 65% terionisasi dan sisanya
membentuk kompleks dengan berbagai anion seperti fosfat dan sitrat.Dari fraksi
yang terikat protein, 60-70% terikat pada albumin dan sisanya terikat pada
globulin.Kisaran referensi untuk konsentrasi magnesium terionisasi serum (0,54-
0,67 mmol/L) lebih sempit dibandingkan dengan kalsium.Gangguan asam basa
(asidosis metabolik atau alkalosis) mempunyai pengaruh yang kecil terhadap
distribusi magnesium serum. Konsentrasi magnesium dalam CSF sekitar 1,1
mmol/L, dimana 55% bebas dan 45% terkompleks dengan senyawa
lain.Magnesium ultrafiltrasi yang lebih tinggi dalam CSF dibandingkan serum
disebabkan oleh transpor aktif magnesium melintasi sawar darah-otak (Liu &
Dudley, 2020).

Magnesium merupakan nutrisi yang dibutuhkan tubuh agar tetap sehat.


Magnesium penting untuk banyak proses dalam tubuh, termasuk mengatur fungsi
otot dan saraf, kadar gula darah, dan tekanan darah serta pembuatan protein, tulang,
dan DNA. Jumlah magnesium yang Anda butuhkan bergantung pada usia dan jenis
kelamin. Jumlah rata-rata harian yang direkomendasikan tercantum di bawah ini
dalam miligram (mg) (National Institutes of Health, 2020)

Umur Rata-rata harian

Lahir sampai 6 bulan 30 mg

8
Bayi 7–12 bulan 75 mg

Anak-anak 1–3 tahun 80 mg

Anak-anak 4–8 tahun 130 mg

Anak-anak 9–13 tahun 240 mg

Remaja laki-laki 14–18 tahun 410 mg

Remaja putri 14–18 tahun 360 mg

Pria 400–420 mg

Wanita 310–320 mg

Wanita hamil 350–360 mg

Wanita menyusui 310–320 mg

Asupan magnesium tergantung pada konsentrasi magnesium dalam air


minum, dan komposisi makanan. Magnesium banyak terdapat pada sayuran
berdaun hijau (yang kaya akan klorofil yang mengandung magnesium), sereal, biji-
bijian, kacang-kacangan, dan polong-polongan. Cokelat, sayuran, buah-buahan,
daging, dan ikan memiliki nilai menengah, dan produk susu rendah magnesium. Air
minum dapat menjadi sumber magnesium yang penting, terutama 'air sadah' yang
mengandung magnesium hingga 30 mg/L. Secara umum asupan magnesium
berhubungan langsung dengan asupan energi kecuali sebagian besar energi berasal
dari gula rafinasi atau alkohol. Pengolahan atau pengolahan makanan dapat
menguras kandungan magnesium hingga hampir 85%. Selain itu, memasak,
terutama merebus makanan kaya magnesium, akan mengakibatkan hilangnya
magnesium secara signifikan.Oleh karena itu, pengolahan dan pemasakan makanan
dapat menjelaskan tingginya prevalensi asupan magnesium yang rendah di banyak
populasi (Fiorentini et al., 2021)

9
2.4 Hipermagnesemia
Hipermagnesemia terjadi terutama pada pasien dengan penyakit ginjal akut
atau kronis. Pada orang-orang ini, beberapa kondisi, termasuk penghambat pompa
proton, malnutrisi, dan alkoholisme, dapat meningkatkan risiko hipermagnesemia.
Hipotiroidisme dan terutama insufisiensi kortiko-adrenal merupakan penyebab lain
yang diketahui. Hiperparatiroidisme dan perubahan metabolisme kalsium yang
melibatkan hiperkalsemia dan/atau hipokalsiuria dapat menyebabkan
hipermagnesemia melalui peningkatan penyerapan magnesium yang diinduksi
kalsium di tubulus. Pasien dengan hiperkalsemia hipokalsiurik familial (FHH),
suatu kondisi dominan autosomal yang jarang, dapat menunjukkan
hipermagnesemia (Cascella, 2019)
Pasien dengan gejala hipermagnesemia dapat menunjukkan manifestasi
klinis yang berbeda tergantung pada tingkat dan waktu terjadinya gangguan
elektrolit. Hipermagnesemia umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Oleh karena
itu, pasien dengan perubahan nilai (di bawah 4 mg/dL) mungkin tidak menunjukkan
gejala atau paucisymptomatic. Gejala dan tanda yang paling sering muncul
mungkin berupa kelemahan, mual, pusing, dan kebingungan (kurang dari 7,0
mg/dL).Peningkatan nilai (7 hingga 12 mg/dL) menyebabkan penurunan refleks,
memperburuk keadaan kebingungan, mengantuk, kelumpuhan kandung kemih,
kemerahan, sakit kepala, dan sembelit. Sedikit penurunan tekanan darah dan
penglihatan kabur yang disebabkan oleh berkurangnya akomodasi dan konvergensi
dapat terjadi. Untuk nilai yang lebih tinggi (lebih dari 12,0 mg/dL) kelumpuhan
otot, ileus paralitik, penurunan laju pernapasan, tekanan darah rendah, perubahan
elektrokardiogram (EKG) termasuk peningkatan interval PR dan QRS dengan sinus
bradikardia, dan blok atrioventrikular, koma dan henti jantung ( melebihi 15,0
mg/dL) dapat terjadi. Bila dikaitkan dengan hipokalsemia, hipermagnesemia dapat
menyebabkan gerakan koreiform dan kejang. Gambaran klinisnya menjadi sangat
parah, dan hanya ada sedikit laporan kasus mengenai pasien yang menderita
penyakit ini bertahan pada tingkat hipermagnesemia yang lebih tinggi (Cascella,
2019)

10
2.5 Hipomagnesemia
Konsentrasi Mg serum normal adalah antara 0,7–1,0 mM (1,7–2,4
mg/dL).Hipomagnesemia didefinisikan sebagai Mg serum <0,7 mM.
Hipomagnesemia ringan hingga sedang terjadi ketika Mg serum antara 0,5–0,69
mM (1,20–1,88 mg/dL) dan hipomagnesemia berat adalah Mg serum <0,5 mM.
Untuk Mg seluler, setengah dari total ikatan Mg pada sekitar nukleotida trifosfat,
terutama ATP (MgATP), dan ~20% berada di sitoplasma dan lumen organel. Dalam
kardiomiosit, konsentrasi Mg (Mg i) intraseluler terionisasi bebas ([Mg] i)
dipertahankan dengan ketat pada kisaran 0,8-1,0 mM (Efstratiadis et al., 2006)
Hipomagnesemia umumnya diamati pada gagal jantung, diabetes mellitus,
hipertensi, dan penyakit kardiovaskular. Magnesium serum (Mg) yang rendah
merupakan prediktor mortalitas kardiovaskular dan semua penyebab, serta
pengobatan defisiensi Mg dapat membantu mencegah penyakit
kardiovaskular. Dalam tinjauan ini, kami membahas kemungkinan mekanisme
dimana defisiensi Mg memainkan peran merugikan dalam penyakit kardiovaskular
dan meninjau hasil uji klinis suplementasi Mg untuk gagal jantung, aritmia dan
penyakit kardiovaskular lainnya (Efstratiadis et al., 2006)
2.6 Penyakit Magnesium
Dalam jangka pendek, kekurangan magnesium tidak menimbulkan gejala
yang jelas. Ketika orang sehat memiliki asupan yang rendah, ginjal membantu
mempertahankan magnesium dengan membatasi jumlah yang hilang melalui urin.
Namun, asupan magnesium yang rendah dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan kekurangan magnesium.Selain itu, beberapa kondisi medis dan
pengobatan mengganggu kemampuan tubuh untuk menyerap magnesium atau
meningkatkan jumlah magnesium yang dikeluarkan tubuh, yang juga dapat
menyebabkan kekurangan magnesium.Gejala kekurangan magnesium meliputi
hilangnya nafsu makan, mual, muntah, kelelahan, dan lemas. Kekurangan
magnesium yang ekstrim dapat menyebabkan mati rasa, kesemutan, kram otot,
kejang, perubahan kepribadian, dan irama jantung tidak normal (National Institutes
of Health, 2020)

11
Para ilmuwan sedang mempelajari magnesium untuk memahami pengaruhnya
terhadap kesehatan. Berikut adalah beberapa contoh dari apa yang ditunjukkan oleh
penelitian ini (National Institutes of Health, 2020)

Tekanan darah tinggi dan penyakit jantung

Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama penyakit jantung dan
stroke.Suplemen magnesium mungkin menurunkan tekanan darah, tetapi hanya
dalam jumlah kecil.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang
mengonsumsi lebih banyak magnesium dalam makanannya memiliki risiko lebih
rendah terkena beberapa jenis penyakit jantung dan stroke.

Osteoporosis

Magnesium penting untuk kesehatan tulang.Orang dengan asupan


magnesium yang lebih tinggi mempunyai kepadatan mineral tulang yang lebih
tinggi, yang penting dalam mengurangi risiko patah tulang dan osteoporosis.
Mendapatkan lebih banyak magnesium dari makanan atau suplemen makanan dapat
membantu wanita lanjut usia meningkatkan kepadatan mineral tulang mereka.
Diperlukan lebih banyak penelitian untuk lebih memahami apakah suplemen
magnesium dapat membantu mengurangi risiko osteoporosis atau mengobati
kondisi ini.

Sakit kepala migrain

Orang yang menderita sakit kepala migrain terkadang memiliki kadar


magnesium yang rendah dalam darah dan jaringan lain. Beberapa penelitian kecil
menemukan bahwa suplemen magnesium dapat mengurangi frekuensi migrain.
Namun, orang sebaiknya hanya mengonsumsi magnesium untuk tujuan ini di
bawah perawatan penyedia layanan kesehatan. Diperlukan lebih banyak penelitian
untuk menentukan apakah suplemen magnesium dapat membantu mengurangi
risiko migrain atau meringankan gejala migrain.

Diabetes tipe 2

12
Orang dengan jumlah magnesium yang lebih tinggi dalam makanannya
cenderung memiliki risiko lebih rendah terkena diabetes tipe 2.Magnesium
membantu tubuh memecah gula dan mungkin membantu menguranginya.Namun
dalam banyak penelitian, sulit untuk mengetahui seberapa besar efek magnesium
dibandingkan nutrisi lainnya. risiko resistensi insulin (suatu kondisi yang
menyebabkan diabetes). Para ilmuwan sedang mempelajari apakah suplemen
magnesium dapat membantu orang yang sudah menderita diabetes tipe 2
mengendalikan penyakitnya. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk lebih
memahami apakah magnesium dapat membantu mengobati diabetes.

2.7 Pemeriksaan Magnesium


Pemeriksaan magnesium total serum dan plasma dapat diukur dengan
metode fotometri dan kadang-kadang dengan metode penyerapan atom Ion
Selective Electorde (ISE),tetapi pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah
pemeriksaan dengan metode fotometri.Prinsip pemeriksaan magnesium dengan
metode fotometri adalah ion magnesium membentuk kompleks berwarna ungu
dengan xylidil blue dalam larutan basa, dengan penambahan
Glycoletherdiaminetetraacetic Acid (GEDTA) yang mengikat kalsium, sehingga
reaksi xylidil blue dengan ion magnesium menjadi lebih spesifik. Intensitas warna
ungu yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi magnesium (Burta,
2018)Prinsip dari ISE adalah Elektroda dari ISE mengukur tegangan potensial ion
tertentu dalam larutan. Nilai tegangan potensial ini diukur terhadap elektroda yang
stabil dengan tegangan potensial yang konstan.Perbedaan potensial antara dua
elektroda akan tergantung pada aktivitas ion tertentu dalam larutan, sehingga
memungkinkan pengguna untuk membuat analisa pengukuran ion tertentu
(Alkatiri, 2017)

13
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Magnesium adalah salah satu elektrolit tubuh, yang merupakan kation
keempat terbanyak dalam tubuh manusia.Magnesium memainkan banyak peranan
fisiologis, Pada sistem saraf, magnesium penting dalam transmisi saraf yang
optimal, dan berfungsi sebagai pelindung terhadap eksitotoksisitas sel saraf.
Asupan magnesium tergantung pada konsentrasi magnesium dalam air minum, dan
komposisi makanan. Magnesium banyak terdapat pada sayuran berdaun hijau (yang
kaya akan klorofil yang mengandung magnesium), sereal, biji-bijian, kacang-
kacangan, dan polong-polongan.

Dalam jangka pendek, kekurangan magnesium tidak menimbulkan gejala


yang jelas. Ketika orang sehat memiliki asupan yang rendah, ginjal membantu
mempertahankan magnesium dengan membatasi jumlah yang hilang melalui urin.
Namun, asupan magnesium yang rendah dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan kekurangan magnesium.Selain itu, beberapa kondisi medis dan
pengobatan mengganggu kemampuan tubuh untuk menyerap magnesium atau
meningkatkan jumlah magnesium yang dikeluarkan tubuh, yang juga dapat
menyebabkan kekurangan magnesium.Gejala kekurangan magnesium meliputi
hilangnya nafsu makan, mual, muntah, kelelahan, dan lemas. Kekurangan
magnesium yang ekstrim dapat menyebabkan mati rasa, kesemutan, kram otot,
kejang, perubahan kepribadian, dan irama jantung tidak normal.

14
DAFTAR PUSTAKA
Alkatiri, S. (2017). Perbedaan Hasil Pemeriksaan Elektrolit Metode ISE (Ion
Selective Electrode) Dengan Pemeriksaan Elektrolit Metode Biosensor.
JurnalSains, 14.

Burta, F. S. (2018). Hubungan antara kadar magnesium serum dan kadar HbA1c
dengan severitas neuropati diabetik. 1, 430–439.

Cascella, M. (2019). Hypermagnesemia Hypermagnesemia. November.

Efstratiadis, G., Sarigianni, M., & Gougourelas, I. (2006). Hypomagnesemia and


cardiovascular system. Hippokratia, 10(4), 147–152.

Fender, G. (2014). Calcium metabolism and its disorders. Reproductive


Endocrinology for the MRCOG and Beyond, Second Edition, 24(May), 189–
196. https://doi.org/10.1017/CBO9781139696920.019

Fiorentini, D., Cappadone, C., Farruggia, G., & Prata, C. (2021). Impact of Diseases
Linked to Its Deficiency. Journals of Nutrient, 13(1136), 1–44.

Liu, M., & Dudley, S. C. (2020). Magnesium, oxidative stress, inflammation, and
cardiovascular disease. Antioxidants, 9(10), 1–31.
https://doi.org/10.3390/antiox9100907

National Institutes of Health. (2020). Magnesium Fact Sheet for Consumers.


National Institutes of Health, 1–3. http://ods.od.nih.gov

Syakila. (2016). Penggunaan deterjen terhadap elektrolit. June, 135–144.

Tarigan, S. P. (2017). Peran Magnesium dalam Mobilitas Fungsional pada Lanjut


Usia. Cermin Dunia Kedoteran, 44(8), 573–575.

15
16

Anda mungkin juga menyukai