Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Zakat

a. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat

Secara bahasa, kata “zakat” memiliki banyak arti. Zakat diartikan sebagai

keberkahan (al-barakatu), tumbuh dan berkembang (an-nama`) dan kesucian (ath-

tuhru). Secara sederhana zakat diartikan sebagai sesuatu yang memberikan kesucian

dan keberkahan, yang tumbuh dan yang berkembang. Sedangkan secara Istilah zakat

itu adalah sebagian dari harta tertentu dengan persyaratan tertentu yang diwajibkan

oleh Allah SWT untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan syarat

tertentu melalui amil zakat.1 Walaupun beberapa ulama memberikan definisi yang

berbeda dalam redaksi kalimatnya akan tetapi memiliki substansi yang sama.

Dalam hukum Islam, perintah zakat adalah merupakan salah satu pilar

diantara 5 pilar rukun Islam, yakni mengucapkan syahadat, menegakkan sholat,

puasa di bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat dan melaksanakan haji jika memiliki

kemampuan. Dengan posisi yang demikian, maka perintah mengeluarkan zakat

memiliki konsekuensi mutlaq terhadap status ke-Islaman seseorang. Jika dikerjakan

maka ia digolongkan sebagai muslim, namun jika tidak dilakukan/ ditinggalkan maka

sebenarnya dia sudah tergolong kafir terhadap hari akhir.

1
Didin hafiduddin, Fiqih zakat Indonesia (Badan Amil Zakat Nasional, Jakarta:2015) h,8

10
11

Sebagaimana dinuqilkan dalam Alqur`an.

“ Orang-orang yang enggan mengeluarkan zakat, maka mereka kafir terhadap

hari akhir”. (QS.Fushilat : 7).

Dalam suatu riwayat diceritakan pernah terjadi perselisihan terhadap putusan

khalifah Abu Bakar ra mengenai orang yang tidak mau mengeluarkan zakat.

Sebagaimana dikisahkan:

Setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar shiddiq diangkat menjadi

khalifah, dan sebagian orang Arab keluar (menjadi kafir), sehingga Abu Bakar

bertekad akan memerangi mereka. Lalu Umar ra berkata, “mengapa engkau akan

memerangi orang, padahal Rasulullah SAW bersabda; aku diperintah untuk

memerangi manusia kecuali mereka mengucapkan Laa ila ha Illallah. Maka siapapun

yang mengucapkannya, maka darah, jiwa dan hartanya dijaga kecuali menurut

haknya, dan perhitungannya adalah hak Allah”. Lalu Abu bakr menjawab,” demi

Allah, aku akan perangi orang yang membedakan antara sholat dan zakat, karena

zakat adalah hak harta. Demi Allah, jika mereka enggan mengeluarkan harta

sebagaimana yang telah mereka bayarkan kepada Rasulullah, maka aku akan

memeranginya karena ke engganan tersebut. Lalu Umar berkata, “Demi Allah, yang

telah melapangkan hati Abu bakar, dan aku tahu bahwa itulah yang benar.2

Banyak sekali dalil Alqur`an yang menegaskan tentang zakat, diantaranya :

2
Kementerian Agama Ri,Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan
Zakat,Membangun Peradaban Zakat Nasional,( Jakarta, 2015),h.33
12

1. QS. Al Bayyinah:5

        


  
     
Artinya : Tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk menyembah kepada Allah
dengan memurnikan agamanya, menjalankan agama secara lurus, menegakkan
sholat dan menunaikan zakat dan yang demikian itu adalah agama yang lurus.3

2. QS. Attaubah: 71

      


 
       
          
Artinya : Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian
mereka menjadi penolong bagian yang lain, mengajak kepada yang ma`ruf dan
mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka
taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itulah yang akan mendapatkan rahmat
Allah. Dan sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.4

3. QS.Fushilat : 7

        

Artinya : orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir


terhadap hari akhirat.

3
Depertemen Agama RI,Alqur`an Terjemahan (Jakarta : Diponegoro,2005)
4
Depertemen Agama RI,Alqur`an Terjemahan (Jakarta : Diponegoro,2005)
13

4. QS.At Taubah :103

         


        
Artinya : Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka, karena
sesungguhnya doa mu akan menjadi penentram jiwa mereka dan Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.5

Pensyariatan zakat juga diceritakan dalam banyak hadits, contohnya

sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. Ketika Rasulullah SAW

mengutus Muadz ke Yaman.

Rasulullah berpesan kepada Muadz, “ ya Muadz, ajaklah mereka bersaksi

bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwasanya aku adalah utusan Allah, jika

mereka mengetahui hal itu, maka ajaklah mereka melaksanakan sholat lima waktu

sehari semalam, jika mereka mengetahui hal itu, maka ajaklah mereka mengeluarkan

zakat dari harta mereka. Diambil dari yang kaya untuk diberikan kepada yang fakir,

jika mereka mengetahui hal itu maka jagalah kemuliaan harta mereka dan takutlah

akan doa orang yang dizolimi, karena tidak ada hijab antara mereka dengan Allah.”

(HR. Bukhari).

Selanjutnya dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang

pengelolaan zakat, pada BAB 1 pasal 1 dikatakan, zakat adalah harta yang wajib

5
ibid
14

dikeluarkan oleh seorang Muslim atau badan usaha yang diberikan kepada yang

berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.6

b. Hikmah dan Manfaat Zakat

Zakat adalah merupakan Ibadah Maaliyah, yang memiliki kedudukan yang

sangat penting, baik sebagai pelaksanaan Ibadah Fardhiyyah yang diwajibkan bagi

setiap muslim, juga dalam sisi membangun kesejahteraan ummat.

Bahkan Yusuf Ghardhawi menyebutkan, paling tidak ada 27 (dua puluh

tujuh) ayat yang mensejajarkan antara perintah Sholat dan Zakat. 7 Berbagai ancaman

dan pujian pun banyak diceritakan dalam Alqur`an yang berkenaan dengan urusan

zakat.

Seperti dalam QS. At Taubah 5 dan 11 dan QS. Al Mukminun:4

      


       
      
      
Artinya : Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, Maka bunuhlah orang-orang
musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah
mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka bertaubat dan mendirikan
sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk
berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS. At
Taubah:5 )8
6
Kementerian Agama RI, Dirjen Bimas Islam,Direktorat pemberdayaan zakat,Kompilasi
Peraturan dan Standar Pengawasan Umum Lembaga Zakat (2015).h,10

7
Yusuf Qhardhawi, Fiqih zakat(Beirut,Muassasah Risalah,1999)h,42
8
Depertemen Agama RI,Alqur`an Terjemahan (Jakarta : Diponegoro,2005)
15

      


       
Artinya : Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka
(mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami menjelaskan ayat-ayat
itu bagi kaum yang mengetahui. (QS. At Taubah : 11)9

         
        
 

Artinya : Sesungguhnya amat beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu yang


khusyuk dalam sholatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan yang
tercela dan orang-orang yang menunaikan zakatnya. (QS. Al Mukminun : 1-4)

        


       

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan


mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan
kepada mereka dengan cara diam-diam dan terang-terangan, mereka itu
mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. (QS. Fathir : 29)10

9
Depertemen Agama RI,Alqur`an Terjemahan (Jakarta : Diponegoro,2005)
10
Depertemen Agama RI,Alqur`an Terjemahan (Jakarta : Diponegoro,2005)
16

Banyak sekali hikmah dan manfaat dari perintah zakat, paling tidak penulis

merangkum menjadi 5 hikmah perintah zakat :

1. Zakat sebagai wujud implementasi dari nilai iman.

Zakat sebagai perbuatan ibadah yang berkaitan dengan harta. Sehingga

dengan zakat tersebut akan menjadi pembuktian sejauhmana nilai iman

seseorang. Mengeluarkan sebagian harta tertentu kepada orang lain yang

berhak menerimanya adalah merupakan implementasi nilai iman. Walaupun

terdapat konpensasi bahwa dengan zakat itu Allah akan membersihkan harta

yang dimiliki dan memberikan rasa ketenangan jiwa. Disamping hal tersebut

diatas, bahwa dengan perbuatan zakat tersebut dapat menghilangkan sifat

kikir dan bakhil kepada orang lain sebagai wujud rasa syukur atas rizqi yang

telah diberikan Allah SWT.

2. Zakat sebagai hak “mereka” yang digolongkan sebagai mustahik yang telah

ditentukan asnafnya.

Dengan perbuatan zakat yang dikeluarkan kepada golongan tertentu yang

telah ditetapkan sebagai Mustahik (penerima) zakat, sehingga zakat tersebut

dapat berfungsi untuk menolong, untuk membantu dan untuk membina orang

lain baik yang tergolong sebagai fakir, miskin atau golongan mustahik

lainnya. Sehingga dengan fungsi ini akan tercipta peluang bagi mereka yang

menerima bagian harta zakat tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan

pokok mereka serta terbuka peluang untuk memperbaiki kehidupan yang


17

lebih baik dan lebih sejahtera. Harta bagian zakat ini juga akan menghindari

sifat kufur dan rasa hasad dari orang-orang yang berkekurangan kepada orang

yang memiliki kelebihan harta.

3. Zakat sebagai wujud kepedulian Islam tentang etos kerja dan semangat

berusaha.

Zakat adalah merupakan kewajiban yang di tentukan kepada orang-orang

yang memiliki kelebihan harta. Harta yang didapat adalah bagian dari rizqi

Allah yang diberikan kepada setiap muslim yang gigih bekerja dan berusaha

secara sungguh-sungguh dalam berbagai kegiatan ekonomi. Dengan perintah

zakat secara tidak langsung memberikan identifikasi bahwa setiap muslim

harus berada pada posisi berkecukupan dan berkelebihan. Sehingga semangat

yang muncul adalah etos kerja yang pantang menyerah dan bersungguh-

sungguh. Para pekerja keras dan pantang menyerah adalah jauh lebih mulia

daripada mereka yang santai dan malas berusaha. Orang yang gigih bekerja

akan dimudahkan Allah dalam rizqinya. Spirit yang muncul adalah “tangan

yang berada di atas (pemberi) lebih baik dan lebih mulia daripada tangan

dibawah (penerima)”.

4. Zakat sebagai bentuk kongkrit dari bentuk jaminan sosial masyarakat yang

disyariatkan dalam Islam.

Zakat adalah perintah yang terus menerus dilakukan sesuai dengan ketentuan

yang telah disyariatkan. Terus menerus memberikan makna bahwa sepanjang

perintah zakat dilaksanakan, maka sepanjang itu juga orang-orang fakir dan
18

miskin akan terbantu dan tertolong dalam masalah pemenuhan kebutuhan

pokok dan peningkatan taraf kehidupan sosial mereka.

Melalui harta zakat, maka akan menjadi jaminan sosial yang terlaksana secara

kongkrit dan terus menerus sehingga masyarakat miskin dan mereka yang

berkekurangan dalam kehidupan akan terperhatikan secara baik.

5. Zakat sebagai sumber dana bagi kemashlahatan ummat.

Dana zakat yang dihimpun dan dikelola secara benar, maka dapat menjadi

sumber dana yang besar dan akan selalu ada. Sehingga dengan dana zakat

yang dihimpun tersebut akan dapat dimanfaatkan secara benar-benar demi

kemashlahatan ummat secara khususiyah dan dapat meningkatkan taraf hidup

dan kesejahteraan masyarakat secara `ammiyah. Dan harta yang dihumpun

tidak hanya mampu menyelasaikan masalah ekonomi ummat saja, akan tetapi

dapat memberikan manfaat bagi kemashlatan lain di bidang pendidikan,

keagamaan, kesehatan dan sosial kemanusiaan lainnya.

Dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat pada

pasal 5 BAB II dijelaskan tujuan pengelolaan zakat adalah :

a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai

dengan tuntunan agama.

b. Meningkatkan fungsi dan peranan keagamaan dalam upaya mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.


19

c. Meningkatkan hasil guna dan berdaya guna.11

sedangkan dalam Undang Undang zakat Nomor 23 tahun 2011 pasal 3,

dijelaskan bahwa tujuan dan manfaat pengelolaan zakat adalah12 :

1. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat.

2. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

dan penanggulangan kemiskinan.

Peningkatan efektifitas dan efisiensi yang dimaksud diatas adalah bagaimana

pengelolaan harta zakat dapat bermanfaat sebagai pemberdayaan dan pendayagunaan

semua sumber daya yang dimiliki dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa :

1. Ketersediaan sumber daya manusia yang siap dan mumpuni secara

propesional dalam bidang masing-masing.

2. Ketersediaan tekhnologi sebagai penunjang dalam melaksanakan pekerjaan

3. Ketersediaan organisasi pengelolaan zakat.

4. Ketersediaan dukungan dari luar, baik sebagai mitra maupun sebagai

masyarakat

5. Ketersediaan manajemen kepemimpinan yang mampu mengarahkan seluruh

mekanisme pengelolaan zakat

11
Hakim Rahmad, Manajemen Zakat, (Jakarta: Prenadanedia Group, 2020), h. 62
12
Kementerian Agama RI, Dirjen Bimas Islam,Direktorat pemberdayaan zakat,Kompilasi
Peraturan dan Standar Pengawasan Umum Lembaga Zakat (2015).h,12
20

Kemanfaatan zakat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan

penanggulangan kemiskinan yang dimaksud adalah, bagaimana harta zakat tidak

hanya dikelola dalam rangka untuk menyelesaikan persoalan sesaat saja.

Sesaat yang dimaksud adalah bantuan bersifat konsumtif (habis pakai) saja, akan

tetapi harta zakat telah dapat dimanfaatkan besifat produktif, yakni sebagai salah satu

solusi menyelesaikan masalah kemiskinan dan perekonomian masyarakat kecil.

Karena kemiskinan yang selalu menjadi masalah kompleks di masyarakat

tidak hanya disebabkan karena adanya keterbatasan kemampuan masyarakat miskin

dalam menjangkau sumber-sumber ekonomi saja, akan tetapi banyak juga

disebabkan karena masalah lain, seperti kurangnya akses lapangan kerja, kurang

maksimalnya program pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan termasuk

didalamnya masih banyaknya masalah psikologi masyarakat “miskin” yang sudah

terbiasa dan telah merasa “nyaman” dengan kriteria miskin dalam masyarakat.

c. Yang berhak menerima zakat

Harta zakat adalah bagian harta yang wajib dibagikan kepada golongan

penerima yang telah ditentukan secara Syar`i. Golongan penerima manfaat zakat ini

disebut sebagai Asnaf Zakat, yaitu 8 (delapan) golongan yang berhak menerima harta

zakat bedasar kepada Alqur`an surat At-Taubah : 60.


21

      


      
           
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Delapan golongan yang tercantum dalam Attaubah diatas adalah para

penerima harta zakat mutlak berdasarkan syariah. Mereka layak dan berhak untuk

menerima bagian harta zakat baik mereka meminta ataupun mereka tidak meminta.

Namun dalam tehnis pelaksanaan nya, Undang-Undang Zakat telah mengatur bahwa

pendistribusian zakat harus segera dilaksanakan berdasarkan kepada beberapa

pertimbangan ; yaitu pertimbangan pemerataan, kewilayahan dan skala perioritas

kebutuhan.

Pemerataan mengisyaratkan sudah sejauhmana pendistribusian harta zakat

tersebut telah merata diberikan diwilayah sumber zakat tersebut. Sehingga terhindar

dari penumpukan bantuan disuatu tempat sementara terdapat kekurangan diwilayah

lain. Kewilayahan yang dimaksud adalah bagaimana harta zakat tersebut telah dapat

dinikmati oleh penerima manfaat zakat diwilayah sumber zakat tersebut. Zakat yang

dipungut diwilayah tertentu wajib dibagikan terlebih dahulu kepada penerimanya

diwilayah sumber zakat tersebut. Sedangkan skala prioritas adalah merupakan

ukuran pertimbangan yang dilakukan para pengelola zakat dalam rangka menentukan
22

pendistribusian zakat. Skala prioritas ini biasanya berada dalam ukuran ukuran

tertentu. Seperti mendesak, belum mendesak, belum penting ataupun lain sebagainya.

Yang pasti bahwa dengan adanya skala prioritas akan menjadi pertimbangan

langsung terhadap pendistribusian zakat.

Disamping hal tersebut diatas, didalam standarisasi Mustahik Zakat. Undang

–undang zakat juga mengatur selain 8 (delapan) golongan tersebut diatas, secara

khusus ada beberapa golongan masyarakat yang dimasukkan sebagai orang yang

layak untuk menerima manfaat dana zakat, berdasarkan sisi sosial kemanusiaan,

seperti :

a. Anak anak jalanan

b. Pengemis dan Gelandangan

c. Korban Bencana Alam

d. Anak anak putus sekolah

e. Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga

f. Korban kekerasan seksual, dan

g. Napi yang telah kembali ke masyarakat.

B. Kampung Zakat

a. Pengertian

Kampung zakat adalah merupakan program pemberdayaan masyarakat yang

dilakukan berbasis membangun komunitas masyarakat dalam pola terintegritas.


23

Kampung zakat itu sendiri pada awalnya merupakan agenda kegiatan yang

dilakukan secara Nasional.

Agenda kegiatan tersebut adalah merupakan hasil kesepakatan kerjasama antara

Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Ditjen Bimas Islam dengan

Lembaga Pengelola zakat : BAZNAS dan LAZNAS yang dilaksanakan sejak

tahun 2018.13.

Dalam kerjasama tersebut disepakati beberapa hal, yaitu :

1. Ditjen Bimas Islam melalui Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf

ditunjuk sebagai Koordinator kegiatan. Dan sebagai pelaksana program

ditunjuk BAZNAS dan LAZNAS disemua tingkatan, tingkat nasional,

Provinsi dan Kabupaten Kota.

2. Pilot proyek kegiatan dinamakan Kampung Zakat yang sebagai lokasi

perdana ditentukan di 3 (tiga) wilayah tertinggal Indonesia yang dianggap

refresentatif untuk kegiatan tersebut, yakni Indonesia Bagian Barat,

Indonesia Bagian Tengah dan Indonesia Bagian Timur.

3. Program kampung zakat tersebut dilaksanakan secara sinergis selama

kurun waktu 3 (tiga) tahun, dengan 3 (tiga) tahapan kegiatan, yakni

pendirian program, pelaksanaan program dan kemandirian program yang

dimuai pada tahun 2018.

13
Sumber : https://bimasislam.kemenag.go.id/post/opini/kampung-zakat-program-
memandirikan-desa, diakses pada 2 Maret 2020, pukul 09.00 wib
24

4. Program kegiatan merupakan integrasi dari beberapa program kegiatan

dalam bidang ekonomi, pendidikan, dakwah, kesehatan dan sosial

kemanusiaan.

Makna kata “Kampung zakat” yang digunakan adalah karena kegiatan

tersebut dilaksanakan secara terintegrasi yang dikelola secara kolektif oleh kelompok

keluarga yang berada dalam satu komunitas desa/kampung.

Kata “kampung” bermakna kelompok rumah tinggal yang merupakan bagian

dari kelompok kota (yang biasanya berpenghasilan rendah) yang disebut dengan desa

atau kampung14.

Dalam pengertian tersebut, Desa atau kampung adalah merupakan satu

kesatuan wilayah yang dihuni oleh beberapa keluarga yang memiliki aturan sistem

pemerintahan sendiri. Jadi kampung zakat adalah kegiatan pemberdayaan dana zakat

yang dilakukan secara mandiri oleh anggota masyarakat itu sendiri , dalam rangka

mencapai tujuan pemberdayaan secara efektif dan efisien berbasis komunitas.

Secara umum, kriteria utama penentuan wilayah yang layak dilaksanakan

program Kampung Zakat Nasional adalah menghitung jumlah keluarga yang

dikatagorikan miskin berjumlah paling sedikit 100 kepala Keluarg dalam 1 (satu)

desa/ kampung. Setelah itu melihat potensi ekonomi yang memiliki peluang untuk

dapat dikembangkan, selanjutnya melihat akses lokasi desa/kampung yang masih

memungkinkan untuk dijadikan lokasi kampung zakat.

14
Sumber: https://kbbi.web.id/kampung
25

Penentuan wilayah Kampung zakat secara nasional mengacu kepada

Peraturan Presiden Nomor 131 tahun 2015 tentang penetapan Daerah Tertinggal

tahun 2005 – 201915.

Yaitu Desa Longserang Timur Kab.Lombok Barat, Desa Ciladeun Kab. Banten,

Desa Jenilu Kab. Belu NTT, Desa Sidomulyo Kab. Seluma, Desa Talaga Jaya Kab.

Halmahera, Desa Harapan Jaya Papua dan Desa Sulung Kab. Sambas Kalimantan.

b. Berbasis Community Development

Program kampung zakat adalah merupakan salah satu program yang disebut

juga dengan Community Development yakni pendistribusian bantuan yang bertujuan

untuk pengembangan masyarakat.

Pengembangan yang dimaksud adalah suatu upaya untuk mengembangkan

kondisi masyarakat secara berkelanjutan dan aktif berdasarkan prinsip keadilan sosial

dan saling bekerjasama. Para pelaku program pemberdayaan tersebut saling bekerja

dengan saling menghargai melalui program pembangunan secara luas.

Pengembangan masyarakat juga fahami sebagai gerakan untuk menciptakan

suatu kehidupan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat dengan berpartisifasi aktif

dan inisiasi dari masyarakat itu sendiri.16

Community Development adalah merupakan konsep membangun yang

digerakkan sendiri oleh masyarakat. Membangun dalam hal ini adalah satu usaha
15
Sumber : https://bimasislam.kemenag.go.id/post/opini/kampung-zakat-program-
memandirikan-desa, diakses pada 2 Maret 2022,pukul 09.00 wib
16
A. Supardi, Dakwah Islam Dengan Pengembangan Masyarakat Desa (Bandung:
MadarMaju, 1987),h.24
26

sadar dan terencana yang dilakukan secara terus menerus yang dilakukan oleh

pemerintah bersama masyarakat atau dilakukan masyarakat dengan difasilitasi oleh

pemerintah.

Dengan menggunakan metodelogi yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan atau

untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi demi tercapainya

kesejahteraan masyarakat yang melaksanakan pembanguan tersebut.17

Community development juga merupakan suatu proses usaha masyarakat itu

sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah dalam rangka memperbaiki

suatu kondisi sosial ekonomi dan kultural masyarakat dan usaha mendorong

kontribusi komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan masyarakat.

Soetomo dalam Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat 18 menjelaskan

bahwa akhir dari sebuah proses community development adalah tumbuhnya

kompetensi dan rasa tanggung jawab anggota komunitas yang teraktualisasi dalam

bentuk prakarsa lokal dalam melakukan perubahan dan pembaharuan.

Selanjutnya ada 6 (enam) tahapan dalam pembangunan masyarakat.

1. Ekspolarsi (Exploratory)

Explorasi adalah merupakan langkah paling awal, yakni tahapan

mengumpulkan semua data dan informasi yang dibutuhkan dalam rangka

perencanaan kegiatan pembangunan masyarakat.

17
Totok Mardikanto, Komunikasi Pembangunan–Acuan Bagi Akademisi, Praktisi, dan
Peminat Komunikasi Pembangunan (Surakarta: UNS Press, 2010), h. 77.

18
Soetomo, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006)
hlm. 79.
27

Tahapan eksplorasi ini bertujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi

masyarakat serta mengetahui dan mengkaji segala potensi yag mungkin

dimiliki oleh masyarakat tersebut, sehingga akan tersusun sebuah rencana

kerja yang dapat menjalin komunikasi antara anggota masyarakat dan institusi

lembaga pelaksana.

2. Organisasi (Organizational)

Organisasi adalah tahapan kegiatan kedua yang dilaksanakan dalam

perencanaan pembangunan masyarakat. Dalam kegiatan ini pelaksana

kegiatan berusaha menentukan media atau wadah apa yang dapat digunakan

dalam rangka menjalin komunikasi antara masyarakat dengan anggota

komunitasnya, atau masyarakat dengan pemerintah.

Organisasi yang dibentuk adalah wadah bersama yang dibentuk antara warga

masyarakat bersama dengan pelaksana kegiatan ataupun dengan pihak lain

yang dibentuk berdasarkan kepada informasi atau data yang telah

dikumpulkan.

3. Diskusi (Discussion)

Diskusi adalah kegiatan komunikasi terpimpin yang dilakukan berdasarkan

kepada informasi dan data yang telah dikumpulkan dan pengorganisasian

bahan-bahan yang telah dihimpun tersebut dibicarakan dalam sebuah diskusi

yang bertujuan untuk menentukan kerangka kerja, menentukan rumusan


28

masalah, mengumpulkan alternative pemecahan, strategi pelaksanaan,

penentuan skala prioritas sampai kepada penyusunan time schedule kegiatan.

4. Aksi (action)

Aksi adalah pelaksanaan. Yakni segala kegiatan yang dilakukan sesuai

dengan kerangka rencana, rumusan masalah, skala prioritas dan schidule yang

telah ditetapkan sampai diawal sampai kepada tahapan evaluasi diakhir

kegiatan.

5. Proyek baru (New project)

New Project adalah kegiatan atau aksi yang dilakukan secara terus menerus

dan berkelanjutan yang dilakukan sebagai langkah terencana tahapan

berikutnya. Proyek baru bermakna bahwa setiap kegiatan awal yang telah

dilakukan akan menjadi awal bagi kegiatan berikutnya. Artinya tidak berhenti

pada satu kegiatan saja, namun berlanjut secara terus menerus disesuaikan

dengan rencana yang telah ditetapkan.

6. Terus menerus (Continuation).

Continuation adalah tahap akhir konsep Community Development, dimana

pembangunan sudah berdasarkan prakarsa masyarakat itu sendiri yang

dilakukan secara mandiri dan sudah dianggap melembaga.


29

Dengan demikian, anggota masyarakat sebagai pelaksana awal sudah dapat

melaksanakan kegiatannya sendiri yang dilanjutkan pada proses berikutnya

pada perencanaan kegiatan yang lain.

C. Pemberdayaan

Kata pemberdayaan bersumber dari kata “daya” yang berarti kemampuan

untuk melakukan sesuatu atau bertindak sesuatu 19. Dalam makna daya: terangkum

tenaga, kekuatan, daya pikir, usaha dan sebagainya.

Dalam bahasa Inggris pemberdayaan disebut dengan empowerment yakni

suatu cara untuk menjadikan seseorang atau kelompok orang memiliki daya atau

kekuatan. Pemberdyaan ini juga dimaknai dengan suatu usaha atau upaya untuk

merubah kemampuan/ kekuatan/ keberdayaan seseorang atau keluarga atau

sekelompok orang menuju kepada keadaan yang lebih baik.20

Pemberdayaan dapat dimaknai dalam 2 hal, yakni pemberdayaan sebagai

Proses dan pemberdayaan sebagai Tujuan. Sebagai proses artinya bahwa

pemberdayaan merupakan usaha yang terus menerus, bersifat menumbuhkan

kepercayaan dan kemandirian. Sebagai usaha, pemberdayaan juga dimaknai dengan

upaya yang dilakukan secara terus menerus dari mereka yang akan diberdayakan

19
Sumber: https://kbbi.web.id/daya,berdaya
20
Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Manajemen Zakat,Prinsip dan Praktek Pemberdayaan
Ekonomi (Ciputat:Wahana Kardofa,FAI,UMJ, 2012),h.223
30

baik secara pribadi ataupun kelompok masyarakat dengan berbagai program yang

telah ditentukan yang mencakup berbagai bidang, seperti bidang keagamaan,

ekonomi, sosial dan lain sebagainya.

Sebagai tujuan, maka pemberdayaan adalah merupakan keberdayaan atau

hasil yang akan dicapai dari sebuah perubahan sosial masyarakat.

Perubahan yang dimaksud seperti memiliki kemampuan, memiliki

pengetahuan, kepercayaan diri dan memiliki kemandirian. Pemberdayaan sebagai

tujuan sering dijadikan indikator dalam keberhasilan pemberdayaan.

Indikator keberhasilan penberdayaan masyarakat yang digunakan sebagai

tolok ukur keberhasilan pemberdayaa masyarakat, yaitu :

1. Berkurangnya jumlah penduduk dalam katagori miskin.


2. Berkembangnya usaha dan peningkatan pendapatan masyarakat
3. Meningkatkan kepedulian terhadap keadaan/lingkungan masyarakat
disekitarnya.
4. Memiliki kemandirian, baik dalam kepribadian maupun dalam kegiatan
usaha.21

Tujuan akhir dari pemberdayaan adalah untuk membangun kemampuan

sumber daya manusia (SDM) kepada kondisi yang lebih baik secara berkelanjutan.

Dalam pemahaman pendistribusian Zakat, bahwa pemberdayaan adalah

program pemanfaatan dana zakat untuk mendorong Mustahik untuk mampu mandiri

dan memiliki usaha sendiri. Program pemberdayaan mustahik ini tidak hanya

memiliki dampak ekonomi yang dirasakan langsung oleh Mustahik,tetapi juga

21
Gunawan Sumodiningrat,Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengamat Sosial
( Gramedia Pustaka, Jakarta,1999),h.29
31

berdampak secara sosial dan spiritual. Dan juga akan terbangun nya rasa

persaudaraan dan solidaritas sesame Mustahik. Begitu juga pemberdayaan bidang

akeagamaan akan menguatkan mental dan spiritual dari Mustahik.

Selanjutnya bahwa program pemberdayaan Mustahik dalam rangka

pengentasan kemiskinan akan semakin optimal jika terjadi saling menguatkan antara

lembaga pengelola zakat (BAZNAS), pihak pemerintah, perangkat agama dan

masyarakat lainnya. Sinergi inilah yang harus dibangun dan dibina secara terus

menerus berkelanjutan.

D. Keagamaan

Kata keagamaan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan

nilai-nilai agama yang merupakan realitas aktifitas manusia yang dapat dilihat dalam

kehidupan sehari-hari. Karena keagamaan bersumber dari rasa beragama setiap

individu pemeluknya.

Kata agama itu sendiri berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti “tidak

kacau”. Berasal dari 2 suku kata, yaitu “a” yang berarti tidak dan “gama” berarti

kacau22. Agama juga berarti kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian

yang berhubungan erat dengan kepercayaan itu 23. Sedangkan kata ber-agama

bermakna memeluk dan menjalankan kepercayaan itu dengan melakukan perbuatan-

perbuatan tertentu.

22
Dadang Ahmad,Sosiologi Agama(Bandung:Remaja Rosdakarya,2002),h.13
23
Jalaluddin, Psikologi Agama(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,1998),h.12
32

Berdasarkan teori diatas, kata agama dapat didefinisikan sebagai seperangkat

pedoman hidup yang yang diyakini bersifat sakral dan berasal dari Zat yang maha

Tinggi dengan perantaraan seorang manusia pilihanNya.24

Seperangkat pedoman tersebut berisi aturan-aturan yang seharusnya

dilakukan dan yang seharusnya tidak dilakukan oleh pemeluknya, barang siapa taat

melakukan maka akan mendapatkan balasan kebahagiaan hidup didunia dan akhirat

dan barang siap melanggar, maka akan mendapatkan balasan didunia dan akhirat.

E. Mustahik

Mustahik berasal dari bahasa Arab yakni “Istahaqqo yastahiqqu” yang

berarti yang berhak/yang punya hak.

Dalam rumusan standard akuntansi keuangan BAZNAS (PSAK.109)

disebutkan bahwa Mustahik adalah orang atau etentitas yang berhak menerima

zakat25. Sementara itu secara istilah, Mustahik adalah sebutan bagi seseorang atau

sekelompok orang yang berhak menerima bagian dari harta zakat, sebagaimana yang

disebutkan dalam QS. At Taubah: 60

      


      
           
Artinya : Sesungguhnya shodaqah (zakat) itu hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, Amilin zakat, Muallaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk dijalan Allah, untuk

24
Ibid, h.12
25
Kompilasi peraturan, h.186
33

mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai ketetapan yang diwajibkan Alalh,
dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana. 26

Berdasarkan ayat diatas, bahwa golongan yang disebut dengan Mustahik, terdiri dari

8 golongan, yaitu :

1. Fakir, yaitu orang yang tidak memiliki harta dan tidak memiliki

penghasilan layak yang dapat memenuhi kebutuhan pokok hidup

sehari. Termasuk didalamnya mereka yang tidak memiliki asset/harta

yang dapat dijual dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.

2. Miskin, Yaitu orang yang memiliki harta dan penghasilan, namun

penghasilan yang dimiliki belum cukup untuk keperluan minimum bagi

dirinya dan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Amil Zakat, Yaitu mereka yang melaksanakan segala urusan

pengumpulan dan pendayagunaan zakat, termasuk administrasi

pengelolaan mulai dari merencanakan, mengumpulkan, mencatat,

meneliti, menghitung, menyetorkan sampai menyalurkan kepada

Mustahiknya.

4. Muallaf, Yaitu orang atau sekelompok orang yang sedang atau akan

dijinak kan hatinya kepada islam atau lebih memantapkan keyakinan

nya kepada Islam.

26
Depertemen Agama RI,Alqur`an Terjemahan (Jakarta : Diponegoro,2005)
34

5. Riqob, Yaitu pembebasan budak belian dan usaha meghilangkan segala

bentuk perbudakan. Seperti membebaskan mereka yang terpasung

dengan sistem perbudakan.

6. Gharimin, yaitu orang yang memiliki hutang atau tertanggung

kewajiban hutang yang digunakan untuk kemashlahatan/kebajikan

orang banyak.

7. Sabilillah, yaitu orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan

syiar yang bertujuan untuk menegakkan kepentingan agama atau

kemashlahatan umum.

8. Ibnusabil, yaitu orang yang akan melakukan perjalanan atau sedang

dalam perjalanan dengan tujuan kebaikan/kemashlahatan dan bukan

perjalanan yang bersifat mubah dan maksiat.

Anda mungkin juga menyukai