Anda di halaman 1dari 26

a.

Uraian Materi:
PERISTIWA SEJARAH KONTEMPORER DUNIA

Peristiwa sejarah kontemporer dunia seperti Jerman Bersatu, Perang Teluk, Konflik Yugoslavia dan
terorisme dunia bagi kehidupan sosial dan politik global :

A. SEJARAH JERMAN BERSATU

Apa yang dimaksud dengan sejarah Jerman bersatu? Jerman bersatu merupakan peristiwa penyatuan
antara Jerman Timur dan Jerman Barat. Dahulu negara Jerman yang saat ini kita kenal memang pernah
terbagi menjadi dua bagian, hal ini akibat dari pengaruh negara-negara lain seperti Uni Soviet dan
Amerika Serikat yang membentuk blok sendiri-sendiri. Untuk lebih jelasnya, simak pembahasannya
dibawah ini.

Perpecahan Jerman

Sejak tahun 1945, Jerman mulai dikuasai oleh 4 negara, mereka adalah Amerika Serikat, Uni Soviet,
Inggris, dan juga Perancis. Masing-masing negara ini memiliki daerah pemerintahan sendiri di Jerman.
Namun pada dasarnya mereka bertujuan sama yaitu mengontrol Jerman secara berdampingan.

Selama beberapa waktu, keempat negara ini memerintah sebagaimana mestinya. Mereka membangun
industri, perdagangan, dan banyak hal lain untuk membuat Jerman lebih baik. Akan tetapi akhirnya
setiap wilayah yang dikuasai 4 negara tersebut mengalami semacam kesenjangan sosial. Ada wilayah-
wilayah tertentu yang mengalami penurunan perekonomian, sementara wilayah lain yang dikuasai
negara yang berbeda ternyata mengalami perekonomian baik.

Tak hanya masalah ekonomi. perbedaan politik dan pemerintahan juga terjadi pada masa ini. Hal-hal
tersebut akhirnya menimbulkan perselisihan, terutama antar dua negara adidaya yang tak lain adalah
Amerika Serikat dan Uni Soviet. Tak ayal lagi, semakin lama kedua negara ini semakin bersitegang dan
akhirnya bermusuhan.

Amerika Serikat kemudian merangkul Perancis dan Inggris yang saat itu sama-sama menguasai beberapa
wilayah di Jerman. Tahun 1948, ketiga negara besar ini bertemu dalam suatu perundingan yang digelar
di London, Inggris. Dalam perundingan ini, tiga negara tersebut sepakat untuk bersatu/bersekutu dan
membentuk Jerman Barat yang terpisah dari wilayah kekuasaan Uni Soviet. Dikemudian hari, Amerika
Serikat dan sekutunya disebut sebagai blok barat yang menganut paham fasisme.

Uni Soviet tak tinggal diam. Negara komunis ini kemudian membentuk Jerman Timur pada tanggal 7
Oktober 1949. Jerman yang dulunya merupakan satu wilayah utuh pada akhirnya terbagi menjadi dua,
yaitu Jerman Barat yang dikuasai blok Amerika Serikat dan Jerman Timur di bawah kekuasaan Uni Soviet.

Pembangunan Tembok Berlin

Puncak dari perselisihan antara Jerman Timur dan Jerman Barat ini adalah pembangunan Tembok Berlin
oleh Uni Soviet. Kota Berlin ikut pecah dan terbagi dua seiring terbentuknya Jerman Timur dan Jerman
Barat.
Walau Jerman terbagi menjadi dua wilayah kekuasaan, perbedaan kondisi masyarakat di berbagai
bidang, termasuk ekonomi dan politik, tetap tak bisa hilang. Hingga saat ini, Jerman Barat kala itu
dipercaya sebagai tempat yang lebih baik bila dibandingkan dengan Jerman Timur. Hal ini berdasarkan
fakta bahwa setelah Jerman Timur terbentuk, ada banyak warganya yang berusaha melarikan diri ke
Jerman Barat.

Melihat banyaknya rakyat Jerman Timur yang berusaha pindah ke wilayah blok barat, Uni Soviet mulai
resah dan menganggapnya sebagai pemicu kemunduran perekonomian Jerman Timur. Uni Soviet pun
berusaha mencegah warganya yang ingin kabur, dan cara yang dipilih adalah dengan membangun
sebuah penghalang agar rakyatnya tak bisa lagi pergi keluar dari Jerman Timur.

Tanggal 13 Agustus 1961 Uni Soviet akhirnya membangun Tembok Berlin. Pembangunan dinding tinggi
nan kokoh ini menimbulkan dampak buruk di Jerman, khususnya bagi rakyat Jerman Timur yang seolah-
olah merasa terisolasi dari dunia luar. Karena itulah pembangunan Tembok Berlin ini mendapat
kecaman dari berbagai pihak, khususnya Amerika Serikat. Kecaman ini berlanjut dengan aksi-aksi protes
dan demonstrasi disekitar Tembok Berlin.

Walau Tembok Berlin sudah didirikan, bagaimanapun juga tetap ada sebagian masyarakat Jerman Timur
yang berusaha melarikan diri keluar dari negaranya. Ribuan warga Jerman Timur akhirnya berhasil kabur
ke Jerman Barat, namun jumlah warga yang gagal melarikan diri juga tak sedikit. Saat itu Uni Soviet
sudah memerintahkan para penjaga Tembok Berlin untuk menembak siapapun yang berusaha
menerobos Tembok Berlin. Oleh karena itu, kebanyakan dari warga Jerman Timur yang gagal kabur ke
wilayah barat biasanya tewas ditembak oleh para penjaga tersebut.

Jerman Bersatu

Setelah sempat terbagi dua, pada akhirnya Jerman Timur dan Jerman Barat kembali bersatu. Hal ini
terjadi setelah aksi protes semakin meluas, hampir seluruh negara mengecam tindakan Uni Soviet, dan
demonstrasi-demonstrasi hebat di Jerman Timur terus berkobar sehingga membuat Uni Soviet merasa
sedikit terdesak.

Pada tanggal 9 November 1989, Tembok Berlin pun resmi diruntuhkan. Akan tetapi saat itu dinding
kokoh tersebut belum benar-benar dihancurkan, namun pemerintah Uni Soviet mulai membuka akses
dan mengizinkan warganya untuk pergi ke Jerman Barat.

Tanggal 13 Januari 1990, Tembok Berlin benar-benar dihancurkan. Hal ini pun menandai bersatunya
Jerman Timur dan Jerman Barat. Penyatuan sebagai negara Jerman inipun resmi dilakukan pada tanggal
3 Oktober 1990.

B. KONFLIK DAN PERMASALAHAN ETNIS KONTEMPORER DI YUGOSLAVIA

Abstrak : Konflik etnis di Yugoslavia pada tahun 1990an sampai 2001 disebabkan tingginya prasangka
etnis ditambah runtuhnya komunisme, vaccum of power setelah kematian Josep Broz Tito, dan
semangat nasionalisme etnis disetiap bangsa yang ada didalam wilayah Yugoslavia. Konflik Yugoslavia
yang terkenal adalah konflik Bosnia. Konflik ini menewaskan korban dalam jumlah besar. Dampak konflik
ini adalah banyaknya korban jiwa, krisis ekonomi, dan disintegrasi Yugoslavia.

Kata Kunci : Konflik, Etnis, Kontemporer, Yugoslavia.

Akar konflik etnis yang berkepanjangan di Yugoslavia telah muncul pada tahun 1918 saat bubarnya
kerajaan Austria-Hongaria dan bersatunya Serbia, Kroasia, dan Slovenia, akan tetapi Kroasia ingin negara
berbentuk federasi sedangkan Serbia menginginkan sebuah negara kesatuan (Wikipedia, 2013). Hal ini
menimbulkan sebuah konflik yang nantinya meluas menjadi konflik antar etnis yang mengakibatkan
jatuhnya banyak korban. Selain itu juga memunculkan negara-negara baru merdeka seperti Kroasia.

PEMBAHASAN

Awal Perpecahan Negara Yugoslavia

Perpecahan (atau lebih tepat dipecahkan) kembali terjadi pada tanggal 17 April 1941 (Perang Dunia II)
tentara pemberontak Yugoslavia menyerah dan berhasil ditaklukan oleh tentara NAZI Jerman. Hitler
membagi Yugoslavia kepada sekutu porosnya yaitu Italia, Hongaria, Bulgaria dan penguasa boneka
setempat. Yugoslavia saat itu terdiri dari Serbia (dibawah pemerintahan Jerman), Makedonia (diduduki
Bulgaria), Montenegro (diduduki Italia), Negara Kroasia Merdeka, Slovenia (diduduki Jerman, Italia, dan
Hongaria), Baranja (diduduki Hongaria), Dalmatia (diduduki Italia), dan Kosovo (diduduki Italia dan
Albania) (Oktorino, 2014:5—7).

Berakhirnya Perang Dunia II memunculkan negara federal sosialis di bawah kepemimpinan Tito, setelah
prestasinya dalam perang dunia kedua dia berhasil membubarkan monarki dan mengangkat dirinya
sebagai diktator Yugoslavia. Dia menindas sentimen kesukuan dan keagamaan yang sifatnya memecah
belah, dia memerintah dan mempersatukan negerinya dengan tangan besi (Oktorino, 2014:27). Pada
masa kepemimpinannya inilah Yugoslavia bisa dikatakan berada pada masa puncaknya.

Pada tanggal 4 Mei 1980 Tito Sang diktator meninggal sebagaimana yang dituliskan Meier (2005:1)
dalam bukunya“On 4 May 1980, Josip Broz Tito, President of the Socialist Federated Republic of
Yugoslavia, died”. Kematian Tito membawa banyak dampak bagi Yugoslavia diantaranya vacum of
power (Kekosongan kekuasaan), hal ini membuktikan bahwa stabilitas negara tergantung kepada sosok
kharismatik dari seorang Tito sehingga setelah kematiannya, konflik etnis yang telah berhasil ditekan
selama pemerintahannya kembali bergolak di Yugoslavia (Haryono, 2007:2). Konflik etnis itu
menimbulkan banyak korban dan kerugian-kerugian baik materiil maupun psikologis.

Pada dasarnya akar konflik berkepanjangan di daerah Yugoslavia menurut Wardhani (2011:222)
disebabkan tingginya prasangka etnis, sebagai contoh konflik Bosnia disebabkan oleh keberhasilan
Slobodan Milosevic memancing prasangka negatif antara kaum Bosnia dengan Kroasia dan memobilisasi
tentara yang menghasilkan pembasmian etnis yang tujuan akhirnya adalah menciptakan Serbia Raya.

Tingginya prasangka etnis ditambah runtuhnya komunisme, vaccum of power, semangat nasionalisme
disetiap bangsa yang ada didalam wilayah Yugoslavia dan kepentingan asing menjadi latar belakang yang
sempurna bagi tragedi kemanusiaan berupa berbagai konflik etnis dikawasan ini.
Munculnya Akar Konflik Etnis Yugoslavia

Awal mula konflik etnis berkepanjangan yang terjadi di Yugoslavia dimulai pada tahun 1918 ketika
bubarnya kerajaan Austria-Hongaria dan bersatunya kerajaan dari Serbia, Kroasia, dan Slovenia setelah
Perang Dunia I. Pada tahun 1929 kerajaan dari Serbia, Kroasia, dan Slovenia tersebut berubah nama
menjadi Yugoslavia. Yugoslavia sendiri memiliki arti, yaitu ‘orang-orang Slavia Selatan. Yugoslavia
menjadi sebuah negara kerajaan yang dipimpin oleh Raja Alexander I (Susilo, 2009:110). Setelah
kerajaan-kerajaan tersebut bergabung dan membentuk negara kerajaan Yugoslavia, nama Yugoslavia
semakin memiliki eksistensi di dunia Internasional.

Namun, setelah bergabungnya Serbia, Kroasia, dan Slovenia bersatu timbul permasalahan yang dimulai
dengan Serbia yang menginginkan sebuah negara kesatuan, sedangkan Kroasia yang menginginkan
negara yang berbentuk federasi. Pada tahun 1928, Kroasia mencoba melepaskan diri dari Yugoslavia
setelah seorang anggota parlemen dari Kroasia dibunuh. Raja Alexander, sejak tahun 1921, bereaksi
keras dengan membubarkan parlemen dan mencanangkan diktatorialisme (Wikipedia, 2015). Perbedaan
keinginan dari dalam negara itu, memicu akar konflik dan perepecahan yang nantinya menimbulkan
konflik yang berlatarbelakang etnis.

Konflik etnis yang terjadi di Yugoslavia merupakan konflik dan kekerasan yang terjadi selama 1990-2001,
namun bibit konflik etnis ini sudah muncul pada Perang Dunia I tahun 1918. Konflik etnis ini melibatkan
warga Yugoslavia yang kebanyakan antara bangsa Serbia melawan Kroasia, Bosnia dan Albania. Sering
disebut perang paling mematikan di Eropa setelah terjadinya Perang Dunia. Perang ini dicirikan sebagai
kejahatan perang dan pembersihan etnis secara besar-besaran. Perang pertama setelah terjadinya
Perang Dunia II yang dianggap sebagai genosida dan banyak tokoh kunci perang ini yang dituduh
melakukan kejahatan perang (Wikipedia, 2013). Hal ini karena terjadi pembunuhan besar-besaran
terhadap etnis lain oleh Serbia.

Yugoslavia merupakan salah satu negara komunis yang makmur pada masanya. Ketenaran Yugoslavia
memuncak ketika Yugoslavia dipimpin Josip Broz Tito yang berkuasa selama 40 tahun. Namun, tahun
1990-an adalah era yang paling pahit bagi Yugoslavia, dimana pada era itu terjadi pertarungan berdarah
dan berbau agama serta etnis yang mengorbankan banyak nyawa manusia. Hal ini diakibatkan tidak
adanya tokoh kharismatik seperti Tito yang mampu memimpin Yugoslavia. Pada akhirnya Kroasia,
Slovenia, Herzegovina dan Makedonia memisahkan diri. Yang tersisa sebagai negara Yugoslavia hanya
Montenegro dan Serbia (Susilo, 2009:111). Pemisahan itu mengakibatkan Yugoslavia hanya tinggal
tersisa wilayah Serbia dan Montenegro saja. Dua kawasan itu masih bersatu sejak 2003 hingga 2006 dan
pusatnya ada di Beograd. Urusan pertahanan, kebijakan luar negeri, hubungan ekonomi internasional,
dan hak asasi manusia (HAM) ditangani bersama, sedangkan urusan sehari-hari ditangani secara
terpisah (Susilo, 2009:111). Hal ini layaknya negara-negara federasi yang memiliki kewenangan
mengurusi negara bagiannya sendiri dalam bidang-bidang tertentu.

Terbentuknya negara Yugoslavia pada awalnya lebih disebabkan oleh banyaknya persoalan yang tidak
bisa diselesaikan. Misalnya, masalah multinasional, struktural dan upaya demokratisasi Kerajaan Serbia-
Kroasia. Untuk mengatasi itu, Raja Alexander menyetujui terbentuknya negara Yugoslavia tersebut
(Susilo, 2009:111). Hal ini dimaksudkan untuk meredam persoalan-persoalan yang terjadi.

Pembagian entitas politik Bosnia-Herzegovina terpecah-belah pada 1991 setelah runtuhnya rezim-rezim
komunis di Eropa Timur. Mengikuti contoh Kroasia dan Slovenia yang telah merdeka sebelumnya, pada
Maret 1992 Bosnia-Herzegovina menyatakan kemerdekaannya melalui referendum yang diikuti oleh
masyarakat muslim dan Kroasia-Bosnia. Hal tersebut ditentang oleh penduduk Serbia yang ingin
menguasai seluruh wilayah eks Yugoslavia (Susilo, 2009:111). Karena keinginan dari pihak Serbia inilah
yang mengakibatkan konflik-konflik yang terjadi semakin memuncak dan akhirnya muncul pembersihan
etnis muslim dan Kroasia-Bosnia.

Di bawah pimpinan Radovan Karadzic, orang-orang Serbia di Bosnia memproklamasikan Republik Srpska.
Dengan bantuan pasukan federal Jenderal Ratko Maldic, orang-orang Serbia-Bosnia menguasai 70
persen wilayah negeri itu. Dalam konflik ini, etnis Serbia, yag menjadi masyarakat mayoritas, berusaha
melenyapkan etnis Muslim dan Kroasia. Terjadilah pembantaian terbesar dalam sejarah yang jumlah
korbannya tidak kalah banyak dengan Perang Dunia (Susilo, 2009:111).

Pembunuhan, penyiksaan, dan pemerkosaan oleh kaum Serbia kemudian menyebabkan pemimpin-
pemimpin Serbia dituduh sebagai penjahat perang oleh PBB. Akhirnya, setelah perang berdarah yang
berlarut-larut, perdamaian di antara ketiga kelompok tersebut berhasil dipaksakan oleh NATO. Sesuai
dengan Kesepakatan Dayton 1995, keutuhan wilayah Bosnia-Herzegovina ditegakkan, namun negara
tersebut dibagi dalam dua bagian yakni 51 persen wilayah gabungan Muslim-Kroasia (Federasi Bosnia
dan Herzegovina) dan 49 persen Serbia (Republik Srpska) (Susilo, 2009:112).

Kemelut Konflik Di Negara Bosnia-Herzegovina

Konflik di Bosnia bermula dari kemelut politik di bekas negara Yugoslavia pada tahun akhir 1980-an dan
awal 1990-an yang berujung pada pecahnya beberapa negara anggota federasi Yugoslavia, mengikuti
pecahnya Uni Soviet. Kroasia, Slovenia, Makedonia, dan Bosnia-Herzegovina memerdekakan diri pada
1991-1992, dilanjutkan dengan berpisahnya Montenegro pada 2006 dan Kosovo pada 2008. Akan tetapi,
deklarasi kemerdekaan Bosnia tidak berjalan mulus, meskipun dunia internasional (PBB dan USA)
mengakui kemerdekaan Bosnia-Herzegovina, namun di dalam negeri kemelut baru telah lahir (Susilo,
2009:112). Kemelut permasalahan di dalam negeri itu bersumber pada permasalahan etnis yang ada.

Etnis Bosnia dan Kroasia bersepakat atas kemerdekaan Bosnia, namun tidak bagi etnis Serbia. Etnis
Serbia di Bosnia melalui politisinya memboikot referendum kemerdekaan bahkan meluncurkan
serangan militer ke Sarajevo ibu kota Bosnia-Herzegovina pada tahun 1992. Pemimpin Serbia di Bosnia
kemudian mendirikan Republik Srpska dan membangun tentaranya dengan dukungan penuh dari
federasi Yugoslavia (Serbia) (Susilo, 2009:113). Federasi Yugoslavia yang ada saat itu adalah gabungan
dari negara-negara yang masih tersisa yakni Serbia dan Montenegro. Federasi Yugoslavia tersebut
mendukung etnis Serbia di Bosnia.

Puncak kekejaman Serbia di Bosnia adalah apa yang disebut sebagai pembantaian di Srebrenica pada Juli
1959 (Srebrenica Massacre). Tentara Bosnia yang memang sejak awal amat lemah dibanding kekuatan
militer Yugoslavia-Serbia, didukung oleh pasifnya dukungan pasukan PBB di Srebrenica, memudahkan
tentara Serbia di Bosnia (tentara Republik Srpska) merangsek masuk ke Srebrenica di bawah pimpinan
Jenderal Ratko Mladic. Turut bergabung dalam serangan tersebut para militer (milisi) Serbia yang
menggunakan nama Scorpions. Dalam serangan selama kurang lebih sepekan, sekitar 8.700 jiwa tewas,
baik tentara maupun masyarakat sipil (bayi, anak-anak, kaum perempuan, dan laki-laki dewasa yang
tidak ikut berperang).

Tidak hanya pembantaian, dalam pembersihan etnis ini juga terjadi pemerkosaan dan penganiyaan yang
luar biasa kejam. Serangan balasan dari NATO pada tentara Republik Srpska pada Agustus 1995,
dilanjutkan dengan Perjanjian Dayton pada Desember 1995 dan akhirnya menghentikan konflik Bosnia.
Hingga perjanjian ditandatangani oleh presiden dari tiga negara (Bosnia dan Herzegovina, Kroasia, dan
Serbia) jumlah total korban tewas sekitar 110.000 jiwa dan 1.8 juta jiwa terpaksa menjadi pengungsi
(Susilo,2009:114). Hal inilah yang memunculkan keprihatinan dari berbagai kalangan yang
berperikemanusiaan dan menginginkan kedamaian.

Kondisi Negara-Negara Eks Yugoslavia Pasca Konflik

Saat ini negara-negara tersebut mulai menghirup perdamaian dan ketiga belah pihak berusaha
membangun saling percaya. Akan tetapi, memang perlu waktu lama untuk menghapuskan permusuhan
berabad-abad itu. Salah satu hal yang diusahakan untuk membangun saling percaya tersebut adalah
mengadili para penjahat perang. Mantan Presiden Republik Srpska Ravadon Karadzic berhasil ditangkap
pada 21 Juli 2008, sementara mantan Panglima Tentara Federal Jenderal Ratko Mladic belum
tertangkap. Dan kini negara Yugoslavia telah tidak ada karena dunia internasional tidak mengakuinya
sebagai negara merdeka. Akhirnya Serbia mendirikan nama negaranya dengan nama Serbia yang sampai
kini diakui oleh dunia internasional sejak 2003 sebagai negara merdeka. Sehingga kini Kroasia, Slovenia,
Bosnia-Herzegovina dan Serbia adalah negara merdeka yang berdiri sendiri.

Dampak Dari Konflik Etnis di Yugoslavia

Konflik etnis yang terjadi di Yugoslavia menimbulkan dampak-dampak yang tidak kecil. Dampak
tersebut berupa korban jiwa, materiil dan psikis bagi masyarakat Yugoslavia. Dengan adanya konflik
etnis tersebut, mereka sempat merasakan kecemasan dan juga ketakuatan. Dampak-dampak dari
konlfik etnis Yugoslavia tersebut antara lain:

1. Dalam bidang politik

Sepeninggal dari Josep Broz Tito, kehidupan politik dan Negara seakan kehilangan arah. Kemudian, di
pimpin secara kolektif oleh suatu badan Presidensi yang berjumlah delapan orang dan partai yang juga
dipimpin oleh presdium beranggotakan 24 orang. Namun praktek pengambilan keputusan sering
berbenturan satu sama lain, sesuai dengan kepentingan masing-masing dan memperdalam perpecahan.
Perkembangan ini membawa pada jurang perpecahan Yugoslavia pada 1991-an. Kejadian ini mulai
memuncak ketika Slovenia dan Kroasia memproklamirkan kemerdekaannya pada 25 Juni 1991. Kedua
negara ini membentuk angkatan bersenjata dan menentukan batas negaranya secara sepihak.
2. Timbulnya korban jiwa

Konflik yang terjadi dibekas negara Yugoslavia membawa korban yang banyak. Terutama pada saat
terjadinya pembersihan etnis muslim dan Kroasia-Bosnia oleh bangsa Serbia. Dan juga konflik di negara-
negara bekas Yugoslavia ini bisa dikataan sebagai pembunuhan dan pembantaian paling kejam yang
pernah dilakukan seytelah perang dunia kedua. Hal ini karena jumlah korban yang berjatuhan banyak
dan diperkirakan sekitar 110.000 jiwa dan 1,8 juta jiwa menjadi pengungsi (Susilo,2009:114).

3. Disintegrasi Yugoslavia

Konflik etnis ternyata membawa dampak yang cukup berpengaruh terhadap kehidupan bernegara dan
berbangsa dari negara-negara bekas Yugoslavia. Adanya konflik ini menimbulkan munculnya negara-
negara merdeka pecahan dari Yugoslavia, anatara lain Serbia, Kroasia, Slovenia, Bosnia-Herzegovina.

Kamis, 18 Juni 2015

C. KISAH PERANG SAUDARA VIETNAM SELATAN DAN VIETNAM UTARA

Pendahuluan

Vietnam yang merupakan salah satu negara anggota ASEAN yang termuda, saat ini sudah berkembang
menjadi salah satu negara yang maju khususnya dalam sektor pariwisata. Ketika menyebut negara
Vietnam, pasti yang terlintas di benak kita adalah sebuah negara yang menjadi tempat pertempuran
yang besar antara tentara Amerika dan pihak Komunis Vietnam Selatan. Perang Vietnam merupakan
perang terpanjang dalam sejarah Amerika karena berlangsung selama 12 tahun, 2 bulan dan 29 hari.
Perang Vietnam secara resmi dimulai 8 Maret 1965.

Perang Vietnam merupakan salah satu dari beberapa konflik semasa Perang Dingin antara Amerika
Serikat dan sekutunya menentang Uni Soviet dan sekutunya. Perang seperti ini disebut sebagai Perang
Proksi karena Amerika Serikat dan Uni Soviet sendiri tidak pernah bersemuka secara terang-terangan di
medan pertempuran karena khawatir akan meletuskan perang nuklir. Dua kubu yang saling berperang
adalah Republik Vietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara). Perang
Vietnam atau Perang Indochina Kedua adalah perang yang terjadi antara tahun 1957 sampai dengan
1975 di Vietnam. Perang ini merupakan bagian dari Perang Dingin. Dalam perang tersebut Vietnam
Selatan didukung oleh negara Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan
Filipina, sedangkan Vietnam Utara yang merupakan negara komunis didukung oleh USSR / Uni Soviet
dan China.

Perang Dingin (1947–1991) adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan
kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut blok barat ) dan Uni Soviet (beserta
sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di
berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan
teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang
ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri
diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk
menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut.

Jatuhnya Vietnam ke dalam kekuasaan komunis memungkinkan negara-negara di Asia Tenggara jatuh ke
kuasaan komunis. Perjanjian Jenewa merupakan upaya untuk mengakhiri konflik antara kaum komunis
dan non komunis yang membagiVietnam menjadi 2 yaitu Vietnam Utara dan Selatan. Tetapi upaya ini
tidak membuahkan hasil dan tidak mendatangkan kepuasan untuk mengakhiri konflik yang saling
bertentangan di Vietnam. Pertentangan tersebut menyebabkan keterlibatan campur tangan pihak asing.
Vietnam Utara sebagai negara komunis mendapat bantuan dan pengaruh dari Cina dan Uni Soviet
sementara Vietnam Selatan sebagai negara demokrasi mendapat bantuan dari Amerika Serikat.

Demikian juga banyak yang dapat kita ambil hikmah-hikmah dari beberapa peperangan yang terjadi
diberbagai belahan dunia. Bukan hanya dari Vietnam selatan dan Vietnam utara yang pernah berseteru
melainkan masih banyak lagi yang telah mengalami hal yang sama.

Adapun rumusan masalah yang penulis paparkan dalam pembahasan yaitu:

1. Bagaimana awal konflik perang saudara antara Vietnam selatan dan Vietnam utara terjadi ?
2. Apa yang menyebabkan Negara besar Amerika Serikat dan Uni Soviet ikut campur dalam perang
saudara Vietnam Selatan dan Vietnam Utara ?
3. Bagaimana akhir dari perang saudara antara Vietnam Selatan dan Vietnam Utara ?
Pembahasan
1. Awal Konflik Perang Saudara Antara Vietnam Selatan Dan Vietnam Utara Terjadi

Vietnam dijajah oleh Tiongkok sejak tahun 110 SM sampai mencapai kemerdekaan pada tahun 938.
Setelah bebas dari belenggu penjajahan Tiongkok, Vietnam selalu menentang dan mengecam serangan
pihak asing.

Kemerdekaan Vietnam berakhir pada pertengahan abad 19 AD (Setelah Masehi), ketika Vietnam
dikolonialisasikan oleh Kerajaan Perancis. Pemerintahan Perancis menanamkan perubahan signifikan
dalam bidang politik dan kebudayaan pada masyarakat Vietnam. Sistem pendidikan modern gaya Barat
dikembangkan dan agama Kristen diperkenalkan kepada masyarakat Vietnam. Pengembangan ekonomi
perkebunan untuk mempromosikan ekspor tembakau, nila (indigo), teh dan kopi, Perancis mengabaikan
permintaan akan pemerintahan sendiri (self-government) dan hak-hak sipil yang terus meningkat.
Sebuah pergerakan politik nasionalis dengan cepat muncul, dan pemimpin muda Ho Chi Minh
memimpin permintaan akan kemerdekaan kepada League of Nations (Liga Bangsa-Bangsa) Perancis
menguasaiVietnam setelah melakukan beberapa perang kolonial di Indochina mulai dari tahun 1840-an.
Ekspansi kekuasaan Perancis disebabkan keinginan untuk menyaingi kebangkitan Britania Raya dan
kebutuhan untuk mendapatkan hasil bumi seperti rempah-rempah untuk menggerakkan industri
di Perancis untuk menyaingi penguasaan industri Britania Raya.

Semasa pemerintahan Perancis, golongan rakyat Vietnam dibakar semangatnasionalisme dan


ingin kemerdekaan dari Perancis. Beberapa pemberontakan dilakukan oleh banyak kelompok-
kelompok nasionalis, tetapi usaha mereka gagal. Pada tahun 1919, semasa Perjanjian
Versailles dirundingkan, Ho Chi Minh meminta untuk bersama-sama membuat perundingan
agar Vietnam dapat merdeka. Permintaan tersebut ditolak dan Vietnam beserta seluruh Indochina terus
menjadi jajahan Perancis.

Kelompok Viet Minh akhirnya mendapat dukungan populer dan berhasil


mengusir Perancis dari Vietnam. Selama Perang Dunia II, Vietnam dikuasai olehJepang. Pemerintah
Perancis Vichy bekerjasama dengan Jepang yang mengantar tentara ke Indochina sebagai pasukan yang
berkuasa secara de facto di kawasan tersebut. Pemerintah Perancis Vichy tetap menjalankan
pemerintahan seperti biasa sampai tahun 1944 ketika Perancis Vichy jatuh setelah tentara sekutu
menaklukanPerancis dan jendral Charles de Gaulle diangkat sebagai pemimpin Perancis. Perancis
memelihara dominasi kontrol terhadap koloni-koloninya hingga Perang Dunia II, ketika perang Jepang
di Pasifik memicu penyerbuan ke Indochina. Sumber daya alam Vietnam dieksploitasi untuk kepentingan
kampanye militer Jepang ke Burma,Semenanjung Malay dan India. Pada tahun terkahir perang,
pemberontakan nasionalis berpasukan muncul di bawah Ho Chi Minh, melakukan kemerdekaan dan
komunisme. Menyusul kekalahan Jepang, pasukan nasionalis melawan pasukan kolonial Perancis pada
Perang Indochina Pertama yang dimulai pada tahun 1945 hingga 1954. Perancis mengalami kekalahan
besar pada Pertempuran Dien Bien Phu dan dalam waktu singkat setelah itu ditarik dari Vietnam.

Setelah pemerintah Perancis Vichy tumbang, pemerintah Jepang menggalakkan kebangkitan pergerakan
nasionalis di kalangan rakyat Vietnam. Pada akhir Perang Dunia II, Vietnam diberikan kemerdekaan oleh
pihak Jepang. Ho Chí Minh kembali ke Vietnam untuk membebaskan negaranya agar tidak dijajah oleh
kekuasaan asing. Ia menerima bantuan kelompok OSS (yang akan berubah menjadi CIA nantinya).

Pada akhir Perang Dunia II, pergerakan Viet Minh di bawah pimpinan Ho Chí Minh berhasil
membebaskan Vietnam dari tangan penjajah, tetapi keberhasilan itu hanya untuk masa yang singkat
saja. Pihak Jepang menangkap pemerintah Perancis dan memberikan Vietnam satu bentuk
“kemerdekaan” sebagai sebagian dari rancangan Jepang untuk "membebaskan" bumi Asia dari
penjajahan barat. Banyak bangunan diserahkan kepada kelompok-kelompok nasionalis. Negara-negara
yang berperang dalam Perang Vietnam membagi Vietnam pada 17th parallel menjadiVietnam Utara dan
Vietnam Selatan sesuai Perjanjian Geneva (Geneva Accords).

2. Penyebabkan Negara Besar Amerika Serikat Dan Uni Soviet Ikut Campur Dalam Perang Saudara
Vietnam Selatan Dan Vietnam Utara

Keberpihakan as terhadap perancis Ho Chi Minh mengharapkan bantuan Amerika untuk bisa lepas dari
Perancis dan menegaskan bahwa dirinya bukan Komunis. Ho Chi Minh mengharapkan negara Amerika
Serikat akan menyokong negara baru di Vietnam, walaupun negara baru itu sebuah negara di bawah
pengaruh Komunis. Harapan beliau Amerika Serikat akan mengkotakan ucapan-ucapan Franklin D.
Roosevelt yang menentang kolonialisme Eropa selepas Perang Dunia II. Franklin D. Roosevelt ingin agar
rakyat negara-negara Dunia Ketiga menentukan nasib mereka sendiri. Ho Chi Minh pun mengirimkan
surat terpisah kepada dua belas petinggi gedung putih dan juga ke komisi luar negeri senat AS agar
mereka memahami atau memberi dukungan moral untuk menyuarakan perjuangannya lepas dari
kolonialisme Perancis. Namun AS tidak membaca suratnya dan menolak permintaan bantuannya dan
justru melibatkan diri di Vietnam dengan membantu Perancis.

Di bawah pimpinan Harry S. Truman, Amerika Serikat tidak membantah Perancis menduduki semula
tanah-tanah jajahannya, termasuk Vietnam, selepas tamat perang. Amerika bahkan menawarkan ke
pihak prancis dua bom atom, yang dengan penuh maaf ditolak oleh Perancis. Setelah gagal
mendapatkan bantuan dari Amerika, akhirnya Ho Chi Minh berpaling mencari bantuan ke pihak Komunis
(Uni Soviet dan Cina).

Ho Chi Minh berhasil mengalahkan lawannya dalam pertempuran di Dien Bien Phu, 7 Mei 1954 dengan
kemenangan telak. Setelah kemenangan tersebut, diadakan perundingan di Jenewa antara pihak Viet
Minh dan Perancis, dan mereka menandatangani beberapa kesepakatan. Kesepakatan penting dalam
perjanjian tersebut membagi Vietnam untuk sementara waktu menjadi 2 dengan garis lintang 17 derajat
sebagai batas.

Orang-orang Komunis di bawah Ho Chi Minh mendapatkan mendapatkan bagian utara, sedangakan
rezim Bao Dai diberi wilayah selatan. Dalam perundingan tersebut juga disepakati tentang
penyelenggaraan pemilu akan diselenggarakan dua tahun lagi untuk menyatukan kembali Negara
tersebut. Amerika serikat menentang penyelenggaraan pemilu nasional karena khawatir Ho Chi Minh
akan keluar sebagai pemenang. Oleh karena itu, AS menolak untuk menandatangani persetujuan
Jenewa. Bagi Amerika, jika pemilu nasional diadakan bulan 1956 dan jika Viet Minh tidak berkeberatan
hampir bisa akan menang. Itulah mengapa AS berusaha membekengi Vietnam selatan untuk menolak
pemilu tersebut. Semua orang yang memahami masalah indocina selalu mengatakan bahwa jika pemilu
diselenggarakan di masa perjuangan, kemungkinan 80 persen penduduk akan lebih memilih Ho Chi Minh
sebagai pemimpin mereka.

Dalam usahanya mengalahkan Ho Chi Minh, CIA menempatkan Ngo Dhin Diem yang fasistik untuk
menguasai bagian selatan. CIA pun menyebarkan propaganda buruk tentang Ho Chi Minh. Menakut-
nakuti orang selatan bahwa Ho sedang mengerahkan orang-orang utara untuk menyerbu ke selatan.
Informasi seperti ini diharapkan dapat turut memunculkan dorongan dari warga Amerika agar Amerika
secepatnya melakukan tindakan terhadap Ho.

Pihak Komunis memang bersiap sedia untuk menyerang Vietnam Selatan, sejak sebelum Perjanjian
Geneva ditandatangani. Persiapan ini dibuat sekiranya penyatuan tidak dapat dicapai melalui
kemenangan dalam pilihanraya. Ho Chi Minh memerintahkan beribu-ribu orang agen Komunis untuk
menyusup masuk ke Vietnam Selatan, dan menyediakan tempat tersembunyi untuk simpanan senjata.

Taktik CIA selanjutnya, yakni pada tahun 1954, CIA memanaskan situasi dengan menjalankan Operasi
Phoenix sehingga pemilu nasional yang direncanakan berlangsung pada tahun 1956, sesuai dengan
persetujuan Jenewa, gagal dilaksanakan. Terdapat 2 pelanggaran terhadap persetujuan Jenewa yang
dilakukan oleh pihak selatan. Yang pertama, Ngo Dhin Diem, dibawah perlindungan AS melakukan
pelanggaran terhadap persetujuan jenewa dengan menolak berpartisipasi pada pemilu nasional itu. Uni
Soviet mengusulkan pemisahan permanen antara Vietnam utara dan Vietnam selatan, menjadi dua
Negara yang diakui oleh PBB. Usul ini ditolak oleh AS yang tidak mau mengakui Vietnam yang Komunis.
Pada akhirnya diadakan pemilu, namun hanya diadakan di Selatan dan peristiwa ini menandai
terbentuknya Republik Vietnam (dikenal luas dengan nama Vietnam Selatan) dengan Ngo Dhin Diem
sebagai presiden pertamanya. Pelanggaran yang ke dua terhadap persetujuan Jenewa dilakukan secara
langsung oleh AS dengan mengirimkan penasehat-penasehat militernya untuk melatih tentara Republik
Vietnam.

3. Akhir Dari Perang Saudara Antara Vietnam Selatan Dan Vietnam Utara

Sejarah pernah mencatat bahwa Amerika pernah menelan kekalahan telak saat perang Vietnam/Viet
Chong/IndoChina kedua. Bermula pada tahun 1957, secara perlahan Amerika mengirim pasukan sedikit
demi sedikit untuk membantu Vietnam yang saat itu masih dijajah Perancis. Dan puncaknya pada tahun
1965 ketika terjadi perpecahan antara kubu Republik Vietnam (Selatan) dan kubu Demokratik Vietnam
(Utara), dalam hal ini sebenernya adalah perang saudara di Vietnam, tapi lama-lama pihak di kubu Utara
yang merasa dirugikan karena keikut campur tanganan Amerika, kubu Utara memutuskan untuk
meminta permohonan bantuan kepada USSR (Uni Soviet, sekarang Rusia). Dan disitulah awal dari
perang antara 2 negara Adikuasa antara Amerika dan Uni Soviet. Perang yang mempertaruhkan Politis,
Ideologi, dan juga kehormatan bangsa sebagai Negara Adikuasa. Kubu Selatan yang di sertai sekutu
Amerika, Australia, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan Filipina, mulai berperang dengan kubu
Utara yang disekutui oleh Uni Soviet, China, dan Korea Utara.

Saat pada klimaksnya di tahun 1968 pihak dari Kubu Selatan yang berkekuatan 1.200.000 Pasukan
Militer mulai menggempur Kubu Utara yang hanya berkekuatan 520.000 Pasukan Militer, tapi dalam hal
ini pasukan dari Kubu Selatan yang berusaha menyerang kearah utara sedikit terkejut terutama untuk
pasukan sekutu karena mereka harus melewati Hutan buas yang berlumpur, juga rawa-rawa yang penuh
Buaya, Ular, dan binatang buas air lainnya, dan juga medan pegunungan yang sama sekali tidak mereka
kuasai. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Kubu Utara untuk mengepung dan membantai habis-habisan
pasukan Kubu Selatan dan sekutunya.

Banyak pasukan dari Kubu Selatan yang tewas, terluka, atau menjadi tahanan dari pasukan Kubu Utara.
Sebagian besar pasukan yang tewas, terluka, ataupun ditahan adalah Pasukan Militer Amerika. Selama 5
tahun pasukan dari Kubu Selatan yang terus menerus menelan kekalahan dan kehilangan banyak
prajurit akhirnya menyerah. Dan pada 27-Februari-1973 dengan menyerahnya Amerika, maka di
sepakatilah perjanjian damai.

Hal ini membuat Amerika rugi besar secara materi dan korban jiwa, dan mereka juga kalah dalam hal
politis dan ideologi untuk ditanamkan di Vietnam. Setelah perang Vietnam berakhir, maka disetujuilah
pertemuan antara kedua kubu Vietnam yang berbeda visi, untuk bersatu membentuk sebuah Negara.
Walaupun ideology komunis dari Uni Soviet menjadi ideologi nasional, tapi sampai saat ini masih banyak
warga dari daerah Vietnam selatan yang tidak menggunakan Ideologi komunis tersebut dan sampai saat
ini masih berlangsung perlawanan dari sebagian warga Vietnam selatan.

Kesimpulan
Perang Vietnam, juga disebut Perang Indochina Kedua, adalah sebuah perangyang terjadi
antara 1957 dan 1975 di Vietnam. Perang ini merupakan bagian dari Perang Dinginantara dua kubu
ideologi besar, yakni Komunis dan Liberal.

Dua kubu yang saling berperang adalah Republik Vietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik
Vietnam (Vietnam Utara). Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand,Australia, Selandia
Baru dan Filipina bersekutu dengan Vietnam Selatan, sedangkan Uni Soviet dan Tiongkok mendukung
Vietnam Utara yang berideologi komunis. Jumlah korban yang meninggal diperkirakan lebih dari 280.000
jiwa di pihak Vietnam Selatan dan lebih dari 1.000.000 jiwa di pihak Vietnam Utara.

Perang ini mengakibatkan eksodus besar-besaran warga Vietnam ke negara lain, terutamanya Amerika
Serikat, Australia dan negara-negara Barat lainnya, sehingga di negara-negara tersebut bisa ditemukan
komunitas Vietnam yang cukup besar. Setelah berakhirnya perang ini, kedua Vietnam tersebut pun
bersatu pada tahun 1976.

Refrensi

Sudharmono. 2012. sejarah asia tenggara modern. yogyakarta : penerbit ombak

Rifan Syambodo.2011.Analisis Perang Vietnam. http://warofweekly.blogspot.com (8 november 2014)

Mustopo.Habib, dkk.2006. Sejarah 3 Program IPS. PT.Ghalia Indonesia.

D. POLITIK APARTHEID DI AFRIKA SELATAN

aerah Afrika selatan selain tanhnya subur dan juga memilki hasil penambangan emas. Daerah itu pada
awalnya dikuasai oleh bangsa Portugis, tetapi sejak abad ke-7 diambil alih oleh bangsa Belanda.Sejak itu
daerah Afrika selatan menjadi daerah koloni Belanda dan banyak orang-orang Belanda yang datang dan
menetap di daerah itu.Pada tahun 1812, Orang-orang Inggris juga datang juga datang ke daerah Afrika
Selatandan mendesak orang-orang Belanda (Boer).Setelah terjadi perang hebat (perang boer), bangsa
Belanda mengalami kekalahan, sehingga Afrika selatan dibagi menjadi 2 bagian yaitu Afrika selatan
bagian utara diduduki oleh bangsa boer dan Afrika Selatan bagian selatan diduduki oleh Inggris.Di bagian
selatan Inggris mendirikan negara Natal dan Cape Town, sedangkan di bagian selatan berdiri 2 buah
negara yaitu Oranye Vrijstaat dan Transvaal.
A. Perkembangan Masalah Politik Apartheid Di Afrika Selatan
Pada tahun 1910 Perang Boer kedua berakhir dan Inggris berhasil mempersatukan wilah Afrika Selatan
dalam satu Uni Afrika Selatan menjadi republik denagn presidennya Hendrik Verwoed. Verwoed yang
berhasil membuat kebijakan untuk memisahkan mayoritas orang kulit putih dan mayoritas kulit hitam
justru malah menimbulkan diskriminasi antara keduanya. Sebelum dilaksanakan Politik
Apartheidsebenarnya telah lama dilakukan hal-hal yang merupakan gejala Aparthei, antara lain :

1. Native Land Act (Undang-undang Pertanahan Pribumi) tahun 1913 yang melarang kulit hitam membeli
tanah di luar daerah yang sudah disediakan bagi mereka.
2. Undang-undang Imoraitas tahun 1927 yang melarang terjadinya perkawinan campuran antara kulit
putih dengan kulit hitam atau kulit berwarna lainnya.
Pengganti Verwoed adalah Pieter Botha pada tahun 1976 ia mengumumkan bahwa homeland-homeland
yang dibentuk dimaksudkan untuk menjadi negara bagian yang otonom. Namun siapa pun dapat
memahami dengan mudah bahwa Politik Apartheidyang mengadakan pemisah pembangunan daerah-
daerah pemukiman dimaksud untuk memecah belah persatuan dan kesatuan Afrika Selatan, sekaligus
mengamankan pemerintahan minoritas bangsa kulit putih di daerah itu.

Gambar : Peta Afrika Selatan


Orang-orang kulit hitam yang semula tidak mengerti bahwa kebijakan pemerintahannya, lambat laun
mengerti bahwa tujuan sebenarnya adalah diskriminasi rasial (perbedaan warna kulit). Oleh karena itu
mereka bangkit mengadakan perlawanan, tetapi pemerintaha Pieter Botha dengan kejam menumpas
setiap perlawanan yang terjadi. Banyak tokoh-tokoh kulit hitam yang dijebloskan dalam penjara, seperti
tokoh kharismatik Nelson Mandela yang terpaksa mendekam dalam penjara selama 27 tahun. Selain
perlawanan bersenjata, usaha-usaha mengakhiri Politik Apartheid juga dilakukan melalui perjuangan
politik. Partai-partai yang terkenal antara lain Partai Konggres (ANC) pimpinan Nelson Mandela dan
Inkatha Freedom Party pimpinan Mongosuthu Buthulesi. Salah seorang tokoh pergerakan Afrika Selatan
yang juga sangat terkenal adalah Uskup Agung Desmond Tutu.
Perjuangan rakyat Afrika Selatan yang tidak mengenal lelah akhir membawa hasil. Timbulnya gejala-
gejala ras diskriminasi orang-orang Belanda dari kaum kristen Kalvanis yang pertama datang ke Afrika
Selatan telah memandang penduduk pribumi kulit hitam dengan pandangan yang rendah. Penduduk
pribumi dianggap sebagai bangsa yang biadab, primitif dan dianggap sebagai keturunan putra-putra
Ham (anak kedua Nabi Nuh) yang dikutuk oleh Tuhan untuk jadi budak. Pandangan itu yang
menyebabkan terjadinya perbudakan atas bangsa kulit hitam oleh penduduk kulit putih.
Perbudakan di Afrika Selatan mengikuti usaha cari keuntungan yang besar dengan dibukanya tambang-
tambang intan dan emas. Dengan berlakunya sistem perbudakan, maka memudahkan diperoleh
pekerja-pekerja yang amat murah. Tempat tinggal mereka tidak boleh berbaur dengan tempat kulit
putih.Daerah untuk kulit hitam disediakan khusus yang jauh terpisah dan berpagar rapat. Untuk keluar
masuk pemukiman diwajibkan mempunyai surat pas. Dengan sistem itu, maka penguasaan atas
persediaan tenaga kerja akan terjamin.
Sampai pada abad ke-19 pemukiman kulit hitam masih bercampur dengan daerah kulit putih, tapi pada
permulaan abad ke-20 mereka digiring ke daerah pinggiran. Penduduk peranakan dan keturunan India
juga termasuk bangsa yang diusir dari kota.Sebuah perkampungan kulit hitam yang besar ialah
perkampungan Soweto di sekitar Johannesrburg. Sejauh mata memandang yang tampak hanya
kompleks pemukiman yang amat luas dengan rumah-rumah primitif yang kotor. Demikian pandang
Kennedy, senator Amerika Serikat yang mengunjungi Afrika Selatan. Rumah-rumah itu tidak disediakan
pemerintahan dengan cuma-cuma, tetapi ditarik sewa yang amat tinggi, sementara upah para buruh
amat rendah.
Pada tahun 1913 penguasa kulit putih mengeluarkan undang-undang pertanahan pribumi (Native Land
Act) yang melarang kulit hitam membeli tanah di luar daerah yang telah disediakan untuk mereka. Pada
tahun 1927 dikeluarkan kembali undang-undang Imoralitas yang melarang hubungan seks antara kulit
putih dan kulit hitam. Perkawinan campuran antara kulit putih dan kulit hitam atau kulit berwarna
lainnya dilarang keras.
Politik Apartheid dirancang oleh Hendrik Verwoed. Apartheid menurut bahasa resmi Afrika Selatan
adalah Aparte Ontwikkeling artinya perkembangan yang terpisah.
Memperhatikan makna dari arti Apartheid itu kedengarannya baik yaitu tiap golongan masyarakat, baik
golongan kulit putih maupun golongan kulit hitam harus sama-sama berkembang. Tapi perkembangan
itu didasarkan pada tingkatan sosial dalam masyarakat yang pada prakteknya menjurus pada pemisahan
warna kulit dan terjadinya penistaan dari kaum penguasa kulit putih terhadap rakyat kulit hitam.

Gambar : Hendrik Verwoerd


Verwoed menyusun rencana pembentukan homeland, yang disebut juga Batustan. Homeland
dilaksanakan dengan diadakannya pembagian kembali Afrika Selatan berdasarkan wilayah kesukuan.
Tiap orang kulit hitam Afrika Selatan diharuskan menjadi warga negara salah satu homeland atas dasar
tempat lahirnya. Untuk memantapkan proyek homeland dikeluarkan bantuan biaya untuk perangsang
termasuk perangsang untuk pemasukan modal dari luar untuk homeland. Kemajuan-kemajuan kecil
tampak dari proyek itu. Perkembangan Politik Apartheid di Afrika Selatan, Partai Nasional
memenangkan pemilihan umum dengan program Politik Apartheid. Kontak antara ras yang dapat
membahayakan kemurnian ras dibatasi.
Segregasi atau pemisahan dan perkembangan terpisah tidak hanya berlaku untuk golongan rasial yang
penting, tetapi juga untuk kelompok-kelompok yang lebih kecil.Kemenangan Partai Nasional bukan
suatu kebetulan, melainkan merupakan hasil situasi Afrika Selatan itu sendiri. Setelah berkuasa, Partai
Nasional bergerak secara sistematis untuk memperkuat kedudukannya dalam parlemen dan
memperluas kedudukannya di luar parlemen. Dalam rangka hak-hak politik golongan kulit hitam,
golongan kulit berwarna Asia yang telah terbatas dikurangi dan lambat laun dihapus. Di antara hak-hak
itu adalah sebagai berikut :

1. Pada tahun 1951 dikeluarkan Bantu Authorities Act yang menghapuskan DPR Pribumi dan sebagai
gantinya ditetapkan pembentukan pemerintahan suku.
2. Orang kulit hitam tidak boleh tinggal di daerah perkotaan kulit putih selama lebih dari 72 jam.
3. Pada tahun 1945 dikeluarkan Native Land Act yang melarang orang kulit hitam memiliki atau membeli
tanah di daerah perkotaan.
4. Segregasi pendidikan dilaksanakan dengan Bantu Educationa Act pada tahun 1953.
Dia antara proyek Bantustan yang dianggap berhasil di Afrika Selatan adalah pemberian kemerdekaan
kepada Transkei pada tanggal 26 Oktober 1976. Kemerdekaan ini disambut baik oleh rakyat dan
pemerintah Transkei, tetapi mendapat tanggapan negatif dari negara-negara lain, termasuk Amerika
Serikat dan Inggris.
B. Pergerakan Politik Afrika Selatan Dalam Menentang Politik Apartheid
Setelah partai nasional berkuasa di Afrika Selatan secara sistematis dilembagakan dan dituangkan dalam
undang-undang sehingga orang kulit putih menguasai rakyat pribumi dan secara berangsur-angsur
merampok dan mengurangi hak-haknya. Orang kulit hitam menolak klaim kulit putih bahwa secara
kodrat orang kulit putih memiliki keunggulan dan hak untuk memimpin. Dengan adanya orang-orang
kulit hitam menerima pendidikan Barat maka mereka mulai mengambil langkah-langkah membentuk
gerakan politik. South Afrika Native National Conference dan APO mengirimkan delegasinya ke London
untuk mengajukan protes, tetapi gagal. Sebagai reaksi, lahirlah South African National (SANC) pada
tahun 1912 kemudian namanya diubah menjadi ANC (African National Congress). Sasarannya terbatas
pada usaha agar golongan elit Afrika Selatan diterima secara sosial dan politik dalam masyarakat yang
dikuasai oleh orang kulit putih. Perjuangan mereka untuk mencapai sasaran adalah lewat jalan
konstitusional.
Gambar : African National Congress
Perjuangan ANC berubah setelah pemerintah Afrika Selatan mengeluarkan National Land Act yang isinya
:”orang kulit hitam dilarang membeli tanah atau hidup di wilayah orang kulit putih sebagai penyewa
atau penggarap bagi hasil”. Pada tahun 1919 – 1920, ANC melancarkan kampanye menentang
peraturan-peraturan kewajiban orang kulit hitam membawa pas. ANC mengalami kemunduran setelah
pemerintah Afrika Selatan mengambil tindakan keras dan tegas. Untuk sementara peranannya diambil
alih oleh ICU (Industrial and Commercial Union) yang didirikan pada tahun 1919. ANC memperluas
keanggotaannya dan akhirnya berkembang menjadi organisasi massa.
Pada tahun 1952, orang kulit hitam, kulit berwarna serta sejumlah orang kulit putih melancarkan suatu
perlawanan pasif. Situasi seperti ini terjadi pada tahun 1970 dan kejadian serupa sering terjadi dalam
perjuangan tanpa kekerasan yang dilakukan oleh ANC. Pada tahun 1955, kelompok-kelompok yang
menentang Politik Apartheidmengadakan pertemuan di Capetown untuk menggariskan dasar-dasar
bagi Afrika Selatan yang demokratis dan non rasial. Pada tahun 1956 sebanyak 156 orang pemimpin
ditangkap karena dituduh berkomplot akan menggulingkan pemerintah. Proses ini terjadi berlarut-larut
hingga akhirnya mereka dibebaskan pada tahun 1961. Sementara ANC kehilangan pemimpin-
pemimpinnya, sejumlah anggotanya memisahkan diri dan mendirikan Pan Africanist Congress (PAC).
Pada tahun 1960 PAC melancarkan kampanye anti kebijakan pemerintah. Dalam peristiwa itu sebanyak
69 orang tewas ditembak oleh polisi di Sharpeville. Gerakan ANC dan PAC akhirnya dilarang setelah
peristiwa itu.
Pembantaian di Sharpeville dan adanya larangan organisasi-organisasi politik di kalangan orang kulit
hitam merupakan titik balik dalam sejarah pembebasan Afrika Selatan. Akhirnya diputuskan bahwa
dengan jalan damai tidak bisa maka ditempuh jalan kekerasan. Pada tahun 1961 – 1962, aktivis orang
kulit hitam mendirikan organisasi Umkhonto We Sizwe dan Poso dengan mengadakan sabotase
terhadap milik orang kulit putih. Menjelang akhir tahun 1973, pemimpin-pemimpin Bantustan
mengadakan pertemuan untuk membentuk federasi negeri-negeri Bantu dan mengutuk diskriminasi
rasial di Afrika Selatan.
Pada tahun 1974, para pemuka federasi mengadakan pertemuan dengan PM Vorster. Pada pertemuan
itu, PM Vorster maupun federasi akan meminta tambahan wilayah bagi negara Bantu. PM Vorster
menolak usulan agar diselenggarakan suatu konvensi multirasial guna menyusun suatu konstitusi baru
dan dia tidak akan mengikutsertakan orang kulit hitam dalam kekuasaan negara. Tekanan-tekanan
semakin meningkat sejak bulan Juni 1976 ketika ±10.000 pelajar melancarkan demontrasi protes di
Soweto yang berkembang menjadi huru hara di kota-kota orang kulit hitam dekat Johanessburg dan
Pretoria. Ratusan orang tewas dan lebih seribu orang mengalami luka-luka. Terbunuhnya Steve Biko
pimpinan Black Consciousness dalam tahanan merupakan puncak tekanan pemerintah Afrika Selatan.
Pada tanggal 1 April 1960 Dewan Keamanan PBB (DK) berseru kepada Afrika Selatan agar mengambil
tindakan untuk mewujudkan harmoni rasialatas dasar persamaan dan melepaskan kebijaksanaan-
kebijaksanaan Apartheid dan diskriminasi rasial. Pada tanggal 7 Agustus 1963 DK mengulangi seruannya
sambil menghimbau kepada semua negara agar menghentikan penjualan senjata dan perlengkapan
militer kepada Afrika Selatan. Pada tanggal 4 Desember 1963, DK mengutuk sikap acuh tak acuh
pemerintah Afrika Selatan dan mengulangi kembali seruannya kepada semua negara agar menggunakan
embargo senjata.
Sehubungan dengan jatuhnya banyak korban ketika pasukan Afrika Selatan melepaskan tembakan
terhadap demonstran yang menentang diskriminasi sosial (16 Juni 1976) pada tanggal 14 Juni 1976 DK
mengutuk keras pemerintah Afrika Selatan. Mereka mengatakan bahwa Apartheid adalah suatu
kejahatan, mengganggu perdamaian dan keamanan international serta mengakui sahnya perjuangan
rakyat Afrika Selatan dalam melenyapkan Apartheid.
Sikap negara barat yang menjunjung tinggi persamaan hak dan kewajiban martabat semua orang tidak
setuju dengan diskriminasi rasial dan Politik Apartheid di Afrika Selatan, tetapi mereka tidak dapat
berbuat sesuatu karena mempunyai banyak kepentingan. Mereka hanya mendukung resolusi-resolusi
anti Apartheid. Kepentingan negara-negara Barat terhadap Afrika Selatan antara lain sebagai berikut :

• Afrika Selatan merupakan salah satu sumber utama bahan mentah yang dibutuhkan oleh industri dan
kehidupan negara-negara tersebut.
• Letak geografis Afrika Selatan mempunyai arti penting bagi strategi global negara-negara Barat,
khususnya USA.
• Afrika Selatan menguasai jalur pelayaran Tanjung Harapan yang merupakan urat nadi mereka.
• Suplai minyak dan bahan-bahan mentah vital diangkut lewat jalur tersebut.
B. Peran Nelson Mandela Dalam Penghapusan Rasialisme
Kemenangan Mandela adalah salah seorang dari banyak tokoh pejuang politik Afrika Selatan yang
sempat menyaksikan dan merasakan puncak dari perjuangannya yakni pembebasan kaum kulit hitam
Afrika Selatan dari penindasan kaum kulit putih. Kemenangannya dalam pemilihan demokratis dan
miltirasial pertama kali sepanjang 340 tahun sejarah Afrika Selatan pada bulan Mei 1994 membawa
perubahan besar bagi negeri itu. Nama Nelson Mandela mulai menanjak ketika ia terpilih menjadi
Sekjen ANC (African National Congress) pada tahun 1948 dan pada tahun 1952 menjadi Presiden Liga
Pemuda. Sejak itu Mandela lebih banyak memainkan peranannya secara rahasia. Pada tahun 1961
sebagai Sekretariss Jenderal ANC, Mandela mengomandokan pemogokan selama tiga hari 29 – 31 Mei
1961. seruan pemogokan itu ditanggapi oleh pemerintah Apartheid sebagai suatu pelanggaran serius.
Gambar : Nelson Mandela
Pada bulan Desember 1962, ia dijatuhi 5 tahun penjara, dengan tuduhan meninggalkan negara secara
ilegal. Mandela menjalani hukumannya di penjara Pretoria. Tidak beberapa lama tokoh-tokoh ANC
lainnya juga ditangkap di markas ANC. Pada saat itu disita pula sejumlah dokumen rahasia, menyangkut
ANC dan Tombak Bangsa. Mereka yang ditangkap yaitu Walter Sisulu, Govan Mbeki, Raymond Mhlaba,
Ahmed Akthrada, Dennis Golberg dan Lionel Bernstein. Mandela bersama-sama dengan keenam
rekannya diperiksa dengan tuduhan melakukan sabotase bersengkongkol untuk menumbangkan
pemerintah dan membantu unsur asing menyerang Afrika Selatan. Mereka akhirnya divonis dengan
hukuman seumur hidup pada tanggal 12 Juni 1964 dan harus mendekam dalam penjara di Pulai Roben
Cape Town. Pada tahun 1982 Mandela dipindahkan lagi ke penjara Pollsmor juga masih daerah Cape
Town.
Selama di penjara itulah kampanye pembebasannya dilancarkan, baik di Afrikan Selatan sendiri maupun
di luar Afrika Selatan. Aksi protes dan kampanye pembebasan Mandela semakin berkobar sejak tahun
1982, bahkan pada tahun 1988 ulang tahun ke-70 Nelson Mandela dirayakan oleh bangsa kulit hitam
Afrika Selatan dengan menggelar konser musik selama 120 jam non stop dan disiarkan ke-50 negara.
Akibat kampanye pembebasan tokoh ANC ini, makin banyak negara yang menekan
pemerintah Apartheid Afrika Selatan baik secara politik maupun ekonomi.
Kampanye pembebasan itu membuat Mandela menjadi tokoh tahanan politik paling populer di dunia.
Akibat tekanan yang bertubi-tubi pada bulan Juli 1989 Botha bertemu dengan presiden F.W. de Klerk
pengganti Botha. Dari pertemuan-pertemuan itu pada bulan Februari 1990, de Klerk mengumumkan di
depan parlemen bahwa pemerintahannya akan mencabut larangan bagi ANC, Partai Komunis Afrika
Selatan (SACP) dan Pan Africanist Congress (PAC) menyusul diakhirinya Politik Apartheid. Pada
kesempatan itu de Klerk juga mengisyaratkan bahwa Mandela akan segera dibebaskan. Pembebasan
tokoh kharismatik Afrika Selatan ini kemudian dilaksanakan sesuai dengan janjinya. Pada tanggal 11
Februari 1990 dari penjara Victor Verster, Mandela dibebaskan. Pembebasan itu sangat menarik
perhatian dunia dan disambut oleh ratusan wartawan baik dari dalam maupun luar negeri.
Sumber: http://pendidikan4sejarah.blogspot.com

E. UNI SOVIET ATAU UNI REPUBLIK SOSIALIS SOVIET, DISINGKAT URSS

Uni Soviet (bahasa Rusia: Сове́тский Сою́ з, Sovétskiĭ Soyúz) atau Uni Republik Sosialis Soviet,
disingkat URSS (bahasa Rusia: Сою́ з Сове́тских Социалисти́ческих Респу́блик, Soyúz Sovétskikh
Sotsialistícheskikh Respúblik; disingkat CCCP, SSSR), adalah negara sosialis yang pernah ada antara
tahun 1922-1991 di Eurasia.

Uni Soviet menganut sistem politik satu partai yang dipegang oleh Partai Komunis hingga 1990.
[1]
Walaupun Uni Soviet sebenarnya adalah suatu kesatuan politik dari beberapa republik Soviet dengan
ibu kota di Moskwa, nyatanya Uni Soviet menjelma menjadi negara yang pemerintahannya sangat
terpusat dan menerapkan sistem ekonomi terencana.

Revolusi Februari yang bergolak di Rusia pada tahun 1917 menyebabkan runtuhnya Kekaisaran Rusia.
Penerusnya, Pemerintahan Sementara Rusia, hanya bertahan hingga digulingkan melalui Revolusi
Oktober pada tahun yang sama. Setelah kaum Bolshevik menang dalam Perang Sipil Rusiapascarevolusi,
Uni Soviet didirikan pada tanggal 30 Desember 1922 dengan anggota RSFS Rusia, RSFS
Transkaukasia, RSS Ukraina, dan RSS Byelorusia.

Pasca-kematian pemimpin Soviet yang pertama, Vladimir Lenin, pada tahun1924, Josef Stalin menjadi
penggantinya setelah memenangkan perebutan kekuasaan[2] dan memimpin negara tersebut melewati
proses industrialisasibesar-besaran dengan sistem ekonomi terencana dan penindasan politik.[2][3]Dalam
suasana Perang Dunia II, pada bulan Juni 1941, Nazi Jerman dan sekutunya menyerang Uni Soviet
melalui Operasi Barbarossa walaupun sebelumnya kedua negara telah menandatangani Pakta Molotov–
Ribbentropyang berisi perjanjian untuk tidak saling menyerang. Setelah empat tahun berperang secara
besar-besaran, Uni Soviet muncul sebagai salah satu dari dua negara adidaya pemenang perang
selain Amerika Serikat.

Uni Soviet dan negara-negara satelitnya di Eropa Timur terlibat dalam Perang Dingin, yaitu perebutan
pengaruh ideologi dan politik global yang berkepanjangan melawan Amerika Serikat dan sekutu-
sekutunya di Blok Barat. Pada akhirnya, Uni Soviet mengalami kekalahan dalam hal ekonomi serta politik
dalam dan luar negeri.[4][5] Pada akhir tahun 1980-an, pemimpin Soviet yang terakhir, Mikhail Gorbachev,
mencoba merestrukturisasi negara yang dipimpinnya melalui kebijakan glasnost dan perestroika, tetapi
justru memicu perpecahan di Uni Soviet yang akhirnya secara resmi bubar pada tanggal 26
Desember 1991 setelah gagalnya percobaan kudeta pada bulanAgustus sebelumnya.[6] Hak dan
kewajiban negara ini kemudian dilanjutkan oleh Federasi Rusia.[7]

Pada masanya, Uni Soviet memiliki tiga perwakilan di PBB, yaitu Uni Soviet,Ukraina, dan Byelorusia.

Keadaan geografis
Pada masanya, Uni Soviet adalah negara terbesar di dunia, dengan luas 22.402.200 km2. Status negara
terbesar ini kemudian diteruskan oleh negara penggantinya, Federasi Rusia. Luas wilayahnya yang
meliputi seperenam daratan di muka bumi hampir sama luasnya dengan Amerika Utara. Seperempat
wilayah Uni Soviet berada di Eropa serta menjadi pusat ekonomi dan budaya. Wilayah bagian timurnya
di Asia yang jarang berpenduduk memanjang hingga Samudera Pasifik di sebelah timur dan Afganistan di
sebelah selatan. Uni Soviet membentang sepanjang lebih dari 10.000 km dari timur ke barat dan hampir
7.200 km dari utara ke selatan, melintasi sebelasdaerah waktu.

Uni Soviet juga mempunyai batas negara terpanjang di dunia dengan panjang lebih dari 60.000 km, dua
pertiganya adalah garis pantai Samudra Arktik. Uni Soviet berbatasan langsung
dengan Afganistan, Cekoslowakia, Finlandia,Hongaria, Iran, Korea
Utara, Mongolia, Norwegia, Polandia, Republik Rakyat Tiongkok, Rumania, dan Turki pada tahun 1949–
1991. Uni Soviet danAmerika Serikat dibatasi oleh Selat Bering.

Sungai terpanjang di Uni Soviet adalah Sungai Irtysh dan gunung tertingginya adalah Puncak
Komunisme di RSS Tajikistan yang berketinggian 7.495 m dari permukaan laut. Danau terbesar di
dunia, Laut Kaspia, sebagian besar terletak di wilayah Uni Soviet. Danau air tawar terbesar dan terdalam
di dunia,Danau Baikal, juga terletak di negara ini.

Terdapat lima daerah iklim di Uni Soviet, yaitu tundra, taiga, stepa, gurun, danpegunungan.

Demografi

Menurut sensus penduduk tahun 1989, populasi Uni Soviet terdiri atas 70% bangsa Slavia Timur,
12% Turki, dan sisanya penduduk minoritas dengan persentase masing-masing kurang dari 10%. Meski
mayoritas penduduk Uni Soviet menganut ateisme (60%), sebanyak 20% menganut agama Kristen
Ortodoks, 15% Islam, dan sisanya beberapa agama yang lain.[8]

Sejarah

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Uni Soviet

Masa awal

Tsar Rusia terakhir, Nikolai II, memerintah Kekaisaran Rusia hingga dipaksa mengundurkan diri pada
bulan Maret 1917 dalamRevolusi Rusia karena adanya polemik keikutsertaan Rusia dalam Perang Dunia
I. Selanjutnya, Pemerintahan Sementara Rusia mengambil alih kekuasaan hingga digulingkan oleh kaum
revolusioner melalui Revolusi Oktober pada tanggal 7 November 1917 yang dipimpin oleh
Pemimpin Bolshevik, Vladimir Lenin.

Uni Soviet secara resmi didirikan pada bulan Desember 1922 dengan anggota RSFS Rusia, RSS
Ukraina, RSS Byelorusia, dan RSFS Transkaukasia yang masing-masing dipimpin oleh
Partai Bolshevik setempat. Lenin ditunjuk sebagai Pemimpin Uni Soviet yang pertama. Walaupun Uni
Soviet didirikan sebagai federasi, sebutan "Soviet Rusia" – yang sebenarnya hanya berlaku bagi RSFS
Rusia – seringkali disalahgunakan untuk menyebut Uni Soviet secara keseluruhan oleh penulis dan
politisi non-Soviet.
Era Stalin

Lenin wafat pada tahun 1924 dan digantikan oleh Josef Stalin. Pada masanya, ia memodernisasi
pertanian dengan program kolektivisasi yang terkenal ganas dan mengakibatkan banyak rakyatnya mati
kelaparan, dibuang ke kamp-kamp konsentrasidi Siberia, atau ditembak mati oleh aparat pemerintah
(terutama NKVD). Stalin juga membunuh banyak orang yang dianggapnya sebagai pembangkang,
termasuk golongan militer. Pembersihan Besar-Besaran pada tahun 1937 adalah yang terburuk. Selain
itu, ia turut memprakarsai industrialisasi Uni Soviet meski lebih ditujukan untuk kepentingan militer.

Stalin dan Nikolai Yezhov, Kepala NKVD. Setelah Yezhov dieksekusi, sosok dirinya dihilangkan dari foto
ini.

Pada tahun 1939, Soviet menandatangani pakta non-agresi dengan Nazi Jerman yang memberi jalan
bagi Uni Soviet untuk mencaplok bagian timur Polandia, negara-negara Baltik, dan Bessarabia.
Pencaplokan Soviet atas Polandia diwarnai dengan adanyaPembantaian Katyn, pembunuhan massal
20.000 orang Polandia oleh NKVD. Walaupun demikian, isi pakta ini dilanggar oleh Nazi yang menyerang
Uni Soviet pada bulan Juni 1941. Setelah mengalami kekalahan demi kekalahan, Tentara Merahberhasil
menahan serbuan Nazi pada tahun 1943 dan akhirnya berhasil mengusir mereka dari Eropa Timur.
Daerah-daerah yang dulunya dikuasai Nazi, termasuksebagian Jerman, direbut oleh Soviet. Walaupun
lebih dari 20 juta rakyat Uni Soviet terbunuh dalam Perang Patriotik Raya, dunia mulai
memperhitungkan kekuatanangkatan bersenjata Soviet.

Pascaperang, Uni Soviet mengubah strategi pendudukannya di Eropa Timur, dari militer ke dominasi
politik dan ekonomi meskipun tentara Soviet tetap ditempatkan di negara-negara tersebut hingga
keruntuhannya kelak. Strateginya adalah menunjuk rezim pro-komunis setempat untuk memerintah
negara-negara tersebut di bawah pengawasan Moskwa. Selain itu, Soviet juga berusaha
mengembangkan pengaruhnya ke luar negeri, terutama ke beberapa negara tetangganya
seperti Finlandia dan Afganistan. Hal ini memicu reaksi negatif dari negara-negara Barat yang berakibat
dimulainya Perang Dingin. Dalam masa yang sama, Stalin berusaha membangun kembali ekonomi Soviet
yang porak poranda akibat perang sambil meneruskan kebijakan lamanya, yaitu membangun industri
berat dan militer serta menindas para pembangkang. Pada masa inilah, Uni Soviet mulai berkonfrontasi
dengan kekuatan Barat dengan mendukungKorea Utara dalam Perang Korea pada tahun 1950.
Era Khrushchev

Stalin meninggal pada tahun 1953 dan digantikan oleh Nikita Khrushchev. Pada masanya, ia mengubah
kebijakan Stalin yang tergolong kejam melalui proses destalinisasi dan berusaha memperbaiki hubungan
dengan negara-negara Barat. Meskipun demikian, konfrontasi dengan Barat tetap ada. Pada masa inilah
terjadi perlombaan angkasa dan senjata nuklir. Khrushchev dilengserkan dari jabatannya
sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis dan Kepala Negara Uni Soviet pada tahun 1964setelah Krisis
Rudal Kuba setahun sebelumnya yang nyaris memicu perang nuklir antara Uni Soviet dengan Amerika
Serikat.
Era Brezhnev

Leonid Brezhnev dan Jimmy Cartermenandatangani Traktat SALT II.

Setelah Khrushchev dilengserkan, Uni Soviet kembali dipimpin secara bersama-samaoleh Leonid
Brezhnev sebagai Sekretaris Jenderal, Alexei Kosygin sebagai Perdana Menteri, dan Nikolai
Podgorny sebagai Ketua Presidium hingga 1970 saat Brezhnev mengangkat dirinya sebagai pemimpin
tunggal. Pada tahun 1968, Uni Soviet dan negara-negara anggota Pakta
Warsawa menginvasi Cekoslowakia untuk mencegah meluasnya reformasi Musim Semi Praha.

Pada masanya, Brezhnev memulai politik détente yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan dengan
negara-negara Barat. Walaupun demikian, ia tetap berusaha mengembangkan pengaruh Soviet dengan
mendukung salah satu pihak yang pro-komunisme, sosialisme, atau anti-Barat dalam berbagai konflik
global dan perang saudara seperti mendukung negara-negara Arab dalam konflik melawan
Israel, Vietcong dan Tentara Rakyat Vietnam dalamPerang Vietnam yang juga didukung
oleh Tiongkok, MPLA di Angola, FRELIMO di Mozambik, SWAPO di Namibia, serta
pemerintahan Sandinista di Nikaragua. Selain itu, ia juga menghidupkan kembali beberapa kebijakan
Stalin yang bertumpu pada pembangunan industri berat dan militer.

Era Brezhnev juga dikenal sebagai "Masa Stagnasi" karena birokrasi Soviet yang kaku saat itu
menghalangi inovasi dan pembaruan dalam segala bidang, terutama bidang politik, ekonomi, dan
teknologi. Pada tahun 1980, pecah Perang Soviet-Afganistan yang mengakhiri
kebijakan détente sehingga membuat Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Jimmy Carter danRonald
Reagan memperbarui ketegangan dan melanjutkan perlombaan senjata.
Era Gorbachev

Setelah meninggal pada tahun 1982, kedudukan Brezhnev digantikan oleh Yuri Andropov dan Konstantin
Chernenko yang masing-masing meninggal saat menjabat pada tahun 1984 dan 1985. Pasca-kematian
Chernenko, Politbiro mengangkatMikhail Gorbachev sebagai Sekretaris Jenderal pada
bulan Maret 1985 yang menandai hadirnya generasi kepemimpinan yang baru. Di bawah Gorbachev
yang relatif masih muda, para teknokrat berorientasi pembaruan yang telah mengawali karier mereka
sejak masa kepemimpinan Khrushchev, dengan segera memperkuat kekuasaan di lingkungan Partai
Komunis, memberikan momentum baru untuk liberalisasi politik dan ekonomi, serta mengembangkan
hubungan yang lebih baik dengan Barat.

Pada saat Gorbachev memperkenalkan glasnost (keterbukaan politik), perestroika (restrukturisasi


ekonomi), dan uskoreniye(percepatan pembangunan ekonomi), perekonomian Uni Soviet mengalami
inflasi tersembunyi yang diperparah oleh maraknya pasar gelap. Selain itu, biaya yang harus dikeluarkan
sebagai negara adidaya dalam bidang militer, spionase, dan bantuan bagi negara-negara sahabat, telah
banyak membebani perekonomian Uni Soviet. Gelombang baru industrialisasi yang didasarkan
pada teknologi informasi membuat Uni Soviet kelabakan mengadopsi teknologi Barat dan mencari kredit
untuk mengatasi keterbelakangannya.

Undang-Undang Koperasi yang diberlakukan pada bulan Mei 1988 merupakan salah satu kejutan dalam
agenda pembaruan ekonomi Gorbachev. Untuk pertama kalinya sejak Kebijakan Ekonomi Baru yang
digagas oleh Lenin, negara mengizinkan kepemilikan pribadi perusahaan dalam bidang jasa, manufaktur,
dan perdagangan luar negeri.

Glasnost memberi kebebasan berbicara dan berpendapat secara lebih besar. Kebebasan pers mulai
diterapkan serta ribuantahanan politik dibebaskan dari kamp-kamp kerja paksa. Tujuan utama
Gorbachev mengadakan glasnost adalah untuk menekan kaum konservatif yang menentang kebijakan
restrukturisasi ekonominya. Melalui berbagai keterbukaan, debat, dan partisipasinya, Gorbachev
berharap rakyat Soviet akan mendukung setiap langkah pembaruannya.

Pada bulan Januari 1987, Gorbachev menyerukan demokratisasi dengan memperkenalkan unsur-unsur
demokrasi seperti pemilihan umum dengan banyak calon dalam dinamika politik Uni Soviet. Pada
bulan Juni 1988, dalam Kongres Partai Komunis Uni Soviet XIX, Gorbachev menggulirkan pembaruan-
pembaruan radikal yang dimaksudkan untuk mengurangi kendali Partai Komunis terhadap aparat
pemerintah. Pada bulan Desember 1988, Majelis Agung Uni Soviet menyetujui pembentukan Kongres
Perwakilan Rakyat yang sebelumnya telah ditetapkan dalam amendemen Konstitusi Soviet 1977sebagai
badan legislatif yang baru. Pemilihan umum anggota kongres diadakan di Uni Soviet pada
bulan Maret dan April1989. Pada tanggal 15 Maret 1990, Gorbachev terpilih sebagai Presiden Uni
Soviet yang pertama.
Krisis dan kejatuhan

Upaya Gorbachev untuk merampingkan sistem komunis memang membawa harapan, tetapi tidak dapat
dikendalikan sehingga mengakibatkan serangkaian peristiwa yang akhirnya ditutup dengan pembubaran
Uni Soviet. Kebijakan perestroika danglasnost yang mulanya dimaksudkan sebagai alat untuk
merangsang perekonomian Uni Soviet malah menimbulkan akibat-akibat yang tak diharapkan.

Penyensoran media yang tak lagi ketat akibat glasnost menyebabkan Partai Komunis tidak dapat
berbuat banyak saat media mulai menyingkap masalah-masalah sosial dan ekonomi yang telah lama
disangkal dan ditutup-tutupi oleh pemerintah. Masalah seperti perumahan yang buruk, alkoholisme,
penyalahgunaan obat-obatan, polusi, pabrik-pabrik yang sudah ketinggalan zaman sejak
masa Stalin dan Brezhnev, serta korupsi yang sebelumnya diabaikan oleh media resmi, kini
mendapatkan perhatian yang semakin besar. Laporan-laporan media juga menyingkap kejahatan yang
dilakukan oleh rezim Stalin seperti gulag dan Pembersihan Besar-Besaran. Selain itu, perang di
Afganistan dan kekeliruan penanganan Bencana Chernobyl semakin merusak citra pemerintah.
Keyakinan masyarakat terhadap sistem pemerintahan Soviet semakin melemah sehingga mengancam
integritas Uni Soviet.

Pertikaian antarnegara anggota Pakta Warsawa membuat Uni Soviet tidak mampu lagi mengandalkan
negara-negara satelitnya untuk melindungi perbatasannya. Pada tahun 1989, Doktrin
Brezhnev ditanggalkan dan kebijakan untuk tidak ikut campur urusan dalam negeri negara-negara
satelitnya di Eropa Timur dijadikan sebagai pengganti. Hal itu membuat pemerintahan di negara-negara
satelit Uni Soviet di Eropa Timur kehilangan jaminan bantuan dan intervensi Soviet apabila rakyatnya
memberontak. Pada akhirnya, pemerintahan berhaluan komunis
di Bulgaria, Cekoslowakia, Hongaria, Jerman Timur, Polandia, dan Rumania yang berkuasa sejak
akhir Perang Patriotik Raya runtuh.

Uni Soviet juga mulai mengalami pergolakan saat rakyat mulai merasakan akibat politik dari glasnost.
Meski sudah dilakukan berbagai upaya untuk meredamnya, ketidakstabilan di Eropa Timur mau tidak
mau menyebar ke negara-negara yang tergabung dalam Uni Republik Sosialis Soviet. Dalam pemilihan
umum untuk memilih anggota dewan regional di republik-republik Uni Soviet, kaum nasionalis dan
tokoh pembaruan radikal banyak yang terpilih.

Bangkitnya nasionalisme segera menghidupkan kembali ketegangan antaretnis di berbagai republik


Soviet yang semakin memperlemah cita-cita persatuan rakyat Soviet. Sebagai contoh, pada
bulan Februari 1988, pemerintah Nagorno-Karabakh,RSS Azerbaijan, yang didominasi oleh etnis
Armenia, meloloskan keputusan yang menyatakan penggabungan wilayahnya dengan RSS Armenia.
Kekerasan terhadap orang-orang Azerbaijan diliput dan ditayangkan oleh televisi Soviet sehingga
memicu adanya pembantaian terhadap orang-orang Armenia di Sumqayit. Ketegangan antaretnis ini
kelak akan menjadi cikal bakal radikalisme dan terorisme pasca-keruntuhan Uni Soviet.
Ketidakpuasan masyarakat terhadap situasi ekonomi semakin memburuk. Meski perestroika dianggap
berani dalam kontekssejarah Uni Soviet, upaya Gorbachev untuk melakukan pembaruan ekonomi tidak
begitu radikal dan dinilai terlambat untuk membangun kembali ekonomi negara yang sangat lesu pada
akhir tahun 1980-an. Berbagai terobosan dalam hal desentralisasi memang berhasil dicapai, tetapi
Gorbachev dan timnya sama sekali tidak merombak kebijakan-kebijakan ekonomi warisan Stalin seperti
pengendalian harga, mata uang rubel yang tidak dapat dipertukarkan, tidak diakuinya kepemilikan
pribadi, dan monopoli pemerintah atas sebagian besar sarana produksi.

Pada tahun 1990, pemerintah Uni Soviet praktis telah kehilangan seluruh kendalinya terhadap kondisi-
kondisi ekonomi. Pengeluaran pemerintah meroket karena perusahaan tak menguntungkan yang
memerlukan bantuan dari negara semakin bertambah, sedangkan subsidi harga-harga kebutuhan pokok
terus berlanjut. Perolehan pajak menurun, terutama karena adanya kampanye antialkohol dan
desentralisasi. Pemerintah pusat yang tidak dapat lagi membuat kebijakan produksi, khususnya dalam
industri pemenuhan kebutuhan pokok, menyebabkan lenyapnya rantai produsen dengan pemasok
sementara rantai yang baru belum terbentuk. Jadi, bukannya merampingkan sistem, program
desentralisasi Gorbachev justru menyebabkan kemacetan proses produksi.
Pembubaran[sunting | sunting sumber]

Yeltsin berdiri di atas tank untuk menolak Kudeta Agustus.

Pada tanggal 7 Februari 1990, Komite Pusat Partai Komunis setuju untuk melepaskan monopoli atas
kekuasaannya. Republik-republik anggota Uni Soviet mulai menegaskan kedaulatan nasional mereka
terhadap Moskwa dan mulai melancarkan "perang undang-undang" dengan pemerintah pusat. Dalam
hal ini, pemerintahan republik-republik anggota Uni Soviet, terutama Trio Baltik, yaitu Estonia, Lituania,
danLatvia, membatalkan semua undang-undang federal jika undang-undang itu bertentangan dengan
undang-undang setempat, menegaskan kendali mereka terhadap perekonomian setempat, dan menolak
membayar pajak kepada pemerintah pusat di Moskwa. Gejolak ini menyebabkan macetnya ekonomi
karena garis pasokan ekonomi dalam negeri rusak sehingga perekonomian Uni Soviet semakin merosot.

Pada pertengahan Agustus 1991, kelompok garis keras di lingkungan Partai Komunis Uni Soviet bekerja
sama dengan KGBmengadakan sebuah percobaan kudeta terhadap Gorbachev, tetapi gagal. Pada
tanggal 8 Desember 1991, Presiden RSFS Rusia, RSS Ukraina, dan RSS
Byelorusia menandatangani Piagam Belavezha yang menandakan pembubaran kesatuan dan digantikan
fungsinya oleh Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS). Sementara ada banyak perdebatan
mengenai siapa yang berhak membubarkan Uni Soviet, Gorbachev meletakkan jabatannya
sebagai Presiden Uni Soviet pada tanggal 25 Desember 1991 dan memberikan kekuasaannya
kepada Boris Yeltsin. Puncaknya, Majelis Agung Uni Soviet membubarkan dirinya pada tanggal 26
Desember 1991 yang sekaligus menandakan bubarnya Uni Soviet sebagai suatu federasi, hanya terpaut
empat hari sebelum hari jadinya yang ke-69.

Anda mungkin juga menyukai