Anda di halaman 1dari 4

RASA MALU ITU BAIK KHUTBAH JUMAT

“KAN RAHMAT ALLAH TA’ALA ITU LUAS” ?!

! ‫نىل بعده‬
‫الحمد هلل وحده و الصالة عىل من ال ي‬
Di antara sebab seseorang yang tak mau beramal padahal sudah memiliki ilmu
adalah berkeyakinan bahwa Allah ‫ ﷻ‬memiliki rahmat yang sangat luas kemudian
menjadikan keyakinannya itu sebagai alasan baginya untuk terus melakukan kemaksiatan.
Kalau kita tanyakan kepada orang-orang yang berprinsip dan memiliki pola pikir
tersebut, mereka akan menjawab,”RobbMu itu Maha Pengampun. RobbMu itu Maha
Penyayang. Allah Maha Luas AmpunanNya. Allah Maha Luas RahmatNya.”
Kita tidak mengatakan kita tak percaya bahwa Allah ‫ ﷻ‬itu tak memiliki rahmat yang
sangat luas. Kita yakin seyakin-yakinnya bahwa rahmatNya itu menyeluruh dan meliputi
banyak makhluqNya. Kita yakin akan firman Allah ‫ﷻ‬
‫ُك َ م‬
﴾‫َشء‬
َّ ‫َ َ م َ َ َ م ل‬
‫﴿ورۡح يِت وسيعت‬
“Dan rahmatKu menyelimuti segala sesuatu.” (QS. Al A’raf ayat 156)
Pertanyaannya kemudian,”Apakah rahmat Allah ‫ ﷻ‬yang dimaksud dalam ayat ini itu
ditujukan kepada semua orang ? Sehingga kita bisa menjadikan keyakinan akan luasnya
rahmatNya sebagai dasar bagi kita bermaksiat ?!”
Jawabannya ada di lanjutan ayat tersebut,
‫م‬ َ ‫َ َ َ م ل ل َ َّ َ َ َّ ل َ َ ل م ل َ َّ َ ٰ َ َ َّ َ ل‬
﴾‫يين هم أَ‍ِبيٰت َينا يلؤم لينون‬
‫﴿فسأكتبها ل يَّليين يتقون ويؤتون ٱلزكوة وٱَّل‬
“Maka akan Aku tetapkan rahmatKu untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan
zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.”
Rahmat Allah ta’ala yang luas itu hanyalah untuk orang-orang yang mengiringi
keyakinannya itu dengan amal shaleh.
Oleh karena itu, Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan di dalam kitabnya
ad Daa-u wad Dawaa

‫كثي من الجهال اعتمدوا عىل رحمة هللا و عفوه و كرمه‬


‫و ر‬
“Dan kebanyakan orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan (bodoh) mereka
menyandarkan diri kepada rahmat Allah ta’ala, ampunan dan maafNya.”

“Mereka tak memperdulikan perintahNya maupun laranganNya dan lupa bahwa Allah ta’ala
itu sangat pedih siksaNya.”

“Dan bahwasannya Dia akan menimpakan kemurkaan kepada kaum yang berdosa.”

“Siapa yang menyandarkan diri kepada maafNya namun masih saja melakukan perbuatan
dosa, dia sama saja seperti orang yang menentang Allah.”
Pemikiran orang-orang seperti ini bukanlah pemikiran orang-orang yang benar-benar
memahami Allah ta’ala dari kalangan para ulama. Mereka pasti memahami betapa luasnya
rahmat Allah ta’ala namun mereka juga berusaha menjaga diri dari azabNya.
RASA MALU ITU BAIK KHUTBAH JUMAT

Pemikiran tentang rahmat Allah ta’ala yang benar, tertuang dalam perkataan-perkataan
para ulama bahkan jauh sebelum para ulama hadits-hadits Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬juga
menunjukkan hal tersebut.
Di antara ulama yang berkata tentang rahmat Allah ta’ala yang benar adalah Ma’ruf,

“Harapanmu kepada kasih sayang Dzat yang tidak engkau taati termasuk dalam
penghinaan dan kedunguan.”
Jangankan Allah ta’ala, manusia yang bekerja kepada seorang bos dan dia bekerjanya seenak
hatinya tanpa peduli larangan atasannya tersebut maupun perintahnya. Si karyawan tadi
berkeyakinan bahwa si bos itu baik hati pasti tak marah dengan perbuatannya. Pasti kita
sepakat tentang karyawan tersebut bahwa dia karyawan yang tidak baik, bahkan dia sama
saja menghina si bos dan karyawan yang tidak baik.
Kemudian, di antara perkataan sebagian ulama adalah

“Barangsiapa memotong satu bagian tubuhmu di dunia (dan dibayar) dengan tiga dirham,
hal tersebut pasti ada balasan keburukannya di akhirat dengan yang sama.”
Al Imam Al Hasan Al Bashri pernah ditanya,’Kami melihatmu lama sekali menangis.’ Beliau
disebabkan
menjawab,

“Aku takut kalau aku dilempar ke dalam api neraka dan (Allah ta’ala) tak memperdulikanku
sama sekali.”

Olehnya, Allah ‫ ﷻ‬berfirman dalam surat al Mukminun ayat 60


َ
﴾٦٠‫ج لعون‬ َ ‫ون َما ٓ َءاتَوا ْ َّوقلللوبل له مم َو َ ٌ َ َّ ل م َ َ م‬
َ ‫َ َّ َ ل م ل‬
‫جلة أنهم إ ي َٰل رب ي يهم ر ٰ ي‬
‫ي‬ ‫﴿وٱَّليين يؤت‬
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang
takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan
mereka.”
Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada baginda Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬tentang
ayat ini,”Apakah yang dimaksud dalam ayat ini adalah mereka yang berzina, mencuri dan
membunuh kemudian mereka merasa takut untuk diazab ?” Jawab Nabi Muhammad
‫ﷺ‬,”Bukan wahai putri ash Shiddiiq. Namun yang dimaksud dalam ayat ini adalah seseorang
yang dia sholat, puasa, bersedekah namun mereka takut amalan mereka tidak diterima.”
Syaikh Prof. Dr. Abdurrazaq bin Abdil Muhsin al Badr hafizhahullah menjelaskan tentang
ayat ini,”(Maksud) ‘mereka memberikan apa yang mereka berikan’ yakni mereka
mempersembahkan amal-amal shaleh mereka untuk Allah; ‘dan hati mereka wajilah’ yakni
hati mereka khoifah atau takut.”
Dan amal seorang hamba hanya diterima oleh orang-orang yang bertaqwa lahir maupun
bathin. Sebagaimana hal tersebut difirmankan Allah ‫ﷻ‬
َ ‫ّلل م َين ٱل م لم َّتق‬
﴾‫يي‬ ‫﴿إ َّن َما َي َت َق َّب لل ٱ َّ ل‬
‫ي‬
“Sesungguhnya Allah hanya menerima amal dari orang-orang yang bertaqwa saja.”
Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,
RASA MALU ITU BAIK KHUTBAH JUMAT

‫خي يل من الديا و ما فيها‬


‫من و لو سجدة واحدة ر‬
‫لو أعلم أنه تقبل ي‬
“Kalaulah aku tahu bahwa ada satu sujudku yang diterima oleh Allah ‫ ﷻ‬maka hal tersebut
lebih baik bagiku daripada dunia dan seluruh yang ada di dalamnya.”
Subhanallah . . . .
Lihat para ulama terdahulu !!! Mereka punya amal jauh lebih baik dari kita, punya ilmu jauh
lebih banyak dari kita, hidup di zaman yang jauh lebih aman dari zaman kita. Namun mereka
tak melihat bahwa amal-amal mereka cukup untuk mendatangkan rahmat Allah ‫ﷻ‬. Bahkan
yang ada adalah mereka merasa kurang dalam amalan mereka dan senantiasa merasa takut
kalau-kalau Allah menolak amalan mereka.
Beliau (Imam Al Hasan Al Bashri) sendiri pernah berkata,

‫ و الفاجر و المنافق جمع ربي إساءة و أمن‬.‫المؤمن جمع ربي إحسان و مخافة‬
“Seorang mukmin mengumpulkan di dalam dirinya antara kebaikan dan rasa takut.
Sedangkan orang fajir dan munafiq mengumpulkan antara keburukan dan rasa aman.”
Beginilah rasa takutnya orang-orang sholeh di zaman dahulu. Mereka meyakini bahwa rasa
takut merupakan bagian dari kebaikan amal mereka, kebaikan iman mereka dan baiknya
ketaatan mereka kepada Allah ‫ﷻ‬. Sehingga mereka menjadikan baiknya amal lahiriyah dan
rasa takut mereka kepada Allah ‫ ﷻ‬sebagai satu kesatuan yang tak mungkin terpisahkan.
Hal ini berbeda jauh dengan orang-orang yang terus menerus tenang dan tentram dalam
perbuatan dosa mereka. Padahal amal belum tentu diterima Allah ‫ ﷻ‬dan dosa sudah pasti
tercatat. Dan mereka masih bisa mengatakan,”Allah itu Maha Pengampun. RahmatNya
sangan luas. Pasti aku dirahmatiNya.”
Kemudian di antara perkataan sebagian ulama di zaman dahulu mengenai rasa takut mereka
kepada Allah ‫ ﷻ‬adalah

“Sesungguhnya ada satu kaum yang mereka berangan-angan mendapatkan ampunan Allah
ta’ala sampai mereka keluar dari dunia tanpa bertaubat kepadaNya. Salah seorang di
antara mereka berkata,’Sesungguhnya aku berhusnuzhan kepada robbku.’ Sungguh orang
tersebut berdust !!! Kalaulah dia berhusnuzhan, tentu amalnya juga akan baik.”
Al Hasan Al Bashri pernah ditanya oleh salah seorang lelaki,”Wahai Abu Sa’id. Apa
pendapatmu tentang majelisnya kaum yang mereka membuat kami takut sampai-sampai
hati-hati kami akan terbang ?” Beliaupun menjawab,
‫خي لك من أن تصحب قوما يؤمنونك ى‬
‫حن تلحقك‬ ‫و هللا ألن تصحب أقواما يخوفونك ى‬
‫حن تدرك أمنا ر‬
‫المخاوف‬
“Demi Allah !!! Engkau bersahabat dengan kaum-kaum yang menakut-nakutimu sampai
kamu merasa aman itu lebih baik bagimu daripada engkau bersahabat dengan kaum yang
membuatmu merasa aman sampai kau mendapatkan hal yang menakutkan.”
Perkataan beliau ini merupakan nasehat yang sangat berharga. Di mana seorang lelaki yang
selalu ditakut-takuti dengan nas-nas al Quran dan as Sunnah sampai hati itu terasa akan
terbang. Kata Imam Hasan al Bashri itu lebih baik daripada sekelompok kaum yang memberi
motivasi agar tidak merasa takut dengan alam akhirat, tidak merasa takut berbuat dosa,
tidak merasa takut untuk meninggalkan amal dan ibadah.
Dan di zaman ini, masyaAllah kita harus senantiasa memotivasi diri kita sendiri dan orang
lain agar terus menerus merasa takut akan azab Allah ta’ala.
RASA MALU ITU BAIK KHUTBAH JUMAT

Betapa banyak public figure yang disadari atau tidak mempromosikan hal-hal buruk. Seperti
memamerkan bahwa dia tak pernah sholat, memamerkan dirinya bahwa minum khomer itu
enak dan kurang macho kalau tidak minum khomer, transgender (perusakan fitrah manusia)
jadi cita-cita demi meraih kekayaan, berzina dianggap sebagai prestasi dan kemaksiatan-
kemaksiatan lainnya yang tak jarang kita temui di sosial media.
Sekali lagi, hati kita dipenuhi dengan rasa takut kepada Allah ta’ala itu jauh lebih baik
daripada kita merasa aman dengan rahmatNya namun tak mau beramal dan menjauhi
kemaksiatan.
Maka perlu bagi orang-orang yang terlalu nyante karena rahmat Allah ta’ala (mungkin
termasuk kita) untuk mempelajari nash-nash terkait ancaman-ancaman Allah di akhirat.
Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan nash-nash tersebut di dalam kitab Beliau
Ad Daa-u wad Dawaa
Pertama, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Hadits Usamah bin
Zaid beliau berkata,”Aku pernah mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,’Di hari kiamat
didatangkan seorang lelaki lalu dia dilempar ke dalam api neraka. sehingga isi perutnya
terurai. Lalu ia berputar-putar seperti keledai berputar-putar mengelilingi alat giling
(tepung). Para penghuni neraka mengerumuninya seraya bertanya,’Wahai Fulan ! Ada apa
denganmu ! Bukankah engkau dahulu menyuruh orang melakukan perbuatan ma’ruf dan
mencegah perbuatan mungkar ? Ia menjawab : Benar, aku dahulu biasa menyuruh orang
melakukan perbuatan ma’ruf tapi aku tidak melakukannya. Aku mencegah kemungkaran
tapi justru aku melakukannya.”
Lihat, bagaimana orang yang dulu di kehidupan dunianya menasehati orang-orang yang suka
bermaksiat agar tidak melakukan kemaksiatan dan agar melakukan ketaatan kepada Allah.
Supaya apa penasehat tadi menasehati ?! Supaya orang-orang yang dinasehati masuk ke
dalam surga dan jauh dari neraka. Namun justru penasehat tersebut melakukan yang
seharusnya tidak dilakukan dan kemudian Allah masukkan dia ke dalam siksa api neraka.
Olehnya, para penghuni neraka lainnya mengenali orang tersebut karena dia yang
menasehati mereka. Malahan dia sendiri yang masuk ke dalam api neraka.
Bahkan sampai-sampai ususnya terburai dan pergerakannya di dalam api neraka seperti
hewan yang bodoh (tak punya ilmu) yakni keledai.
Padahal kalau kita buka di dalam surat al Muddatsir ayat 49 – 50 yang jadi keledai adalah
orang-orang kafir,

“Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan Allah ? Seakan-akan
mereka itu keledai liar yang lari terkejut.”

Anda mungkin juga menyukai