Anda di halaman 1dari 30

ILMU-ILMU DASAR FARMASI

MATERI KE ENAM

KINETIKA KIMIA DAN


THERMODINAMIKA KIMIA

OLEH:
DR. SYAHRUDDIN KASIM, S.Si. M.Si.
Kinetika Kimia
 Laju reaksi adalah :
1. Perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi
per satuan waktu.
2. Laju pengurangan jumlah pereaksi per
satuan waktu.
3. Laju pertambahan jumlah hasil reaksi per
satuan waktu.
 Untuk reaksi sederhana berikut : A + B  C
pernyataan laju reaksi dapat dituliskan sebagai
berikut:
Laju reaksi = - laju pengurangan zat A
= - laju pengurangan zat B
= + laju pembentukan zat C
Untuk zat A (Pereaksi)
 Konsentrasi mula-mula = a
 Konsentrasi hasil reaksi pada waktu t = x
 Konsentrasi A yang tersisa = a – x
 laju reaksinya dinyatakan dalam persamaan berikut:
 d (a  x)
Laju  V  
dt
 Tanda negatif = zat A adalah Pereaksi/reaktan.
 Untuk reaksi :
5Br - + BrO3- + 6H+  3Br2 + 3H2O
 Bentuk persamaan kinetika reaksinya adalah :

V 
 
1 d Br 


d BrO3

   1 d H   1 d Br   1 d H O

2 2

5 dt dt 6 dt 3 dt 3 dt
Hukum Laju Reaksi
 Reaksi : aA + bB  cC + dD
 Bentuk persamaan hukum laju reaksinya :
1.
V 
1 d A

   1 d C   1 d D
1dB
a dt b dt c dt d dt
2.  = k [A]X [B]Y ,dimana m dan n adalah orde
reaksi yang nilainya diperoleh dari hasil
eksperimen atau disebut juga orde kinetik,
jika nilainya sama dengan koefisien reaksinya
maka disebut sebagai orde molekuler.
Orde Molekuler Nol
 Reaksi : A  P
reaksi,,vv  kk..A
A 0 k
dA
dA
Laju reaksi 


 Persamaan Lajunya : dt
dt
 Hubungan antara k, dA, dan dt adalah :
A t
-dA = k . dt , diintegrasikan :   dA  k  dt
Dijabarkan : -A = k . t + C,
Ao to

pada saat t = 0  C = -A0


-A = k . t – A0
A0 - A = k . t
atau A A== AA0 ––kk. .t t
0

Secara grafik reaksi orde nol


Digambarkan sebagai berikut :
Orde Molekuler Satu
 Reaksi : A  P
 k . A
dA
Laju reaksi , v  
1

 Persamaan Lajunya : dt
 Hubungan antara k, dA, dan dt adalah :

-dA/A = k . dt , diintegrasikan : 
A t
dA
  k  dt
 Dijabarkan : - lnA = k . t + C, Ao
A to

pada saat t = 0  C = - lnA0


- lnA = k . t – lnA0 lnA0

lnA0 - lnA = k . t ln A

atau lnA
lnA = – kk .. tt
lnA00 –
= lnA
Secara grafik reaksi orde nol α
Digambarkan sebagai berikut : Waktu (t)
Orde Molekuler Dua
 Reaksi : A  P
 k . A
dA
Laju reaksi , v  
2

 Persamaan Lajunya : dt
 Hubungan antara k, dA, dan dt adalah :

-dA/A = k . dt , diintegrasikan :   d A2  k  d .t
2 A t

A
 Dijabarkan : 1/A = k . t + C,
Ao to

pada saat t = 0  C = 1/A0


1/A = k . t + 1/A0
1/A – 1/A0 = k . t 1/A α
atau 1/A
1/A== 1/A + kk .. tt
1/A00 +
Secara grafik reaksi orde nol 1/A0

Digambarkan sebagai berikut : Waktu (t)


Waktu Paruh (t1/2) dan Dimensi
Tetapan Kecepatan Reaksi (k)
 Orde nol Dimensi k orde nol
1
Ao Ao mol .L
t1/ 2  atau k   (8.6)
2k 2 t1/ 2 waktu

 Orde satu Dimensi k orde satu


2,303 log 2 0,693 1 bilangan
t 
1     (8.9)
2 k k waktu menit atau det ik

 Orde dua Dimensi k orde dua


1 1
t1/ 2  mol
 L1 (8.12 )
waktu
k.Ao
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Laju Reaksi
1. Konsentrasi
2. Sifat zat yang bereaksi
3. Katalisator
4. Suhu, dll.
Konsentrasi : Pengaruh konsentrasi dapat
diterangkan melalui pendekatan teori tumbukan.
Makin besar konsentrasi zat yang terlibat berarti
makin banyak partikel atau molekul yang
bertumbukan. Akibatnya, jumlah tumbukan
persatuan luas, persatuan waktu, juga mengalami
kenaikan dan reaksi bertambah cepat.
Sifat Zat yang Bereaksi
 Sifat-sifat zat sangat menentukan laju reaksi. Jika
zatnya berbeda, maka laju reaksinya dapat berbeda
terhadap suatu pereaksi yang sama. Logam natrium
dengan air akan bereaksi lebih cepat dibandingkan
reaksi logam magnesium dengan air. Reaksi
osteoporosis atau perusakan konstruksi tulang
berlangsung dengan laju yang sangat lambat, tetapi
proses oksidasi logam natrium berlangsung dengan
laju yang sangat tinggi.
 Adapun tentang konsentrasi, konstruksi molekul,
sinar/cahaya, tekanan, jumlah zat yang terlibat
terutama dalam reaksi enzimatik, dll, kesemuanya
ini juga menentukan laju reaksi senyawa kimia.
Suhu
 Kecepatan reaksi semakin cepat dengan bertambahnya suhu karena
frekuensi tumbukan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu.
 Reaksi : aA + bB  P (hasil reaksi )
Persamaan laju, v = k [A]a [B]b, dan berdasarkan persamaan
Arrhenius, tetapan k merupakan fungsi suhu.
k = A . e-Ea/RT
 Dimana tetapan Arrhenius, A, energi pengaktifan reaksi, Ea, tetapan
gas, R (0,082 L.atm.mol-1,K-1 atau 1,99 kal.K-1), serta suhu mutlak, T.
 Hubungan antara tetapan k dengan suhu dapat dipahami. Persamaan
tersebut dapat dikembangkan menjadi :
ln k = ln A –Ea/RT
ln k – ln A = - Ea/RT
 Ea 1
log k  log A  .  (8.1
2,303.R T

 Grafik persamaan tersebut adalah :


Katalisator
 Katalisator mempercepat reaksi dengan jalan
menurunkan energi aktivasi reaksi (Ea)
sehingga laju reaksi pembentukan produk
menjadi lebih cepat tercapai.
 Secara grafik diillustrasikan sebagai berikut :
BAB VIII. TERMODINAMIKA
KIMIA
 Termodinamika : Studi energi dan transformasinya
(therme = panas dan dynamis = tenaga).
 Termodinamika penting tidak hanya untuk kimia tetapi
untuk bidang sains lainnya dan menyentuh kehidupan
kita sehari-hari.
 Termodinamika berhubungan dengan topik yang luas
antara lain dengan metabolisme, operasi industri,
siklus materi dll.
 Cakupan pembahasan dalam termodinamika disebut :
Sistim.
 Semua yg terdapat diluar sistim adalah lingkungan.
Pembagian sistim
1. Sistem tersekat : Antara sistem dan lingkungan
tidak ada pertukaran energi dan/atau pertukaran
materi. Contoh : Termos air yang ideal (isolator
berfungsi dengan sempurna).
2. Sistem tertutup : Pertukaran energi antara sistem
dan lingkungan dapat terjadi tetapi tidak materi
tidak. Contoh : sejumlah gas dalam silinder yang
dilengkapi dengan pengisap.
3. Sistem terbuka : Jika pertukaran energi dan
pertukaran materi dapat terjadi antar sistim dan
lingkungan. Contoh : Zat atau campuran zat dalam
gelas kimia terbuka.
Hukum Termodinamika I
 Konsep : Energi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan. Energi total yang hilang oleh
suatu sistem sama dengan energi total yang
diberikan oleh lingkungannya. Demikian
juga, energi total yang diberikan oleh sistem
sama dengan energi yang hilang oleh
lingkungan.
Energi Dalam
 Energi total sistem merupakan jumlah semua
energi kinetik dan energi potensial dari tiap
komponennya. Energi total ini disebut energi
dalam sistem = ΔE
 ΔE = E akhir - E awal
 ΔE = positif = E akhir > E awal = sistem
memperoleh energi dari lingkungannya.
 ΔE = negatif = E akhir < E awal = sistem
memberikan energi ke lingkungannya.
 Perubahan energi dalam, ΔE = q + w
Fungsi Keadaan
 Besaran termodinamika yang hanya
bergantung pada keadaan awal dan akhir dari
sistem dan tidak pada bagaimana perubahan
terjadi, disebut : Fungsi keadaan.
 Beberapa fungsi keadaan : Energi dalam,
entalpi, entropi, energi bebas Gibbs.
 Panas dan kerja bukan fungsi keadaan.
Entalpi
 Untuk menghitung panas yang mengalir ke dalam
atau ke luar sistem pada P tetap, digunakan konsep
entalpi, simbol = H
 Perubahan entalpi (ΔH) = selisih antara entalpi hasil
dan entalpi pereaksi, dengan kata lain ΔH sama
dengan panas yang dilepaskan atau diserap.
 ΔH = E + PV atau ΔH = H (hasil) – H
(pereaksi) .
 ΔH positif atau negatif tergantung pada proses.
Untuk proses endotermis, ΔH positif (ΔH > 0), untuk
proses eksotermis, ΔH negatif (ΔH < 0).
 Proses spontan memiliki nilai ΔH < 0
Aplikasi Hkm Thermodinamika
I pada Entalpi
 Jika V tetap, maka ΔV = 0, w = P.ΔV = 0
 Diperoleh: ΔE = q + w = qv
 ΔE = qv = Panas yang diserap atau dilepaskan pada
V tetap.
 Jika reaksi pada P tetap menghasilkan kenaikan
jumlah total mol gas, maka sistem melakukan kerja
terhadap lingkungan (ekspansi), jika sebaliknya
disebut (kompresi).
 Pada P tetap panas reaksi = ΔH (qP = ΔH),
sehingga ΔE = qP + w
 ΔE = ΔH – P.ΔV Jadi : ΔH = ΔE + P.ΔV
dimana w = kerja ekspansi nilainya negatif.
 Jika gas dianggap gas ideal, P.ΔV = Δn.RT
Petunjuk Penulisan Persamaan
Reaksi pada Termokimia
 Koefisien stoikiometri selalu merujuk pada jumlah
mol tiap zat.
 Jika persamaan dibalik, fungsi pereaksi diubah
menjadi hasil. Akibatnya besar ΔH untuk persamaan
ini tetap tetapi tandanya berbeda.
 Jika kedua sisi persamaan dikalikan dengan faktor n,
maka ΔH juga berubah dengan faktor yang sama.
 Keadaan fisik dari pereaksi dan hasil reaksi harus
dituliskan.
 Entalpi zat bergantung pada suhu, dan perubahan
entalpi juga bergantung pada suhu tertentu.
 Perubahan entalpi biasanya diekspresikan pada suhu
standar (25 oC).
Entalpi Pembentukan dan
Reaksi Standar
 Entalpi reaksi yang dilakukan pada keadaan
standar disebut entalpi reaksi standar, H rxn
o

 H rxn = Σn
o  H o
f (produk) - Σm H o
f

(pereaksi)
 n = Koefisien produk, m = Koefisien pereaksi.
 Ada dua cara penentuan nilai H of suatu
senyawa :
1. metode langsung.
2. Metode tidak langsung.
1. Metode Langsung
 C (grafit) + O2 (g)  CO2 (g) = - 393,5 kJ
o = [1 mol) H of (CO , g)] – [(1 mol) H of (C, grafit) + (1 mol) H of (O , g)]
Hrxn 2 2

 Karena grafit dan oksigen merupakan bentuk


yang stabil maka (C, grafit) dan (O2, g) = 0
sehingga :
Hrxn
o = (1 mol)  H f (CO2, g) = - 393,5 kJ
o
2. Metode Tidak Langsung
SOAL : C (grafit) + 2H2 (g)  CH4 (g) ,Tentukan ΔHf0
=…..?
(a) C (grafit) + O2 (g)  CO2 (g) = - 393,5 kJ
(b) 2H2 (g) + O2 (g)  2 H2O (c) = - 571, 6 kJ
(c) CH4 (g) + 2O2 (g)  CO2 (g) + 2H2O (c) = - 890,4 kJ
 Dari SOAL, pereaksi hanya mengandung C dan H2 dan CH4
sebagai produk, maka Persamaan (c) dibalik menjadi :
(d) CO2 (g) + 2 H2O (c)  CH4 (g) + 2O2 (g) = 890,4 kJ
 Selanjutnya Persamaan (a), (b) dan (d) dijumlahkan,
diperoleh:
Entropi dan Kespontanan Reaksi
 Ukuran derajat ketidakteraturan sistim disebut :
Entropi (simbol = S).
 Spadat < Scair < Sgas
 Perubahan entropi (ΔS = Sakhir – Sawal )
 Hubungan antara entropi dan kespontanan reaksi
dinyatakan oleh hukum kedua termodinamika :
Entropi dari alam semesta bertambah dalam proses
spontan dan tidak berubah pada proses
kesetimbangan. Karena alam semesta terdiri atas
sistem dan lingkungan, perubahan entropi dalam alam
semesta untuk setiap proses merupakan jumlah
perubahan entropi sistem (ΔSsis) dan perubahan
entropi lingkungan (ΔSlingk).
 Proses spontan, ΔStotal = ΔSsis + ΔSlingk > 0
Metode Langsung
 C (grafit) + O2 (g)  CO2 (g) = - 393,5 kJ
S o
= [1 mol) S o
f (CO2, g)] – [(1 mol)  S o
f (C, grafit) + (1 mol)
S o
f (O , g)]
rxn 2

 Karena grafit dan oksigen merupakan bentuk


yang stabil maka (C, grafit) dan (O2, g) = 0
sehingga :
S rxn = (1 mol)  f (CO2, g) = - 393,5 kJ
o
o S
Entropi Sistim dalam Reaksi Kimia
 Misalkan suatu sistem dinyatakan :
 a A + b B  c C + d D
 Perubahan entropi, ΔSo diberikan oleh pers. :
Sorxn  [c So (C)  d So (D)  [ a So (A)  b So (B)] (7.11)
 atau secara umum dapat dituliskan sebagai :
S orxn   n So (hasil reaksi)   m So (pereaksi) (7.12)
 Nilai entropi standar sejumlah senyawa telah
diketahui sehingga persamaan diatas dapat
dihitung, dimana n dan m = koefisien reaksi.
Entropi Lingkungan
 Jika proses eksotermis, panas ditransfer ke
lingkungan, menaikkan gerakan dan ketidakteraturan
molekul, akibatnya entropi lingkungan naik.
Sebaliknya, proses endotermis dalam sistem
menyerap panas dari lingkungan dan menurunkan
entropi lingkungan karena gerakan molekul menjadi
kurang energetik.
 Untuk proses P tetap perubahan panas sama dengan
perubahan entropi sistem, ΔSsis.
 Perubahan entropi lingkungan, ΔSlingk sebanding
dengan ΔHsis dirumuskan :  H
Slingk  sis
T
Hukum Thermodinamika III
 Menurut hukum Thermodinamika III : Susunan yang
paling teratur dari setiap zat dengan gerakan bebas
atom atau molekul yang paling kecil adalah kristal
sempurna murni pada nol mutlak (0oK).
 Entropi zat kristal sempurna adalah nol pada suhu
nol mutlak. Dengan naiknya suhu, gerakan bebas
juga naik. Jadi entropi setiap zat pada suhu di atas
00K lebih besar daripada nol.
 Pada hukum Thermodinamika III ini entropi suatu zat
dapat ditentukan, menggunakan persamaan :
ΔS = Sakhir – Sawal
ΔS = Sakhir – 0 , jadi ΔS = Sakhir
(karena Sawal = 0).
Energi Bebas Gibbs
 Berdasarkan : ΔStotal = ΔSsis + ΔSlingk > 0
maka : H sis
S total  Ssis  0
T
 TΔStotal = - ΔHsis + TΔSsis > 0
 Atau TΔStotal = ΔHsis - TΔSsis < 0, ini adalah kriteria
kespontanan reaksi tanpa memperhatikan lingkungan
hanya sistim.
 Persamaan diatas merupakan dasar persamaan
G = H – TS atau ΔG = ΔH - TΔS , dimana persamaan
ini adalah persamaan energi bebas Gibbs.
 Jadi reaksi spontan jika ΔG < 0
TERIMA KASIH
SELAMAT MEMPERDALAM MATERI DAN
SEMOGA SUKSES DIUJIAN

DOSEN idf UNHAS

DR. Syahruddin Kasim, S.Si., M.Si.

Anda mungkin juga menyukai