Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMBELAJARAN MATERI FONOLOGI, EJAAN, MORFOLOGI,


DAN SINTAKSIS BAHASA INDONESIA DALAM
PEMBELAJARAN SD

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah :

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SD

Disusun Oleh :
Ayu Lia Citra (2022143690)
Leluni Kinara (2022143698)
Tri LediWati Munte (2022143709)
Robia Ulfa (2022143711)

Dosen Pengampuh: Dr. Yessi Fitriani S.Pd., M.Pd., CIQnR.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul “PEMBELAJARAN MATERI
FONOLOGI, EJAAN, MORFOLOGI, DAN SINTAKSIS BAHASA
INDONESIA DALAM PEMBELAJARAN SD”.

Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan


makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah Pembelajaran IPS SD. Kami
sampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada ibu Dr. Yessi Fitriani S.Pd., M.Pd.,
CIQnR. selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia SD dan semua
pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan
dikemudian hari. Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada
para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Aamiin Yarabbal’alaamin.

Palembang, 16 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. FONOLOGI.......................................................................................................... 3
B. EJAAN.................................................................................................................. 6
C. MORFOLOGI........................................................................................................ 7
D. SINTAKSIS ..........................................................................................................10
BAB III........................................................................................................................ 12
PENUTUP....................................................................................................................12
A. Kesimpulan..........................................................................................................12
B. Saran.................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 13

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kalau kita perhatikan dengan baik, dalam kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat
yang memakai bahasa Indonesia tetapi tuturan atau ucapan daerahnya terbawa ke dalam
tuturan bahasa Indonesia. Tidak sedikit seseorang yang berbicara dalam bahasa Indonesia,
tetapi dengan lafal atau intonasi Jawa, Batak. Bugis, Sunda dan lain sebagainya. Hal ini
dimungkinkan karena sebagian besar bangsa Indonesia memposisikan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa pertamanya adalah Bahasa daerah masing-masing.
Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam komunikasi tertentu, seperti dalam kegiatan-
kegiatan resmi.

Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di Sekolah Dasar. istilah yang
dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah "huruf" walaupun yang dimaksud adalah
"fonem". Mengingat keduanya merupakan istilah yang berbeda, untuk efektifnya
pembelajaran, tentu perlu diadakan penyesuaian dalam segi penerapannya.

Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal atau fonem baku dalam bahasa
Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu dikurangi jika mungkin
diusahakan dihilangkan. Sebagai seorang guru, pemahaman struktur fonologi, morfologi dan
sintaksis bahasa Indonesia selain dapat menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan
kemampuan berbahasa siswa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas ditemukan beberapa permasalahan, diantaranya:

1. Apakah yang dimaksud dengan fonologi"?

2. Bagaimana membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi?

3. Bagaimana mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia?

1
4. Apakah yang dimaksud dengan ejaan?

5. Apakah yang dimaksud dengan morfologi?

6. Bagaimana mengidentifikasi morfem-morfem bahasa Indonesia?

7. Apakah yang dimaksud dengan sintaksis?

8. Bagaimana membedakan frasa, klausa dan kalimat?

9. Apa itu kalimat efektif?

10. Apakah yang dimaksud dengan paragraph deduktif dan induktif?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk menjelaskan pengertian fonologi.

2. Untuk membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi

3. Untuk mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia.

4. Untuk menjelaskan pengertian ejaan.

5. Untuk menjelaskan pengertian morfologi.

6. Untuk mengidentifikasi morfem-morfem bahasa Indonesia.

7. Untuk menjelaskan pengertian sintaksis.

8. Untuk membedakan frasa, klausa dan kalimat.

9. Untuk mengidentifikasi kalimat efektif

10. Untuk menjelaskan makna paragraph deduktif dan induktif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fonologi

1. Pengertian Fonologi

Fonologi berkonsentrasi pada persoalan bunyi, karena seperti yang sudah kita ketahui
bahwa material bahasa adalah bunyi-bunyi ujar. Secara definisi, fonologi diartikan oleh
Soeparno (2002: 79) sebagai subdisiplin linguistik yang mempelajari bunyi bahasa yang
tanpa menghiraukan arti maupun yang tidak. Kemudian, dalam fonologi dibagi menjadi
dua jenis, yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik ialah ilmu bahasa yang mempelajari bunyi
bahasa tanpa menghiraukan arti, sedangkan fonemik ialah ilmu bahasa yang mempelajari
bunyi bahasa yang membedakan arti. Dari kedua jenis fonologi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa fonologi memiliki dua cabang kajian, yaitu fonetik dan fonemik.

2. Ilmu-Ilmu yang Tercakup dalam Fonologi dalam Tataran Ilmu Bahasa

a. Fonetik

Menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi- bunyi ujar. Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1997), fonetik diartikan sebagai bidang
linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah sistem bunyi
suatu bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonetik adalah ilmu bahasa
yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana
bunyi itu dihasilkan. Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu,
menjadi tiga jenis fonetik, yaitu:

1) Fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari


bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi
bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.

2) Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam
(bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya, dan intensitasnya).

3) Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu


oleh telinga kita. Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia

3
lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan
masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia.
Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris
berkenaan dengan bidang kedokteran.

Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah
fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana
bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik
lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris berkenaan dengan bidang
kedokteran.

b. Fonemik

Menurut Soeparno (2002: 86), fonemik khusus mempelajari bunyi-bunyi bahasa yang
membedakan arti saja. Bunyi bahasa yang membedakan arti itu disebut fonem. Maka
dengan kata lain bahwa fonemik mempelajari fonem-fonem dan segala realisasi dan
variasinya. Objek kajian dari fonemik adalah fonem. Secara umum, fonem dibagi
menjadi dua macam, yaitu fonem segmental dan fonem suprasegmental. Fonem
segmental adalah fonem yang memiliki tempat di dalam urutan atau deretan sintagmatik.
Sedangkan, fonem suprasegmental adalah fonem yang tidak memiliki tempat di dalam
urutan sintagmatik.

1) Fonem segmental terdiri dari vokal dan konsonan, selain itu terdapat diftong dan
klaster. Diftong didefinisikan Kridalaksana (2001: 43) sebagai bunyi bahasa yang pada
waktu pengucapannya ditandai oleh perubahan gerak lidah dan perubahan tamber satu
kali, dan yang berfungsi sebagai inti dari suku kata, misal /ay/ pada kata lambai /lambay/.
Sedangkan klaster adalah gugus konsonan dalam batas silabel (suku kata). Berdasarkan
posisinya dalam suku kata ada dua macam klaster, yaitu kalster inisial dan klaster final.
Contoh dari klaster inisial, yakni /drama/ dan /tradisi/. sedangkan contoh pada klaster
final, yaitu /film/ dan /modern/.

2) Fonem suprasegmental tidak memiliki tempat di dalam struktur. Kehadirannya hanya


"membonceng" pada fonem segmental atau struktur lain. Fonem suprasegmental ini
terdiri dari tiga macam, yaitu tekanan, nada, dan tempo. Lebih lanjut, menurut Soeparno

4
(2002: 88), dalam bahasa Indonesia ketiga macam fonem suprasegmental tersebut tidak
membedakan arti, akan tetapi jika bergabung bersama akan membentuk suatu intonasi.

3. Fonem-fonem Bahasa Indonesia

a. Pengertian Fonem

Santoso (2004) menyatakan bahwa fonem adalah setiap bunyi ujaran dalam satu
bahasa mempunyai fungsi membedakan arti. Bunyi ujaran yang membedakan arti ini
disebut fonem. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti. Tidak
berbeda dengan pendapat tadi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) tertulis
bahwa yang dimaksud fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan
kontras makna. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa
terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan
makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti.

b. Jenis-jenis Fonem

Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem, yang terdiri atas:

1) Fonem vocal 6 buah (a, i, u, e, dan o)

Fonem vokal yang dihasilkan tergantung dari beberapa hal:

 Posisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan sesuatu bunyi).


 Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan belakang lidah ketika mengucapkan
bunyi.
 Maju-mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara lidah dan lengkung kaki gigi).

2) Fonem diftong 3 buah

Diftong dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan sebagai vokal
yang berubah kualitasnya. Dalam sistem tulisan, diftong dilambangkan oleh dua huruf
vokal. Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan. Bunyi /aw/ pada kata pulau
adalah diftong, sehingga <au> pada suku kata -lau tidak dapat dipisahkanmenjadi la-u
seperti pada kata mau.

3) Fonem Konsonan 23 buah (p. t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, n, s, h, r, l, w, dan z).

5
Konsonan adalah bunyi bahasa yang ketika dihasilkan mengalam hambatan-hambatan
pada daerah artikulasi tertentu.

B. Ejaan

Dalam buku Konsep Dasar Bahasa Indonesia (2019) karya Yunus Abidin, ejaan
merupakan aturan yang melambangkan bunyi bahasa menjadi bentuk huruf, kata serta
kalimat.

a. penggunaan Huruf Kapital

Penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan mengenai penggunaan huruf kapital adalah


sebagai berikut :

- Menuliskan huruf n kecil yang diperbesar (dianggap sebagai lambang huruf capital) pada
nama orang. Penyimpangan bagian ini cukup banyak yaitu 22 siswa.

- Menuliskan huruf a kecil diperbesar pada awal kalimat dan nama orang; dilakukan oleh 13
siswa.

- Menuliskan huruf kecil yang diperbesar pada nama orang, nama hari, nama khas geografis ;
secara acak dilakukan oleh 22 siswa.

b. Penggunaan Tanda Baca

-Tanda Titik (.)

Tercatat 27 siswa melakukan penyimpangan dalam penulisan huruf i dan j yang tidak
memakai titik di atas huruf tersebut.Untuk huruf i dilakukan oleh 5 siswa, dan huruf j 17
siswa. Sedangkan pembubuhan tanda titik pada akhir kalimat ditemukan 3 siswa.

-Tanda Koma (,)

Penyimpanga yang ditemukan pada pekerjaan siswa adalah :

1. Penghilangan tada koma setelah penulisan ucapan kalimat langsung;

contoh: “……”, (nama orang ). Dilakukan 4 siswa.

2. Penghilanga tanda koma setelah frasa (kelompok kata) seperti ; Oleh karena
itu,….dilakukan 30 siswa.

6
-Tanda Hubung (-)

Penyimpangan tanda hubung yang dapat ditemukan adalah sebagai berikut;

1. Penghilangan tanda hubung pada kata ulang, contoh : Bermalas malasan , seharusnya
ditulis: Bermalas-malasan. Pada bagian ini penyimpangan dilakukan 30 siswa.

2. Penghilangan tanda hubung pada gabungan kata dengan angka bilangan, contoh : ke 15,
seharusnya ditulis : ke-15. Penyimpangan bagian ini dilakukan oleh 8 siswa.

- Angka/Lambang Bilangan

Angka dipakai untuk menyatakan ambang bilangan atau nomor. Biasanya ditulis dengan
angka Romawi. Untuk lambang bilangan yang dinyatakan dengan satu angka Arab dan angka
ditulis dengan satu angka ditulis dengan huruf. Bila dipakai secara berurutan boleh
menggunakan huruf. Penyimpangan yang dapat ditemukan dari hasil belajar siswa, penulisan
lambang bilangan secara utuh, angka yang dimaksud adalah ke-5, yang benar adalah ke lima.
Penyimpangan bagian ini dilakukan oleh 26 siswa.

- Partikel Pun

Partikel pun ditulis harus terpisah dari kata yang mendahuluinya, seperti: Saya pun; kecuali
yang merupakan kelompok kata yang sudah padu benar, seperti: Adapun, andaipun, biarpun,
sungguhpun…penyimpanan pada bagian ini dilakukan oleh 30 siswa.

C. Morfologi

1. Pengertian Morfologi

Menurut Ramlan pengertian morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari
seluk beluk bentuk kata serta perubahan bentuk kata serta perubahan bentuk kata terhadap
arti dan golongan kata. Bentuk kata yaitu ;

1) Kata dasar, contohnya sepeda

2) Kata berimbuhan, contoh bersepeda

3) Kata majemuk, contohnya sapu tangan

7
4) Kata ulang, contohnya berbondong-bondong

Pembagaian bentuk kata menurut C.A.Meesm yang berkebangsaan Belanda terdiri dari:

a. Kata benda f. Kata depan

b. Kata kerja g. Kata sandang

c. Kata sifat h. Kata sambung

d. Kata ganti i. Kata seru

e. Kata bilangan j. kata keterangan

Perbedaan golongan arti kata – kata tidak lain disebabkan oleh perubahan bentuk kata.
Karena itu, maka morfologi, disamping bidangnya yang utama menyelidiki seluk beluk
bentuk kata, juga menyelidiki kemungkinan adanya perubahan golongan arti kata yang
timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata. Arti kata ini misalnya, bersepeda dan sepeda,
yang berarti sepeda, artinya benda yang memilki roda dua yang dijalankan dengan cara
dikayuh. serta bersepeda, artinya kegiatan menggunakan sepeda.

Jadi arti kata hanya mengartikan kata tesebut. juga bisa dilihat dari sepeda dan bersepeda
dengan diberi imbuhan maka kata sepeda dan bersepeda pun menjadi beda. Jos Daniel Perera
meberi batasan morfologis (proses), yaitu Morfemis adalah proses perubahan dari golongan
kata yang satu lalu berubah menjadi golongan kata yang lain akan tetapi dengan kata dasar
yang sama. misalnya sepeda menjadi bersepeda arti (sanksekerta) hanyauntuk kata dasar
(sepeda), makna (arab), untuk menunjukan arti- arti imbuhan gramatikal, contohnya
bersepeda dll.

2. Proses Morfologi

Proses morfologi ialah proses pembentukan kata–kata dari satuan lain yang merupakan
bentuk dasarnya. Dalam Bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologik, ialah proses
pembubuhan afiks (afiksasi), proses pengulangan (reduplikasi), dan proses pemajemukan
(pemajemukan). Disamping tiga proses morfologik tersebut di atas, dalam bahasa Indonesia
sebenarnya masih ada satu proses lagi yang disini disebut zero. Proses ini hanya meliputi
sejumlah kata tertentu, ialah kata – kata makan, minum, minta, dan mohon, yang semuanya
teramsuk golongan kata verbal yang transitif. Macam – macam Proses Morfologi:

8
1. Proses Pembubuhan Afiks (afiksasi)

Afiksasi merupakan nama lain dari morfem terikat. Morfem terikat merupakan kata yang
tidak dapat berdiri sendiri, sedangkan kata yang dapat berdiri sendiri disebut sebagai
morfem bebas. Morfem bebas merupakan kata dasar yang dapat berdiri sendiri. Kata dasar
dapat berupa kata benda, kata sifat, kata kerja, dan lain-lain. Penggabungan morfem bebas
dan morfem terikat akan membentuk kata jadian. Afiksasi terdiri atas:

a. prefiks (ber-, me-, pe-, per-, di-, ter-, ke-, se-)

b. sufiks (–kan, –an, –i),

c. infiks (–el-, -em-, -er-)

d. konfiks (ber-kan, ber-an, per-kan, per-an, per-i, pe-an, di-kan, di-i, me- kan, me-i, ter-
kan, ter-i, ke-an)

e. simulfiks (memper-kan, memper-i, diper-kan, diper-i)

2. Komposisi atau Pemajemukan dalam Bahasa Indonesia

Komposisi adalah proses kata pemajemukan. Kata majemuk ialah gabungan kata dasar
yang telah bersenyawa atau yang sudah membentuk satu kesatuan dan menimbulkan arti
baru. Contoh:

a. Keras+kepala = keras kepala

b. Kamar+mandi = kamar mandi

c. Mata+pelajaran = mata pelajaran

d. Kumis+kucing = kumis kucing

Kumis kucing dalam arti 'sejenis tanaman' adalah kata majemuk, tetapi kumis kucing
dalam arti 'kumis dari seekor kucing' bukanlah kata majemuk. Pokok kata (tidak bisa
diartikan jika sendiri), tetapi setelah bergabung kemudian mempunyai arti sendiri disebut
pemajemukan.

9
3. Pengulangan (Reduplikasi)

Pengulangan atau redupliksi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruh,


maupun sebagian, baik variasi fonem maupun tidak, hasil pengulangan itu merupakan kata
ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya, rumah-rumah
dari bentuk dasar rumah. Setiap kata ulang sudah pasti memilki bentuk dasar. Kata-kata
seperti sia-sia, mondar-mandir, dan lainnya dalam tinjauan deskriftif tidak dapat
digolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak ada satuan yang diulang. Dari deretan
morfologik dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari
kata-kata tersebut. Secara historik atau komparatif, mungkin kata-kata itu dapat dimasukan
golongan kata ulang.

D. Sintaksis

Istilah subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (Ket), kata benda (nomina), kata
kerja (verba), kata sifat (adjectival), kata depan dan kata bilangan (numeralia) sudah tidak
asing lagi di telinga kita. Apa yang anda ketahui tentang istilah-istilah tersebut sebagai fungsi
kata. Istilah-istilah tersebut adalah kategori atau kelas kata. Bagaimana dengan istilah pelaku,
penderita, penerima, aktif, pasif, waktu, proses? Istilah-istilah tersebut adalah peran.
Untuk mengingatkan kembali pemahaman anda tentang istilah-istilah tersebut, perhatikan
kalimat berikut ini !
1. Ibu membeli jeruk di pasar
Kata-kata yang terdapat dalam kalimat tersebut memiliki fungsi sebagai berikut:
Ibu membeli jeruk di pasar
S P O Ket
Sehingga dapat dilihat bahwa kalimat tersebut memiliki pola kalimat S – P – O – K.
Coba sekarang perhatikan kalimat berikut!
2. Ayah berangkat ke kantor
3. Adik menangis

10
4. Pohon manga itu tumbang kemarin sore
5. Kemarin sore ibu memasak ikan
6. Pak guru?
Hal yang menjadi pertanyaan adalah apakah kalimat (2) sampai (6) sama dengan kalimat (1) ?.
Sekarang tentukan terlebih dahulu fungsi tiap kata dalam kalimat-kalimat tersebut sehingga
mengetahui apakah kalimat (2) sampai (6) memiliki pola yang sama. Sekarang perhatikan
uraian berikut:
Ayah berangkat ke kantor
S P Ket
Adik menangis
S P
Pohon mangga itu tumbang kemarin sore
S P Ket
Kemarin ibu memasak ikan
Ket S P O
Pak Guru ?
S
Berdasarkan urian tersebut dapat dikatakan bahwa setiap kalimat tidak selalu berpola S-P-
O-Ket, dan sebuah kalimat tidak harus selalu diikuti oleh objek (O) terlihat pada kalimat (2),
(3), (4), dan (6), dan kalimat tidak harus diawali oleh kata yang memiliki fungsi subjek (S)
terlihat pada kalimat (5), serta sebuah kalimat bisa saja hanya memiliki satu fungsi, hal ini
dapat dilihat pada contoh (6).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah sistem
bunyi dalam bahasa Indonesia. Fonologi mencakup dua kajian ilmu, yaitu fonetik dan
fonemis. Fonologi dibagi menjadi satu submateri, yaitu membedakan fonem bahasa
Indonesia. Ejaan merupakan aturan yang melambangkan bunyi bahasa menjadi bentuk huruf,
kata serta kalimat. Morfologi merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk
pembentukan kata. Morfologi dibagi menjadi lima submateri, yaitu afiksasi, reduplikasi,
proses pemajemukan, serta mengidentifikasi proses morfologis. Proses perulangan atau
reduplikasi adalah pengulangan bentuk, baikseluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan
variasi fonem maupun tidak. Sintaksis dibagi menjadi tiga submateri, yaitu frasa, klausa, dan
kalimat.

B. Saran
Sebagai seorang guru, Pemahaman struktur fonologi dan morfologi Bahasa Indonesia
perlu diperluas, karena selain dapat menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang
baik dan benar dalam kehidupan sehari- hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan
kemampuan berbahasa siswa.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://fajar-ivanton94.blogspot.com/2012/01/bahasa-indonesia-majas.html

http://www.guruberbagi.net/2019/02/kaidah-struktur-bahasa-indonesia.html

https://mushaitir03.blogspot.com/2017/10/pembelajaran-bahasa-sebagai-
ilmu.html

https://docplayer.info/30092762-Bab-i-pendahuluan-fonologi-morfologi-
sintaksis-dan-leksikal-penggunaan-kata-kata-dalam.html

http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/03/hubungan-semantik-fonologi-
morfologi.html

http://aristhaserenade.blogspot.com/2011/01/fonologi-morfologi-dan-sintaksis-
bahasa.html

13

Anda mungkin juga menyukai