Anda di halaman 1dari 15

STRATEGI PEMBELAJARAN BASED LEARNING

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“ Model & Strategi Pembelajaran PAI”

Disusun Oleh:

Alif Nur Ghozali (06020121032)


Eky Muhammad Bahruddin (06030121077)
Nur ‘Izzah Maulidiya (06040121121)

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. M. Suyudi, M. Ag.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya, tentunya kami tidak akan bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Sholawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada baginda tercinta yaitu Nabi
Muhammad Saw yang telah membawa kita dar jalan kegelapan menuju jalan yang
terang benderang yakni addinul islam wal iman.
Terima kasih kepada Prof. Dr. H. M. Suyudi, M. Ag. selaku dosen
pengampu mata kuliah “Model & Strategi Pembelajaran PAI” yang membimbing
dalam pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang senantiasa membantu dalam hal mengumpulkan data-data
dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini penulis menjelaskan tentang
materi yang berjudul “Strategi Pembelajaran Based Learning”.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, oleh karena itu penulis akan sangat menghargai kritikan
maupun saran untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat memberi manfaat kepada kita semua.

Surabaya, 22 Oktober 22

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Problem Based Learning (PBL)
B. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)
C. Prinsip-prinsip Problem Based Learning (PBL)
D. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)
E. Kenggulan dan Kekurangan Problem Based Learning (PBL)
F. Penerapan Problem Based Learning (PBL) Pada Materi PAI
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar problem based learning (PBL) ?
2. Bagaimana karakteristik problem based learning (PBL) ?
3. Apa saja prinsip-prinsip problem based learning (PBL)?
4. Apa saja langkah-langkah problem based learning (PBL) ?
5. Apa saja keunggulan dan kekurangan problem based learning (PBL) ?
6. Bagaimana penerapan problem based learning (PBL) pada materi PAI ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar problem based learning.
2. Untuk mengetahui karakteristik problem based learning.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip problem based learning.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah problem based learning.
5. Untuk mengetahui keunggulan dan kekurangan problem based learning.
6. Untuk mengetahui penerapan problem based learning pada materi PAI.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Model Pembelajaran Problem based learning (PBL)


Strategi pembelajaran dalam kurikulum 2013 menuntun siswa
mengembangkan kemampuan berfikir logis, kritis dan kreatif melalui model-
model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa. Salah satu model
pembelajaran yang direkomendasikan adalah pembelajaran berbasis
masalah(PBL) . Problem-based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis
masalah dikenal melalui berbagai nama seperti Pembelajaran Projek (Project
Based-Learning), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experienced Based
Education), Belajar Autentik (Autentic Learning), Pembelajaran Berakar pada
kehidupan nyata (Anchored Instruction), Problem Based Learning, dan
sebagainya. Secara garis besar PBL terdiri dari kegiatan menyajikan kepada siswa
situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan
bagi siswa untuk melakukan penyelidikan (Ibrahim, 2005)
Model pembelajaran PBL pada hakikatnya merupakan suatu model
pembelajaran yang menitikberatkan pada kegiatan pemecahana masalah dalam
pelaksaan proses pembelajarannya. PBL merupakan salah satu model
pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa
serta dapat digunakan untuk melatih berbagai keterampilan sosial yang diperlukan
siswa.(Mufangati & Juarsa, n.d.) PBL adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode
ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan
masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Strategi pembelajaran dengan berbasis masalah dalam sistem pembelajaran dapat
menghubungan antara pengetahuan, sikap dan keterampilan. Selain daripada itu,
dapat mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara
sistematis terutama pada era global seperti saat ini. (Malikha, n.d.)
Problem based learning (PBL) adalah pedekatan pembelajaran yang bertujuan
untuk mendorong peserta didik berusaha belajar mandiri dalam memecahkan
masalah dengan mengembangkan kemampuan menganalisis dan mengelola
informasi. PBL merupakan suatu model pembelajaran yang menyajikan berbagai
masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga merangsang siswa untuk
belajar dan memecahkan masalah-masalah tersebut. Model ini juga dapat
merangsang aktivitas berpikir tingkat tinggi oleh siswa melalui kegiatan
memecahkan masalah yang dapat mendorong keseriusan, belajar menemukan, dan
berpikir dengan cara yang bermakna.
PBL dirancang tidak untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-
banyaknya kepada siswa. Namun PBL lebih diarahkan untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan menyelesaikan masalah
dan keterampilan intelektualnya, mempelajari peranan orang dewasa melalui
berbagai situasi riil atau situasi yang disimulasikan agar menjadi siswa yang
mandiri.
Esensi PBL telah dirumuskan oleh Barrows (Savery, 2006) dalam beberapa
butir berikut :
1. Siswa harus mempunyai tanggung jawab pada belajarnya sendiri.
2. Permasalahan yang diangkat dalam PBL harus bersifat ill-structured (atau
belum terstruktur dengan baik), yang memungkinkan bagi inkuiri bebas.
3. Belajar seharusnya terintegrasi dari sejumlah disiplin ilmu (atau pengetahuan),
atau berasal dari berbagai sumber informasi.
4. Bekerja secara kolaboratif sangat penting (untuk sharing informasi, dan ide)
terkait dengan suatu permasalahan.
5. Apa yang telah siswa pelajari dalam belajar mandiri harus diaplikasikan pada
permasalahan melalui reanalysis dan resolution.
6. Analisis akhir tentang apa yang telah dipelajari dari pemecahan masalah dan
konsep atau teori apa yang telah dipelajari melalui diskusi, sangatlah penting.
7. Self dan peer assessment seharusnya dilakukan pada tiap akhir pemecahan
masalah, atau unit program PBL.
8. Aktivitas dalam PBL harus bermakna dalam kehidupan sehari-hari.
9. Ujian siswa seharusnya mengukur kemajuan siswa menuju tujuan akhir PBL.
10. PBL, secara pedagogis, seharusnya mendasarkan pada kurikulum, bukan
merupakan bagian kurikulum.

B. Karateristik Model Pembelajaran Problem based learning (PBL)


Problem based learning (PBL) sebagai sebuah model pembelajaran yang
memiliki langkah-langkah yang sistematis, PBL memiliki karakteristik tersendiri
dalam pelaksanaan pembelajarannya. Menurut Rusman (2012: 232, dalam
(Mufangati & Juarsa, n.d.) ), karakteristik model PBL adalah sebagai berikut:
1. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.
2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata
yang tidak terstruktur.
3. PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
4. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective).
5. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam belajar.
6. Belajar pengarahan diri menjadi hal utama.
7. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan
evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBL.
8. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.
9. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalahan.
10. Sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.

C. Prinsip-prinsip Problem Base Learning (PBL)


Boud dan Feletti (1997) mengemukakan bahwasanya problem based learning
merupakan strategi pembelajaran inovasi yang signifikan dalam dunia pendidikan.
Kurikulum dalam problem based learning (PBL) dapat membantu meningkatkan
perkembangan keterampilan seperti membantu mengasah pola pikir yang terbuka,
reflektif, kritis, dan belajar aktif. Adapun prinsip-prinsip dalam problem based
learning, diantaranya:
1. Pembelajaran Konstruktif
Problem based learning dalam segi pedagogis didasarkan pada teori
belajar konstruktivisme, dimana belajar konstruktivisme ini memiliki beberapa
ciri, yaitu:1
a. Permasalahan diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalah dan
lingkungan belajar.
b. Pergulatan dengan masalah dan proses inquiry masalah menciptakan
disonansi kognitif yang menstimulasi belajar.
c. Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi dan negosiasi sosial dan
evaluasi terhadap keberadaan sebuah sudut pandang.
Dalam pembelajaran konstruktif, siswa diarahkan untuk aktif dalam
membangun pengetahuan yang diperoleh. Siswa yang aktif memiliki kriteria
yaitu mampu membangun pengetahuan terhadap informasi baru yang
kemudian dihubungkan dengan dasar keilmuan dengan cara melakukan
diskusi. Siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan sebelumnya dengan
ilmu baru yang telah didapat. Sehingga mahasiswa dapat memperluas
pengetahuan mengenai informasi baru tersebut.
2. Pembelajaran Mandiri ( Self Regulated Learning )
Salah satu prinsip problem based learning salah satunya ialah
pembelajaran mandiri. Pembelajaran mandiri ini memiliki tujuan yaitu
pembelajaran yang aktif merencanakan, memantau dan mengevaluasi sendiri
suatu proses belajar. Perencanaan pembelajaran harus dapat menyususn
berbagai cara dalam menyelesaikan setiap tugas, kemudian menyusun tugas,
memilih strategi yang tepat dan mengidentifikasi berbagai rintangan yang
dihadapi pada proses pembelajaran. 2
Tidak hanya itu, siswa juga harus memantau setiap kegiatan yang sedang
dilakukan dan mengantisipasi terhadap kemungkinan suatu kejadian yang tak

1
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru ( Jakarta: Raja
Grafindo, 2010 ), hal 231.
2
Suyatno, “Prinsip Dasar Problem Based Learning (PBL)” , dalam
http://garduguru.blogspot.com/2011/05/prinsip-dasar-problem-based-learning.html# . Diakses
pada 15 Oktober 2022.
terduga. Setelah semua proses belajar berakhir, pembelajar melakukan
evaluasi terhadap proses belajar yang telah dilalui.
3. Pembelajaran Kolaborasi
Pembelajaran kolaboratif merupakan salah satu prinsip dari problem based
learning (PBL) dengan menggunakan metode pembelajaran yang
menggabungkan beberapa orang dalam satu kelompok untuk melakukan
interaksi. Hal tersebut dapat membentuk dampak posistif dalam suatu
pembelajaran. Pembelajaran kolaboratif ini memiliki tujuan yaitu untuk
menstimulasi setiap siswa dalam melakukan interaksi dan membagi ilmu dan
informasi yang telah diperoleh. Metode pembelajaran ini dapat membuat
mahasiswa menyimpan informasi dalam jangka waktu lama.3
4. Pembelajaran Konstektual
Pembelajaran konstektuan merupakan metode pembelajaran yang
didasarkan pada situasi yang dapat membimbing pembelajar dalam
mendapatkan pengetahuan baru. Pembelajar dapat berpikir profesional dalam
menghadapi situasi yang sesuai dengan kasus yang ada. Namun, pada
pembelajaran kontekstual, pembelajar akan mengalami kesulitan dalam
menghubungkan ilmu yang didapat dengan situasi baru yang akan dihadapi.

D. Langkah-langkah dalam Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah atau biasa di kenal dengan problem based


learning atau biasa disingkat (PBL) merupakan salah satu strategi pembelajaran
yang inovatif sehingga dapat memberikan kondisi yang aktif serta kondusif
kepada siswa. Problem based learning merupakan pembelajaran yang melibatkan
siswa untuk dapat memecahkan suatu masalah dengan melalui beberapa tahapan
metode ilmiah sehingga nantinya bisa memiliki pengetahuan dan keterampilan
untuk memecahkan masalah tersebut. 4

3
Ashrafi Mustika Effendi, “Persepsi Dokter Muda Tentang Pembelajaran Penulisan Resep Pada
Tahap Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia”, dalam
https://dspace.uii.ac.id/. Diakses pada 13 Oktober 2022.
4
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru ( Jakarta: Raja
Grafindo, 2010 ), hal 229.
Dalam memecahkan sebuah masalah pada problem based learning (PBL),
siswa harus memecahkan masalah tersebut dengan sistematis dan terencana sesuai
langkah-langkah metode ilmiah. Oleh karena itu, problem based learning sebagai
strategi pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar dengan melakukan
kerja ilmiah yang sangat baik bagi siswa. Adapun langkah-langkah pemecahan
masalah dalam pembelajaran problem based learning ada lima tahapan, Ibrahim
dan Nur (2003: 13) dan Ismail (2002:1).

Tabel 1. Sintaks Problem Based Learning

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1. Orientasi siswa pada Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan


masalah logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
2. Mengorganisasi siswa Membantu siswa mendefinisikan dan
untuk belajar mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing Mendorong siswa untuk mengumpulkan
penyelidikan informasi yang sesuai, melaksanakan
individual/ kelompok eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan Membantu siswa dalam merencanakan dan
menyajikan hasil menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
karya dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya.
5. Menganalisis dan Guru mampu membantu siswa untuk
mengevaluasi proses melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
pemecahan masalah penyelidikan mereka dan proses yang mereka
gunakan

1. Fase 1: mengorientasi siswa pada masalah.


Pada fase ini, pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan
pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam
penggunaaan problem based learning (PBL), guru berperan untuk
menjelaskan secara rinci prposes apa saja yang harus dilakukan oleh siswa.
Tidak hanya itu, guru juga berperan untuk mengevaluasi proses pembelajaran.
Hal ini sangat penting dilakukan agar dapat memotivasi siswa, sehingga dapat
engage atau mengikutsertakan dalam pembelajaran yang dilakukan. Pada fase
ini memiliki empat hal penting dalam proses ini, yaitu:5
a. Tujuan utama dalam pengajaran ini ialah belajar bagaimana menyelidiki
masalah-masalah dan belajar membiasakan menjadi siswa yang mandiri.
b. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban
yang mutlak “benar”, sebuah masalah yang rumit mempunyai banyak
penyelesaian dan seringkali bertentangan.
c. Selama tahap penyelidikan, siswa didorong agar mampu mengajukan
pertanyaan serta mencari informasi. Siswa diarahkan untuk berusaha dan
bekerja mandiri maupun bekerja sama dengan temannya, dan guru
berperan sebagai pembimbing yang membantu siswa ketika dalam
kesulitan.
d. Pada tahap analisis dan penjelasan, siswa didorong agar dapat
berkontribusi dalam menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh
kebebasan.
2. Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Problem based learning (PBL) juga mendorong agar siswa dapat belajar
berkolaborasi. Dalam memecahkan masalah hal yang dibutuhkan salah
satunya ialah bekerja sama. Oleh karena itu, guru dapat menentukan dan
membagikan kelompok dalam kegiatan pembelajaran siswa untuk lebih
mudah memecahkan masalah yang berbeda. Setelah membagikan kelompok
dalam memecahkan masalah, guru dan siswa dapat menetapkan subtopik-
subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan dan jadwal. Pada tahap ini
peran utama seorang guru ialah mengupayakan siswa untuk terlibat dan aktif

5
Ngalimun, Strategi Pembelajaran ( Yogyakarta: Penerbit Para Ilmu, 2017 ), hal 182-183.
dalam sejumlah kegiatan penyelidikan, yang kemudian hasil penyelidikan
tersebut dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut. 6
3. Fase 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Hal penting dalam problem based learning (PBL) salah satunya ialah
penyelidikan yang melibatkan karakter identik, pengumpulan data dan
eksperimentasi, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan.
Dan guru berperan untuk membantu mendorong siswa untuk mengumpulkan
data dan melakukan eksperimen secara betul-betul sampai benar-benar
memahami situasi permasalahan sehingga siswa mampu mengumpulkan
informasi yang cukup dalam menciptakan dan membangun ide.
Setelah mengumpulkan cukup data dan memberikan penjelasan mengenai
permasalahan fenomena yang sedang di selidiki, hal yang selanjutnya
dilakukan ialah siswa mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis,
penjelasan dan pemecahan.7 Selama pengajaran pada fase ini, guru dapat
membantu mendorong siswa untuk menyampaikan idenya. Kemudian
mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berpikir tentang kelayakan
hipotesis dan solusi yang mereka buat tentang kualitas informasi yang
dibutuhkan. Oleh sebab itu, selama fase ini berlangsung, guru harus
menyediakan bantuan yang dibutuhkan oleh siswa dalam kegiatan
penyelidikan.
4. Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Langkah selanjutnya ialah memamerkan hasil karya siswa. Pada fase ini,
guru berperan sebagai organisator pameran. Alangkah lebih baik lagi jika
pertunjukan hasil karya siswa ini juga melibatkan banyak orang seperti siswa
lainnya, guru-guru, orang tua dan lainnya yang nantinya bisa menjadi penilai
atau memberikan umpan balik, saran, maupun komentar.
5. Fase 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

6
Ibid, hal 183-184.
7
Husnul Hotimah, “Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning Dalam
Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal Edukasi, Vol. 07,
No.03, 2020, hal 7.
Fase ini merupakan tahap terakhir yang dimaksudkan untuk membantu
siswa untuk menganalisis dan mengevaluasi proses, keterampilan dan
penyelidikan yang mereka lakukan sendiri. Dan guru harus meminta siswa
untuk mengkontruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama
proses kegiatan belajar berlangsung yaitu dengan memberikan beberapa
pertanyaan untuk kemudian mendapatkan umpan balik dan menginvestigasi
kelemahan dan kekurangan pada problem based learning (PBL).8

E. Keunggulan dan Kekurangan PBL


Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan,
sebagaimana model PBL (Problem Based Learning) juga memiliki kelebihan dan
kekuranganya. Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan PBL:9
1. Keunggulan PBL
a. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
b. Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
c. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami
masalah dunia nyata.
d. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
e. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan
mengembangkan pengetahuan mereka guna menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
f. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka miliki dalam dunia nyata.
g. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
h. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna
memecahkan masalah dunia nyata.
2. Kekurangan Problem Based Learning (PBL)
8
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru ( Jakarta: Raja
Grafindo, 2010 ), hal 241-244.
9
Ngalimun, Strategi dan Meodel Pembelajaran (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013),
a. Ketika siswa tidak memiliki keinginan atau tidak memiliki kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba.
b. Sebagian siswa mempunyai pendapat bahwa tampa pemahaman mengenai
materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, mengapa mereka
harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka
mereka hanya ingin mempelajari apa yang ingin mereka pelajari saja.
F. Penerapan PBL Didalam Materi PAI
Penerapan Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran PAI harus
memperhatikan karakteristik yang dimiliki materi PAI didalam PBL. Tiga
karakteristik dasar yang harus diperhatikan dalam penerapan Problem Based
Learning (PBL) didalam materi PAI yaitu:10 1) permasalahan PAI sebagai
stimulus untuk pembelajaran; 2) guru berperan sebagai facilitator; dan 3) kerja
kelompok merupakan stimulus untuk interaksi. Problem Based Learning (PBL)
tidak hanya mengenai pemecahan masalah PAI yang ada dalam diri siswa maupun
diluar siswa, namun lebih tepatnya mengambil keuntungan dari permasalahan
yang dihadapi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman. Ciri yang
paling utama dari strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu
dimunculkannya masalah pada awal pembelajarannya. Permasalahan yang
disajikan didalam materi PAI adalah permasalahan riil, artinya masalah itu nyata
ada dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa melakukan penyelidikan
autentik untuk menghasilkan suatu solusi. Siswa menganalisis untuk merumuskan
masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan
menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan, dan
menggambarkan hasil akhir. Metode-metode penyelidikan tergantung pada sifat
dari masalah yang sedang dipelajari. Menghasilkan produk dan memamerkannya.
Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa membuat produk. Siswa

10
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu perlu (Bogor : Penerbit
Ghalia Indonesia, 2014), 67.
bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil
karyanya.

Anda mungkin juga menyukai