Anda di halaman 1dari 9

Pemanfaatan Barang Milik Negara Berdasarkan Peraturan Panglima TNI

dan UU Koperasi

Pendahuluan

Setiap instansi pemerintah memerlukan aset tetap untuk menjalankan kegiatan


operasionalnya, termasuk Tentara Nasional Indonesia (TNI). Aset tetap pemerintah merupakan
kekayaan negara yang disebut Barang Milik Negara (BMN), yang dikelola oleh pejabat yang
berwenang, dalam kajian ini, yaitu TNI. Menurut Mulyadi (2016:497), aset tetap merupakan aset
perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan
diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali.
Menurut Lubis dan Ratna (2017:79), aset tetap didefinisikan sebagai harta yang dimiliki dan
digunakan oleh perusahaan yang mempuyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Menurut
Rudianto (2015:256), aset tetap adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relatif
permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk diperjualbelikan.

Pemanfaatan BMN diatur dalam Pasal 27 PP No. No.27 Tahun 2014 dan diubah menjadi
PP No.28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas PP No.27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah, tentang bentuk pemanfaatan yang dapat berupa sewa, pinjam
pakai, kerja sama pakai, bangun pakai atau membangun serah terima, dan kerjasama dalam
penyediaan infrastruktur. Tujuan Peraturan Pemerintah ini adalah untuk melaksanakan
pendayagunaan BMN secara teratur, terarah, adil, dan akuntabel. Penerapan pemanfaatan BMN
secara optimal juga dapat mengurangi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
akibat berkurangnya atau hilangnya biaya pemeliharaan yang ditanggung oleh penyewa.
Sehingga, APBN dapat dimanfaatkan untuk kepentingan atas kesejahteraan rakyak lainnya
dengan sebesar-besarnya.

Usaha dalam meningkatkan pendapatan Negara dengan memanfaatkan Barang Milik


Negara tidak hanya dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) namun juga dilakukan
oleh TNI melalui badan hukum Koperasi dan diatur juga melalui Peraturan Panglima (Perpang)
TNI Nomor 49 Tahun 2015 tentang Pemanfaatan Barang Milik Negara berupa Tanah dan/atau
Bangunan di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia. Menurut Perpang TNI Nomor 49 Tahun
2015, BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah. Pengelola barang adalah Menteri Keuangan sebagai pejabat yang
berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan
pengelolaan BMN. Kuasa Pengguna Barang yang selanjutnya disingkat KPB adalah pejabat di
lingkungan TNI, yaitu Panglima TNI, yang ditunjuk oleh Menteri Pertahanan untuk
menggunakan BMN yang berada dalam penguasaannya.

Koperasi menurut Peraturan Panglima TNI No. Perpang /93/XII/2009 tentang penataan
koperasi, yayasan dan pemanfaatan barang milik Negara dilingkungan TNI mengungkapan
bahwa kedudukan koperasi tidak berstatus struktural, tetapi berada di luar struktur organisasi
TNI dengan tugas pokok membina dan menunjang kesejahteraan anggota beserta keluarganya.
Koperasi TNI ini, bertanggung jawab dalam pengelolaan asset-aset TNI berupa tanah maupun
bangunan yang juga merupakan BMN. Berdasarkan Undangan-Undangan Koperasi yang
dimaksud dengan Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan
hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Pada TNI Angkatan Laut (AL), salah satu alternatif untuk melaksanakan pemanfaatan
Barang Milik Negara (BMN) adalah dengan cara penyewaan Barang Milik Negara (BMN)
dengan pihak lain atau pihakketiga yang dikelola oleh Induk Koperasi Angkatan Laut (Inkopal).
Beberapa perusahaan swasta telah melaksanakan perjanjian sewa terhadap beberapa asset BMN
yang dikelola Inkopal ini, salah satunya adalah pemanfaatan BMN yang di sewa Wisma Benhil
untuk dibangun tempat penginapan. Pemanfaatan BMN dengan penyewaan ini dilaksanakan
dengan cara menyewakan BMN yang menganggur, khususnya aset-aset yang terletak di kawasan
strategis seperti pusat kota agar lebih berdaya guna. Sebelum melaksanakan penyewaan aset
tentunya diperlukan izin oleh pihak berwenang serta melakukan perjanjian dengan pihak satuan
kerja pengelola asset agar tidak menimbulkan sengketa hukum di kemudian hari.

Pada tulisan ini, penulis bermaksud mengkaji pemanfaat badan milik Negara yang
dikelola Inkopal yang mengacu pada suatu peraturan dan perundang-undangan, yaitu Peraturan
Panglima TNI dan Undang-Undang Koperasi yang dikaitkan dengan teori pemanfaatan dan
praktek yang menyangkut objek masalah, yaitu kedudukan Inkopal yang melakukan bisnis tidak
langsung TNI berupa pengelolaan aset dan pemanfaatan tanah TNI, serta menganalisanya
berdasarkan semua data yang diperoleh dalam praktek.

Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini adalah pendekatan kasus karena penulisan
ini akan mengkaji perjanjian sewa pemanfaatan BMN yang dikelola Inkopal ditinjau dari analisis
teori pemanfaatan dikaitkan dengan Peraturan Panglima TNI dan Undang-Undang Koperasi.
Mengenai bentuk-bentuk pemanfaatan BMN yang dikelola Inkopal berupa sewa atau pinjam
pakai toko dan kantor.

Pemanfaatan BMN menurut Perpang TNI

Pemerintah dan TNI berkeinginan untuk mereformasi diri dalam upaya mewujudkan TNI
yang professional. Hal ini dijelaskan dalam Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/45/VI/2010
yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak
berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya. Menurut Perpang TNI Nomor 49 Tahun 2015 tentang
Pemanfaatan Barang Milik Negara berupa Tanah dan/atau Bangunan di Lingkungan Tentara
Nasional Indonesia pada pasal 3 menjelaskan bahwa pemanfaatan BMN dilaksanakan sepanjang
tidak merugikan negara dan tidak mengganggu pelaksanaan tugas pokok dan fungsi TNI, serta
tidak mengubah status kepemilikan BMN. BMN yang menjadi objek pemanfaatan harus
ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola Barang/Pengguna Barang, dalam hal ini yaitu
Pengelola Barang adalah Menteri Keuangan sebagai pejabat yang berwenang dan bertanggung
jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan BMN. Sedangkan
Pengguna Barang adalah Menteri Pertahanan sebagai pejabat yang berwenang atas penggunaan
BMN di lingkungan Kemhan dan TNI.

Tindakan yang diambil pemerintah mengenai penataan pada koperasi di lingkungan TNI
adalah langkah yang tepat, karena INKOPAL bertugas pokok dalam rangka membina dan
menunjang kesejahteraan anggota dan keluarganya. Komandan satuan membantu meningkatkan
kesejahteraan anggota melalui koperasi sesuai dengan anggaran dasar atau anggaran rumah
tangga koperasi. Berdasarkan hal tersebut, tidak ditemukan bisnis yang sekiranya merugikan dan
mengganggu tugas pokok TNI dalam menjaga pertahanan NKRI. Kegiatan bisnis yang dilakukan
INKOPAL juga dapat membantu dalam penambahan anggaran TNI AL yang bukan berasal dari
negara. Hal ini perlu dilakukan pemanfaatan BMN dengan pertimbangan: Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) tidak tersedia atau tidak cukup tersedia untuk memenuhi biaya
operasional pemeliharaan maupun perbaikan yang diperlukan terhadap BMN dimaksud,
bermanfaat bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi satuan-satuan kerja di lingkungan TNI, dan
meningkatkan kesejahteraan Prajurit/Pegawai Negeri Sipil beserta keluarganya.

Mitra Pemanfaatan BMN dikalangan TNI meliputi: Pemerintah daerah, BUMN, Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD), swasta, unit penunjang kegiatan penyelenggaraan pemerintahan/
Negara, dan badan hukum lainnya. Mitra untuk Pemanfaatan BMN dalam bentuk KSP BMN
ditetapkan melalui tender, kecuali untuk BMN yang bersifat khusus dapat dilakukan penunjukan
langsung. Sewa BMN dilaksanakan setelah dilakukan kajian berdasarkan aspek-aspek berikut.

a. Aspek teknis, yaitu: 1. dilaksanakan dalam rangka pengamanan terhadap BMN untuk
mencegah terjadinya penggunaan oleh pihak lain secara tidak sah; 2. dilaksanakan dalam rangka
pemeliharaan BMN untuk mencegah terjadinya kerusakan dan/atau memperbaiki kerusakan pada
BMN karena tidak tersedianya anggaran pemeliharaan; 3. terdapat kemungkinan terjadi
perubahan struktur pada BMN yang akan disewakan; dan 4. nilai manfaat bagi penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi satuan kerja di lingkungan TNI.

b. Aspek ekonomi, yaitu keuntungan dan kerugian dilaksanakannya Sewa BMN.

c. Aspek yuridis, yaitu: 1. kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang dan penataan kota
untuk menghindari kemungkinan terjadinya resiko sosial; 2. kesesuaian pemanfaatan BMN
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 3. kemungkinan adanya
permasalahan/sengketa dengan pihak lain tentang status tanah dan/atau bangunan.

d. Aspek administrasi, yaitu kelengkapan dan keabsahan data/dokumen yang diperlukan


dalam rangka pelaksanaan Penyewaan BMN.

Jangka waktu Sewa BMN dapat lebih dari 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk
kerja sama infrastruktur, kegiatan dengan karakteristik usaha yang memerlukan waktu sewa lebih
dari lima tahun, dan ditentukan lain dalam Undang-Undang. Tarif/besaran sewa atas BMN yang
disewakan ditetapkan dalam keputusan sebagaimana dimaksud dalam Perpang TNI No. 49
Tahun 2015 Pasal 3 ayat (6) sesuai nilai yang ditentukan oleh Pengelola Barang. Tarif/besaran
sewa atas BMN untuk kerjasama infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam Perpang TNI No.
49 Tahun 2015 Pasal 11 ayat (2) huruf a atau untuk kegiatan dengan karakteristik usaha yang
memerlukan waktu sewa lebih dari 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(2) huruf b dapat mempertimbangkan nilai keekonomian dari masing-masing jenis infrastruktur.
Perhitungan dan pembayaran uang sewa dilakukan sesuai ketentuan perundang-undangan
tentang pemanfaatan BMN.

Permohonan perpanjangan jangka waktu Sewa BMN dengan periode sewa per tahun
diajukan secara berjenjang kepada KPB paling lambat 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya
jangka waktu sewa. Permohonan perpanjangan jangka waktu Sewa BMN sebagaimana dimaksud
diajukan dengan melengkapi persyaratan sebagaimana permohonan sewa pertama kali dan
perpanjangan jangka waktu sewa dilakukan setelah dievaluasi oleh Pengguna Barang dan
Pengelola Barang sesuai tingkat kewenangannya masing-masing. Perjanjian Sewa BMN berakhir
dalam hal: a. Jangka waktu sewa berakhir; b. Pengelola Barang atau Pengguna Barang mencabut
Persetujuan Sewa BMN dalam rangka pengawasan dan pengendalian; c. Berlakunya syarat batal
sesuai perjanjian; dan d. Ketentuan lain sesuai peraturan perundang-undangan.

Pemanfaatan BMN di Lingkungan TNI menurut UU Koperasi

UU Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian pada Pasal 43 ayat (1) menjelaskan
bahwa Usaha Koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk
meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota. Dalam salah satu peraturan pelaksana penataan
Koperasi di Lingkungan TNI yaitu Peraturan Panglima TNI No. Perpang/XII/2009 pada Pasal 8
huruf a menyebutkan bahwa Usaha Koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan
kepentingan anggota untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota, pengelolaan usaha
Koperasi harus dilaksanakan secara produktif, efektif dan efisien serta mempertimbangkan untuk
memperoleh sisa hasil usaha yang wajar.

Berdasarkan pada UU Koperasi yang berlaku, dan dalam Pasal 7 ayat (1) Permenhan
Nomor 22 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa Kegiatan usaha Koperasi di lingkungan TNI
dilakukan untuk melayani kebutuhan anggota. Kegiatan usaha Koperasi di lingkungan TNI
Angkatan Laut disebut dengan Induk Koperasi Angkatan Laut (INKOPAL). INKOPAL bertugas
pokok dalam rangka membina dan menunjang kesejahteraan anggota dan keluarganya.
Komandan satuan membantu meningkatkan kesejahteraan anggota melalui koperasi sesuai
dengan anggaran dasar atau anggaran rumah tangga koperasi.

Berdasarkan hal tersebut, tidak ditemukan bisnis yang sekiranya merugikan dan
mengganggu tugas pokok TNI dalam menjaga pertahanan NKRI. Kegiatan bisnis yang dilakukan
INKOPAL juga dapat membantu dalam penambahan anggaran TNI AL yang bukan berasal dari
negara. Hal ini perlu dilakukan karena salah satu alasan paling mendasar keterlibatan tentara
dalam bisnis adalah negara tidak mampu menyediakan anggaran yang cukup. Selama ini APBN
hanya mampu menutup 30% dari kebutuhan TNI. Dalam struktur anggaran juga tampak alokasi
terbesar justru untuk anggaran rutin, seperti gaji. Padahal untuk keperluan militer, seharusnya
alokasi terbesar untuk pengadaan senjata dan biaya perawatannya.

Pemanfaatan BMN yang dilakukan INKOPAL diperbolehkan juga didasarkan pada


adanya ketentuan mengenai pertanggungjawaban atas pemanfaatan BMN di lingkungan TNI AL
yaitu berada pada pengguna barang (Menteri Pertahanan) dan mitra pemanfaatan (INKOPAL).
Sehingga dapat dilihat bahwa hubungan INKOPAL dengan pihak ketiga dilaksanakan atas
kewenangan INKOPAL dengan persetujuan pengguna barang (Menteri Pertahanan) dan
ditanggungjawabi oleh keduanya, selanjutnya diikuti dengan persetujuan pengelola barang
(Menteri Keuangan).

Pemanfaatan BMN Berupa Sewa Toko dan Kantor yang Dikelola INKOPAL

Pemanfaatan BMN dalam bentuk sewa menyewa merupakan suatu jenis perjanjian
khusus. Hal ini memiliki makna bahwa Peraturan Perundang-undangan khusus berlaku untuk
mengatur tata cara aktivitas sewa menyewa BMN sebagai Lex Specialis, dalam kalangan TNI
mengacu pada Perpang TNI Nomer 49 Tahun 2015 tentang Pemanfaatan Barang Milik Negara
berupa Tanah dan/atau Bangunan di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia. Pada tuisan ini
INKOPAL mengelola pemanfaatan BMN berupa sewa Toko dan Kantor. Untuk mengetahui
lebih jelas mengenai pemanfaatan BMN berupa sewa Toko dan Kantor yang dikelola INKOPAL,
berikut penulis sajikan lebih jelas pada tabel ini:

Masa Berakhir
Penyewa Awal Sewa Biaya Sewa
Sewa
Wisma Benhil 9 November 2000 23 Desember 2028 Rp. 1.450.000.000/tahun (naik
10% per 3 tahun) dengan
jumlah 248 unit. Bagi hasil 25%
dari pengelolaan parkir dengan
jumlah 248 unit Blok A-C dan
124 unit Blok F-G.
PT. Trisaha Eka 11 April 2001 11 Juni 2027 US$. 138.600/tahun (naik 20%
Pradana per 3 tahun, apabila kurs dolar
di atas Rp.8000 nilai akhir 60%
) dengan jumlah 225 unit.
PT. Trisaha Eka 10 November 30 Nov 2041 Rp. 798.600.000/tahun (naik
Pradana (hotel 2011 10% per 3 tahun)
bintang 2, 101
urban) dan
Sekolah Bertaraf
Internasional
(NJIS)
Marina Tama 15 Januari 2000 14 Januari 2025 Bagi hasil 90% dengan jumlah
Mangga Dua 191 unit
(MMD)
PT. Graha 28 April 2020 25 April 2026 Rp. 231.00.000/tahun (naik
Dameru Megah 10% per 2 tahun)

PT. Persada 30 Mei 2003 31 Mei 2031 Rp.500.000.000/tahun


Gading Elok
PT. Adi Yudha 18 Oktober 2002 27 Februari 2027 1,5 Miliyar/tahun
Pertiwi (Driving
Range)
PT. Alsiko 1 Januari 2005 31 Desember 2029 Bagi hasil 25% (Lapangan Bulu
Mandiri Tangkis)
Yayasan Parvati 1 Juli 2005 30 Juni 2030 1,872 Miliyar/tahun (naik 10%
Devi per 3 tahun)

Dari table di atas dapat dianalisis dari penilaian kelayakan usaha atas kerjasama
pemanfaatan BMN, yaitu tanah milik TNI Angkatan Laut adalah menguntungkan, karena 1)
Kontribusi tetap: Kontribusi tetap adalah pembayaran minimal yang dibayarkan kepada
pemerintah tanpa melihat kondisi dan tingkat keuntungan atau kerugian yang dialami mitra, dan
harus disetorkan ke kas umum negara setiap tahunnya. Besarnya kontribusi tersebut sudah wajar
karena nilainya lebih dari 50% dari aset yang diserahkan pemerintah pada awal kerjasama
pemanfaatan. 2) Pembagian Keuntungan: Pembagian keuntungan merupakan bagi hasil yang
diterima oleh pemerintah atas keuntungan pendapatan yang diperoleh oleh mitra atas dasar
prosentase tertentu sesuai perjanjian selama kerjasama pemanfaatan. Besarnya pembagian
keuntungan yang diterima pemerintah tersebut sudah wajar karena nilainya lebih dari 10% dari
aset yang diserahkan pemerintah pada awal kerjasama pemanfaatan.

Selain itu, dengan ditandantanganinya perjanjian antara INKOPAL dengan penyewa


maka dapat dikatakan sudah terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak. Dalam
penandatangananan perjanjian kedua belah pihak sudah diwakili oleh pihak-pihak yang
berwenang dan sudah mengacu berdasarkan Perpang TNI dan UU Koperasi dalam melakukan
tindakan hukum. perjanjian tersebut didasari dengan kausa yang halal karena semua tindakan
hukum, objek hukum, subjek hukum semua dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
pada PMK.No.115/PMK.06/2020 Tentang Pemanfaatan Barang Milik Negara. Objek yang
disewakan juga jelas, berupa Toko dan Kantor, serta infrastruktur lainnya, seperti lapangan bulu
tangkis yang di sewa oleh PT. Alsiko Mandiri. Terpenuhinya unsur-unsur tersebut maka
pelaksanaan perjanjian Sewa BMN tersebut dapat dikatakan sah secara hukum, sehingga dengan
adanya perjanjian sewa BMN tersebut merupakan perwujudan kerjasama antara Pemerintah
dengan swasta yang diaplikasikan dengan perjanjian kontrak bisnis sewa BMN.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pembahasan, dapat disimpulkan bahwa; Perjanjian sewa


pemanfaatan BMN yang dikelola INKOPAL dilihat dari segi nilai, kegunaan, dan efisiensi dapat
diterapkan meskipun proses penandantanganan kontrak memakan waktu yang agak lama, karena
di sisi yang menyewakan ada beberapa instansi yang dalam persetujuannya, seperti Kemenkeu.
Disamping itu, pemanfaatan BMN yang dikelola INKOPAL dilihat dari segi penilaian kelayakan
usaha atas kerjasama pemanfaatan BMN sangat menguntungkan bagi kedua pihak; dan
perjanjian sewa pemanfaatan BMN jika dilihat dari unsur-unsur perjanjian, perjanjian tersebut
sah secara hukum.

Dari kesimpulan ini sehingga memberikan dampak positif yakni peningkatan atau
pemasukan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari aset dan Barang Milik Negara yang tidak
terpakai menjadi berguna untuk digunakan. Lain hal tersebut juga dapat menumbuhkan ekonomi
riil dari objek yg disewakan.

Anda mungkin juga menyukai