Makala H
Makala H
Makala H
DOSEN PENGAMPU:
TERSERAH
OLEH:
SALSABILA H. LASAWEDI
SAYYID SADIK ALMAHDI
MOHAMMAD FARID RIDHO
Dia mengatakan, nasionalisme Habib Idrus Bin Salim Aljufri sudah menjadi
fakta dan sudah menjadi milik Negara atau bangsa, milik dunia serta peradaban
ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, ketika orang meneliti Habib Idrus bin Salim
Aljufri pada aspek apapun kita harus terbuka dan tidak merasa inferior, katanya.
Ia menambahkan, berbicara akar sejarah nasionalisme habib idrus dapat dilihat
dari beberapa aspek. Pertama, kata dia, Guru Tua lahir di hadramaut pada waktu
itu dijajah inggris, sehingga ia tumbuh dengan pertarungan dan perlawanan
dengan penjajah. Sejarah mencatat, Habib Idrus bin Salim Aljufri bersama
saudaranya habib Abdul Rahman Ubaidillah pernah melakukan perlawanan
tertutup dan perlawanan terbuka atas cengkraman inggris dan membawa
dokumen ke liga Arab sehingga kata dia, ketika Habib Idrus menjadi muhajirin
masuk ke Indonesia. Dalam catatan sejarah, Habib Idrus Bin Salim Aljufri dua kali
masuk Indnesia, tahun 1911 dan 1922, ungkapnya. Ketika Habib Idrus berada di
pulau Jawa ia berdiaspora, menyaksikan bagaimana pergolakan perjuangan kaum
pergerakan kala itu, sampai bertemu dengan Haji Hasyim Asy’ari, pendiri
nahdlatul Ulama (NU). Lalu, kata dia di akhir tahun 1929, Habib Idrus masuk ke
Sulawesi Tengah dan tahun 1930 mendirikan Madrasah alkhairaat. Menurut
penuturan murid – muridnya, mengapa Guru Tua tidak melakukan perlawanan
dengan senjata, karena menghadapi bangsa penjajah dan menyaksikan bangsa
yang terjajah dalam kondisi tidak berdaya, maka tidak ada cara lain kecuali
dengan mendirikan sekolah. Karena dengan itu, maka dapat menumbuhkan jiwa
patriotisme. Masyarakat harus diisi otaknya untuk keluar dari penjajahan itu.
Maka fakta Sejarah di Alkhairaat dulu di ajarkan Buku; idhatun Nasyi’in karya
seorang wartawan Syekh Mustafa Al – Ghalayin, yang inti dalam kitab itu untuk
membangkitkan semangat patriotism dan Nasionalisme, tutur gani. Ia
menambahkan, akar nasionalisme kedua dari Guru Tua adalah aspek geneologi.
Ibunya adalah Syarifah Nur Aljufri, seorang keturunan dari ibu yang berasal dari
sengkang Wajo, yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Aru Matoa
atau Raja yang di tuakan di Sengkang kabupaten wajo, Sulawesi Selatan. Jadi
Nasionalisme Guru Tua kepada Indonesia murni tidak bercampur dengan apapun.
Oleh karena gen ibunya bercampur dengan Sulawesi, maka Guru Tua memiliki
semangat nasionalisme murni dengan bangsa ini, katanya. Aspek kedua adalah,
ketika membaca di syair – syairnya ( Guru Tua ) di sana akan ditemukan
Nasionalismenya dengan Indonesia. Salah satunya syair terntang bendera merah
putih, pasca proklamasi Kemerdekaan RI. Selain Gani Jum’at, webinar kebangsaan
juga dihadiri dua narasumber lainnya, yakni mantan Sekjen PB Alkhairaat, Dr
Lukman S. Thahir dan Rektor Universitas Alkhairaat ( Unisa ), Dr umar Alatas.
Pesertanya sendiri berasal dari berbagai daerah dan latar belakang, seperti Nu,
pengacara, dan Mahasiswa. Mereka berasal dari Gorontalo, Sulawesi Utara,
Maluku Utara, dan Jawa serta Kota Palu dan beberapa daerah lainnya di Sulawesi
Tengah.