MAKALAH - Docx 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

“NASIONALISME GURU TUA”

DOSEN PENGAMPU:

TERSERAH

OLEH:

SALSABILA H. LASAWEDI
SAYYID SADIK ALMAHDI
MOHAMMAD FARID RIDHO

UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU


FAKULTAS AGAM ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2023/2024
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Nasionalisme Ulama, Habib Idrus Bin Salim Aljufri “ saat menjadi


narasumber dialog virtual” memaknai komitmen kebangsaan Guru Tua yang
diinisiasi media Alkhairaat.

Dia mengatakan, nasionalisme Habib Idrus Bin Salim Aljufri sudah menjadi
fakta dan sudah menjadi milik Negara atau bangsa, milik dunia serta peradaban
ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, ketika orang meneliti Habib Idrus bin Salim
Aljufri pada aspek apapun kita harus terbuka dan tidak merasa inferior, katanya.
Ia menambahkan, berbicara akar sejarah nasionalisme habib idrus dapat dilihat
dari beberapa aspek. Pertama, kata dia, Guru Tua lahir di hadramaut pada waktu
itu dijajah inggris, sehingga ia tumbuh dengan pertarungan dan perlawanan
dengan penjajah. Sejarah mencatat, Habib Idrus bin Salim Aljufri bersama
saudaranya habib Abdul Rahman Ubaidillah pernah melakukan perlawanan
tertutup dan perlawanan terbuka atas cengkraman inggris dan membawa
dokumen ke liga Arab sehingga kata dia, ketika Habib Idrus menjadi muhajirin
masuk ke Indonesia. Dalam catatan sejarah, Habib Idrus Bin Salim Aljufri dua kali
masuk Indnesia, tahun 1911 dan 1922, ungkapnya. Ketika Habib Idrus berada di
pulau Jawa ia berdiaspora, menyaksikan bagaimana pergolakan perjuangan kaum
pergerakan kala itu, sampai bertemu dengan Haji Hasyim Asy’ari, pendiri
nahdlatul Ulama (NU). Lalu, kata dia di akhir tahun 1929, Habib Idrus masuk ke
Sulawesi Tengah dan tahun 1930 mendirikan Madrasah alkhairaat. Menurut
penuturan murid – muridnya, mengapa Guru Tua tidak melakukan perlawanan
dengan senjata, karena menghadapi bangsa penjajah dan menyaksikan bangsa
yang terjajah dalam kondisi tidak berdaya, maka tidak ada cara lain kecuali
dengan mendirikan sekolah. Karena dengan itu, maka dapat menumbuhkan jiwa
patriotisme. Masyarakat harus diisi otaknya untuk keluar dari penjajahan itu.
Maka fakta Sejarah di Alkhairaat dulu di ajarkan Buku; idhatun Nasyi’in karya
seorang wartawan Syekh Mustafa Al – Ghalayin, yang inti dalam kitab itu untuk
membangkitkan semangat patriotism dan Nasionalisme, tutur gani. Ia
menambahkan, akar nasionalisme kedua dari Guru Tua adalah aspek geneologi.
Ibunya adalah Syarifah Nur Aljufri, seorang keturunan dari ibu yang berasal dari
sengkang Wajo, yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Aru Matoa
atau Raja yang di tuakan di Sengkang kabupaten wajo, Sulawesi Selatan. Jadi
Nasionalisme Guru Tua kepada Indonesia murni tidak bercampur dengan apapun.
Oleh karena gen ibunya bercampur dengan Sulawesi, maka Guru Tua memiliki
semangat nasionalisme murni dengan bangsa ini, katanya. Aspek kedua adalah,
ketika membaca di syair – syairnya ( Guru Tua ) di sana akan ditemukan
Nasionalismenya dengan Indonesia. Salah satunya syair terntang bendera merah
putih, pasca proklamasi Kemerdekaan RI. Selain Gani Jum’at, webinar kebangsaan
juga dihadiri dua narasumber lainnya, yakni mantan Sekjen PB Alkhairaat, Dr
Lukman S. Thahir dan Rektor Universitas Alkhairaat ( Unisa ), Dr umar Alatas.
Pesertanya sendiri berasal dari berbagai daerah dan latar belakang, seperti Nu,
pengacara, dan Mahasiswa. Mereka berasal dari Gorontalo, Sulawesi Utara,
Maluku Utara, dan Jawa serta Kota Palu dan beberapa daerah lainnya di Sulawesi
Tengah.

Dalam perkembangannya di Indonesia, konsep nasionalisme menjadi tema


perdebatan yang cukup a lot oleh the founding father’s ( para pendiri bangsa ).
Nasionalisme berasal dari kata Nation yang berarti bangsa. Menurut Ernest
Gellner:
Nationalism as a sentiment, or as a movement, can best be defined in terms
of this principle. Nationalist sentiment is the feeling of anger aroused by the
violation of the principle, or the feeling of satisfaction aroused by its fulfillment. A
nationalist movement is one actuated by a sentiment of this kind.

Pernyataan Ernest ini, memunculkan pengertian bahwa bangsa, mempunyai


dua pengertian, yaitu; dalam pengertian antropologis serta sosiologis dan dalam
pengertian politis. Pada masa berikutnya, nation ( bangsa ) dalam pengertian
politik inilah yang kemudian menjadi focus perdebatan mengenai Nasionalisme.
Disamping itu definisi nasionalisme, juga sangat beragam, antara lain dapat
dijelaskan,: pertama, dalam Encyclopedia Britannicar di temukan makna bahwa
nasionalisme merupakan keadaan jiwa, dimana individu merasa bahwa setiap
orang memiliki kesetiaan dalam keduniaan ( sekuler ) tertinggi kepada Negara
kebangsaan. Kedua, menurut David L. Sill, Nasionalisme adalah suatu ikatan
politik yang mengikat kesatuan masyarakat modem dan memberi pengabsahan
terhadap klaim ( tuntutan ) kekuasaan. Ketiga, menurut Hans Kohn, Nasionalisme
menyatakan bahwa Negara kebangsaan adalah cita – cita dan satu – satunya
bentuk sah dari organisasi politik, dan bahwa bangsa adalah sumber dari semua
tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi.

Dari beberapa devinisi tersebut, sepintas terdapat deferensiasi baik dalam


penekanan makna nasionalisme maupun rumusnya, akan tetapi ada unsur dan
nilai – nilai yang disepakati, bahwa ada keinginan bersama untuk bersatu secara
integrative dalam bidang politik dalam ikatan suatu negaraan kebangsaan
( nasional ). Dengan demikian kita dapat berkata, rasa nasionalisme dapat
dianggap telah muncul apabila persekutuan atau suatu komunitas bangsa
memiliki visi dan cita – cita yang sama untuk mendirikan sebuah Negara
kebangsaan seperti halnya bangsa Indonesia.

Indonesia sebagai entitas bangsa secara politis dinyatakan dengan


kesadaran lahir pada 28 oktober 1928, dan lahir sebagai nation state ( Negara
bangsa ) baru pada proklamasi 17 Agustus 1945. Bangsa Indonesia adalah
fenomena baru, belum pernah ada satu bangsa yang secara politis belum pernah
ada Negara bangsa Indonesia sebelum proklamasi 17 Agustus 1945. Walaupun
secara sosio – kultural terdapat unsur – unsur continuum yang menjadi embrio
lahirnya bangsa Indonesia. Indonesia lahir dari kesadaran sejarah dan kesadaran
politik karena persamaan nasib dan perjuangan untuk membetuk bangsa dan
Negara yang merdeka.

Bersamaan dengan itu, perdebatan mengenai nasionalisme kebangsaan


dalam kaitannya dengan model Negara yang akan didirikan semakin tidak
terelakkan. Maka implikasi dari berlarut – larutnya perdebatan itu, mendorong
kalangan nasionalis islam mendirikan sebuah wadah organisasi SI ( sarekat islam ),
sebagai wadah saluran pemikiran, ide dan cita – cita kebangsaan umat islam.

Anda mungkin juga menyukai