BBL Dapat Kehilangan Panas Tubuh Melalui Cara
BBL Dapat Kehilangan Panas Tubuh Melalui Cara
Evaporasi
Adalah jalan utama bayi kehilangan panas. jika saat lahir tubuh bayi tidak segeradikeringkan dapat terjadi kehilangan panas tubuh bayi sendiri.
Kehilangan panas juga terjadipada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dandiselimuti.
Konduksi
Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaanyang dingin. Meja, tempat tidur, atau timbangan
yang temperaturnya lebih rendah daritubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayidiletakkan di
atas benda-benda tersebut.Contoh :- Menimbang bayi tanpa alas timbangan- Tangan penolong yang dingin saat memegang
BBL- Menggunakan stetoskop dingin untuk memeriksa BBL
Konveksi
Adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebihdingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam
ruangan yang dingin akan cepatmengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udaradari kipas angin,
hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.Contoh :- Membiarkan atau menempatkan BBL di dekat jendela- Membiarkan BBL
di ruangan yang terpasang kipas angin
Radiasi
Adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yangmempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu
tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengancara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun
tidakbersentuhan secara langsung). Panas dipancarkan dari BBL, keluar tubuhnya ke lingkunganyang lebih dinginn (Pemindahan panas antara 2
objek yang mempunyai suhu berbeda)Contoh :- BBL dibiarkan dalam ruangan ber AC- BBL dibiarkan dalam keadaan telanjan
Ny. Ganesa, umur 23 tahun, G2P1A0, usia kehamilan 40 minggu, datang
ke Rumah Bersalin pada jam 08.00 WIB dengan keluhan kenceng-
kenceng sejak jam 03.00 WIB di sertai keluarnya lendir darah. Hasil
pemeriksaan TFU 29 cm, DJJ 132 x/mnt, his 3 x/10 menit, lamanya 40
detik. Pemeriksaan pervaginam: Ø 6 cm, eff 80 %, ketuban utuh, kepala
hodge I.
KASUS (soal no 2)
Ny. Sasa, umur 32 tahun, G3P2A0, usia kehamilan 41 minggu, datang ke
Klinik ibu dan anak mengeluh perutnya terasa mules semakin sering,
selanjutnya bidan melakukan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan TFU 31
cm, DJJ 140 x/mnt, his 3 x/10 menit, lamanya 40 detik. Pemeriksaan
pervaginam: Ø 4 cm, eff 80 %, ketuban utuh, kepala hodge I.
KASUS (soal no 3)
Ny. Krise, umur 20 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 40 minggu, datang ke
Bidan Pratek Mandiri pada jam 22.00 WIB dengan keluhan perut tersa
mules dan keluar lendir bercampur darah. Dari hasil pemeriksaan yang
dilakukan bidan pada jam 04.30 didapatkan Ø 5 cm, eff 75 %, ketuban
utuh, kepala hodge II,.
KASUS (soal no 4)
Ny. Denisa, umur 25 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 42 minggu datang
ke Rumah Sakit mengeluh kenceng-kenceng dan keluar lendir darah dari
kemaluannya. Saat melihat kenaikan penambahan berat badan pasien
selama hamil 18 kg bidan menduga bayinya besar. Berdasarkan hasil
pemeriksaan: TFU 34 cm, DJJ 128x/mnt, his 3x/10menit, lamanya 40
detik.
A,A,C,A,C,D,C,E,B,B
E,A,C,B,B,A,B,B,E,D
B,B,A,B,C,B,D,C,A,C