Anda di halaman 1dari 20

TEORI KETERAMPILAN DASAR MEMBUKA DAN MENUTUP SERTA

KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK

Dosen pengampuh :
Wenny Aulia Sari, M. Pd.

Disusun Oleh Kelompok 3:


1. Syirli Astari ( 2111290009)
2. Silvita Anggraini (2111290013)
3. Rahmi Evi Hidayah ( 2111290002)
4. Okti Kencana Sari ( 2111290014)
5. Riyani Khoerunisya (2111290008)
6. Mutiara Ardila (2111290024)
7. Rendy Ario Pratama (2111290036)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan atas kehadirat allah SWT. atas segala ridho dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Teori keterampilan dasar
membuka dan menutup serta keterampilan membimbing diskusi kelompok” . Shalawat serta
salam kami ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa perubahan yang tak
terhingga dalam kehidupan ini.

Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada ibu Wenny Aulia
Sari, M.Pd. sebagai dosen pengampu pada mata kuliah “Pembelajaran mikro” yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam
makalah ini kami akan membahas mengenai keterampilan dasar membuka dan menutup diskusi
kelompok dan keterampilan membimbing diskusi kelompok.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih
banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Namun demikian, kami berharap makalah ini dapat
memberi manfaat bagi pembaca.

Bengkulu, Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan penulisan.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Keterampilan dasar membuka dan menutup diskusi kelompok......................................2
B. Keterampilan membimbing diskusi kelompok...............................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................................16
B. Saran .............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya saat proses pembelajaran berlangsung guru dituntut untuk
memiliki sejumlah keterampilan dalam mengajar peserta didiknya, seperti: terampil
membuka pelajaran, terampil menutup pelajaran, terampil menjelaskan, terampil variasi
gaya mengajar, terampil bertanya dan memberi penguatan, dan terampil membimbing
diskusi kelompok kecil. Semua keterampilan itu harus bisa dilakukan oleh seorang guru
di dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari tentunya sesuai dengan prosedur minimal
(standar proses) yang telah ditetapkan, atau bahkan akan lebih baik bila guru
berkreativitas dan berinovasi lebih sesuai tuntutan perkembangan zaman.

Namun demikian, masih banyak guru dalam pembelajaran sering tidak melakukan
usaha membuka dan menutup pelajaran tersebut. Hal ini dapat menyebabkan mental
siswa tidak siap untuk menerima pelajaran dan perhatian siswa belum terpusat pada hal-
hal yang akan dipelajari. Sebagai akibatnya adalah siswa akan merasa bahwa pelajaran
yang diterimanya membosankan, tidak bermakna baginya, sukar dipahami, dan mereka
akan tidak berusaha keras untuk memahaminya.

Ada berbagai alasan mengapa guru tidak melakukan kegiatan membuka dan
menutup pelajaran antara lain karena lupa, tidak ada waktu, atau memang belum
mempunyai keterampilan untuk melaksanakannya. Karena pentingnya fungsi membuka
dan menutup pelajaran ini dalam pembelajaran, maka sangat perlu bagi setiap guru untuk
memperoleh pengalaman serta latihan yang intensif dalam membuka dan menutup
pelajaran.

Dalam makalah ini, penulis mencoba memberikan informasi mengenai


keterampilan mentup pelajaran dari berbagai sumber. Karena keterampilan menutup
pelajaran adalah salah satu hal terpenting yang ada dalam kegiatan belajar mengajar
sehari-hari maka perlu diperhatikan dengan seksama setiap bagian dari penutup.

B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Keterampilan dasar membuka dan menutup diskusi kelompok?
2. Apa Pengertian Keterampilan membimbing diskusi kelompok?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui Keterampilan dasar membuka dan menutup diskusi kelompok
2. Untuk mengetahui Keterampilan membimbing diskusi kelompok

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

1. Pengertian Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran


Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru
dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi peserta didik agar minat
dan perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya. Kegiatan membuka
pelajaran dilakukan pada awal perkuliahan. Pada saat ini tenaga pendidik
mengemukakan tujuan yang akan dicapai, menarik perhatian peserta didik, memberi
acuan, dan membuat kaitan antara materi yang telah dikuasai oleh peserta didik
dengan bahan yang akan dipelajarinya. Guru dikatakan telah membuka pelajaran
apabila telah berhasil membuka konflik psikis pada diri siswa siswa.

Keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk


mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Usaha menutup pelajaran tersebut dimaksudkan
untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa,
mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses
belajar mengajar. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup
pelajaran ini harus dilakukan guru tidak saja pada akhir jam pelajaran tetapi juga
pada akhir setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam
pelajaran itu. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup
pelajaran juga tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti memberi tugas
dirumah, tetapi kegiatan yang ada kegiatan langsung dengan penyampaian materi
pelajaran.

2. Tujuan Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran


Keterampilan membuka dan menutup pelajaran mempunyai beberapa tujuan,
antara lain:
a. Membantu mempersiapkan diri agar sejak semula sudah dapat membayangkan
pelajara yang akan dipelajari.
b. Menimbulkan minat dan perhatian peserta didik pada apa yang akan
dipelajari.
c. Membantu peserta didik untuk mengetahui batas-batas tugas yang akan
dikerjakan.
d. Membantu peserta didik untuk mengetahui hubungan antara pengalaman-
pengalaman yang telah dikuasainya dengan hal-hal baru yang akan dipelajari
atau yang belum dipelajari atau yang belum dikenalnya.

2
Tujuan keterampilan menutup pelajaran, antara lain:
a. Mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi
pelajaran.
b. Mengetahui tingkat keberhasilan tenaga pendidik dalam pembelajaran.

3. Manfaat Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran


Manfaat keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam pembelajaran
mempunyai pengaruh terhadap proses dan hasil belajar, antaralain:
a. Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas
yang akan dikerjakan.
b. Siswa mengetahui dengan pasti batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
c. Siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan
yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari suatu mata
pelajaran.
d. Siswa mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah
dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang masih asing
baginya.
e. Siswa dapat menggabungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau
konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa.
f. Siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mempelajari
pelajaran itu, Sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilannya
dalam mengajar.

4. Prinsip-Prinsip Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran


Sebagaimana keterampilan mengajar lainnya, ada prinsip-prinsip yang
mendasari penggunaan komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran
yang harus dipertimbangkan oleh guru. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut:
a. Bermakna
Dalam usaha menarik perhatian atau memotivasi siswa guru hendaknya
memilih cara yang relevan dengan isi dan tujuan pelajaran. Cara atau
usaha yang sifatnya dicari-cari atau dibuat-buat hendaknya dihindarkan.
Cerita singkat atau lawakan yang tidak ada hubungannya dengan
pelajaran mungkin sementara bisa memikat siswa tetapi akan gagal dalam
mewujudkan kelangsungan penguasaan pelajaran.
b. Berurutan dan berkesinambungan
Aktivitas yang ditempuh oleh guru dalam memperkenalkan dan
merangkum kembali pokok-pokok penting pelajaran hendaknya
merupakan bagian dari kesatuan yang utuh. Dalam mewujudkan prinsip
berurutan dan berkesinambungan ini perlu diusahakan suatu susunan yang
tepat, berhubungan dengan minat siswa, ada kaitannya yang jelas antara
satu bagian dengan bagian lainnya, atau ada kaitannya dengan
pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilki siswa.

3
5. Komponen-Komponen Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
a. Komponen-Komponen Keterampilan Membuka Pelajaran
Penerapan keterampilan membuka pelajaran pada awal suatu jam
pelajaran atau pada setiap penggal kegiatan dalam inti pelajaran, guru harus
melakukan kegiatan membuka pelajaran. Komponen-komponen keterampilan
membuka pelajaran itu meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan
motivasi, memberikan acuan dan membuat kaitan. Tiap komponen terdiri dari
beberapa kelompok aspek dan kegiatan yang saling berhubungan. Sebagai
keterampilan maka sifatnya integratif dan ada beberapa komponen yang tumpang
tindih. Komponen-komponen dan aspek-aspeknya menurut Abimanyu (1985)
adalah sebagai berikut:
1) Menarik perhatian siswa
Banyak cara yang dapat digunakan guru untuk menarik perhatian siswa,
antara lain seperti berikut:
a) Gaya mengajar guru.
Guru hendaknya memvariasikan gaya mengajarnya agar dapat
menimbulkan perhatian siswa. Misalnya guru memilih posisi di kelas
dan memilih kegiatan yang berbeda dari yang biasanya dia kerjakan
dalam membuka pelajaran.
b) Penggunaan alat bantu mengajar.
Guru dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar seperti gambar,
model, skema, dan sebagainya untuk menarik perhatian siswa, serta
dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan terjadi kaitan
antara hal-hal yang telah diketahui dengan hal-hal baru yang akan
dipelajari.
c) Pola interaksi yang bervariasi.
Variasi pola interaksi guru siswa yang biasa, seperti guru
menerangkan siswa mendengarkan, atau guru bertanya siswa
menjawab, hanya dapat menimbulkan rangsangan permulaan saja.
Siswa belum sepenuhnya dapat memusatkan perhatiannya kepada hal-
hal yang akan dipelajari. Oleh karena itu, agar siswa dapat tertarik
perhatiannya, guru hendaknya mengadakan pola interaksi yang
bervariasi dalam menyelenggarakan pembelajaran.

2) Menimbulkan motivasi
Salah satu tujuan dari prosedur membuka pelajaran adalah memilih
secara hati-hati hal-hal yang menjadi perhatian siswa. Hal-hal yang
menjadi perhatian siswa itu hendaknya dapat digunakan untuk
menimbulkan motivasi. Dengan adanya motivasi itu, pembelajaran
menjadi dipermudah. Oleh karena itu, guru hendaknya melakukan
berbagai cara untuk menimbulkan motivasi itu. Sedikitnya ada 4 (empat)
cara untuk menimbulkan motivasi, yaitu:

4
a) Dengan kehangatan dan keantusiasan
Guru hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat, dan
hangat. Sebab sikap yang demikian itu dapat menimbulkan
faktor-faktor dari dalam yang mendorong tingkah laku dan
kesenangan dalam mengerjakan tugas. Siswa akan timbul
motivasinya untuk belajar.
b) Dengan menimbulkan rasa ingin tahu
Guru dapat membangkitkan motivasi siswa dengan cara
menimbulkan rasa ingin tahu dan keheranan pada siswa.
c) Mengemukakan ide yang bertentangan
Untuk menimbulkan motivasi siswa, guru dapat melontarkan
ide-ide yang bertentangan dengan mengajukan masalah atau
kondisi-kondisi dari kenyataan sehari-hari.
d) Dengan memperhatikan minat siswa
Guru dapat menimbulkan motivasi siswa dengan cara
menyesuaikan topik-topik pelajaran yang diminati siswa.

3) Memberi acuan (structuring)


Memberi acuan diartikan sebagai usaha mengemukakan secara
spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan siswa
memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari
dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari materi pelajaran.
Untuk itu usaha dan cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah:
a) Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas.
Guru hendaknya terlebih dahulu mengemukakan tujuan
pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan oleh
siswa, agar mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang
ruang lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari serta tugas-
tugas yang harus dikerjakan.
b) Menyarankan langkah – langkah yang akan dilakukan
Pada permulaan atau pada saat-saat tertentu selama penyajian
pelajaran, siswa akan terarah usahanya dalam mempelajari
materi pelajaran jika guru dapat memberi saran-saran tentang
langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan.
c) Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas. Misalnya
dengan mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal positif
dari sifat-sifat tentang sesuatu konsep, manusia, benda,
gambar-gambar, dan sebagainya. Di samping hal-hal positif,
kemudian siswa perlu pula diingatkan untuk menemukan hal-
hal yang negatif, yang hilang atau yang kurang lengkap.
d) Mengajukan pertanyaan – pertanyaan

5
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru sebelum mulai
menjelaskan materi pelajaran akan mengarahkan siswa dalam
mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari.

4) Membuat kaitan
Jika guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru, guru perlu
menghubungkannya dengan hal-hal yang telah dikenal siswa atau dengan
pengalaman-pengalaman, minat, dan kebutuhan-kebutuhan siswa. Hal
itulah yang disebut bahan pengait. Contoh usaha-usaha guru untuk
membuat kaitan:
a) Membuat kaitan antar aspek-aspek yang relevan dari bidang studi yang
telah dikenal siswa. Dalam permulaan pelajaran guru meninjau
kembali sampai seberapa jauh pelajaran yang diberikan sebelumnya
telah dipahami. Caranya, guru dapat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum isi materi
pelajaran terdahulu secara singkat.
b) Guru membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang telah diketahui. Hal ini dilakukan jika bahan
baru itu erat kaitannya dengan bahan pelajaran yang telah dikuasai.
c) Guru menjelaskan konsep atau pengertiannya lebih dahulu sebelum
menyajikan bahan secara terperinci. Hal ini dilakukan karena bahan
pelajaran yang akan dijelaskan sama sekali baru.

b. Komponen-Komponen Keterampilan Menutup Pelajaran


Menjelang akhir dari suatu pelajaran atau pada akhir setiap penggal
kegiatan, guru harus melakukan kegiatan menutup pelajaran. Hal ini harus
dilakukan agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok
materi pelajaran yang telah dipelajari. Menurut Abimanyu (1985) cara-cara yang
dapat dilakukan guru dalam menutup pelajaran ini adalah sebagai berikut:
a) Meninjau Kembali
Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir setiap penggal
kegiatan, guru meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan
telah dikuasai siswa. Ada dua cara meninjau kembali penguasaan inti
pelajaran itu, yaitu merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.
b) Merangkum inti pelajaran.
Pada dasarnya kegiatan merangkum inti pelajaran ini terdapat
sepanjang proses pembelajaran. Misalnya, pada saat guru selesai
menjelaskan ciri-ciri bangun ruang kubus, atau jika guru membuat
kesimpulan secara lisan hasil diskusi yang ditugaskan pada siswa,
setelah selesai sejumlah pertanyaan dijawab oleh siswa, pada saat
menjelang pergantian topik bahasan, dan tentu saja pada saat
pembelajaran akan diakhiri. Selain guru, siswa dapat juga diminta
untuk membuat rangkuman secara lisan. Tetapi jika rangkuman yang

6
dibuat oleh siswa itu salah atau kurang sempurna, guru harus
membetulkan atau menyempurnakan rangkuman itu.
c) Membuat Ringkasan
Cara lain yang dapat ditempuh untuk memantapkan pokok-pokok
materi yang diajarkan adalah membuat ringkasan. Selain manfaat
tersebut, dengan ringkasan itu siswa yang tidak memiliki buku sumber
atau siswa yang lambat belajar dapat mempelajarinya kembali.
Pembuatan ringkasan itu dapat dilakukan oleh guru, dapat pula
dilakukan oleh siswa secara perorangan atau kelompok, dan dapat pula
dilakukan oleh guru dan siswa bersama-sama.
d) Mengevaluasi
Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah memperoleh
wawasan yang utuh tentang suatu konsep yang diajarkan selama satu
jam pelajaran atau sepenggal kegiatan tertentu adalah dengan
penilaian. Untuk maksud tersebut guru dapat meminta siswa
menjawab pertanyaan-pertanyaan secara lisan atau mengerjakan tugas-
tugas. Bentuk-bentuk evaluasi itu secara terperinci adalah sebagai
berikut:
1) Mendemonstrasikan keterampilan
Pada akhir kegiatan siswa dapat diminta untuk mendemonstrasikan
keterampilannya. Misalnya, setelah guru selesai menerangkan
konsep fisika, guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di
papan tulis.
2) Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
Misalnya, setelah guru menerangkan gerak lurus lalu siswa disuruh
menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan gerak lurus.
3) Mengekspresikan pendapat siswa sendiri
Guru dapat meminta siswa untuk memberi komentar tentang
keefektifan sesuatu demonstrasi yang dilakukan guru atau siswa-
siswa lain.
4) Soal – soal tertulis
Guru dapat memberikan soal-soal tertulis untuk dikerjakan siswa.
Soal-soal tertulis itu dapat berbentuk uraian, tes objektif, atau
melengkapi lembaran kerja.

B. Keterampilan membimbing diskusi


1. Diskusi
Diskusi adalah pembicaraan oleh sekelompok orang yang anggotanyaterdiri dari
dua orang atau lebih. Di dalam diskusi terjadi tukar-menukar pikiran,yang dapat
dikemukakan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.Diskusi bukansuatu metode
pengajaran yang berdiri sendiri dalam suatu proses pembelajaran,melainkan

7
merupakan metode yang melengkapi atau mengiringi metode yang lain.Diskusi ada
dua macam, yaitu: diskusi terbimbing dan diskusi bebas.
a. Diskusi Terbimbing
Diskusi terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran mengajak
siswa untuk berpikir tingkat tinggi sebagaimana mereka menjawab
pertanyaan-pertanyaan analisis, sintesis dan evaluasi (Louisell dan
Descamps, 1992). Tujuan diskusi yangutama adalah membantu siswa
untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikirkritis dan kreatif.
Dalam diskusi biasanya digunakan pertanyaan-pertanyaan konvergen,
divergen dan evaluatif.
Diskusi terbimbing dengan pertanyaan konvergen menekankan
pada siswa untuk berpikir konvergen, yaitu berpikir aplikatif dan analitik.
Dalam hal ini guruharus berhati-hati dalam membimbing siswa dengan
pertanyaan aplikatif dananalisis sampai mereka tiba pada pengetahuan dan
pemahaman khusus. Diskusidengan pertanyaan konvergen termasuk
pembelajaran berujung tertutup (close-ended activity), artinya kegiatan
diskusi diakhiri dengan satu kesimpulan yang benar. Diskusi dengan
pertanyaan divergen mengarahkan siswa untuk mampu berpikir divergen
dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan sintesis dan evaluasi.
Diskusi dengan menggunakan pertanyaan divergen ini termasuk kegiatan
pembelajaran yang berujung terbuka (open-ended activity), artinya diskusi
diakhiridengan masih adanya masalah baru yang siswa ingin tahu
jawabannya. Dengan demikian siswa pulang dengan membawa rasa
keingintahuan, dan terangsang untuk memikirkan dan memecahkan sendiri
keingintahuannya. Dalam diskusi yang menggunakan pertanyaan
divergen, guru dan siswa mungkin sama-sama belum tahu jawabannya,
dan mereka bersama-sama mencarinya. Diskusi terbimbing juga dapat
menggunakan pertanyaan konvergen dandivergen sekaligus. Dalam hal
ini, pertanyaan analisis diberikan lebih dulu,kemudian diteruskan dengan
pertanyaan sintesis dan evaluasi. Diskusi terbimbing dapat dilaksanakan
dalam bentuk kegiatan klasikalatau kelompok kecil.
Langkah-langkah kegiatannya kurang lebih sebagai berikut.
1) Pendahuluan.
Pada tahap ini guru membuka pelajaran dengan meriviu pelajaran
sebelumnya, menyampaikan tujuan pengajaran, dan bentuk kegiatan
yang akandilaksanakan.
2) Pertanyaan Inti.
Tahap ini meliputi dua hal berikut.
a. Guru menyajikan pelajaran berupa konsep dan prinsip dasar
dari topik yang dibahas. Pada diskusi yang bersifat divergen
materi yang perlu disampaikan tidak banyak.
b. Guru memimpin diskusi:
(1) memberi pertanyaan

8
(2) memberikesempatan kepada siswa untuk menjawab atau
bertanya, mengaturlalu lintas diskusi. Dalam diskusi yang
bersifat konvergen gurumengambil kesimpulan satu
jawaban benar dari setiap pertanyaan, jika jawaban siswa
bervariasi atau berbeda satu sama lain. Dalam diskusi
konvergen, guru merekomendasikan semua jawaban
yangsecara logika benar untuk menarik kesimpulan.
Berbagai kemungkinan jawaban itu disampaikan kepada
siswa sebagai masalahyang perlu mereka pikirkan untuk
mencari jawabannya melalui kegiatan lain, misalnya:
percobaan, dan eksperimen.
c. Penutup
Penutupan pelajaran dengan diskusi ada dua cara:
(1) merangkum isi pelajaran (untuk pertanyaan konvergen),
atau menyajikan masalah baru untuk dipelajari pada waktu dan
dengan cara lain (pertanyaan divergen), (2)
mengadakanevaluasi formatif.

b. Diskusi Bebas (Kelompok Kecil)


Diskusi bebas dilakukan oleh siswa tanpa dipandu oleh guru. Peran
guru hanya sebagai motivator, fasilitator, organisator, dan evaluator.
Diskusi bebas sebaiknya dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kelompok
kecil. Diskusi bebas dapat dilaksanakan dengan panduan pertanyaan, atau
tanpa panduan pertanyaan. Bila digunakan panduan pertanyaan, sebaiknya
digunakan pertanyaan divergen. Jika tidak menggunakan panduan, siswa
bebas memilih atau menemukan masalah sendiri untuk dipecahkan.
Pelaksanaan diskusi bebas dapat menggunakan strategi belajar kooperatif.

2. Membimbing Diskusi

Diskusi siswa akan menjadi baik kalau mendapat bimbingan dari guru.
Keterampilan yang diperlukan untuk mebimbing diskusi antara lain sebagai berikut.
1) Memusatkan perhatian
Pemusatan perhatian dapat dilakukan dengan cara berikut.
a. Memberitahukan tujuan, mengenalkan topik dan mengajukan
masalahumum yang akan dipecahkan.
b. Mengajukan masalah-masalah khusus yang disampaikan selama diskusi
ber-langsung
c. Mencatat pernyataan-pernytaan yang menyimpang dari masalah,
danmengem-balikan pembicaraan ke masalah semula.

9
d. Mencatat hasil diskusi pada periode-periode tertentu, sebelum diskusi
berlanjut ke masalah berikutnya.
2) Memperjelas masalah dan memberikan urunan,bila ada gagasan yang kurang
jelas penyampaiannya, agar semua anggota memperoleh persepsi yang sama.
3) Menganalisis pandangan siswa,yang berbeda pendapatnya; analisis ini
dapatdigunakan untuk membimbing siswa ke arah berpikir kritis dan
kreatif,misalnya dengan meminta siswa mengajukan argumen atas
pendapatnya.
4) Meningkatkan urunan siswa, dengan:
a. pertanyaan yang menantang siswa untuk berpikir
b. Memberi dukungan pada pendapat siswa, dengan mendengar dengan
penuh perhatian, memberi komentar yang positif, dan sikap akrab
c. memberi waktu cukup untuk berpikir
5) Menyebarkan kesempatan untuk berpartisipasi:
a. emotivasi siswa yang enggan atau malu untuk memberikan pemndapat
b. mencegah terjadinya pengeluaran pendapat yang serentak
c. Menghambat secara bijaksana siswa yang memonopoli diskusi
d. mencari alternatif jika ada jalan buntu karena perbedaan pendapat yang
sama
6) Menutup diskusi, dapat dilakukan dengan:
a. membuat rangkuman
b. memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi
c. mengajak siswa untuk menilai proses dan hasil diskusi.

3. keterampilan membimbing diskusi


Mengajar adalah salah satu pekerjaan profesional, yang menuntut kemampuan
yang kompleks untuk dapat melakukannya. Sebagaimana halnya pekerjaan
profesional yang lain, pekerjaan seorang guru menuntut keahlian tersendiri sehingga
tidak setiap orang mampu melakukan pekerjaan tersebut sebagaimana mestinya. Ada
seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Perangkat
kemampuan tersebut disebut kompetensi guru. Menurut Peraturan Pemerintah nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, seorang guru dituntut untuk
menguasai kompetensi pedagogis, profesional, kepribadian, dan sosial. Kompetensi
pedagogis berkenaan dengan kemampuan mengelola pembelajaran dalam rangka
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki siswa. Salah satu kemampuan
yang dituntut dari kompetensi ini adalah kemampuan melaksanakan pembelajaran
yang mendidik. Agar dapat melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan baik,
di samping menguasai berbagai kemampuan, guru dipersyaratkan untuk menguasai
keteranpilan dasar mengajar, yang merupakan salah satu aspek penting dalam
kompetensi guru (Anitah, 2007).

Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu karakteristik umum dari


seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan

10
melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar pada dasarnya adalah berupa bentuk-
bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru
sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara
terencana dan profesional (Rusman dalam (Laksana)).

Keterampilan dasar mengajar adalah kecakapan atau kemampuan pengajar


dalam menjelaskan konsep terkait dengan materi pembelajaran. Dengan demikian
seorang pengajar harus mempunyai persiapan mengajar, antara lain harus menguasai
bahan pembelajaran mampu memilih strategi, metode dan media, penguasaan kelas
yang baik, serta menentukan sistem penilaian yang tepat (Mukminan, 2013).
Menurut hasil penelitian, Turney dalam (Anitah, 2007), terdapat 8 (delapan)
keterampilan dasar mengajar yang dianggap berperan penting dalam menentukan
keberhasilan pembelajaran. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan
bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan
menutup pelajaran, membimbing diskusi, mengelola kelas, mengajar kelompok kecil
dan perorangan. Disini penulis ingin sedikit membahas mengenai keterampilan
membimbing diskusi.

Sanjaya, Sumantri dan Permana dalam (Abimanyu, 2008) menyatakan bahwa


metode diskusi diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran yang
melibatkan siswa secar aktif untuk membicarakan dan menemukan alternatif
pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Dalam diskusi ini guru
berperan sebagai pemimpin diskusi, atau guru dapat mendelegasikan tugas sebagai
pemimpin itu kepada siswa, walaupun demikian guru masih harus mengawasi
pelaksanaan diskusi yang dipimpin oleh siswa itu. Pendelegasian itu terjadi kalau
siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi. Pemimpin diskusi
harus mengorganisir kelompok yang dipimpinnya agar setiap anggota diskusi dapat
berpartisipasi secara aktif.

Menurut (Usman, 2013) diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur
yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan
berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan
masalah. Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan yang harus ada dalam proses
belajar mengajar. Akan tetapi, tidak semua guru dan calon guru mampu membimbing
para siswanya untuk berdiakusi tanpa mengalami latihan. Oleh karena itu,
keterampilan ini perlu diperhatikan agar para guru dan calon guru mampu
melaksanakan tugas ini dengan baik. Melalui diskusi kelompok dalam pembelajaran,
memungkinkan siswa:
1. Berbagi informasi dan pengalaman dalam pemecahan suatu masalah.
2. Meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting dalam pembelajaran.
3. Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
4. Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi.

11
5. Membina kerjasama yang sehat dalam kelompok yang kohesif dan
bertanggungjawab (Mulyasa, 2013).
Keterampilan membimbing diskusi merupakan keterampilan dasar mengajar
yang diperlukan untuk lebih meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Mengingat keterlibatan siswa dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat
dituntut dalam setiap pembelajaran, guru dituntut untuk menguasai keterampilan
membimbing diskusi. Alasan pentingnya diskusi adalah agar dominasi guru di dalam
kelas bisa dikurangi seehingga tersedia kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi
secara aktif. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru dalam kaitan ini adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi kelompok. Melalui diskusi
kelompok diharapkan siswa dapat berpikir secara lebih kritis serta mampu
mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan baik. Alasan lain sehingga
beberapa tujuan pendidikan yang jauh lebih efektif dapat tercapai jika dilakukan
melalui diskusi kelompok. Tujuan-tujuan tersebut adalah tujuan-tujuan dalam ranah
keterampilan serta nilai dan sikap. Misalnya, keterampilan berbicara,
mengungkapkan pendapat, keterampilan berbahasa, sopan santun dalam mengajukan
perbedaan pendapat, serta keterampilan berinteraksi sosial, akan jauh lebih efektif
pencapaiannya jika dilakukan melalui diskusi kelompok. Dalam hal ini, guru
berkewajiban untuk membimbing kegiatan diskusi kelompok tersebut. Melalui
bimbingan guru, pimpinan diskusi kelompok ada pada siswa. Oleh karena itu, para
guru perlu memahami hakikat, prinsip serta komponen-komponen keterampilan
membimbing diskusi kelompok, kemudian berlatih secara sistematis untuk
menguasainya (Anitah, 2007).Menurut (Anitah, 2007) agar guru dapat membimbing
diskusi secara efektif, ada 6 komponen keterampilan yang perlu dikuasai guru.
Keenam komponen tersebut adalah sebagai berikut:
a. Memusatkan Perhatian
Kegiatan memusatkan perhatian harus dilakukan guru sejak awal sampai
akhir diskusi agar siswa tidak menyimpang dari topik yang dibahas/tujuan yang
ingin dicapai. Kegiatan memusatkan perhatian dapat dilakukan dengan berbagai
cara yaitu:
1) Merumuskan tujuan pada awal diskusi, disertai dengan pengenalan topik
atau masalah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengemukakan tujuan yang
ingin dicapai atau pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab melalui
kegiatan diskusi.
2) Menyatakan dengan tegas masalah-masalah khusus yang sedang dibahas
dan menyatakannya kembali apabila terjadi penyimpangan.
3) Menandai terjadinya perubahan yang tidak relevan yang dapat membawa
diskusi ke arah yang menyimpang. Bila hal ini terjadi, guru hendaknya
segera menghentikan penyimpangan tersebut dengan cara yang halus agar
tidak menyinggung perasaan siswa. Misalnya, dengan memberikan
komentar yang membuat siswa menghentikan pembicaraan yang
menyimpang atau mengajukan pertanyaan yang menyadarkan sisa akan
terjadinya penyimpangan.

12
4) Membuat rangkuman tentang pembahasan yang disepakati pada tahap-
tahap tertentu, sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya. Rangkuman
dapat dibuat dengan berbagai cara, misalnya dengan: 1) mengakui gagasan
siswa dengan cara mengulang bagian penting yang diucapkannya. 2)
apabila gagasan siswa perlu dimodifikasi, diadakan modifikasi dengan cara
menguraikan kembali. 3) gagasan siswa digunakan sebagai modal untuk
mencapai kesimpulan atau beralih ke tahap berikutnya. 4) membandingkan
gagasan siswa dengan gagasan yang telah dikemukakan sebelumnya. 5)
merangkum hal-hal yang telah dibahas baik oleh perorangan maupun
kelompok.
5) Memperjelas Masalah atau Uraian Pendapat. Dalam suatu diskusi sering
terjadi perdebatan sengit yang disebabkan oleh kurang jelasnya gagasan
atau ide yang dikemukakan oleh anggota. Untuk itu guru/pembimbing
diskusi berkewajiban memperjelas pendapat yang diajukan oleh siswa
sehingga salah pengertian tidak terjadi. Tujuan utama memperjelas
pendapat siswa adalah agar semua anggota kelompok mempunyai
persepsi/gambaran yang sama terhadap gagasan yang diajukan.
Memperjelas pendapat dapat dilakukan dengan: 1) Menguraikan atau
merangkum gagasan yang dikemukakan sehingga menjadi lebih jelas; 2)
Meminta komentar siswa tentang gagasan yang diajukan dengan
mengajukan pertanyaan; 3) Memberi informasi tambahan dan/atau contoh
yang memperjelas gagasan yang diajukan.
6) Menganalisis pandangan. Cara mengatasi masalah ini adalah dengan
menganalisis pandangan peserta diskusi/siswa yang dapat dilakukan
dengan: 1) Menganalisis pandangan siswa, dengan cara meminta siswa
memberi alasan dan dasar pandangan yang diajukannya; 2) Memperjelas
atau menguraikan inti gagasan siswa tentang hal-hal yang sudah disepakati
dan yang belum disepakati. Keterampilan menganalisis pandangan siswa
sangat penting dalam diskusi tentang tata nilai atau dalam diskusi terutama
bertujuan untuk mencapai konsensus atau kesimpulan.
7) Meningkatkan Urunan. Salah satu manfaat dapat memberikan
gambaran/bayangan tentang tindak lanjut dari diskusi. Misalnya, mungkin
diperlukan pembagian tugas untuk melaksanakan hasil diskusi, diperlukan
pertemuan lebih lanjut untuk membahas tindakan yang perlu segera
diambil, dan menentukan topik yang akan dibahas pada diskusi yang akan
datang. 3) Mengajukan pertanyaam yang mengundang banyak
pendapat/jawaban. contohnya, mengapa orang harus bekerja? 4) Memberi
waktu yang cukup berpikir tanpa diganggu oleh komentar-komentar yang
dapat mengurangi konsentrasi siswa. 5) Menberikan dukungan terhadap
uraian yang dikemukakan siswa dengan cara: Mendengarkan dengan
penuh perhatian; Memberikan komentar yang positif; Menunjukkan sikap
yang bersahabat. Dengan cara-cara tersebut, siswa diharapkan terdorong

13
untuk meningkatkan urunannya karean merasa tertantang ataupun
mendapat perhatian dari guru.
8) Menyebarkan Kesempatan Berpartisipasi. Guru sebagai pemimpin diskusi
perlu berusaha mendorong dan menyebarkan kesempatan berpartisipasi
sehingga setiap anggota kelompok mempunyai peran dalam menghasilkan
keputusan atau kesimpulan. Berbagai cara dapat ditempuh guru untuk
menyebarkan kesempatan berpartisipasi, antara lain: 1) Memancing urunan
siswa yang enggan berpartisipasi dengan cara memberikan petanyaan
secara halus kepada siswa tersebut. 2) Mencegah terjadinya pembicaraan
serentak dengan cara memberi giliran lebih dahulu kepada siswa yang
jarang berbicara. dengan cara ini pembicaraan dapat didengarkan oleh
semua anggota dan anggota yang jarang berbicara mendapat kesempatan
untuk berpartisipasi. 3) Memcegah secara bijaksana terjadinya monopoli
oleh siswa tertentu. Dalam hal ini, guru harus berhati-hati sehingga murid
tidak merasa tersinggung atau menarik diri. 4) Mendorong terjadinya
interaksi antar siswa dengan cara meminta siswa mengomentari pendapat
temannya. 5) Meminta persetujuan siswa untuk melanjutkan diskusi
dengan bertitik tolak dari salah satu pendapat jika diskusi menemui jalan
buntu atau mengambil jalan tengah. Dengan cara-cara tersebut, guru
diharapkan mampu mencegah terjadinya monopoli yang dapat
menyebabkan terjadinya sikap-sikap negatif seperti acuh tak acuh, menarik
diri atau bahkan permusuhan.
9) Menutup diskusi. Keterampilan terakhir yang harus dimiliki guru dalam
membimbing diskusi adalah menutup diskusi. Keterampilan ini perlu
dimiliki oleh pemimpin diskusi/guru karena sering terjadi diskusi berakhir
tanpa hasil yang jelas. Untuk menutup diskusi, guru dapat melakukan
beberapa hal, antara lain: 1) Membuat rangkuman. Rangkuman sebaiknya
merupakan hasil bersama sehingga peran guru dalam hal ini adalah
menuntun siswa dalam menghasilkan rangkuman. 2) Mengemukakan
tindak lanjut. Guru juga dapat memberikan gambaran/bayangan tentang
tindak lanjut dari diskusi. Misalnya, mungkin diperlukan pembagian tugas
untuk melaksanakan hasil diskusi, diperlukan pertemuan lebih lanjut untuk
membahas tindakan yang perlu segera diambil, dan menentukan topik
yang akan dibahas pada diskusi yang akan datang. 3) Menilai proses dan
hasil diskus Penilaian dapat dilakukan dengan observasi (yang dilakukan
oleh satu orang anggota kelompok atau siswa lain), memberikan skala
sikap atau wawancara langsung dengan siswa. Hasil penilaian dapat
digunakan untuk meningkatkan proses diskusi yang akan datang.

Agar dapat menerapkan keterampilan membimbing diskusi secara efektif,


guru harus memperhatikan beberapa prinsip antara lain:
1) Diskusi hendaknya berlangsung dalam “iklim terbuka”. Hal ini ditandai
dengan keantusiasan berpartisipasi, kehangatan hubungan antar pribadi,

14
kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topik diskusi, dan kesediaan
menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian, semua anggota
kelompok mempunyai keinginan untuk dikenal dan dihargai, dapat merasa
aman dan bebas untuk mengemukakan pendapat.
2) Perlu perencanaan dan persiapan yang matang, antara lain: 1) Topik yang
dipilih hendaknya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, minat dan
kemampuan siswa; 2) Masalah hendaknya mengandung jawaban yang
kompleks, bukan jawaban yang tunggal; 3) Adanya informasi
pendahuluan yang berhubungan dengan topik tersebut agar para siswa
memiliki latar belakang pengetahuan yang sama sehingga mampu
memberikan penjelasan dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
memotivasi siswa (Majid, 2013).

Diskusi kelompok memiliki kelebihan antara lain:


1. Suasana kelas akan hidup. Sebab siswa mengarahkan pikirannya kepada masalah
yang sedang didiskusikan.
2. Menyadarkan siswa bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan.
3. Membiasakan siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda
dengan pendapatnya.
4. Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu seperti toleransi, demokratis,
kritis, berpikir sistematis, sabar dan sebagainya.
5. Kesimpulan-kesimpulan diskusi mudah dipahami siswa karena siswa mengikuti
proses berpikir sebelum sampai kepada kesimpulan.

Selain memiliki kelebihan diskusi kelompok juga memiliki kelemahan antara:


1. Kemungkinan ada siswa yang tidak ikut aktif, sehingga bagi siswa-siswa ini
diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.
2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
4. Diskusi memerlukan waktu yang cukup panjang, sehingga tidak sesuai dengan
jadwal pelajaran yang ada.
5. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional
sehingga menimbulkan ketersinggungan antar siswa yang menyebabkan
terganggunya iklim pembelajaran.
6. Kadang-kadang guru tidak menguasai cara menyelenggarakan diskusi sehingga
diskusi cenderung menjadi tanya jawab (Alma, 2009).

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mengajar dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh guru dengan materi,
metode, serta media pembelajaran yang bertujuan untuk mengubah perilaku siswa. Dalam
kegiatan mengajar seorang guru perlu dan harus memiliki beberapa keterampilan dasar
mengajar, salah satunya keterampilan membimbing diskusi. Diskusi kelompok adalah
proses yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bertujuan
untuk menyelesaikan masalah bersama. Alasan mengapa pentingnya diskusi adalah agar
guru tidak terlalu mendominasi di dalam kelas dan siswa berkesempatan untuk
berpartisipasi secara aktif.

Agar dalam membimbing diskusi dapat berjalan secara efektif ada 6 komponen
yang perlu dikuasi oleh guru antara lain memusatkan perhatian, memperjelas masalah
atau uraian pendapat, menganalisis pandangan, meningkatkan urunan, menyebarkan
kesempatan berpartisipasi, dan menutup diskusi. Agar dapat menerapkan keterampilan
membimbing diskusi secara efektif, guru harus memperhatikan beberapa prinsip antara
lain diusahakan diskusi berlangsung secara terbuka, perlu perencanaan dan persiapan
yang matang serta pemilihan topik diskusi yang relevan dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.

B. Saran
Pada makalah ini kita telah diberikan pemahaman mengenai teori keterampilan
dasar membuka dan menutup serta keterampilan membimbing diskusi kelompok. Dalam
makalah ini kami akan membahas mengenai keterampilan membuka dan menutup diskusi
kelompok, dan keterampilan membimbing diskusi kelompok.
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini,
akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki.

16
Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi
untuk kedepannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang
bermanfaat bagi banyak orang.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. (2009). Guru Profesional. Bandung Alfabeta.


FR, R. (2019). keterampilan membuka dan menutup pembelajaran.
https://www.rendrarf.com/2019/12/makalah-keterampilan-membukadan.html?m=1.
(diakses pada 08 oktober 2023, pada 10.29 Wib)
Haikal, M. (2010). Keterampilan Membimbing Diskusi.
https://id.scribd.com/doc/30340157/keterampilan-membimbing-diskusi. (diakses pada 08
oktober 2023, pada 10.23 Wib)
Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mukiman. (2013). Modul Pelatihan Pengembangan eterampilan Dasar Teknik nstruksional.
Yogyakarta: Universitas Neggeri Yogyakarta.
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rodaskarya.

17

Anda mungkin juga menyukai