Makalah Agama Islam IBADAH
Makalah Agama Islam IBADAH
IBADAH
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam
Oleh :
Sukran kadriyanto
NPM: 201310080
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kesehatan
jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya alam ciptaan-nya.
Sholawat dan salam semoga selalu teercurahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi
Muhammad SAW. Yang telah menunjukan jalan yang lurus kepada kita, berupa ajaran
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelsaikan makalah yang menjadi tugas mata
kuliah agam islam, dengan judul “ IBADAH” disamping itu penulis mengucapkan
terimakasi kepada pihak uang telah membantu dalam menyalsaikan makalah ini.
Akhir kata, penulis memahami bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu penulis mengaharapkan kritk dan saran yang membangun dari pembaca, untuk
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. ii
BAB 1 : PENDAHULUAN……………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang………………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………... 2
C. Tujuan………………………………………………………………………… 2
BAB 2 : PEMBAHASAN……………………………………………………………….. 3
A. Makna Ibadah……………………………………………………………….. 3
BAB 2 : PENUTUP……………………………………………………………………… 15
A. Kesimpulan…………………………………………………………………… 15
B. Saran………………………………………………………………………….. 16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 17
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala
pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya tetapi
dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah swt yang telah
memberikannya. Sebab itu, manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam
kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah swt atau memanfaatkan anugerah Allah SWT.
Hidup yang dibimbing oleh syari’ah akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai
dengan tuntuan Allah swt dan Rasul Nya, salah satu cara untuk mencapai tuntunan tersebut adalah
dengan beribadah.
Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian terhadapnya, karena ibadah itu tidak
bisa dimain-mainkan apalagi disalahgunakan. Dalam islam ibadah harus berpedoman pada apa
yang telah Allah perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammmad SAW kepada
umat islam, yang dilandaskan pada kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad berupa
1
2
kitab suci Al-Qur’an dan segala perbuatan, perkataan, dan ketetapan nabi atau dengan kata lain
Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk beribadah kepada sang
Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at Nya. Dalam ibadah, kita harus
memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan. Apakah ibadah tersebut termasuk dalam
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Makna Ibadah
Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari dari bahasa ‘Ibadah ()ةدابع. Dalam
terminologi bahasa Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
1. Perbuatan atau penyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh
peraturan agama.
2. Segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama yang harus dituruti pemeluknya.
Disiratkan di dalam Al-Qur'an, pengertian ibadah dapat ditemukan melalui pemahaman bahwa:
1. Dalam ajaran Islam, manusia itu diciptakan untuk menghamba kepada Allah, atau dengan
2. Manusia yang menjalani hidup beribadah kepada Allah itu tiada lain manusia yang
berada pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Yaasiin 36:61)
3
4
3. Sedangkan manusia yang berpegang teguh kepada apa yang diwahyukan Allah, maka ia
berada pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Az Zukhruf 43:43).
Dengan demikian apa yang disebut dengan manusia hidup beribadah kepada Allah itu ialah
manusia yang dalam menjalani hidupnya selalu berpegang teguh kepada wahyu Allah. Jadi
pengertian ibadah menurut Al Quran tidak hanya terbatas kepada apa yang disebut ibadah
mahdhah atau Rukun Islam saja, tetapi cukup luas seluas aspek kehidupan yang ada
Itulah mengapa umat Islam tidak diperkenankan memutuskan, mengubah dan menambahkan
suatu persoalan hidupnya sekiranya Allah dan rasul-Nya sudah memutuskan perkara itu.
...dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan
yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,
akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka, dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
Definisi Ibadah
Menurut bahasa ibadah adalah merendahkan diri, ketundukan dan kepatuhan akan aturan-aturan
agama. Sedangkan menurut istilah syar'i“Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala
sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya', baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang
tersembunyi (batin) maupun yang tampak (lahir). Maka salat, zakat, puasa, haji, berbicara jujur,
menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan, menepati
janji, memerintahkan yang ma’ruf, melarang dari yang munkar, berjihad melawan orang-orang
kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil (orang
5
yang kehabisan bekal di perjalanan), berbuat baik kepada orang atau hewan yang dijadikan
sebagai pekerja, memanjatkan do’a, berdzikir, membaca Al Qur’an dan lain sebagainya adalah
termasuk bagian dari ibadah. Begitu pula rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada
Allah, inabah (kembali taat) kepada-Nya, memurnikan agama (amal ketaatan) hanya untuk-Nya,
tattaqụn Terjemah Arti: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 21 Ini adalah panggilan dari Allah bagi manusia secara
keseluruhan: “beribadahlah kepada Allah yang telah mengurusi kalian dengan nikmat-nikmat
Nya dan takutlah kepadanya serta Jangan melanggar aturan agama Nya. Sungguh Dia telah
mengadakan kalian dari ketiadaan dan juga mengadakan orang-orang sebelum kalian dengan
harapan kalian menjadi manusia yang bertakwa yang diridhoi Allah dan kalian pun Ridho
kepada Nya.
6
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 21. Wahai manusia! Sembahlah
Rabb kalian semata, tanpa menyembah yang lain, karena Dia lah yang telah menciptakan kalian
dan umat-umat terdahulu. Semoga penyembahan itu bisa menjadi penghalang antara kalian dan
Nya.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih
bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 21-22. Setelah Allah menjelaskan tiga
golongan manusia, Dia kemudian menyeru mereka untuk mengikrarkan peribadatan kepada-Nya;
sebab Dialah yang menciptakan mereka dan seluruh manusia sebelum mereka sejak masa nabi
Adam. Penegasan hal yang agung imi agar mereka dapat meraih derajat orang-orang bertakwa
yang takut kepada Allah, supaya mendapat pahala yang besar dan keselamatan dari azab yang
pedih. Penciptaan Nabi Adam dan keturunannya ini setelah Allah menciptakan langit dan bumi;
Allah menjadikan bumi layak untuk dihuni dengan menciptakan di dalamnya rezeki dan berbagai
kenikmatan, dan menjadikan langit sebagai atap yang terjaga dan rezeki yang baik berupa air
hujan yang dapat menumbuhkan buah-buahan di bumi yang juga menjadi rezeki bagi binatang-
binatang yang ada di atasnya. Dengan air tersebut tumbuhlah berbagai tanaman yang berpasang-
pasangan, dan menjadi tempat merumput berbagai jenis binatang. Jika Allah merupakan Dzat
yang memberi rezeki kepada manusia maka wajib bagi mereka untuk mengesakan-Nya dalam
rasa syukur dan peribadatan. Oleh sebab itu Allah melarang hamba-hamba-Nya dari kesyirikan
dengan membuat sesembahan selain-Nya, seperti menyembah para nabi atau orang-orang sholih,
menyembah kuburan atau patung, atau menyembah hewan, semua perbuatan ini merupakan dosa
yang paling besar yaitu kesyirikan. Padahal manusia memiliki ilmu sebagaimana yang mereka
akui, maka selayaknya mereka mengetahui bahwa Allah Sang Pencipta dan Pemberi nikmat
7
berhak untuk diesakan dalam peribadatan. Dalam hadits shahih dari Ibnu Mas'ud bahwa ia
bertanya kepada Nabi: "Dosa apa yang paling besar?" Nabi menjawab: "Engkau membuat sekutu
bagi Allah, padahal Dia telah menciptakanmu." (shahih Bukhari: tafsir surat al-Baqarah, no.
4477. Dan shahih Muslim: kitab iman, bab syirik adalah dosa yang paling buruk, 1/90 no. 86)
Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam
Madinah 21.
ين َ هَييَا يٰٓي ( يْميكي لك عب ا ا ذِ عHai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu)
َّ يُما لك لب ا عُْلُ علْا ا سا ل
Dalam ayat ini Allah mengkhususkan penyebutan nikmat penciptaan yang telah Dia berikan
kepada manusia, karena segala kenikmatan yang lain berasal dari kenikmatan ini. Dan juga
karena orang-orang kafir mengakui bahwa Allah-lah yang menciptakan mereka. Sebagaimana
kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah” Oleh
sebab itu Allah menyebutkan kenikmatan yang mereka akui dan tidak mereka ingkari
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
Ini adalah awal pertama kali seruan Allah kepada makhluk seluruhnya ; dimana Allah
memerintahkan mereka agar beribadah kepada-Nya saja tanpa menyekutukannya. Dialah Allah
yang berhak diibadahi , dan ibadah ini adalah maksud yang agung dari maksud diciptakannya
manusia , Allah memerintahkan mereka untuk ibadah karena sebab Allah adalah Rabb mereka,
di mana Allah menjadikan mereka ada yang sebelumnya mereka tiada . Allah juga
memerintahkan kepada mereka untuk ibadah agar mereka menjadi orang-orang yang bertakwa,
di mana tujuan mereka bertaqwa adalah untuk menjauhi azab Allah dengan mengerjakan
An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi 21. Ini adalah perintah
yang bersifat umum bagi seluruh manusia dengan sebuah perintah yang umum, yaitu ibadah
mereka. "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku." (QS. Ad-Dzariyat : 56) Kemudian Allah mengemukakan dalil yang menunjukkan
kewajiban beribadah kepadaNya semata, yaitu karena Dia-lah Rabb kalian yang telah
menganugrahkan kepada kalian berbagai macam nikmat, lalu Dia menciptakan kamu setelah
(sebelumnya) kamu tidak ada dan Dia juga menciptakan orang-orang sebelum kamu.
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H. Makna
ُ سا لAn-Nas adalah Manusia, lafadz yang menunjukkan bentuk jamak dimana tidak
kata : ين
memiliki bentuk tunggal yang selafadz. Untuk menunjukkan satu orang digunakan kata Insan.
ُُْلُلْاع
اU’buduu : Taatilah dengan keimanan dan mengharapkan pahala dalam melakukan perintah
dan menjauhi larangan, disertai dengan kecintaan dan pengagungan yang penuh kepada Allah.
يُما لك لبRabbakum : Sang Pencipta kalian dan Penguasa kalian, serta Sesembahan kalian yang benar.
يْميكي لك ابKholaqokum : Mengadakan kalian dari ketiadaan dengan takdir yang besar. َيتاكلُتيTattaquun
: Agar kalian bertakwa dengan membuat penjagaan yang melindungi dari adzab Allah. Hal
tersebut dapat dicapai dengan keimanan dan amalan sholeh setelah meninggalkan syirik dan
kemaksiatan. Makna ayat : Bentuk korelasi dengan ayat yang sebelumnya bahwa Allah Ta’ala
menyebutkan keadaan orang mukmin yang beruntung, juga keadaan orang kafir yang merugi,
lantas menyebutkan keadaan orang munafik yang mana mereka berada di antara golongan orang
mukmin lagi jujur dan golongan orang kafir lagi merugi. Kemudian Allah memanggil seluruh
golongan itu dengan panggilan umum yaitu “wahai sekalian manusia” agar merata kepada
9
seluruh makhluk di setiap tempat dan waktu. Setelah itu Allah Ta’ala memerintahkan mereka
untuk beribadah kepadaNya untuk menjaga diri dari kerugian. Memberitahukan kepada manusia
tentang diriNya agar mereka mengetahui keagungan dan kesempurnaanNya, supaya lebih mudah
untuk menyambut seruanNya lantas beribadah kepadaNya sehingga bisa selamat dari adzabNya
serta meraih keridhoan dan surgaNya. Pelajaran dari ayat : 1. Kewajiban beribadah kepada Allah
Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi.
Ayat ini merupakan seruan Allah kepada semua manusia agar beribadah kepada Allah yang
mengurus mereka dengan nikmat-nikmat-Nya dan agar mereka takut kepada-Nya serta tidak
menyelisihi agama-Nya. Dialah yang mengadakan mereka yang sebelumnya tidak ada, Dia pula
yang mengadakan orang-orang sebelum mereka. Ayat "agar kamu bertakwa" bisa maksudnya
bahwa jika kita beribadah kepada Allah saja, berarti kita telah menjaga diri dari kemurkaan dan
siksa-Nya, bisa juga maksudnya bahwa jika kita beribadah kepada Allah, kita dapat menjadi
orang-orang yang bertakwa. Kedua maksud tersebut adalah benar, oleh karena itu barangsiapa
yang beribadah kepada Allah Ta'ala secara sempurna maka ia tergolong sebagai orang-orang
yang bertakwa, dan jika tergolong orang-orang yang bertakwa, maka ia akan memperoleh
keselamatan dari azab Allah dan kemurkaan-Nya. Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz
Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I Setelah menjelaskan tiga golongan manusia dalam
menyikapi kebenaran Al-Qur'an, yaitu orang-orang bertakwa, kafir, dan munafik, selanjutnya
Allah menyeru kepada manusia secara umum agar beragama secara benar melalui tiga hal: hanya
beribadah kepada Allah (ayat 21-22), percaya kepada risalah yang dibawa oleh nabi Muhammad,
yakni Al-Qur'an, (ayat 23-24), dan beriman kepada hari kebangkitan (ayat 25). Wahai manusia!
10
sembahlah dan beribadahlah secara tulus kepada tuhanmu sebab dia yang telah menciptakan dan
memelihara kamu dan orang-orang yang sebelum kamu dari yang sebelumnya tiada. Dia adalah
satu-satunya pencipta segala sesuatu. Perintah beribadah itu ditujukan agar kamu bertakwa dan
dapat memelihara diri serta terhindar dari murka dan siksa Allah. Dengan beribadah, berarti kita
telah mempersiapkan diri untuk mengagungkan Allah, sehingga jiwa menjadi suci dan tunduk
kepada kebenaran. Sesungguhnya dialah yang dengan kekuasaan-Nya menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu sehingga layak dan nyaman untuk dihuni, dan menjadikan di atas kamu langit
dan benda-benda yang ada padanya sebagai atap, atau sebagai bangunan yang cermat, indah, dan
kukuh. Dan dialah yang menurunkan sebagian dari air, yaitu air hujan, dari langit yang menjadi
sumber kehidupan. Lalu dia hasilkan dengan air itu sebagian dari buah-buahan sebagai rezeki
untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah yang telah
menciptakan sedemikian rupa dan telah memberimu rezeki, padahal kamu dengan fitrah kesucian
yang ada dalam diri mengetahui bahwa Allah tidak ada yang menyerupai-Nya, tidak ada sekutu
bagi-Nya, dan tidak ada yang memberi rezeki selain-Nya, maka janganlah kamu menyimpang
dari fitrah itu. Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI Alqomah dan mujahid berkata “setiap ayat
yang awalnya “ ”ا سين أَ ٰٓي َ يmaka ayat tersebut diturunkan di Mekah, dan setiap ayat yang
diawali dengan kalimat “ ”آْ سُا ا َِ ل أَ ٰٓي َ يmaka ayat tersebut diturunkan di Madinah.
Alqurtubi membantah pendapat ini dengan mengatakan bahwa dalam surat Al-Baqoroh dan surat
An-Nisa ada ayat yang diawali dengan kalimat “ ”ا سين أَ ٰٓي َ يpadahal dua surat ini merupakan
surat yang diturunkan di Madinah. Adapun pendapat mereka tentang آْ سُا ا َِ ل أَ ٰٓي َ يmaka hal
itu shohih. ‘Urwah bi az-Zubair berkata, tidak ada satu aturan atau kewajiban pun yang ada
dalam alquran kecuali diturunkan di Madinah, dan adapun surat-surat yang menyebutkan tentang
kisah-kisah umat terdahulu dan tentang azab nya kecuali diturunkan di Mekah” Dalam ayat ini
11
menyeru dengan kalimat ““ ”ا سين أَ ٰٓي َ يwahai manusia”. Para ulama berbeda pendepat
mengenai makna kalimat ini menjadi dua pendapat. Pertama, yang Allah seru dalam ayat ini
adalah orang-orang kafir yang tidak menyembah-Nya. Hal ini ditunjukan oleh ayat-ayat
berikutnya yaitu. Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan
kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar (QS. Al-Baqoroh
: 23) berdasarkan ayatt di atas Jelaslah bahwa yang dimaksud oleh Allah dalam seruan-Nya
adalah orang-orang kafir. Kedua, yang dimaksud dalam seruan Allah pada ayat ini adalah umum
untuk seluruh manusia, maka jadilah makna seruannya sebagai perintah mendawamkan ibadah
bagi orang-orang mukmin dan perintah untuk memulai ibadah untuk orang-orang kafir. Dan
pendapat ini sangat bagus. Allah meyuruh manusia untuk beribadah kepadanya, dan yang
dimaksud dengan ibadah dalam ayat ini adalah Tauhid dan berpegang teguh pada syariat agama
Allah. Pokok dari ibadah adalah ketundukan dan kepatuhan kepada yang diibadahi. Ibnu
tayimiyah mengatakan bahwa ibadah adalah satu nama yang mencakup segala sesuatu yang
dicintai Allah dan diridoi-Nya baik ucapan, perbuatan. Baik yang dzohir ataupun yang
tersembunyi. Dalam ayat ini juga Allah menegaskan ke-uluhiyahan-Nya sehingga hanya Dia-lah
satu-satu yang berhak mendapat penyembahan seluruh makhluk. Selain itu juga Allah
makhluk, tidak ada yang mampu menciptakan sesuatu dari ketidak adaan menjadi ada kecuali
Allah ‘azza wa jalla. Dengan demikian jelaslah salah satu alasan kuat kenapa Allah
memerintahkan seluruh manusia untuk beribadah kepada-Nya, yaitu karena Dia-lah yang
menciptakan mereka dan orang-orang sebelum mereka. Dan tujuan dari penciptaan ini tiada lain
adalah penyembahan total dari yang dicipta kepada Sang Pencipta, sebagaimana firman-Nya :
12
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
(QS. Adz-Dzariyat : 56) Adapun tujuan pelaksanaan ibadah untuk manusia adalah supaya
mereka menjadi orang-orang yang bertaqwa. Maksudnya, dengan melaksanakan ketauhidan dan
segala konsekwensinya serta berpegang teguh terhadap syariat-syariat agama, maka akan
membuat diri menjadi takut kepada Allah ta’la dan membuat adanya penghalang yang menjaga
anatara dirinya dengan neraka Allah. Ketaqwaan adalah sesuatu yang dijadikan sebagai alat ukur
kemuliaan manusia di hadapan Allah, semakin kuat manusia melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya, maka semakin besar ketakwaannya dan semakin mulia kedudukannya
Tujuan utama Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Tugas
dan kewajiban ini Allah Swt tegaskan dalam firman-Nya, “Dan tidaklah aku ciptakan jin dan
Dzariyat: 56)
Ibadah secara bahasa berarti kepasrahan dan kepatuhan. Secara istilah adalah ketundukan dan
kepatuhan kepada Allah Swt, mencintai-Nya, menyembah-Nya serta menaati-Nya. Ada ulama
yang mendefinisikan, ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah Swt, baik
Setiap muslim berdoa dan berharap kepada Allah Swt agar ibadahnya diterima serta mendapat
ridha Allah Swt yang bernilai pahala dari-Nya. Kita tentu tidak ingin ibadah ditolak dan sia-sia.
Untuk melaksanakan ibadah, kita harus mengorbankan waktu dan tenaga, bahkan harta
13
sekalipun. Kita harus rela melakukannya demi ketaatan kepada Allah Swt, agar mendapat ridha
Berapa banyak orang beribadah melakukan ibadah atau amal shalih akan tetapi mereka tidak
mendapat apapun (sia-sia), bahkan menuai murka Allah Swt. Shalat dikerjakan dengan rajin,
puasa dijalankan dengan disiplin, sedekah dilakukan secara rutin dan haji dilaksanakan berkali-
kali. Namun semuanya tidak dilakukan dengan ikhlas, tapi semata karena mengharapkan suatu
manfaat duniawi, baik harta, pangkat, jabatan, maupun pujian dan sanjungan manusia. Atau
Bila halnya demikian, maka ibadah kita tidak akan diterima sehingga menjadi sia-sia, karena
Ibadah yang dikerjakan berdasarkan petunjuk Alquran dan Assunnah sudah tentu diterima oleh
Allah Swt. Sebaliknya ibadah yang bertentangan atau tidak sesuai dengan Alquran dan Sunnah,
Agar ibadah kita diterima Allah Swt. kita perlu mengetahui ketentuan beribadah yang benar yaitu
sesuai dengan petunjuk Alquran dan Assunnah, karena syariat ini milik dan bersumber dari Allah
dan Rasul-Nya. Persoalannya, bagaimana ketentuan atau aturan syariat agar ibadah kita
diterima? Syarat apa yang harus dipenuhi sehingga ibadah kita sukses?
Para ulama sepakat menyatakan bahwa secara umum suatu ibadah akan diterima oleh Alah Swt
apabila memenuhi dua syarat mutlak yaitu ikhlas dan mutaba’ah Ar-Rasul Saw (mengikuti
petunjuk Rasul Saw). Kedua syarat ini mesti ada dan tidak bisa dipisahkan. Bila hanya ikhlas
saja, namun tidak sesuai petunjuk Rasul Saw, maka ibadah kita tidak akan diterima.
14
Begitu pula sebaliknya bila ibadah yang kita kerjakan sesuai dengan petunjuk Rasul Saw, namun
tidak ikhlas, maka tidak akan diterima. Suatu ibadah baru akan diterima bila dikerjakan secara
Di antara dalil yang memperkuat pernyataan di atas adalah firman Allah Swt. “Maka barangsiapa
yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
shalih dan janganlah ia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhan-
Di dalam ayat tersebut Allah Swt memerintahkan agar amal itu berupa amal shalih, yang
maknanya adalah sesuai dengan apa yang ditetapkan di dalam agama, lalu Allah Swt
memerintahkan kepada pelaku amal tersebut untuk mengikhlaskan karena-Nya dengan tidak
mengharap selain-Nya.
Imam Ibnu Katsir di dalam kitab tafsirnya berkata, “Inilah dua rukun amal yang diterima disisi
Allah Swt, yaitu dilakukan dengan ikhlas dan sesuai dengan syariat Rasulullah Saw.” Ungkapan
ini juga diriwayatkan pula dari al-Qadhi `Iyadh dan yang lainnya.
Fudhail bin ‘Iyadh menafsirkan firman Allah, “..untuk menguji kamu siapa diantara kamu yang
paling baik amalnya..” (al-Mulk: 2), “Yaitu yang paling ikhlas dan benar. Suatu amalan jika
dikerjakan secara ikhlas namun tidak benar maka tidak akan diterima. Sebaliknya bila benar
namun tidak ikhlas maka tidak diterima pula. Amalan tersebut baru diterima bila dikerjakan
dengan ikhlas dan benar. Ikhlas hanya semata-mata karena Allah Swt. Sedangkan benar itu
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut bahasa ibadah adalah merendahkan diri, ketundukan dan kepatuhan akan aturan-
aturan agama. Sedangkan menurut istilah syar'i“Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup
segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya', baik berupa perkataan maupun perbuatan,
yang tersembunyi (batin) maupun yang tampak (lahir). Maka salat, zakat, puasa, haji, berbicara
jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan,
menepati janji, memerintahkan yang ma’ruf, melarang dari yang munkar, berjihad melawan
orang-orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu
sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan), berbuat baik kepada orang atau hewan yang
dijadikan sebagai pekerja, memanjatkan do’a, berdzikir, membaca Al Qur’an dan lain sebagainya
adalah termasuk bagian dari ibadah. Begitu pula rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut
kepada Allah, inabah (kembali taat) kepada-Nya, memurnikan agama (amal ketaatan) hanya
Allah swt. Berfirman dalam surah al-baqarah ayat 21, “Hai manusia, sembahlah
Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,”.
Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 21 Ini adalah panggilan dari Allah bagi manusia secara
15
16
keseluruhan: “beribadahlah kepada Allah yang telah mengurusi kalian dengan nikmat-nikmat
Nya dan takutlah kepadanya serta Jangan melanggar aturan agama Nya. Sungguh Dia telah
mengadakan kalian dari ketiadaan dan juga mengadakan orang-orang sebelum kalian dengan
harapan kalian menjadi manusia yang bertakwa yang diridhoi Allah dan kalian pun Ridho
kepada Nya.
B. Saran
Ibadah merupakan salah satu kunci untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, sebisa
mungkin kitta beribadah semata-mata hanya karena Allah SWT. Dan mengikuti petunjuk dari
Baginda Nabi Muhammad SAW. Penulis mengajak kepada seluruh pembaca dan khususnya
untuk diri pribadi, untuk selalu meningkatkan ibadah kita kepada Allah SWT baik itu ibadah
wajib maupun yang sunnah, dengan penuh keikhlasan agar mendapatkan ridho dari Allah SWT.
DADFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Ibadat
https://islam.nu.or.id/post/read/122576/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-21
https://aceh.tribunnews.com/2013/01/11/syarat-diterima-
ibadah#:~:text=Para%20ulama%20sepakat%20menyatakan%20bahwa,(mengikuti%20pe
tunjuk%20Rasul%20Saw).&text=Suatu%20ibadah%20baru%20akan%20diterima,sesuai
%20dengan%20Sunnah%20Rasul%20Saw.
17