Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
1
Hipertensi dapat terjadi pada orang yang terlihat sehat dengan kemungkinan kecil
menimbulkan adanya gejala [8]. Gejala yang ditimbulkan oleh hipertensi dapat
berupa sesak napas, sakit kepala, nyeri dada, pusing, mimisan dan jantung
berdebar-debar. Tetapi gejala-gejala tersebut tidak dapat langsung diklaim sebagai
penanda adanya penyakit hipertensi. Namun, jika diabaikan dapat meningkatkan
terjadinya penyakit penyerta yang mengancam jiwa [9]. Infrak miokard, stroke
iskemik dan hemoragik, penyakit arteri perifer merupakan beberapa penyakit
penyerta pada hipertensi, dimana penyakit penyerta pada hipertensi dapat
menyebabkan terjadinya polifarmasi [10].
Prevalensi kejadian DRPs pada pasien rawat inap yang dirawat di bangsal
tergolong tinggi, sehingga diperlukan perawatan farmasi untuk mencegah hasil
kesehatan negatif, seperti efek samping obat dan penurunan status fungsional
pasien selama rawat inap [13]. Insiden DRPs di antara pasien rawat inap cukup
tinggi dan apabila DRP tidak terselesaikan akan menyebabkan morbiditas dan
mortalitas terkait obat yang signifikan serta mempengaruhi tujuan terapi yang
seharusnya didapatkan oleh pasien [14]. DRPs sering terjadi pada pasien rawat
inap yang menyebabkan kerugian kepada pasien, penurunan kualitas hidup, lama
tinggal di rumah sakit yang semakin lama, peningkatan biaya perawatan
kesehatan, bahkan kematian [14], [15]. Adverse Drug Event (ADE) merupakan
salah satu cakupan DRPs, ADE diperkirakan terjadi pada 12 – 17% pasien setelah
keluar dari rumah sakit yang sebenarnya dapat dicegah [16].
2
Penelitian sebelumnya tentang DRPs telah dilakukan pada pasien hipertensi tahun
2015 di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Penelitian dilakukan secara deskriptif non-eksperimental dengan pengambilan
data secara retrospektif pada 52 catatan rekam medik. Dari hasil penelitian,
didapatkan beberapa kejadian DRPs yaitu 4 (10%) kejadian indikasi tanpa obat, 9
(22,5%) kejadian tidak tepat obat, 25 (62,5%) kejadian interaksi obat, dan 2 (5%)
kejadian obat tanpa indikasi. Kejadian dosis kurang dan dosis berlebih tidak
ditemukan pada penelitian ini [17]. Selain itu, terdapat penelitian yang
menganalisis hubungan DRPs dengan outcome klinik pasien hipertensi yang
dilakukan di Puskesmas Mlati I dan Mlati II Kabupaten Sleman Yogyakarta. Dari
hasil penelitian tersebut ditemukan kejadian DRPs berupa obat tidak efektif
(65%), butuh tambahan terapi (15,03%), ROTD berupa interaksi obat (12,42%),
dibutuhkan obat yang lebih aman karena adanya faktor risiko (7,19%),
ketidakpatuhan (42,48%), serta disimpulkan bahwa kejadian DRPs dengan
outcome klinik pasien yang dalam hal ini berupa tekanan darah memiliki
hubungan yang signifikan secara statistik (p <0,0001) [18].
3
b. Bagaimana gambaran outcome klinik pasien hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung bulan Maret s.d. Agustus
tahun 2021?
c. Apakah terdapat hubungan antara kejadian Drug Related Problems (DRPs)
dengan outcome klinik pasien hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung bulan Maret s.d. Agustus tahun 2021?
4
1.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini ialah:
: Tidak terdapat hubungan antara Drug Related Problems (DRPs) dengan
outcome klinik pada pasien hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung periode Maret s.d. Agustus 2021.
: Terdapat hubungan antara Drug Related Problems (DRPs) dengan
outcome klinik pada pasien hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung periode Maret s.d. Agustus 2021.
5
1.6.Keaslian Penelitian
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian
Judul Penelitian Tahun Rancangan Penelitian Hasil dan Pembahasan
Hubungan Drug Related Problems 2017 Rancangan penelitian analitik cross- Penelitian ini melibatkan 96 pasien dengan kejadian
dengan Outcome terapi pada Pasien sectional digunakan pada penelitian ini. DRPs sebanyak 153 kejadian dengan kejadian berupa
Hipertensi Rawat Jalan di Sampel diambil pada pasien hipertensi obat tidak efektif (65%), butuh tambahan terapi
Puskesmas Kecamatan Mlati rawat jalan di Puskesmas Mlati I dan II (15,03%), ROTD berupa interaksi obat (12,42%),
Kabupaten Sleman [18]. secara consecutive sampling. Data berasal dibutuhkan obat yang lebih aman karena adanya
dari rekam medis dan resep pasien faktor risiko (7,19%), ketidakpatuhan (42,48%) dan
dikumpulkan secara retrospektif dan didapatkan adanya hubungan DRPs dengan outcome
kejadian DRPs dianalisis secara deskriptif terapi pasien (p <0,0001).
menggunakan Fisher Exact Test untuk
melihat hubungan DRPs dengan outcome
terapi pasien.
Identifikasi DRPs (Drug Related 2017 Digunakan rancangan deskriptif non- Didapatkan sampel sebanyak 52 catatan rekam medik.
Problems) Pada Pasien Hipertensi eksperimental dengan pengambilan data Dari hasil penelitian, didapatkan beberapa kejadian
Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. rekam medis pasien hipertensi dengan atau DRPs yaitu 4 (10%) kejadian indikasi tanpa obat, 9
H. Abdul Moeloek Bandar tanpa penyakit penyerta periode Juni – (22,5%) kejadian tidak tepat obat, 25 (62,5%)
Lampung Tahun 2015 [17]. Desember Tahun 2015 secara retrospektif kejadian interaksi obat, (0%) dosis kurang adan
dengan metode simple random sampling. berlebih serta 2 (5%) kejadian obat tanpa indikasi.
DRPs kemudian dianalisis dengan
6
menggunakan literatur JNC-7.
The Relation of Drug Amount, 2020 Penelitian ini merupakan penelitian Didapatkan adanya hubungan antara jumlah obat (p =
Comorbidity, Blood Pressure, and kuantitatif observasional dengan desain 0,038), penyakit penyerta (p = 0,000), dan tekanan
Residential Area to Drug-Related - penelitian cross-sectional yang dilakukan darah (p = 0,000) dengan kasus DRPs. Tidak ada
Problems of Hypertension Patients dengan metode wawancara langsung hubungan antara wilayah tempat tinggal dengan kasus
[19]. kepada 141 pasien hipertensi prolanis di DRPs (p = 0,569) serta penyakit penyerta dan tekanan
Puskesmas Kota Semarang. Instrumen darah merupakan prediktor yang paling memengaruhi
yang digunakan adalah angket. kasus DRPs pada pasien hipertensi.
Perbedaan antara penelitian yang terdapat pada Tabel 1.1. dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti ialah pada subjek penelitian,
metode pengambilan sampel, jumlah sampel, tahun pengambilan data, dan lokasi penelitian.