Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab tingginya mortalitas dibandingkan
dengan penyakit lainnya dimana salah satu penyebab utama terjadinya penyakit
kardiovaskular di seluruh dunia ialah hipertensi [1], [2]. Hipertensi atau tekanan
darah tinggi merupakan kondisi medis serius yang meningkatkan risiko penyakit
jantung, ginjal, otak, dan organ – organ lain [1]. Sebuah tinjauan matematis dan
meta analisis yang dilakukan untuk menilai prevalensi hipertensi di negara-negara
Asia Tenggara menyebutkan, bahwa jenis kelamin, etnis, tingkat pendidikan dan
sosial ekonomi, indeks massa tubuh (IMT), merokok, lingkar pinggang dan
dislipidemia merupakan faktor risiko umum untuk kejadian hipertensi [3].

Penuaan dan urbanisasi menyebabkan peningkatan prevalensi hipertensi di


negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, sehingga prevalensi
hipertensi di negara-negara tersebut telah melampaui prevalensi di negara-negara
berpenghasilan tinggi [4]. World Health Organization (WHO) memperkirakan
hipertensi diderita oleh 1,4 milyar orang di seluruh dunia tetapi hanya 14% yang
dapat mengontrolnya [1]. Sebuah studi meta analisis menunjukkan bahwa
prevalensi hipertensi di wilayah perkotaan di Asia Tenggara ialah 33,82% dari
total keseluruhan subjek yang diikutsertakan sebanyak 37.630 dan prevalensi
hipertensi tersebut meningkat secara drastis selama dua dekade terakhir [3]. Pada
kategori hipertensi yang dialami oleh wanita, Indonesia masuk kedalam peringkat
4 dari 10 negara dengan peningkatan terbesar dalam prevalensi hipertensi antara
tahun 1990 dan 2019 dengan persentase 12% [5]. Dikutip dari Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, prevalensi penyakit hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk berumur 18 tahun keatas di
Indonesia ialah sebesar 43,11% atau sebanyak 658.201 penduduk, sedangkan pada
Provinsi Lampung ialah sebesar 15,10% atau 20.838 penduduk [6], [7].

1
Hipertensi dapat terjadi pada orang yang terlihat sehat dengan kemungkinan kecil
menimbulkan adanya gejala [8]. Gejala yang ditimbulkan oleh hipertensi dapat
berupa sesak napas, sakit kepala, nyeri dada, pusing, mimisan dan jantung
berdebar-debar. Tetapi gejala-gejala tersebut tidak dapat langsung diklaim sebagai
penanda adanya penyakit hipertensi. Namun, jika diabaikan dapat meningkatkan
terjadinya penyakit penyerta yang mengancam jiwa [9]. Infrak miokard, stroke
iskemik dan hemoragik, penyakit arteri perifer merupakan beberapa penyakit
penyerta pada hipertensi, dimana penyakit penyerta pada hipertensi dapat
menyebabkan terjadinya polifarmasi [10].

Permasalahan terkait obat atau Drug Related Problems (DRPs) merupakan


kejadian yang dialami oleh pasien yang melibatkan terapi obat sehingga tujuan
terapeutik yang diinginkan tidak dapat dicapai [11]. Faktor risiko yang berkaitan
dengan kejadian DRPs diantaranya ialah usia, polimorbiditas, polifarmasi, kondisi
kognitif pasien dan jenis obat – obat yang digunakan [12]. Pada pasien hipertensi,
polifarmasi dan penyakit penyerta dikaitkan dengan terjadinya DRPs [2], [10].
DRPs berkaitan dengan kontrol tekanan darah yang buruk tetapi jumlah kejadian
DRPs pada pasien hipertensi dengan tekanan darah terkontrol pun relatif tinggi
[2].

Prevalensi kejadian DRPs pada pasien rawat inap yang dirawat di bangsal
tergolong tinggi, sehingga diperlukan perawatan farmasi untuk mencegah hasil
kesehatan negatif, seperti efek samping obat dan penurunan status fungsional
pasien selama rawat inap [13]. Insiden DRPs di antara pasien rawat inap cukup
tinggi dan apabila DRP tidak terselesaikan akan menyebabkan morbiditas dan
mortalitas terkait obat yang signifikan serta mempengaruhi tujuan terapi yang
seharusnya didapatkan oleh pasien [14]. DRPs sering terjadi pada pasien rawat
inap yang menyebabkan kerugian kepada pasien, penurunan kualitas hidup, lama
tinggal di rumah sakit yang semakin lama, peningkatan biaya perawatan
kesehatan, bahkan kematian [14], [15]. Adverse Drug Event (ADE) merupakan
salah satu cakupan DRPs, ADE diperkirakan terjadi pada 12 – 17% pasien setelah
keluar dari rumah sakit yang sebenarnya dapat dicegah [16].

2
Penelitian sebelumnya tentang DRPs telah dilakukan pada pasien hipertensi tahun
2015 di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Penelitian dilakukan secara deskriptif non-eksperimental dengan pengambilan
data secara retrospektif pada 52 catatan rekam medik. Dari hasil penelitian,
didapatkan beberapa kejadian DRPs yaitu 4 (10%) kejadian indikasi tanpa obat, 9
(22,5%) kejadian tidak tepat obat, 25 (62,5%) kejadian interaksi obat, dan 2 (5%)
kejadian obat tanpa indikasi. Kejadian dosis kurang dan dosis berlebih tidak
ditemukan pada penelitian ini [17]. Selain itu, terdapat penelitian yang
menganalisis hubungan DRPs dengan outcome klinik pasien hipertensi yang
dilakukan di Puskesmas Mlati I dan Mlati II Kabupaten Sleman Yogyakarta. Dari
hasil penelitian tersebut ditemukan kejadian DRPs berupa obat tidak efektif
(65%), butuh tambahan terapi (15,03%), ROTD berupa interaksi obat (12,42%),
dibutuhkan obat yang lebih aman karena adanya faktor risiko (7,19%),
ketidakpatuhan (42,48%), serta disimpulkan bahwa kejadian DRPs dengan
outcome klinik pasien yang dalam hal ini berupa tekanan darah memiliki
hubungan yang signifikan secara statistik (p <0,0001) [18].

Berdasarkan prevalensi hipertensi yang semakin meningkat setiap tahunnya dan


kejadian DRPs yang rentan terjadi pada pasien rawat inap serta adanya penelitian
yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara DRPs dengan outcome terapi
pada pasien hipertensi maka perlu dilakukan penelitian yang mengkaji hubungan
DRPs dengan outcome klinik di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung yang merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di
Provinsi Lampung.

1.2. Rumusan Masalah


Berikut merupakan rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas:
a. Bagaimana gambaran kejadian Drug Related Problems (DRPs) pada pasien
hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung bulan Maret s.d. Agustus tahun 2021?

3
b. Bagaimana gambaran outcome klinik pasien hipertensi di Instalasi Rawat Inap
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung bulan Maret s.d. Agustus
tahun 2021?
c. Apakah terdapat hubungan antara kejadian Drug Related Problems (DRPs)
dengan outcome klinik pasien hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung bulan Maret s.d. Agustus tahun 2021?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini ialah:
a. Mengetahui gambaran kejadian Drug Related Problems (DRPs) pada pasien
hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung bulan Maret s.d. Agustus tahun 2021.
b. Mengetahui gambaran outcome klinik pada pasien hipertensi di Instalasi
Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung bulan Maret s.d.
Agustus tahun 2021.
c. Mengetahui hubungan antara kejadian Drug Related Problems (DRPs) dengan
outcome klinik pasien hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung bulan Maret s.d. Agustus tahun 2021.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini ialah:
a. Teoritis
Penelitian ini diharapkan menjadi referensi baru dan informasi tambahan bagi
para peneliti selanjutnya terutama mengenai Drug Related Problems (DRPs)
pada pasien hipertensi.
b. Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi pengobatan pasien hipertensi
di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung agar mengurangi jumlah
kejadian DRPs sehingga tujuan terapi pengobatan hipertensi dapat dicapai.

4
1.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini ialah:
: Tidak terdapat hubungan antara Drug Related Problems (DRPs) dengan
outcome klinik pada pasien hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung periode Maret s.d. Agustus 2021.
: Terdapat hubungan antara Drug Related Problems (DRPs) dengan
outcome klinik pada pasien hipertensi di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung periode Maret s.d. Agustus 2021.

5
1.6.Keaslian Penelitian
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian
Judul Penelitian Tahun Rancangan Penelitian Hasil dan Pembahasan
Hubungan Drug Related Problems 2017 Rancangan penelitian analitik cross- Penelitian ini melibatkan 96 pasien dengan kejadian
dengan Outcome terapi pada Pasien sectional digunakan pada penelitian ini. DRPs sebanyak 153 kejadian dengan kejadian berupa
Hipertensi Rawat Jalan di Sampel diambil pada pasien hipertensi obat tidak efektif (65%), butuh tambahan terapi
Puskesmas Kecamatan Mlati rawat jalan di Puskesmas Mlati I dan II (15,03%), ROTD berupa interaksi obat (12,42%),
Kabupaten Sleman [18]. secara consecutive sampling. Data berasal dibutuhkan obat yang lebih aman karena adanya
dari rekam medis dan resep pasien faktor risiko (7,19%), ketidakpatuhan (42,48%) dan
dikumpulkan secara retrospektif dan didapatkan adanya hubungan DRPs dengan outcome
kejadian DRPs dianalisis secara deskriptif terapi pasien (p <0,0001).
menggunakan Fisher Exact Test untuk
melihat hubungan DRPs dengan outcome
terapi pasien.
Identifikasi DRPs (Drug Related 2017 Digunakan rancangan deskriptif non- Didapatkan sampel sebanyak 52 catatan rekam medik.
Problems) Pada Pasien Hipertensi eksperimental dengan pengambilan data Dari hasil penelitian, didapatkan beberapa kejadian
Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. rekam medis pasien hipertensi dengan atau DRPs yaitu 4 (10%) kejadian indikasi tanpa obat, 9
H. Abdul Moeloek Bandar tanpa penyakit penyerta periode Juni – (22,5%) kejadian tidak tepat obat, 25 (62,5%)
Lampung Tahun 2015 [17]. Desember Tahun 2015 secara retrospektif kejadian interaksi obat, (0%) dosis kurang adan
dengan metode simple random sampling. berlebih serta 2 (5%) kejadian obat tanpa indikasi.
DRPs kemudian dianalisis dengan

6
menggunakan literatur JNC-7.
The Relation of Drug Amount, 2020 Penelitian ini merupakan penelitian Didapatkan adanya hubungan antara jumlah obat (p =
Comorbidity, Blood Pressure, and kuantitatif observasional dengan desain 0,038), penyakit penyerta (p = 0,000), dan tekanan
Residential Area to Drug-Related - penelitian cross-sectional yang dilakukan darah (p = 0,000) dengan kasus DRPs. Tidak ada
Problems of Hypertension Patients dengan metode wawancara langsung hubungan antara wilayah tempat tinggal dengan kasus
[19]. kepada 141 pasien hipertensi prolanis di DRPs (p = 0,569) serta penyakit penyerta dan tekanan
Puskesmas Kota Semarang. Instrumen darah merupakan prediktor yang paling memengaruhi
yang digunakan adalah angket. kasus DRPs pada pasien hipertensi.

Perbedaan antara penelitian yang terdapat pada Tabel 1.1. dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti ialah pada subjek penelitian,
metode pengambilan sampel, jumlah sampel, tahun pengambilan data, dan lokasi penelitian.

Anda mungkin juga menyukai