LP & ASKEP NYERI FIVI-dikonversi
LP & ASKEP NYERI FIVI-dikonversi
Oleh :
FIVI OKTAVIA
2020-02-14901-008
Nim : 2020-02-14901-008
PEMBIMBING PRAKTIK
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Nim : 2020-02-14901-008
PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui
iii
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan
keperawatan stase keperawatan dasar profesi ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia (Nyeri) di Ruang ICVCU
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. drg. Yayu Indriaty, Sp.KGA selaku Direktur RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya yang telah menyediakan tempat bagi pelaksanaan Praktik Profesi Ners Stase
Keperawatan Dasar Profesi STIKes Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes Selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penyusun
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Profesi Ners Keperawatan.
3. Ibu Meilitha Carolina,Ners,M.kep selaku Ketua Program Studi Ners yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penyusun.
4. Bapak Henry Wiyono Ns, M. Kep. selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberi saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan Asuhan
Keperawatan.
5. Ibu Sri Widiati S.kep.Ners., selaku pembimbing klinik yang telah banyak
memberi bimbingannya dalam menyelesaikan Laporan pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan.
6. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan asuhan
keperawatan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa asuhan keperawatan ini jauh dari
sempurna.Maka dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, semoga asuhan keperawatan ini dapat berguna bagi pengembangan
ilmu kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan dasar profesi dan semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkat dan karunia-Nya kepada kita
semua.
Palangka Raya, November 2020
Penulis
5
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.4 Etiologi
Etiologi yang dapat menyebabkan gangguan nyeri menurut Potter dan Perry
tahun 2005, yaitu:
1. Faktor resiko
1) Nyeri akut
(1) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
(2) Menunjukkan kerusakan
(3) Posisi untuk mengurangi nyeri
(4) Muka dengan ekspresi nyeri
(5) Gangguan tidur
(6) Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
(7) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
2) Nyeri kronis
(1) Perubahan berat badan
(2) Melaporkan secara verbal dan non verbal
(3) Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
(4) Kelelahan
9
Pathway
Terpajan ujung
saraf
Sensasi nyeri
Nyeri Akut
Perubahan kimia
pada jalur saraf
Hipersensitifitas
terhadap sinyal nyeri
Nyeri Kronis
12
menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di pengaruhi
oleh beberapa faktor, seperi arti nyeri, tingkat perspepsi nyeri,pengalaman
masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut,
cemas, usia, dan lain-lain.
Untuk pasien dengan nyeri kronis maka pengkajian yang lebih baik adalah
dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif, kognitif (NIH,1986:
McGuire, 1992)
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan perawat di dalam mulai
mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien (Donovan & Girton, 1984).
Mengidentifikasi komponen-komponen atau pengumpulan data terd=sebut
14
diantaranya :
a) Karakteristik nyeri (Metode P,Q,R,S,T)
1) Faktor Pencetus (P: Provocate)
Faktor yang mempengaruhi gawat atau ringanya nyeri. Provokatif yaitu apa
yang membuat terjadi timbulnya keluhan, hal apa saja yang memperingan dan
memperberat keadaan atau keluhan klien tersebut yang dikembangkan dari
keluhan utama.
2) Kualitas (Q: Quality)
Kualitas nyeri merupakan suatu subjektif yang di ungkapkan oleh klien,
mendeskripsikan nyeri dengan kalimat –kalimat, tajam tumpul, berdenyut,
berpindah-pindah, seperti tertindih, perih dan tertusuk.
3) Lokasi (R: Region)
Daerah perjalanan nyeri, lokasi keluhan tersebut dirasakan atau ditemukan,
apakah juga penyebaran ke area lain daerah atau area penyebaranya.
4) Keparahan (S: Severe)
Pengkajian untuk mengambarkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri ringan,
nyeri sedang atau nyeri berat.
5) Durasi (T:Time)
Kapan keluhan mulai ditemukan atau dirasakan, berapa sering dirasakan atau
terjadi,apakah secara bertahap, apakah keluhan berulang-ulang. Bila berulang
dalam selang waktu berapa lama hal itu untuk menentukan waktu dan durasi.
Lama waktu serangan dan prekuensi nyeri.
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tanda – tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan.
c) Riwayat nyeri
Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberikan klien
kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan
situasi tersebut dengan kata – kata mereka sendiri. Langkah ini akan membantu
perawat memahami makna nyeri bagi klien dan bagaimana ia berkoping terhadap
aspek, antara lain :
1) Penentuan ada tidaknya nyeri
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien menunjukkan
15
Nyeri yang ditanyakan pada skala tersebut adalah intensitas nyeri sebelum
dan sesudah dilakukan intervensi. Cara mengkaji nyeri yang digunakan adalah
0-10 angka skala intensitas nyeri.
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (secara objeyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik)
4-6 : Nyeri sedang (secara obyektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan nyeri,
dan dapat mengikuti perintah dengan baik)
7-9 : Nyeri berat (secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikan nyeri,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang dan
distraksi)
10 : Nyeri sangat berat (Klien sudah tidak dapat berkomunikasi)
17
Verbal paint Asesment Scale ( penilaian nyeri secara verbal) untuk anak
usia 8 tahun keatas.
3) Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk.
Perawat perlu mencatat kata-kata yang dipakai klien untuk menggambarkan
nyerinya sebab informasi yang akurat dapat berpengaruh besar pada diagnosis
dan etiologi nyeri serta pilihan tindakan yang diambil.
4) Pola
Pola nyeri meliputi : waktu awitan, durasi/lamanya nyeri dan
kekambuhan atau interval nyeri. Karenanya, perawat perlu mengkaji kapan
nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang dan kapan
nyeri terakhir muncul.
5) Faktor presipitasi
Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri sebagai
contoh : aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu,
18
faktor lingkungan ( lingkungan yang sangat dingin atau panas), stresor fisik dan
emosional juga dapat memicu munculnya nyeri.
6) Gejala yang menyertai
Gejala ini meliputi mual,muntah, pusing dan diare. Gejala tersebut bisa
disebabkan oleh awitan nyeri atau oleh nyeri itu sendiri.
7) Pengaruh aktifitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktifitas harian
klien akan membantu perawat memahami persepsi klien tentang nyeri.
Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah tidur, nafsu
makan, konsentrasi, pekerjaan, hubungan interpersonal, hubungan pernikahan,
aktivitas dirumah, aktivitas waktu senggang serta status emosional.
8) Sumber koping
Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam menghadapi
nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya
atau pengaruh budaya.
9) Respon afektif
Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, tergantung pada situasi,
derajat dan durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri dan banyak faktor lainnya.
Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut lelah, depresi atau
perasaan gagal pada diri klien.
3) imobilisasi (bagian tubuh yang mengalami nyeri akan akan digerakkan tubuh
tanpa tujuan yang jelas) :
- menendang – nendang
- membolak-balikan tubuh diatas kasur
- sedangkan respon fisiologis bervariasi tergantung pada sumber dan durasi
nyeri.
(https://www.slideshare.net/chuliecsztstefanerszt/kebutuhan-rasa-aman-
askep-nyeri)
analgetik
Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
- Penyebab dan, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
22
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat.
- Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk
menggurangi nyeri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2. Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah diberikan Asuhan keperawatan Manajemen energi (I.05178, halm.176)
dengan ketidakseimbangan antara selama 3 x 24 jam diharapkan toleransi Observasi :
suplai dan kebutuhan oksigen, tirah aktivitas meningkat dengan kriteria hasil - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
baring, kelemahan dan imobilitas ( : mengakibatkan kelelahan
D.0056, hal 128) - Kemudahan melakukan aktivitas - Monitor kelelahan fisik dan emosional
sehari- hari meningkat ( skor 5 ) - Monitor pola dan jam tidur
- Kekuatan tubuh meningkat ( skor 5 ) - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
- Keluhan lelah menurun ( skor 5 ) selama melakukan aktivitas
- Dipsnea saat dan setelah aktifitas Terapeutik :
menurun ( skor 5 ) - Sediakan lingkungan yang nyaman dan
23
- Aritmia saat dan setelah aktifitas rendah stimulus ( misalnya cahaya, suara
menurun ( skor 5 ) dan kunjungan)
- Sianosis menurun ( skor 5 ) - Lakukan latihan rentang gerak pasif dan
- Perasaan lemah ( skor 5 ) atau aktif
- Frekuensi nadi, tekanan darah dan - Berikan aktifitas distraksi yang
frekuensi nafas membaik ( skor 5 ) menenangkan
- Saturasi oksigen ( skor 5 ) - Fasilitasi duduk di tempat tidur, jika tidak
(L.05047, halm 149) dapat berpindah atau berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktifitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
24
3. Gangguan integritas kulit/jaringan Setelah diberikan Asuhan keperawatan Perawatan integritas kulit ( I.11353, hal.316)
berhubungan dengan penurunan selama 3 x 24 jam diharapkan integritas Observasi :
mobilitas,bahan kimia iritatif, suhu kulit dan jaringan meningkat dngan - Identifikasi penyebab gangguan
lingkungan yang ekstrim, faktor kriteria hasil : integritas kulit (misalnya perubahan
mekanis dan kurang terpapar informasi - Elastisitas meningkat (skor 5) sirkulasi, perubahan status nutrisi,
tentang upaya mempertahankan atau - Hidrasi meningkat (skor 5) penurunan kelembaban, suhu lingkungan
melindungi integritas jaringan. (D.0129 - Perfusi jaringan meningkat (skor 5) ekstrim, penurunan mobilitas)
hal. 282). - Kerusakan jaringan dan lapisan kulit Terapeutik :
menurun (skor 5) - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Nyeri menurun (skor 5) - Lakukan pemijatan pada area penonjolan
- Perdarahan menurun (skor 5) tulang jika perlu
- Kemerahan menurun (skor 5) - Bersihkan perineal dengan air hangat,
(L.14125, halm.33) terutama selama periode diare
- Gunakan produk berbahan petrolium atau
minyak pada kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan/ alami
dan hipoalergik pada kulit sensitif
25
1.2.4 Implementasi
Lakukan, informasikan, dan tuliskan, adalah frase tindakan implementasi.
Melakukan asuhan keperawatan dengan dan untuk klien. Menginformasikan hasil
dengan cara berkomunikasi dengan klien dan anggota tim layanan kesehatan lain,
secara individual atau dalam konferensi perencanaan. Menuliskan informasi dengan
cara mendokumentasikannya sehingga penyedia layanan kesehatan selanjutnya dapat
melakukan tindakan dengan tujuan dan pemahaman. Selalu ingat bahwa komunikasi
dan dokumentasi yang adekuat akan memfasilitasi kontinuitas asuhan (Rosdahl dan
Kowalski, 2017)
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis, perencanaan,
dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah-langkah dalam
mengevaluasi asuhan keperawatan adalah, menganalisis respon klien,
mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan, dan
perencanaan untuk asuhan di masa depan.
Menurut Dinarti, dkk, (2013). Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan
dalam bentuk SOAP (subyektif, obyektif, assesment, planning). Komponen SOAP
yaitu S (subyektif) dimana perawat menemukan keluhan klien yang masih dirasakan
setelah dilakukan tindakan. O (obyektif) adalah data yang berdasarkan hasil
pengukuran atau observasi klien secara langsung dan dirasakan setelah selesai
tindakan keperawatan. A (assesment) adalah kesimpulan dari data subyektyif dan
obyektif (biasanya ditulis dalam bentuk masalah keperawatan), P (planning) adalah
perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau
ditambah dengan rencana kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya.
27
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Redho dkk. 2019. Pengaruh Self Healing Terhadap Penurunan Skala Nyeri.
Jakarta: Jurnal
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3.
Jakarta: EGC
(https://www.slideshare.net/chuliecsztstefanerszt/kebutuhan-rasa-aman-askep-nyeri)
Lukman, & Ningsih, N. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskletal. Jakarta: Salemba Medika
Log book mahasiswa stikes eka harap Program studi ners angkatan viii ta. 2020-
2021 Stase KDP, KMB, keperawatan maternitas Dan keperawatan anak
M.A Henderson. 2000. Ilmu Bedah untuk Perawat. Yogyakarta : Yayasan Essentia
Medika
Mansjoer, A. Dkk . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculopius
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
28
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KELOLAAN
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
30
: HubunganKeluarga
refill<2 detik, tidak ada edema, tidak ada asites, ictus cordis tidak terlihat, tidak ada
peningkatan vena jugularis, suara jantung normal S1 S2 tunggal.
Keluhan lainnya : P : nyeri dada kiri setelah beraktifitas, Q : seperti tertusuk-
tusuk, R : nyeri terasa tembus kebelakang, S : nyeri ringan pada skala 3, T : dirasakan
1-2 kali dalam 1 jam secara mendadak.
Masalah keperawatan : Nyeri Akut
2.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E: 4 (dengan spontan membuka mata), V: 6 (orientasi baik), M : 6
(bergerak sesuai perintah) dan total Nilai GCS: 15 (Comphos Mentis), kesadaran Tn.
B comphos mentis, pupil Tn. B isokor tidak ada kelainan, reflex cahaya kanan dan
kiri positif.
32
terdapat hemoroid, BAB 1x/hari dengan warna kuning dan konsistensi feses masih
lembek .
Tidak ada masalah keperawatan
2.1.3.9 Tulang - Otot - Integumen (Bone)
Pada pemeriksaan tulang, otot, dan integumen(bone)ditemukan hasil yaitu,
kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak ada parises, tidak ada nyeri, bengkak,
kekakuan, serta ukuran otot simetris, tulang belakang normal dan uji kekuatan otot
ekstremitas atas 5 5 dan ekstremitas bawah 5 5 , tidak ada deformitas, peradangan dan
patah tulang.
Tidak ada Masalah Keperawatan
2.1.3.10 Kulit-Kulit Rambut
Riwayat alergi pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi makanan.
Suhu kulit Tn.B hangat , warna kulit normal tidak ada kelainan, turgor kulit halus
tidak kasar maupun kemerahan tidak ada peradangan, jaringan parut tidak ada, tekstur
rambut lurus, dibubusi rambut merata, bentuk kuku simetris tidak ada kelainan tidak
ada masalah keperawatan.
2.1.3.11 Sistem Penginderaan
2) Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan Tn. B baik, gerakan bola mata normal, sklera normal/putih,
konjungtiva anemis, kornea bening, tidak ada keluhan dan nyeri yang di rasakan
klien, pasien juga tidak menggunakan alat bantu atau kacamata.
Tidak ada masalah keperawatan
3) Hidung/Penciuman
Fungsi penciuman pasien baik, hidung simetris tidak ada peradangan maupun
kelainanan yang di alami pasien.
2.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar
tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
34
2.1.4.4 Kognitif
Setelah diberikan penjelasan pasien mengetahui tentang penyakit yang
diderita dan pasien juga mengetahui tentang tindakan yang akan dilakukan.
Masalah: Tidak ada masalah
2.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, identitas diri, harga diri, peran)
Gambaran diri: pasien menyukai tubuhnya secara utuh, ideal diri: pasien ingin
cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas diri: pasien seorang suami dan
ayah harga diri: pasien merasa selalu dihargai, Peran: pasien adalah sebagai suami
sekaligus Pencari nafkah.
Masalah Keperawatan: tidak ada
2.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Aktivitas pasien sebelum sakit dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri,
saat sakit pasien dianjurkan untuk bedrest di tempat tidur dan untuk aktivitas dibantu
oleh keluarga dan perawat.
Keluhan lain : pasien mengatakan “saya merasa mudah lelah dan dada terasa nyeri
saat beraktivitas”
Masalah Keperawatan : intoleransi aktivitas
2.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien mengatakan bila ada masalah pasien bercerita kepada istrinya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
2.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Pasien memeluk agama islam, pasien mengatakan semua tindakan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan tidak ada yang bertentangan dengan pola
keyakinan.
Masalah Keperawatan: tidak ada
2.1.5 Sosial-Spritual
1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan jelas.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
2. Bahasa sehari-hari
36
Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari, yaitu bahasa jawa dan Indonesia.
3. Hubungan dengan keluarga
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Pasien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungannya sekitar, perawat maupun dokter.
5. Orang berarti/terdekat
Orang yang paling dekat dengan Tn. B adalah istri dan anak.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang
Pasien mengunakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama keluarga.
2.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang lainnya)
1. Pemeriksaan Laboratorium 30 November 2020
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
Glukosa – Sewaktu 176 mg/dL <200
Creatinin 1.07 mg/dL 0,7-1,5
Ureum 23 g/dL 21-53
Troponin >50 mg/dl < 30
WBC 23, 20 [10^3/ul] 4,50 – 11,00
HGB 15,2 g/dL 10,5 – 18,0
PLT 271 [10^3/ul] 150 - 400
HCT 43,3 % 37 – 48
Impuls
Ditransfer ke modula
melalui radik dorsalis
Thalamus
Kortek serebri
Persepsi nyeri
Nyeri akut
39
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien :Tn. B
Ruang Rawat : ICVCU
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
2. Intoleransi aktivitas Setelah diberikan Asuhan 1. Identifikasi gangguan 1. Menentukan respon pasien
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 fungsi tubuh yang terhadap aktivitas dan
kelemahan fisik dan jam diharapkan toleransi mengakibatkan kelelahan sapat mengindikasikan
imobilisasi ditandai aktivitas meningkat dengan dan monitor lokasi dan kekurangan oksigen pada
dengan, Pasien mengatakan kriteria hasil : ketidaknyamanan selama miokard, sehingga harus
: “saya merasa mudah lelah - Kemudahan melakukan melakukan aktivitas mengurangi tingkat
dan dada terasa nyeri saat aktivitas sehari- hari 2. Sediakan lingkungan yang aktivitas, bedrest,
beraktivitas”. Px tampak meningkat ( skor 5 ) nyaman dan rendah perubahan regimen
lemah, dianjurkan untuk - Kekuatan tubuh stimulus ( misalnya cahaya, pengobatan, atau
bedrest, ADL dibantu oleh meningkat ( skor 5 ) suara dan kunjungan) penggunaan oksigen.
keluarga, tanda-tanda vital, - Keluhan lelah menurun ( 3. Motivasi pasien untuk 2. Istirahat yang cukup dapat
TD : 110/65 mmHg, N : 86 skor 5 ) melakukan tirah baring. meningkatkan kondisi
x/menit, S : 36,0oC, RR : - Dipsnea saat dan setelah Batasi aktivitas yang tubuh dan energi pasien
20 x/menit, O2 nasal kanul aktifitas menurun ( skor 5 menyebabkan nyeri dada 3. Mengurangi beban kerja
3 l/m. ) atau respons jantung yang miokard dan konsumsi
44
- Aritmia saat dan setelah buruk. Berikan aktivitas oksigen, serta mengurangi
aktifitas menurun ( skor 5 pengalihan yang bersifat risiko komplikasi,
) nonstres. misalnya perparahan infark
- Sianosis menurun ( skor 5 4. Lakukan latihan rentang miokard. Pasien tanpa
) gerak pasif dan atau aktif komplikasi infark miokard
- Perasaan lemah ( skor 5 ) 5. Berikan aktifitas distraksi didorong untuk terlibat
- Frekuensi nadi, tekanan yang menenangkan dalam aktivitas yang
darah dan frekuensi nafas 6. Kolaborasi dengan ahli gizi ringan diluar tempat tidur,
membaik ( skor 5 ) tentang cara meningkatkan termasuk jalan-jalan kecil
- Saturasi oksigen ( skor 5 asupan makanan 12 jam setelah kejadian.
) 7. Kolaborasikan pemberian 4. Membantu untuk melatih
(L.05047, halm 149) multivitamin/ suplemen. kekuatan otot pasien dan
- mencegah kekakuan otot.
5. Aktifitas distraksi dapat
membantu mengurangi
nyeri dan mengurangi stres
yang dialami pasien
tentang kondisinya
6. Asupan makanan yang
45
adekuat dapat
mempercepat pemulihan
dan meningkatkan energi
klien.
46
OLEH :
FIVI OKTAVIA
NIM : 2020.02.14901.008
2 10 menit Pelaksanaan :
1) Menggali pengetahuan klien tentang nyeri pada
pasien jantung
2) Menjelaskan tentang pengertian nyeri dada pada
pasien jantung Ceramah
3) Menjelaskan pengertian tentang manajemen
nyeri
4) Menjelaskan tentang penyebab nyeri dada pada
pasien jantung
5) Menjelaskan tentang tanda dan gejala nyeri pada
pasien jantung
6) Menjelaskan tentang intensitas nyeri
7) Menjelaskan pencegahan terjadinya nyeri
jantung
8) Menjelaskan tekhnik manajemen nyeri
3 5 menit Evaluasi :
Memberi kesempatan klien atau keluarga untuk Diskusi & Tanya
bertanya jawab
4 2 menit Terminasi :
1. Mengucapkan terima kasih atas peran serta
pasien dan pengunjung di ruang ICVCU Ceramah
2. Mengucapkan salam penutup
1.7 Evaluasi
1.7.1 Evaluasi Struktural
1.7.1.1 Tempat dan alat sesuai rencana
1.7.1.2 Peran dan tugas sesuai rencana
1.7.1.3 Setting tempat sesuai dengan rencana
1.7.1.4 Evaluasi Proses
1.7.1.5 Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan
53
MATERI PENYULUHAN
MANAJEMEN NYERI
2. Penurunan pasokan oksigen ke otot jantung karena adanya sumbatan pembuluh darah
55
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (secara objeyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik)
4-6 : Nyeri sedang (secara obyektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan nyeri,
dan dapat mengikuti perintah dengan baik)
7-9 : Nyeri berat (secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikan nyeri,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang dan
distraksi)
56
DAFTAR PUSTAKA
(https://sardjito.co.id/2019/11/01/memahami-nyeri-dada-pada-jantung-koroner/ )
https://mpitsjournal.wordpress.com/2019/11/02/gjn-mm/
59
60