101679-Mutia Sari-Fitk
101679-Mutia Sari-Fitk
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
JAKARTA
Oleh:
MUTIA SARI
NIM: 106011000132
Skripsi
Oleh:
MUTIA SARI
NIM: 106011000132
Penguji I
Drs. Muarif Sam, M.Pd.
NIP. 19650717 199403 1 005
Penguji II
Dra. Eri Rossatria, M.Ag.
NIP.19470717 196608 2 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Pedoman Transliterasi
1. Konsonan
2. Vokal
Vokal (a) panjang = â, contoh: = ﻗﺎﻞqâla
Diftong
و ― = au
ي ― = ai
i
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmairrahim.
Tiada rangkaian kalimat yang paling indah selain memanjatkan untaian
kalimat syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
berbagai nikmat dan karunia-Nya dan menjadikan iman itu indah dalam hati
hamba-Nya serta menjadikan kecintaan akan risalah-Nya lebih dari segala apapun
di dunia ini. Dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat dipermudah dalam
penyelesaian skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam terhadap Pelaksanaan Shalat Fardu Siswa SMP Islam Al-
Ma’arif Cinangka Sawangan Depok” dengan sebaik-baiknya.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada insan mulia yang
menjadi uswah agung sepanjang masa Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para
sahabat dan pengikutnya yang selalu istiqomah menyeru dengan seruannya dan
berpedoman dengan petunjuknya.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu Pendidikan keIslaman (S.Pd.I). dalam penulisan skripsi ini,
penulis menyadari tentunya tidak sedikit kendala, hambatan dan kesulita yang
penulis hadapi. Namun berkat keyakinan, kerja keras, motivasi juga bantuan dari
berbagai pihak segala kesulitan tersebut dapat penulis hadapi dengan sebaik-
baiknya. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta para pembantu dekan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. dosen pembimbing skripsi atas
pengorbanannya, baik waktu, ilmu, pengalaman, kesabaran dan
iii
keikhlasannya dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini. Cukuplah Allah SWT yang membalas
kebaikan dan kemurahan Bapak selama ini.
4. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA. dosen penasehat akademik yang
telah membantu penulis selama kuliah.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu
dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah
diajarkan dapat bermanfaat di kemudian hari.
6. Pimpinan dan segenap pegawai Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang turut memberikan andil besar
dalam menyediakan berbagai referensi dan sumber-sumber
7. Khususnya kedua orang tua tercinta, Bpk. Tamrin dan Ibu Nurlaila yang
tak pernah lelah menuntun dan memberi semangat, yang selalu
mencurahkan kasih sayang sepanjang masa dan do’a restu yang selalu
mengiringi setiap langkah penulis, tanpa itu semua mungkin penulis tidak
akan mampu berjuang setegar ini. Semoga Allah selalu memberkahi dan
membahagiakan mereka walaupun penulis belum mampu membuat
mereka bahagia, Amin.
8. Seorang terkasih yang selalu setia menemani dan menghiasi hari-hari
dengan penuh cinta dan ketulusan, suami tercinta Nurjaya. Dengan penuh
pengertian, motivasi dan tak henti-hentinya memberi dukungan kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih “aa”…
semoga ketulusanmu membawa kepada kebahagiaan hakiki. Amin.
9. Teman-teman seperjuangan kelas D angkatan tahun 2006, Wye-Wye,
Koyah, Retno, Neneng, Neni, ijah dan semuanya semoga tercapai segala
asa dan harapan. Semangat.
10. Ust. Hariyanto dan teh Amel yang selalu memberi motivasi, dukungan
juga bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya.
11. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
iv
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberi menfaat bagi
pembaca umumnya sebagai bekal menambah ilmu pengetahuan. Amin.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa
karya tulis ini jauh dari sempurna mengingat keterbatasan pengetahuan,
pengalaman serta kemampuan saya dalam menulis, namun demikian, saya
berharap agar karya tulis ini dapat menjadi sumbangsih yang berarti dalam
dunia pendidikan.
Penulis
v
DAFTAR ISI
PEDOMAN TRANSLITERASI......................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Permasalahan ................................................................................ 5
1. Identifikasi Masalah...................................................................... 6
2. Pembatasan Masalah..................................................................... 6
3. Perumusan masalah....................................................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................... 7
v
C. Kerangka Berpikir........................................................................ 46
D. Pengajuan Hipotesis..................................................................... 47
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 90
B. Saran............................................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 92
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel Deskripsi Variabel Y
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf “ Nilai-nilai Akhlak /Budi pekerti dalam Ibadat dan
tasawuf ”, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), Edisi kedua, h. 7.
4
penting bagi orang Islam. Ibadah shalat yang dilakukan dengan baik,
berpengaruh bagi orang yang melakukannya. Ibadah jika dilakukan membawa
ketenangan, ketenteraman, dan kedamaian dalam hidup. Shalat wajib
dijalankan oleh setiap muslim, apabila ditinggalkan akan mendapatkan dosa.
Begitu pentingnya shalat bagi kaum muslimin, sehingga para orang tua
maupun guru berkewajiban mendidik anak-anaknya untuk melaksanakan
shalat sejak dini.
Berhubungan dengan hal tersebut, dalam standar kompetensi mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berisi kemampuan minimal yang
dikuasai siswa selama menempuh Pendidikan Agama Islam di SMP.
Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan
dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT. kemapuan-kemampuan yang tercantum dalam
komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan
dasar umum yang dicapai di SMP yaitu:
1. Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun Islam yang disertai
dengan mengetahui fungsinya serta terefleksi dalam sikap perilaku,
dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun
horizontal.
2. Mampu membaca Al-Qur’an dan surat-surat pilihan sesuai dengan
tajwidnya, mengartikan, dan menyalinnya, serta mampu membaca,
mengartikan, dan menyalin hadis-hadis pilihan.
3. Mampu beribadah dengan tuntunan syari’at Islam baik ibadah
wajib dan ibadah sunah maupun muamalah.
4. Mampu berakhlak mulia dengan meneladani sifat, sikap, dan
kepribadian Rasulullah serta Khulafaur Rasyidin.
5. Mampu mengamalkan sistem mu’amalat Islam dalam tata
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.2
Berdasarkan penjabaran di atas, jelaslah bahwa pembelajaran
pendidikan agama Islam sangat mendukung siswa dalam pelaksanaan shalat
mereka. Dengan adanya pembelajaran Agama Islam di tiap jenjang pendidikan
akan sangat mempengaruhi kualitas ibadah siswa, sehingga pembelajaran
pendidikan agama tidak bisa diabaikan dalam proses pelaksanaan
2
Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP dan
MTS, (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003), h. 10-11
5
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah yang timbul, antara lain:
a. Pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif
b. Aspek-aspek pendidikan agama Islam yang menjadi fokus sekolah
6
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi
permasalahannya sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif
b. Pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al-Ma’arif
c. Pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap pelaksanaan
shalat fardu siswa dalam kehidupan sehari-hari
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, penulis mengajukan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-
Ma’arif?
b. Bagaimana pelaksanaan shalat fardu siswa?
c. Adakah pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap
pelaksanaan shalat fardu siswa dalam kehidupan sehari-hari?
2. Kegunaan Penelitian
a. Untuk menambah khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan.
b. Sebagai acuan penelitian lebih lanjut.
c. Sebagai bukti tertulis bahwa telah menyelesaikan tugas akhir
perkuliahan dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana SI (S,Pd.I).
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
1
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),
h. 7.
2
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 14.
8
9
3
Hasan Langgulung, Pendidikan Dan Peradaban Islam, (Jakarta: Maha Grafindo, 1985),
Cet. 3, h. 42.
10
4
Asronunni’am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam: Mengurai Relevansi Konsep Al-
Ghazali Dalam Konteks Kekinian, (Jakarta: Elsas, 2005), Cet. 2, h. 57.
5
Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 1, h. 130.
6
Zakiah Daradjat, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1996), Cet. 3, h. 25-26.
11
7
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, (Bandung: Al-
Ma’arif, 1980), h. 100.
8
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif,
1980), Cet. 4, h. 23.
9
Zuharini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. 3, h. 152.
12
1) Dasar Religius
Dasar pendidikan Islam adalah segala ajarannya yang bersumber dari
Al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad (ra’yu). Dasar inilah yang membuat
pendidikan Islam menjadi ada, tanpa dasar ini tidak akan ada pendidikan
Islam.
a) Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh
Jibril kepada Nabi Muhammad SAW yang di dalamnya terkandung ajaran
10
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 121
13
“Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan
agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan
itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat Nya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”
b) Sunah (Hadis).
Sunnah ialah perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi Muhammad
SAW. Sunnah merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Quran.
Sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan Agama Islam karena sunnah menjadi
sumber utama pendidikan Agama Islam karena Allah SWT menjadikan
Muhammad SAW sebagai teladan bagi umatnya. Firman Allah SWT dalam
Surat Al-Ahzab 33 ayat 21 yang berbunyi:
“Kitab(Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa”.
c). Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam
untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syari’at Islam dalam
11
Malik bin Anas, Al-Muatho’, (Beirut: Dâr al-Kitab al-‘Arabi, 2004), Jilid 2, h. 899.
12
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 123-124.
16
15
Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi…, h.
132-133.
16
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 19.
17
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995), Cet. I, h. 172.
18
18
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam: Metode mengajarkan
Pendidikan Agama di SD, SMP, SMA dan Fakultas Umum serta metode Mengajarkan Ilmu Agama
di PGAN 6 Tahun, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1983), Cet. 2, h. 13.
19
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam: Metode Mengajarkan
Pendidikan Agama di SD, SMP, SMA dan Fakultas Umum serta Metode Mengajarkan Ilmu
Agama di PGAN 6 Tahun…, h. 16-17.
20
20
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 2001), Cet. 28,
h. 124-125.
21
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam: Metode mengajarkan
Pendidikan Agama di SD, SMP, SMA dan Fakultas Umum serta metode Mengajarkan Ilmu Agama
di PGAN 6 Tahun…, h. 16.
21
22
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental…, h. 122-123.
23
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam: Metode mengajarkan
Pendidikan Agama di SD, SMP, SMA dan Fakultas Umum serta metode Mengajarkan Ilmu Agama
di PGAN 6 Tahun…, h.17.
22
Ada beberapa saran atau nasihat dari Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat
(ahli ilmu jiwa ternama di Indonesia) sehubungan dengan pembinaan
dan pendidikan terhadap anak, yaitu:
1. Tunjukkan pengertian dan perhatian terhadap mereka.
2. Bantulah anak untuk mendapatkan rasa aman.
3. Timbulkan pada mereka bahwa dia disayang.
4. Hargai dan hormati mereka.
5. Berilah mereka kebebasan dalam batas-batas tertentu
(kebebasan yang tidak melanggar norma-norma agama).
6. Timbulkan pada mereka rasa butuh akan agama.
7. Sediakan waktu dan sarana untuk berkonsultasi dengan
mereka.
8. Usahakan agar mereka merasa berhasil.24
Semoga dengan kedelapan saran tersebut akan membantu para
orang tua dalam mendidik dan membimbing para putra dan putrinya
sehingga mereka menjadi generasi yang cerdas, shaleh dan kreatif.25
1) Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun Islam yang disertai
dengan mengetahui fungsinya serta terefleksi dalam sikap perilaku,
dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun
horizontal.
2) Mampu membaca Al-Qur’an dan surat-surat pilihan sesuai dengan
tajwidnya, mengartikan, dan menyalinnya, serta mampu membaca,
mengartikan, dan menyalin hadis-hadis pilihan.
3) Mampu beribadah dengan tuntunan syari’at Islam baik ibadah
wajib dan ibadah sunah maupun muamalah.
4) Mampu berakhlak mulia dengan meneladani sifat, sikap, dan
kepribadian Rasulullah serta Khulafaur Rasyidin.
5) Mampu mengamalkan system mu’amalat Islam dalam tata
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.27
26
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi…, h.
149-150.
27
Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP dan
MTS, (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003), h. 10-11
24
yang berarti taat, tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina. Kesemua
pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk,
patuh, merendahkan diri, dan hina diri di hadapan yang disembah disebut
‘abid (yang beribadah). Budak disebut dengan ﻋﺒﻴﺪkarena dia harus tunduk
28
A. Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Media Pratama, 1997), Cet. 1, h. 1.
27
29
Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, t.t.), h. 2.
28
”Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja
yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya
pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu
kerjakan.”
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
30
Lahmuddin Nasution, Fiqh 1…, h. 55.
29
Shalat yang diwajibkan disebut shalat wajib atau fardu. Shalat fardu
adalah ibadah shalat yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim yang
mukallaf (baligh dan berakal sehat), baik laki-laki maupun perempuan lima
kali sehari semalam dan dikerjakan pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
Yang termasuk dalam shalat fardu yaitu shalat subuh, dzuhur, ashar,
maghrib dan Isya’.
Shalat merupakan suatu bentuk ibadah yang diwajibkan bagi umat
Islam laki-laki dan perempuan yang sudah cukup syarat dan rukun-
rukunnya. Shalat merupakan manifestasi seseorang terhadap khaliq-Nya,
untuk itu setiap mukmin wajib mengerjakannya, memeliharanya dan
memerintahkan kepada anggota keluarganya dan dijelaskan pula dalam Al-
Qur’an surat Thaha 20 ayat 132:
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki
31
Ma’mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim, (Jakarta: Widjaya, 1993), Jilid 1, h. 12.
30
kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu dan akibat (yang baik)
itu adalah bagi orang yang bertakwa.”
32
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1994), Cet. 40, h. 64.
31
:
.
“Beliau berkata kepada Fatimah binti Abi Hubaisy, “Apabila datang
haid, tinggalkanlah shalat.” (Riwayat Bukhari)33
33
Abû ‘Abdullah Muhammad Ibn Ismail Al-Bukhârî, Shahih al-Bukhârî, (Beirut: Dâr al-
Fikr, 1995), h. 71.
34
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h. 65.
32
35
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h. 65-66.
36
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h. 66-67.
33
37
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1995), h. 263
34
“Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.”
c. Rukun Shalat
Rukun shalat adalah segala hal yang harus dikerjakan dalam
rangkaian suatu ibadah, apabila tidak dikerjakan atau ditinggalkan
menyebabkan ibadah tersebut tidak sah. Apabila salah satu rukun ada yang
tertinggal, maka shalatnya batal dan harus diulang sampai benar-benar
sesuai dengan rukun-rukunnya. Adapun rukun shalat sebagai berikut:
1) Niat dalam hati.
Sebagaimana ibadah lainnya shalat juga tidak sah bila tidak
disertai dengan niat. Mengenai hal ini terdapat kesepakatan (ijma’)
ulama, walaupun ada perbedaan dalam menempatkannya sebagai
rukun atau syarat. Berdasarkan dalil sebagai berikut:
a) Hadis
b) Al-Quran
Firman Allah SWT dalam surat Al-Bayyinah 98 ayat 5 :
38
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah…, h. 276.
39
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h. 70.
40
Abû ‘Abdullah Muhammad Ibn Ismail Al-Bukhârî, Shahih al-Bukhârî…, h. 22.
35
41
Lahmuddin Nasution, Fiqh 1…, h. 66.
36
.
“Tiadalah shalat bagi seseorang yang tidak membaca surat
Fatihah.” (Riwayat Bukhari).44
42
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h. 77.
43
A. Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah …, h. 74.
44
Ma’mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim…, h. 196.
45
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h. 81.
37
.
“Saya diperintahkan sujud dengan tujuh anggota, yaitu kening dan
hidung, dua tapak tangan, dua lutut, dan dua ujung kaki.”
(Riwayat Bukhari dan Muslim).48
46
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h. 82.
47
A. Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah …, h. 82.
48
Ma’mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim …, h. 247.
38
3. Kedudukan Shalat
Kedudukan shalat diterangkan oleh Sayyid Sabiq sebagai berikut:
“Shalat dalam Islam menempati kedudukan yang tidak dapat dipandang
sama dengan ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama yang tidak
dapat berdiri tanpa shalat. Shalat adalah yang pertama-tama yang diwajibkan
49
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h. 84.
50
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h.85.
51
A. Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah …, h. 79.
39
oleh Allah yang disampaikan kewajiban shalat itu secara langsung kepada
Rasul-Nya pada malam Mi’raj tanpa melalui perantara.” 52
Shalat dalam ajaran Islam mempunyai kedudukan yang sangat
penting, terlihat dari pernyataan-pernyataan yang terdapat pada Al-Qur’an
dan Sunnah, yang antara lain sebagai berikut:
52
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, alih Bahasa Mahyuddin Syaf, (Bandung: PT. Al-Ma’arif,
1997), Jilid 1, Cet. 19, h. 78.
53
Jalaluddin ‘Abdurrahman as-Suyuti, Jami’ul Ahâdits al-Jami’ Ash-Shogir Wa
Zawâidah Wal Jami’ al-Kabîr, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1994), Jilid 6, h. 114.
40
54
Rif’at Syauqi Nawawi, Shalat Ilmiah dan Amaliah, (Jakarta: PT. Fikahati Aneska,
2001), h. 14.
41
Dan pada waktu mereka telah berkumpul serta berdiri dalam satu
barisan (shaf) tidak ada perbedaan sedikitpun di antara mereka.
Mereka semua merupakan hamba-hamba Allah yang berkumpul untuk
mengingat (dzikir) dengan konsentrasi penuh kepada Allah, di satu
tempat, yaitu di masjid, rumah Allah yang suci. Allah SWT berfirman
dalam surat Al-Jin 72 ayat 18:
55
Hussein Bahreisj, Hadits Shahih al-Jami’us Shahih Bukhari-Muslim, (Surabaya: CV.
Karya Utama, 1990), h. 86.
56
Zakiah Daradjat, dkk., Dasar-Dasar Agama Islam: Buku Teks Pendidikan Agama Islam
Pada Perguruan Tinggi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h.198-199.
43
57
Abul Hasan, Ali Abdul Hayyi Al-Hasani An-Nadwi, Empat Sendi Agama Islam,
(Jakarta: PT. Melton Putra, 1992), cet. 1, h. 205.
44
, ,
.
“Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat jika mereka telah berumur
tujuh tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau mengerjakan shalat bila
mereka telah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur
mereka.” (Riwayat Abû Dawud).58
58
Abû ‘Abdillah Muhammad Ibn Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad Ibn Hanbal,
(Beirut: Dâr al Fikr, 1991), Jilid 2, h. 180.
45
59
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan..., h. 91-93.
46
C. Kerangka Berpikir
Manusia dalam pandangan Islam, tersusun dari dua unsur, yakni unsur
jasmani dan unsur rohani. Tubuh manusia berasal dari materi dan mempunyai
kebutuhan hidup kebendaan, sedangkan rohaninya bersifat immateri dan
mempunyai kebutuhan spiritual. Jasmani karena mempunyai hawa nafsu, dapat
terbawa kepada kejahatan, sedangkan rohani karena berasal dari unsur yang
suci, mengajak kepada kesucian.
Dalam Islam, latihan rohani yang diperlukan manusia, diberikan dalam
bentuk ibadah. Semua ibadah dalam Islam, baik dalam bentuk shalat, puasa,
zakat maupun haji, bertujuan untuk membuat rohani manusia agar tetap ingat
kepada Tuhan dan bahkan merasa senantiasa dekat kepada-Nya. Keadaan
senantiasa dekat pada Tuhan Yang Maha Suci dapat mempertajam rasa kesucian
yang selanjutnya menjadi rem bagi hawa nafsunya untuk melanggar nilai-nilai
moral, peraturan dan hukum yang berlaku.
Pembiasaan dalam pendidikan agama hendaknya dimulai sejak dini,
begitupula halnya pembiasaan ibadah shalat. Rasulullah SAW memerintahkan
kepada para pendidik agar mereka menyuruh anak-anak mengerjakan shalat
ketika berusia 7 tahun. Masa anak-anak bukanlah masa taklif, melainkan
tahapan persiapan, pembelajaran, dan pembiasaan untuk sampai pada tahapan
taklif pada saat ia baligh. Dengan itu, ia akan mudah menunaikan berbagai
kewajiban dan betul-betul siap untuk mengarungi kehidupan.
Pendidikan agama Islam pada masa remaja memiliki peranan yang
sangat penting bagi orang tua dan pendidik membiasakan dan melatih anak agar
menunaikan berbagai amalan ibadah. Salah satu ibadah yang penting diajarkan
agar anak mengamalkannya adalah shalat. Seiring dengan pembinaan dan
pembiasaan ibadah itu dapat menyempurnakan bangunan akidah dalam diri
anak.
Berdasarkan kajian teori di atas, dapat diduga bahwa semakin baik
pelaksanaan pendidikan agama Islam, maka semakin giat siswa melaksanakan
shalat fardu lima waktu dalam kesehariannya.
47
D. Pengajuan Hipotesis
Sesuai dengan kejadian teoritis tersebut maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian
kuantitatif menggunakan deskriptif korelasional. Untuk memperoleh data
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
pengumpulan data yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu
penelitian lapangan yakni, suatu cara pengumpulan data dan fakta valid dengan
observasi ke sekolah langsung yang dilakukan di SMP Islam Al-Ma’arif
Cinangka.
48
49
1
Hermawan Rasio, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1992), h. 49
2
Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 84
50
Tabel 1
Kisi-Kisi Angket Penelitian
No. Variabel Dimensi Variabel Indikator Variabel No. Butir Soal
1 Pembelajaran Kegiatan belajar 1. Appersepsi 1, 2, 3
Pendidikan mengajar di dalam 2. Penyampaian 4, 5, 6
Agama Islam kelas (pembuka, materi
kegiatan inti dan 3. Metode yang 7, 8, 9, 10, 11
penutup) digunakan
51
Tabel 2
Skor
No. Alternatif Jawaban
Untuk pernyataan (+) Untuk pernyataan (-)
1 Selalu 4 1
2 Sering 3 2
3 Kadang-kadang 2 3
4 Tidak Pernah 1 4
3. Analisis Data
Setelah data-data diperoleh, maka tahap selanjutnya data tersebut
dianalisis dengan analisa kuantitatif secara deskriptif, dengan menggunakan
rumus distribusi frekuensi :
P = F x 100%
N
52
Tabel 3
Indeks Korelasi
(rxy) Interpretasi
0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, akan tetapi
sangat lemah atau sangat rendah. Sehingga korelasi itu diabaikan
(dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dengan variabel Y
0.20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah
atau rendah
53
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang
atau cukup
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau
tinggi
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat
kuat atau sangat tinggi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
54
55
2. Lingkungan Sekolah
a. Geografis
SMP Islam Al-Ma’arif terletak sekitar 10 km dari pusat kota,
tepatnya Jl. Pahlawan No. 5 Cinangka Sawangan Depok Provinsi Jawa
Barat. SMP Islam AL-Ma’arif termasuk sekolah yang berada di daerah
perbatasan, sehingga terjadi dampak persaingan dan tantangan dalam
menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang kondusif.
b. Demografis
Masyarakat sekitar Al-Ma’arif multi rasial, kita melihat hampir
seluruh penduduk suku bangsa ada di kecamatan Sawangan. Suku bangsa
asli penduduk kecamatan sawangan adalah Betawi, walaupun secara
geografis wilayahnya berada pada provinsi Jawa Barat. Pendatang
jumlahnya lebih banyak dari penduduk asli. Mengingat banyaknya
perumahan-perumahan yang dibangun oleh pengembang, sehingga
penduduk Jakarta, Bogor dan sekitarnya banyak yang pindah ke
kecamatan Sawangan. SMP Islam Al-Ma’arif berada pada lingkungan
penduduk padat usia sekolah cukup tinggi, sehingga sekolah dituntut
menfasilitasi dengan menambah ruang kelas, sarana prasarana lainnya
termasuk sarana peribadatan.
3. Keadaan Sekolah
Keunggulan sekolah ini adalah letak sekolah yang kondusif. SDM
(tenaga pendidik) yang potansial, yang berlatar belakang pendidikan yang
tinggi dan pengalaman yang baik (90% adalah sarjana/S1), dan kinerja guru
yang profesionalismenya terus meningkat, serta lokasinya yang berada di
daerah yang sedang mengalami perkembangan pesat. Selain itu lingkungan
masyarakat yang religius. Kondisi ini menjadikan SMP Islam Al-Ma’arif
56
5. Data Guru
Tabel 5
Data Guru SMP Islam Al-Ma’arif
No. Nama Guru Mata Pelajaran
1. Abd. Ghofur, S.Sos.I Pendidikan Agama Islam Kls.
VII dan Penjaskes
2. Ibnu Amin, S.Ag Pendidikan Agama Islam Kls.
VIII dan Bahasa Sunda
3. Nurhayati, S.Pd.I Matematika dan IPA Kls. IX
4. Siti Robiah, S.Pd.I IPA Kls. VII dan VIII
5. Dedi Nurhadi, S.Ag Pendidikan Lingkungan Hidup
6. Hasan Hadiwijaya, Amd TIK
7. Sri Mulyati, S.Pd Bahasa Inggris
8. M. Nur Afif, S.Ag IPS
9. Eka Rahmat, S.Pd.I PKn
Bahasa Indonesia Kls. VII dan
10. Khoirudin, S.Pd.I VIII, Seni budaya dan
Kesenian
11. Azizah, S.Ag Bahasa Indonesia Kls. IX
12. Mursalin, S.Pd.I ROHIS
13. M. Salimuddin Pengembangan Diri
6. Pelaksanaan Kurikulum
a. Struktur Kurikulum
Dalam pelaksanaan di lapangan perlu ada acuan yang jelas tentang
struktur kurikulum yang akan digunakan di SMP Islam Al-Ma’arif untuk
Tahun Pelajaran 2010/2011 yang memuat mata pelajaran wajib, muatan
lokal, dan pengembangan diri dengan rincian sebagai berikut:
58
B. Muatan Lokal
1 Bahasa Sunda 2 2 2
2 Pendidikan Lingkungan Hidup 2 2 2
C. Pengembangan Diri 1 1 1
b. Mata Pelajaran
Mata pelajaran merupakan materi ajar berdasarkan landasan
keilmuan yang akan diajarkan kepada peserta didik sebagai beban belajar
melalui metode dan pendekatan tertentu. Beban belajar pada mata
pelajaran ditentukan oleh keluasan dan kedalaman pada masing-masing
tingkat satuan pendidikan dalam hal ini Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Metode dan pendekatannya tergantung pada cirri khas dan
karakteristik masing-masing mata pelajaran dengan menyesuaikan pada
kondisi dan situasi sekolah. Sejumlah mata pelajaran yang dikategorikan
wajib adalah:
1) Pendidikan Agama
2) Pendidikan Kewarganegaraan
59
3) Bahasa Indonesia
4) Bahasa Inggris
5) Matematika
6) IPA Terpadu / Ilmu Pengetahuan Alam
7) IPS Terpadu / Ilmu Pengetahuan Sosial
8) Seni dan Budaya
9) Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
10) Teknologi Informasi dan Komunikasi
c. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah
termasuk dalam keunggulan daerah dalam hal ini Jawa Barat, yang
materinya tidak menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan terlalu
banayak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. SMP Islam Al-
Ma’arif menetapkan 2 (dua) materi muatan lokal wajib yaitu Bahasa
Sunda dan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).
B. Deskripsi Data
Data-data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Setelah penulis
memberikan angket kepada siswa, maka penulis mendapatkan data sebagai
berikut:
1. Data Variabel Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Variabel X) di
SMP Islam Al-Ma’arif
Tabel 6
Guru meminta anda untuk menjelaskan kembali materi yang telah
diajarkan sebelum memulai pelajaran selanjutnya (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 24 80%
Sering 6 20%
Kadang-kadang - 0%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 30 100%
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa guru tidak pernah melukan
uji konsentrasi seperti games dan lain sebagainya. Ini terbukti dari data yang
diperoleh yakni 26,7 % menjawab tidak pernah, 10 % menjawab sering,
13,5% menjawab kadang-kadang dan 16,7% menjawab selalu.
Tabel 8
Guru bercerita yang ada hubungannya dengan pelajaran yang akan anda
dipelajari (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 4 13,3%
Sering 2 6,7%
Kadang-kadang 22 73,3%
Tidak Pernah 2 6,7%
Jumlah 30 100%
Tabel 12
Guru memerintahkan untuk berdiskusi (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 8 26,7%
Sering 5 16,7%
Kadang-kadang 10 33,4%
Tidak Pernah 7 23,2%
Jumlah 30 100%
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa guru tidak mengajak anak
untuk berdiskusi ketika pembelajaran berlangsung. Hal ini terbukti dari data
yang diperoleh yaitu 33,4% siswa menjawab kadang-kadang, 26,7% selalu,
23,2% siswa menjawab tidak pernah dan 16,7% tidak pernah memberi
motivasi.
Tabel 13
Posisi guru duduk ketika menjelaskan materi (-)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 20 66,7%
Sering 4 13,3%
Kadang-kadang 5 16,7%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100%
Tabel 14
Guru mengajukan pertanyaan pada seorang siswa kemudian
siswa tersebut diminta menjawabnya di depan kelas (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 4 13,3%
Sering 6 20%
Kadang-kadang 7 23,3%
Tidak Pernah 3 10%
Jumlah 30 100%
Tabel 16
Guru menggunakan media atau alat bantu dalam menyampaikan
pelajaran (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu - 0%
Sering 5 16,7%
Kadang-kadang 15 50%
Tidak Pernah 10 33,3%
Jumlah 30 100%
Pernyataan F Prosentase
Selalu 15 50%
Sering 5 16,7%
Kadang-kadang 8 26,7%
Tidak Pernah 2 6,6%
Jumlah 30 100%
Sering 1 3,3%
Kadang-kadang 11 36,7%
Tidak Pernah 4 13,3%
Jumlah 30 100%
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa guru tidak selalu mengadakan
evaluasi yakni memberikan tugas pada akhir pelajaran. Ini menunjukkan
bahwa siswa memahami gerakan shalat dan rukun-rukunnya. Hal ini terbukti
dari data yang diperoleh yakni 53,3% menjawab kadang-kadang, 20% yang
menjawab sering, 16,7% selalu mengadakan evaluasi, dan 10% menjawab
tidak pernah.
Tabel 24
Guru anda memberikan hafalan di akhir pembelajaran (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 14 46,7%
Sering 6 20%
Kadang-kadang 10 33,3%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 30 100%
terbukti dari data yang diperoleh yakni 46,7% yang menjawab selalu
memberi hafalan, 33,3% siswa menjawab kadang-kadang dan 20%
menjawab sering.
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa menjaga shalat lima
waktu yakni dengan melaksanakan shalat subuh setiap hari. Hal ini terbukti
dari data yang diperoleh yakni 63,3% yang menjawab, 26,7% menjawab
sering, 6,7% menyatakan kadang-kadang dan 3,3% tidak pernah.
Tabel 26
Melaksanakan shalat zuhur di sekolah dengan berjamaah (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 10 33,3%
Sering 5 16,7%
Kadang-kadang 7 23,3%
Tidak Pernah 8 26,7%
Jumlah 30 100%
Dari data di atas menjelaskan bahwa siswa kelas VII di SMP Islam Al-
Ma’arif tidak selalu melaksanakan shalat di awal waktu. Ini terbukti dari
data yang diperoleh yakni 60% kadang-kadang shalat awal waktu, 26,7%
tidak pernah, 10% selalu awal waktu dan 3,3% sering shalat di awal waktu.
Tabel 28
Meninggalkan pekerjaan jika telah datang waktu shalat (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 5 16,7%
Sering 6 20%
Kadang-kadang 3 10%
Tidak Pernah 16 53,3%
Jumlah 30 100%
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa kelas VII SMP Al-
Ma’arif melaksanakan shalat tidak selalu di awal waktu. Ini terbukti dari
data yang diperoleh yakni 53,3% menyatakan shalat tidak pernah di awal
waktu, 10% menjawab kadang-kadang, 20% sering dan 16,7% selalu.
71
Tabel 29
Shalat memakai pakaian yang bersih dan suci (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 5 16,7%
Sering 7 23,3%
Kadang-kadang 15 50%
Tidak Pernah 3 10%
Jumlah 30 100%
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa kelas VII SMP Al-
Ma’arif sudah memenuhi syarat shalat yakni bersuci sebelum shalat. Ini
terbukti dari data yang diperoleh yakni 80% selalu bersuci dan 20% sering.
Tabel 31
Shalat setelah masuk waktunya (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 19 63,3%
72
Sering 8 26,7%
Kadang-kadang 2 6,7%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100%
Jumlah 30 100%
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa melakukan shalat sesuai
dengan rukun-rukunnya dan tertib. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh
yakni 63,3% yang menjawab selalu, 26,7% menjawab sering dan 10%
menyatakan kadang-kadang.
Tabel 35
Memenuhi syarat-syarat shalat (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 13 43,3%
Sering 9 30%
Kadang-kadang 8 26,7%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 30 100%
74
Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa jika shalat tidak
selalu tertinggal salah satu rukunnya. Hal ini terbukti dari data yang
diperoleh yaitu 73,4% tidak pernah, 10% sering, 13,3% kadang-kadang dan
3,3% selalu.
Tabel 39
Meninggalkan shalat (-)
Pernyataan F Prosentase
Selalu - 0%
Sering 5 16,7%
Kadang-kadang 9 30%
Tidak Pernah 16 53,3%
Jumlah 30 100%
Tabel 40
Terlambat mengerjakan shalat (-)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 1 3,4%
Sering 16 53,3%
Kadang-kadang 13 43,3%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 30 100%
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa SMP Islam Al-Ma’arif
terlambat mengerjakan shalat. Ini terbukti dari data yang diperoleh yakni
53,3% sering terlambat mengerjakan shalat, 43,3% kadang-kadang terlambat
dan 3,3% selalu.
Tabel 41
Melaksanakan shalat terburu-buru (-)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 1 3,3%
Sering 2 6,7%
Kadang-kadang 13 43,3%
Tidak Pernah 14 46,7%
Jumlah 30 100%
Kadang-kadang 7 23,3%
Tidak Pernah 17 56,7%
Jumlah 30 100%
C. Analisa Data
Setelah diperoleh angka prosentase dari angket sebagaimana terlampir,
maka langkah selanjutnya yaitu mencari angka pengaruh antara variabel X
(Pembelajaran Pendidikan Agama Islam) dan variabel Y (Pelaksanaan Shalat
Fardu Siswa) dengan menggunakan rumus Product Moment. Penghitungannya
adalah sebagai berikut:
78
Tabel 46
Rekapitulasi Skor Hasil Angket Variabel X
Responden X X2
1 67 4489
2 60 3600
3 57 3249
4 62 3844
5 65 4225
6 71 5041
7 65 4225
8 65 4225
9 64 4096
10 62 3844
11 64 4096
12 59 3481
13 72 5184
14 60 3600
15 71 5041
16 63 3969
17 60 3600
18 57 3249
19 61 3721
20 61 3721
21 63 3969
22 61 3721
23 61 3721
24 61 3721
25 69 4761
26 68 4624
27 63 3969
28 58 3364
29 70 4900
30 67 4489
Jumlah 1907 121739
79
M=
X
N
Keterangan :
M = Mean (nilai rata-rata) yang sedang di cari
Σ = Jumlah dari nilai pembelajaran pendidikan agama Islam
N = Number of Cases
Tabel 47
Rekapitulasi Skor Hasil Angket Variabel Y
Responden Y Y2
1 66 4356
2 66 4356
3 50 2500
4 59 3481
5 54 2916
6 77 5929
7 62 3844
8 65 4225
9 58 3364
10 53 2809
11 59 3481
12 69 4761
13 65 4225
14 57 3249
15 65 4225
16 59 3481
17 66 4356
18 55 3025
19 69 4761
20 54 2916
21 61 3721
22 61 3721
23 61 3721
24 58 3364
25 63 3969
26 62 3844
27 65 4225
28 61 3721
29 65 4225
30 68 4624
Jumlah 1853 115395
85
M=
Y
N
Keterangan :
M = Mean (nilai rata-rata) yang sedang di cari
Y = Jumlah dari nilai pelaksanaan shalat fardu siswa
N = Number of Cases
Tabel 48
Analisis Korelasi Variabel pembelajaran pendidikan agama Islam (X) dan
Variabel Pelaksanaan Shalat Fardu (Y)
Responden X Y X2 Y2 XY
1 67 66 4356 4422
4489
2 60 66 4356 3960
3600
3 57 50 2500 2850
3249
4 62 59 3481 3658
3844
5 65 54 2916 3510
4225
6 71 77 5929 5467
5041
7 65 62 3844 4030
4225
8 65 65 4225 4225
4225
9 64 58 3364 3712
4096
10 62 53 2809 3286
3844
11 64 59 3481 3776
4096
12 59 69 4761 4071
3481
13 72 65 4225 4680
5184
14 60 57 3249 3420
3600
15 71 65 4225 4615
5041
16 63 59 3481 3717
3969
17 60 66 4356 3960
3600
18 57 55 3025 3135
3249
19 61 69 4761 4209
3721
20 61 54 2916 3294
3721
21 63 61 3721 3843
3969
22 61 61 3721 3721
3721
23 61 61 3721 3721
3721
24 61 58 3364 3538
3721
25 69 63 3969 4347
4761
26 68 62 3844 4216
4624
27 63 65 4225 4095
3969
28 58 61 3721 3538
3364
29 70 65 4225 4550
4900
30 67 68 4624 4556
4489
Jumlah 1907 1853 121739 115395 118122
87
30.(118122) (1907).(1853)
rxy
{30(121739) (1907) 2 }.{30(115395) (1853) 2 }
3543660 3533671
rxy
(3652170 3636649).(3461850 3433609)
9989
rxy
(15521). (28241)
9989
rxy
438328561
9989
rxy
20936
rxy 0,477
product moment pada taraf signifikansi 5% adalah sebesar 0,361 dan 1% sebesar
0,463.
Dengan demikian ”rxy” atau r hitung pada taraf signifikansi 5% dan taraf
signifikansi 1% lebih besar dari r tabel (0,477 > 0,361 dan 0,463), maka Ho
ditolak dan Ha disetujui atau diterima. Dengan demikian pada taraf signifikansi
5% dan 1% terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dengan
variabel Y.
Nilai indeks koefisien korelasi sebesar 0,477 ternyata terletak antara 0,40 –
0,70. Berdasarkan pedoman yang telah dikemukakan sebelumnya, dikatakan
bahwa angka 0,477 dalam kategori tingkat korelasi yang tergolong sedang atau
cukup. Dengan demikian secara sederhana dapat diberikan kesimpulan bahwa
terdapat korelasi positif antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan
pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Al-Ma’arif Cinangka dan tingkat
korelasinya sedang atau cukup.
Selanjutnya, untuk mengukur besarnya kontribusi / sumbangan dari
variabel X terhadap variabel Y berdasarkan angka indeks korelasi (rxy) atau “r”
hitung sebesar = 0,477 tersebut diinterpretasikan “Berapa prosentase variansi
variabel pertama berasosiasi dengan variansi variabel kedua? Artinya, berapa
persen variansi pembelajaran pendidikan agama Islam (Variabel X) berasosiasi
dengan variansi pelaksanaan shalat fardu (Variabel Y). Ini dapat dihitung
dengan menggunakan “Koefisien Determinasi” yakni merupakan hasil kuadrat
dari koefisien sederhana yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= 0,4772 x 100%
= 0,23 x 100%
= 23 %
D. Interpretasi Data
E. Keterbatasan Penelitian
1
Abdul Mujib, Firtah dan Kepribadian Islam Sebuah Pendekatan Psikologis, (Jakarta:
Darul Falah, 1999), Cet Ke-1, h.38
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian hasil pengkajian dan pembahasan skripsi ini, maka
penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sesuai dengan rumusan
masalah penelitian, bahwa:
90
91
B. Saran
1. Pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif sudah
cukup baik. Namun demikian, hendaknya harus lebih ditingkatkan
karena semakin baik proses pembelajaran pendidikan agama Islam,
siswa akan semakin giat untuk melaksanakan shalat fardu.
2. Hendaknya guru senantiasa memberikan tauladan kepada siswa dalam
hal pelaksanaan ibadah khususnya shalat fardu. Tidak hanya dengan
teori saja melainkan dengan praktek. Alangkah baiknya sebelum
mengajarkan kepada siswa, guru terlebih dahulu mengaplikasikannya
dalam kehidupan pribadi sehari-hari.
3. Bagi para orang tua, hendaknya selalu mengawasi putra-putrinya
dalam hal pelaksanaan shalat yakni dengan mengontrol dan
memberikan contoh kepada anaknya dengan melaksanakan shalat lima
waktu.
4. Pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif
Sawangan Depok perlu ditinjau dan ditingkatkan lagi karena
pengaruhnya masih tergolong sedang atau cukup.
DAFTAR PUSTAKA
93
94
Muchtar, Heri Jauhari, Fikih Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet.
Ke-1, 2005.
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006.
Muhammad Ibn Ahmad Ibn Hanbal, Abû ‘Abdillah, Musnad Ahmad Ibn Hanbal,
Beirut: Dâr al Fikr, Jilid 2, 1991.
Muhammad Ibn Ismail Al-Bukhârî, Abû ‘Abdullah, Shahih al-Bukhârî, Beirut:
Dâr al-Fikr, 1995.
Mujib, Abdul, Firtah dan Kepribadian Islam Sebuah Pendekatan Psikologis,
Jakarta: Darul Falah, Cet Ke-1, 1999.
Nasution, Lahmuddin, Fiqh 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1995.
Nawawi, Rif’at Syauqi, Shalat Ilmiah dan Amaliah, Jakarta: PT. Fikahati Aneska,
2001.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Rasio, Hermawan, Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1992.
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), Bandung: Sinar Baru
Algensindo, Cet. Ke-40, 2007.
Ritonga, Ahmad dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, Jakarta: Media Pratama, Cet. Ke-1,
1997.
Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, alih Bahasa Mahyuddin Syaf, Bandung: PT. Al-
Ma’arif, Jilid 1, Cet. Ke-19, 1997.
__________, Fikih Sunnah, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1995.
Sholeh, Asronunni’am, Reorientasi Pendidikan Islam: Mengurai Relevansi
Konsep Al-Ghazali Dalam Konteks Kekinian, Jakarta: Elsas, Cet. Ke-2,
2005.
Sudjana, Nana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1989.
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen, Jakarta: Sinar Grafika, Cet. Ke-
2, 2005.
95
Nama Responden :
Kelas : VIII