Anda di halaman 1dari 109

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SHALAT FARDU


SISWA SMP ISLAM AL-MA’ARIF CINANGKA
SAWANGAN DEPOK

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Oleh:

MUTIA SARI
NIM: 106011000132

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SHALAT FARDU
SISWA SMP ISLAM AL-MA’ARIF CINANGKA
SAWANGAN DEPOK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan


untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

MUTIA SARI
NIM: 106011000132

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi berjudul: “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
terhadap Pelaksanaan Shalat Fardu Siswa SMP Islam Al-Ma’arif Cinangka
Sawangan Depok” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian
Munaqasah pada Selasa, 07 Juni 2011 di hadapan dosen penguji. Karena itu,
penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan
Agama Islam.

Jakarta, 10 Juni 2011

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)


Bahrissalim, M.Ag.
NIP. 19680307 199803 1 002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi)


Drs. Sapiudin Shiddiq, M.Ag.
NIP. 19670328 200003 1 001

Penguji I
Drs. Muarif Sam, M.Pd.
NIP. 19650717 199403 1 005

Penguji II
Dra. Eri Rossatria, M.Ag.
NIP.19470717 196608 2 001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Pedoman Transliterasi

1. Konsonan

‫=أ‬a ‫=ز‬z ‫=ق‬q


‫=ب‬b ‫=س‬s ‫=ﻚ‬k
‫=ت‬t ‫ = ش‬sy ‫=ﻞ‬l
‫ = ث‬ts ‫ = ص‬sh ‫= م‬m
‫=ج‬j ‫ = ﺾ‬dh ‫=ﻦ‬n
‫=ح‬h ‫ = ط‬th ‫=ﻮ‬w
‫ = خ‬kh ‫ = ظ‬zh ‫=ھ‬h
‫= د‬d ‫‘=ع‬ ‫=ي‬y
‫ = ذ‬dz ‫=غ‬g
‫=ﺮ‬r ‫=ف‬f

2. Vokal
Vokal (a) panjang = â, contoh: ‫ = ﻗﺎﻞ‬qâla

Vokal (i) panjang = î, contoh: ‫ = ﻗﯿﻞ‬qîla

Vokal (u) panjang = û, contoh: ‫ = ﺪون‬dûna

Diftong
‫و‬ ― = au
‫ي‬ ― = ai

i
ABSTRAK

Skripsi dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


terhadap Pelaksanaan Shalat Fardu Siswa SMP Islam Al-Ma’arif Cinangka
Sawangan Depok”, ditulis oleh Mutia Sari (106011000132) di bawah bimbingan
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif
menggunakan deskriptif korelasional, melalui pengumpulan data yakni dengan
observasi langsung ke lapangan untuk mendapatkan data dan fakta yang valid.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran
pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif dan pengaruhnya terhadap
pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al-Ma’arif Cinangka Sawangan
Depok.
Berdasarkan analisa data hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat
korelasi positif yang signifikan antara pembelajaran pendidikan agama Islam
dengan pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al-Ma’arif dan korelasinya
tergolong sedang atau cukup.
Kontribusi hubungan pembelajaran pendidikan agama Islam dengan
pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al Ma’arif Cinangka Sawangan Depok
tergolong sedang atau cukup yang berarti masih terdapat faktor lain yang
mempengaruhi pelaksanaan shalat fardu siswa.

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmairrahim.
Tiada rangkaian kalimat yang paling indah selain memanjatkan untaian
kalimat syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
berbagai nikmat dan karunia-Nya dan menjadikan iman itu indah dalam hati
hamba-Nya serta menjadikan kecintaan akan risalah-Nya lebih dari segala apapun
di dunia ini. Dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat dipermudah dalam
penyelesaian skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam terhadap Pelaksanaan Shalat Fardu Siswa SMP Islam Al-
Ma’arif Cinangka Sawangan Depok” dengan sebaik-baiknya.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada insan mulia yang
menjadi uswah agung sepanjang masa Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para
sahabat dan pengikutnya yang selalu istiqomah menyeru dengan seruannya dan
berpedoman dengan petunjuknya.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu Pendidikan keIslaman (S.Pd.I). dalam penulisan skripsi ini,
penulis menyadari tentunya tidak sedikit kendala, hambatan dan kesulita yang
penulis hadapi. Namun berkat keyakinan, kerja keras, motivasi juga bantuan dari
berbagai pihak segala kesulitan tersebut dapat penulis hadapi dengan sebaik-
baiknya. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta para pembantu dekan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. dosen pembimbing skripsi atas
pengorbanannya, baik waktu, ilmu, pengalaman, kesabaran dan

iii
keikhlasannya dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini. Cukuplah Allah SWT yang membalas
kebaikan dan kemurahan Bapak selama ini.
4. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA. dosen penasehat akademik yang
telah membantu penulis selama kuliah.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu
dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah
diajarkan dapat bermanfaat di kemudian hari.
6. Pimpinan dan segenap pegawai Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang turut memberikan andil besar
dalam menyediakan berbagai referensi dan sumber-sumber
7. Khususnya kedua orang tua tercinta, Bpk. Tamrin dan Ibu Nurlaila yang
tak pernah lelah menuntun dan memberi semangat, yang selalu
mencurahkan kasih sayang sepanjang masa dan do’a restu yang selalu
mengiringi setiap langkah penulis, tanpa itu semua mungkin penulis tidak
akan mampu berjuang setegar ini. Semoga Allah selalu memberkahi dan
membahagiakan mereka walaupun penulis belum mampu membuat
mereka bahagia, Amin.
8. Seorang terkasih yang selalu setia menemani dan menghiasi hari-hari
dengan penuh cinta dan ketulusan, suami tercinta Nurjaya. Dengan penuh
pengertian, motivasi dan tak henti-hentinya memberi dukungan kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih “aa”…
semoga ketulusanmu membawa kepada kebahagiaan hakiki. Amin.
9. Teman-teman seperjuangan kelas D angkatan tahun 2006, Wye-Wye,
Koyah, Retno, Neneng, Neni, ijah dan semuanya semoga tercapai segala
asa dan harapan. Semangat.
10. Ust. Hariyanto dan teh Amel yang selalu memberi motivasi, dukungan
juga bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya.
11. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

iv
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberi menfaat bagi
pembaca umumnya sebagai bekal menambah ilmu pengetahuan. Amin.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa
karya tulis ini jauh dari sempurna mengingat keterbatasan pengetahuan,
pengalaman serta kemampuan saya dalam menulis, namun demikian, saya
berharap agar karya tulis ini dapat menjadi sumbangsih yang berarti dalam
dunia pendidikan.

Jakarta, 18 Maret 2011

Penulis

v
DAFTAR ISI

PEDOMAN TRANSLITERASI......................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Permasalahan ................................................................................ 5
1. Identifikasi Masalah...................................................................... 6
2. Pembatasan Masalah..................................................................... 6
3. Perumusan masalah....................................................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS


PENELITIAN
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...................................... 8
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam ......................... 12
3. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Agama ................... 19
4. Pendidikan Agama Islam di SMP ........................................ 22

B. Ibadah Shalat Fardu


1. Pengertian Ibadah Shalat Fardu ............................................ 26
2. Syarat dan Rukun Shalat ..................................................... 30
3. Kedudukan Shalat ................................................................ 38
4. Usia Melaksanakan Shalat ................................................... 43

v
C. Kerangka Berpikir........................................................................ 46
D. Pengajuan Hipotesis..................................................................... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 48
B. Metode Penelitian....................................................................... 48
C. Populasi dan Sampel .................................................................. 48
D. Teknik Pengumpulan Data, Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 49
2. Teknik Pengolahan Data ..................................................... 50
3. Analisis Data........................................................................ 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum SMP Islam Al Ma’arif ................................... 54
B. Deskripsi Data............................................................................ 60
C. Analisis Data.............................................................................. 77
D. Interpretasi Data......................................................................... 89
E. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 89

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 90
B. Saran............................................................................................ 91

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 92
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

1 Kisi-Kisi Instrument Penelitian


2 Skor Jawaban Angket
3 Indeks Korelasi
4 Data Guru SMP Islam Al-Ma’arif
6 Struktur Kurikulum
7 Bidang Studi Agama Islam Penting Dipelajari Bagi Umat Islam
(Variabel X)
8 Bidang Studi Agama Islam Bermanfaat untuk Menambah Pengetahuan dan
Pengalaman Ajaran Islam
9 Materi Pendidikan Agama Islam Sulit Dipelajari
10 Senang Belajar Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
11 Rajin Mengikuti Pelajaran Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
12 Guru Memotivasi Anda untuk Melaksanakan Shalat
13 Setelah Ruku’ Langsung Sujud Tanpa I’tidal Terlebih Dahulu
14 Bersosialisasi dengan Orang yang Ada di Sekitar
15 Menyadari Kekurangan yang Ada dalam Diri Sendiri
16 Shalat Diyakini Dapat Menjaga Kesehatan Orang yang
Melaksanakannya
17 Membaca Amin Setelah Membaca Al-Fatihah
18 Membaca Al-Qur’an Sesuai dengan Ilmu Tajwid
19 Berkeinginan Membalas Kejahatan Orang Lain
20 Saya Tidak Mengangkat Kedua Tangan Ketika Rakaat Ketiga
21 Membaca Al-Quran Setelah Shalat
22 Jika di Dalam Bus Saya Shalat dengan Tidak Menghadap Kiblat
23 Sujud Syukur Jika Mendapat Nikmat
24 Mengakui Kelebihan Orang Lain
25 Merasa Berhasil Walaupun Tidak Berdo’a26 Ketika Takbiratul Ihram Saya
Tidak Membaca Allahu Akbar
26 Ketika Takbiratul Ihram Saya Tidak Membaca Allahu Akbar

vii
Tabel Deskripsi Variabel Y

27 Mengikuti Shalat Berjama’ah (Zuhur) di Sekolah Tidak Perlu


28 Wajib Menjaga Kebersihan di Sekolah
29 Merasa Diawasi Oleh Allah Karena Itu Anda Melakukan
Kebaikan
30 Melakukan Kebaikan Jika Banyak Orang
31 Shalat Berjamaah Lebih Baik daripada Shalat Sendiri
32 Melaksanakan Shalat 5 Waktu Sehari Semalam
33 Melaksanakan Shalat Tanpa disuruh Oleh Orang Tua
34 Berdo’a Setelah Shalat
35 Shalat Sunnah Dilakukan untuk Menyempurnakan Shalat Fardu
36 Merasa Tenang Setelah Melaksanakan Shalat
37 Senang Melakukan Puasa Sunnah
38 Shalat di Awal Waktu
39 Tenang-tenang Saja Jika Meninggalkan Shalat
40 Shalat Adalah Kebutuhan Sehari-hari
41 Memenuhi Syarat-syarat Shalat
42 Saya Merasa Dekat dengan Allah Setiap Shalat
43 Terlambat Masuk Sekolah dan Mengerjakan Shalat
44 Melaksanakan Shalat Terburu-buru
45 Melaksanakan Shalat dengan Tertib
46 Membaca Surat dengan Tartil atau Perlahan-lahan
47 Rekapitulasi Skor Hasil Angket Variabel X
48 Rekapitulasi Skor Hasil Hasil Angket Variabel Y
49 Analisis Korelasi Variabel Pendidikan Agama Islam (X) dan
Variabel Ibadah Shalat Fardu (Y)

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan Agama merupakan suatu sistem kependidikan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh manusia dalam
rangka meningkatkan penghayatan dan pengamalan agama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Agama memiliki peranan yang sangat strategis dalam memperbaiki
atau membina sikap dan tingkah laku manusia, yaitu membina budi pekerti
luhur seperti, kebenaran, keikhlasan, kejujuran, keadilan, kasih sayang, cinta
mencintai dan menghidupkan hati nurani manusia untuk memperhatikan Allah
SWT, baik dalam keadaan sendiri maupun bersama orang lain.
Pendidikan Agama Islam ialah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga
mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama
Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadis, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi
tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya
dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud
persatuan dan kesatuan bangsa.

1
2

Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan


dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Jadi, Pendidikan Agama Islam adalah ikhtiar manusia dengan jalan
bimbingan dan pimpinan untuk membantu dan mengarahkan fitrah agama si
peserta didik menuju terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran
agama. Oleh karena itulah, Pendidikan Islam sangat penting sebab dengan
Penddikan Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin dan
mendidik anak diarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani sehingga
mampu membentuk kepribadian yang utama yang sesuai dengan ajaran agama
Islam.
Pendidikan Agama Islam hendaknya ditanamkan dalam pribadi anak
sejak ia lahir bahkan sejak dalam kandungan dan kemudian hendaklah
dilanjutkan pembinaan pendidikan ini di sekolah, mulai dari taman kanak-
kanak sampai dengan perguruan tinggi. Sebab pendidikan pada masa kanak-
kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya.
Perkembangan agama pada seseorang sangatlah ditentukan oleh pendidikan
dan pengalaman hidup sejak kecil, baik dalam keluarga, sekolah, maupun
dalam lingkungan masyarakat terutama pada masa pertumbuhan
perkembangannya.
Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran di
sekolah umum mempunyai peranan penting dalam menanamkan rasa takwa
kepada Allah SWT yang pada akhirnya dapat menimbulkan rasa keagamaan
yang kuat dan melahirkan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran agama
yang diyakini, tentunya juga dengan melaksanakan ibadah secara sempurna
sebagai bekal di akhirat.
3

Pendidikan Agama Islam membekali siswa untuk memiliki


pengetahuan agama Islam dan mampu mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya pendidikan agama
untuk mendukung siswa dalam mengoptimalisasikan tujuan tersebut.
Oleh karenanya, pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah
tidak hanya diberikan berupa materi-materi saja tetapi juga mengadakan
praktik jika ada keterkaitan dengan perbuatan ibadah, seperti shalat, puasa,
mengaji, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perbuatan dalam
Pendidikan Agama Islam. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
Pendidikan Agama Islam sangat dibutuhkan siswa untuk memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan keyakinan akan agama yang dianutnya
sehingga menimbulkan kesadaran beragama dengan selalu melaksanakan
ibadah sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW.
Di antara ibadah dalam Islam itu, shalatlah yang membawa manusia
kepada sesuatu yang amat dekat dengan Tuhan, apabila dihayati. Di dalamnya
terdapat dialog antara dua pihak yang berhadapan antara manusia dengan
Tuhan. Dalam shalat, manusia menuju kesucian Tuhan, berserah diri kepada
Tuhan, memohon pertolongan, perlindungan, petunjuk, ampunan, rezeki, juga
memohon dijauhkan dari kesesatan, perbuatan yang tidak baik dan perbuatan
yang jahat.
Di dalam shalat disamping berdialog dan bermunajat, seseorang juga
mengahayati iman, mengulang-ulangi kata-kata yang terkandung dalam rukun
iman yang enam. Dan siap menghambakan diri kepada Tuhan ketika orang
melakukan shalat, ia menyadari kedudukannya sebagai makhluk dan hamba
Tuhan. Di sini orang mengulangi membaca kitab sucinya, menguatkan
kegemaran Rasul-Nya, mengingat-ingat hari akhirat, hari perhitungan dan
pertanggungan jawab amal dan sebagainya.1
Shalat merupakan pondasi terbaik bagi amal kebaikan di dunia ini,
serta rahmat dan kemuliaan di akhirat kelak. Shalat adalah ibadah yang sangat

1
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf “ Nilai-nilai Akhlak /Budi pekerti dalam Ibadat dan
tasawuf ”, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), Edisi kedua, h. 7.
4

penting bagi orang Islam. Ibadah shalat yang dilakukan dengan baik,
berpengaruh bagi orang yang melakukannya. Ibadah jika dilakukan membawa
ketenangan, ketenteraman, dan kedamaian dalam hidup. Shalat wajib
dijalankan oleh setiap muslim, apabila ditinggalkan akan mendapatkan dosa.
Begitu pentingnya shalat bagi kaum muslimin, sehingga para orang tua
maupun guru berkewajiban mendidik anak-anaknya untuk melaksanakan
shalat sejak dini.
Berhubungan dengan hal tersebut, dalam standar kompetensi mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berisi kemampuan minimal yang
dikuasai siswa selama menempuh Pendidikan Agama Islam di SMP.
Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan
dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT. kemapuan-kemampuan yang tercantum dalam
komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan
dasar umum yang dicapai di SMP yaitu:
1. Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun Islam yang disertai
dengan mengetahui fungsinya serta terefleksi dalam sikap perilaku,
dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun
horizontal.
2. Mampu membaca Al-Qur’an dan surat-surat pilihan sesuai dengan
tajwidnya, mengartikan, dan menyalinnya, serta mampu membaca,
mengartikan, dan menyalin hadis-hadis pilihan.
3. Mampu beribadah dengan tuntunan syari’at Islam baik ibadah
wajib dan ibadah sunah maupun muamalah.
4. Mampu berakhlak mulia dengan meneladani sifat, sikap, dan
kepribadian Rasulullah serta Khulafaur Rasyidin.
5. Mampu mengamalkan sistem mu’amalat Islam dalam tata
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.2
Berdasarkan penjabaran di atas, jelaslah bahwa pembelajaran
pendidikan agama Islam sangat mendukung siswa dalam pelaksanaan shalat
mereka. Dengan adanya pembelajaran Agama Islam di tiap jenjang pendidikan
akan sangat mempengaruhi kualitas ibadah siswa, sehingga pembelajaran
pendidikan agama tidak bisa diabaikan dalam proses pelaksanaan

2
Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP dan
MTS, (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003), h. 10-11
5

pembelajaran di sekolah. Dengan adanya keseriusan penyampaian materi,


seorang guru dapat mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan
hubungan manusia dengan Allah SWT (hablum minallâh), sesama manusia
(hablum minannâs), maupun hubungannya dengan alam (hablum minal’alam).
Pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Al-Ma’arif Cinangka
sudah cukup baik. Dalam pembelajaran, selain membekali siswa dengan
pengetahuan-pengetahuan agama, guru juga membiasakan siswa membaca Al-
Qur’an sebelum memulai pembelajaran dan senantiasa mengajak siswa untuk
melaksanakan praktek-praktek ibadah. Selain itu sekolah juga mengadakan
pengajian rutin setiap bulan. Ini dilakukan hanya untuk memotivasi siswa agar
giat melaksanakan ibadah khususnya shalat lima waktu. Shalat merupakan
pondasi terbaik bagi amal kebaikan di dunia, serta rahmat dan kemuliaan di
akhirat kelak. Shalat adalah kewajiban mutlak dari Allah yang tidak dapat
ditinggalkan, jika ditinggalkan akan mendapatkan dosa dan akan celaka jika
lalai dalam shalatnya.
Namun demikian, realitanya siswa masih ada siswa yang tidak
melaksanakan shalat atau meninggalkan shalat, sering menunda-nunda waktu
shalat, bermain musik pada waktu shalat dan sulit membaca Al-Quran. Oleh
karena itulah penulis ingin meneliti pengaruh pembelajaran pendidikan agama
Islam terhadap pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al-Ma’arif sehari-
hari. Dan penulis bermaksud membahas masalah tersebut dalam penulisan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
terhadap Pelaksanaan Shalat Fardu Siswa SMP Islam Al-Ma’arif
Cinangka Sawangan Depok”.

B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah yang timbul, antara lain:
a. Pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif
b. Aspek-aspek pendidikan agama Islam yang menjadi fokus sekolah
6

c. Pelaksanaan shalat fardu siswa


d. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan, latihan, dan
pembiasaan shalat fardu di sekolah
e. Kultur Islam di sekolah

2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi
permasalahannya sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif
b. Pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al-Ma’arif
c. Pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap pelaksanaan
shalat fardu siswa dalam kehidupan sehari-hari

3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, penulis mengajukan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-
Ma’arif?
b. Bagaimana pelaksanaan shalat fardu siswa?
c. Adakah pengaruh pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap
pelaksanaan shalat fardu siswa dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Islam
Al-Ma’arif
b. Untuk mengetahui pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al-
Ma’arif
c. Untuk mencari pengaruh pelaksanaan pendidikan agama Islam
terhadap pelaksanaan ibadah shalat fardu siswa
7

2. Kegunaan Penelitian
a. Untuk menambah khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan.
b. Sebagai acuan penelitian lebih lanjut.
c. Sebagai bukti tertulis bahwa telah menyelesaikan tugas akhir
perkuliahan dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana SI (S,Pd.I).
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,
DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Dalam literatur kependidikan Islam, istilah pendidikan mengandung
pengertian ta’lîm, tarbiyah, irsyad, tadris, ta’dîb, tazkiyah dan tilâwah.1
Kata “tarbiyah” berarti pendidikan, pengasuhan, dan sebagainya.
Selain itu kata “tarbiyah” mencakup banyak arti seperti kekuasaan,
perlengkapan, pertanggungjawaban, perbaikan, penyempurnaan , dan lain-lain.
Kata ini juga merupakan predikat bagi suatu kebesaran, keagungan,
kekuasaan, dan kepemimpinan.2
Istilah lain dari pendidikan adalah “ta’lîm” yang berarti pengajaran
yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan
keterampilan. Menurut Rasyid Ridha sebagaimana dikutip oleh Ramayulis,
ta’lim berarti proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu
tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Pemaknaan ini didasarkan atas
firman Allah dalam surat Al-Baqarah 2 ayat 31 tentang ‘allama Tuhan kepada
Adam AS sebagai berikut:

1
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),
h. 7.
2
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 14.

8
9

           

   


“Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
Kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar
orang-orang yang benar!"

Kehadiran Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini


dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan
batin. Dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa Allah SWT telah menganugerahkan
kepada manusia suatu kelebihan dan keutamaan di atas makhluk lainnya yaitu
fitrah, kebebasan, ruh yang kekal dan akal. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat Al-Isra 17 ayat 70:

          

      


“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan”.

Pendidikan itu pada dasarnya adalah perpindahan budaya dari satu


generasi kepada generasi berikutnya supaya manusia tetap berada pada fase
yang telah dicapainya.3 Dalam Islam, pendidikan adalah sumber cahaya
kehidupan seseorang. Oleh karena itu, agama Islam menetapkan bahwa
pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi pria dan
wanita, dan berlangsung seumur hidup.
Menurut al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Asronunni’am
Sholeh, pendidikan yang benar merupakan sarana untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Pendidikan juga dapat mengantarkan manusia untuk

3
Hasan Langgulung, Pendidikan Dan Peradaban Islam, (Jakarta: Maha Grafindo, 1985),
Cet. 3, h. 42.
10

menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.4 Hal ini menyadarkan kita


bahwa betapa pentingnya makna yang terkandung pada implementasi dari
pendidikan itu sendiri. Manusia memiliki kebebasan dalam urusan dunianya,
namun di samping itu pula ia berhak menentukan jalan hidupnya di kemudian
hari, yakni yaumul akhirat. Akan tetapi, keduanya tidak akan tercapai apabila
tidak ditopang dengan pendidikan.
Dalam mendefinisikan Pendidikan Agama Islam, banyak perbedaan
yang dikemukakan oleh sejumlah tokoh pendidikan. Perbedaan tersebut
tidaklah mengurangi makna dari pendidikan Islam itu sendiri, tetapi akan
memperkaya wawasan dalam pengembangan pendidikan. Berikut beberapa
penjelasannya:
a. Dalam buku Pendidikan Agama Islam berbasis Kompetensi (Konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004), Depdikbud, mendefinisikan
Pendidikan Agama Islam adalah sebagai usaha sadar untuk
menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati
agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.5
b. Dalam buku Ilmu Pendidikan Islam, Dr. Zakiah Daradjat memberikan
pengertian tentang Pendidikan Agama Islam yang dipahami sebagai
usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan
ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi
motivasi, dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung
pelaksanaan ide pembentukan pribadi Muslim.6
c. Menurut Hasan Langgulung, Pendidikan Agama Islam diartikan
sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan,

4
Asronunni’am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam: Mengurai Relevansi Konsep Al-
Ghazali Dalam Konteks Kekinian, (Jakarta: Elsas, 2005), Cet. 2, h. 57.
5
Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 1, h. 130.
6
Zakiah Daradjat, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1996), Cet. 3, h. 25-26.
11

memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan


dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya
di akhirat.7
d. Ahmad Marimba menyebutkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani, berdasarkan hukum-hukum agama
Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam.8
e. Zuharini menjelaskan dalam bukunya, Filsafat Pendidikan Islam,
Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang diarahkan kepada
pembentukan Kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau
suatu upaya, memikir, memutuskan, berbuat berdasarkan nilai-nilai
Islam serta bertanggung jawab dengan nilai-nilai Islam itu.9

Dari beberapa pengertian di atas menunjukkan bahwa pendidikan


Agama Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ajaran Islam itu
sendiri, sehingga dalam menjalankan kehidupan manusia selalu dilandasi
dengan ajaran Islam yang pada akhirnya mendapatkan kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. Dengan demikian, pendidikan berperan sebagai wadah
untuk menginternalisasi dan mengembangkan ajaran Islam tersebut dalam
kehidupan manusia secara individu maupun kelompok masyarakat yang lebih
luas. Kemudian karena Islam mengkaji dan memandang manusia secara utuh
maka pendidikan Islam pun berupaya untuk mengembangkan potensi manusia
secara utuh (baik jasmani maupun rohani), sehingga melahirkan Muslim yang
kaffah, yaitu seorang muslim yang mengamalkan ajaran Islam secara utuh
sesuai dengan kadar kemampuannya.
Dengan demikian jelaslah bahwa pendidikan Agama Islam merupakan
kebutuhan manusia, karena sebagai makhluk pedagogis manusia dilahirkan

7
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, (Bandung: Al-
Ma’arif, 1980), h. 100.
8
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif,
1980), Cet. 4, h. 23.
9
Zuharini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. 3, h. 152.
12

dengan membawa berbagai potensi dapat dididik dan mendidik sehingga


mampu menjadi khalifah di bumi. Dengan kata lain, Pendidikan Agama Islam
juga merupakan proses yang ideal untuk mengembangkan berbagai potensi
yang dimiliki oleh manusia yang akan nilai (full values) sesuai dengan
tuntunan atau ajaran Islam sehingga ia mampu menjalani hidupnya sesuai
dengan hakikat kehidupan yang sesungguhnya sebagai hamba Allah SWT
yang senantiasa tunduk dan patuh pada-Nya dan pada akhirnya memperoleh
kehidupan yang selamat di dunia dan akhirat.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam


a. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah
memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai
landasan untuk berdirinya sesuatu. Dasar pendidikan Islam tentu saja
didasarkan kepada falsafah hidup umat Islam dan tidak didasarkan kepada
falsafah suatu negara, sebab sistem pendidikan Islam tersebut dapat
dilaksanakan di mana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan
waktu.10
Dasar Pendidikan Agama Islam dapat dibagi kepada dua kategori,
yaitu: dasar religius dan dasar yuridis/hukum.

1) Dasar Religius
Dasar pendidikan Islam adalah segala ajarannya yang bersumber dari
Al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad (ra’yu). Dasar inilah yang membuat
pendidikan Islam menjadi ada, tanpa dasar ini tidak akan ada pendidikan
Islam.
a) Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh
Jibril kepada Nabi Muhammad SAW yang di dalamnya terkandung ajaran

10
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 121
13

pokok sangat penting yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh


aspek kehidupan melalui Ijtihad. Ajaran yang terkandung di dalam Al-
Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan
masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang berhubungan dengan amal
yang disebut dengan syari’ah dan istilah-istilah yang biasa digunakan dalam
membicarakan ilmu tentang syari’ah ini ialah:
(1) Ibadah untuk perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah
(2) Muamalah untuk perbuatan yang berhubungan selain dengan Allah
(3) Akhlak untuk tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti
dalam pergaulan

Pendidikan, karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk


membentuk manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup mu’amalah.
Pendidikan sangat penting karena ikut menentukan corak dan bentuk amal
serta kehidupan manusia baik pribadi maupun masyarakat.
Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat-ayat yang dapat diambil
sebagai landasan Pendidikan Agama Islam yaitu terdapat dalam surat An-
Nahl 16 ayat 64 :

             

 

“Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan
agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan
itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”

Dalam Surat Al-Isra 17 ayat 9 yang berbunyi:

          

     


14

“Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih


lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”

Selanjutnya firman Allah SWT dalam Surat Shâd 38 ayat 29:

         
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat Nya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”

Al-Quran merupakan kitab Allah SWT yang memiliki perbendaharaan


yang besar bagi pengembangan umat manusia. Ia merupakan sumber
pendidikan terlengkap, baik itu pendidikan kemasyarakatan (sosial), moral
(akhlak), maupun spiritual (kerohanian), serta material (kejasmanian) dan
alam semesta. Al-Quran merupakan sumber nilai yang absolut dan utuh
sampai akhir zaman, eksistensinya tidak akan pernah mengalami perubahan
dan terjamin kemurniannya sampai kapanpun.

b) Sunah (Hadis).
Sunnah ialah perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi Muhammad
SAW. Sunnah merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Quran.
Sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan Agama Islam karena sunnah menjadi
sumber utama pendidikan Agama Islam karena Allah SWT menjadikan
Muhammad SAW sebagai teladan bagi umatnya. Firman Allah SWT dalam
Surat Al-Ahzab 33 ayat 21 yang berbunyi:

             

   


“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
15

Nabi mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amal baik kepada


istrinya dan sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekkan pula seperti
yang dipraktekkan Nabi dan mengajarkan pula kepada orang lain.
Sabda Rasulullah SAW:

“Kutinggalkan kepadamu dua perkara (pusaka) tidaklah kamu akan tersesat


selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu
Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)11

Prinsip menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagi dasar pendidikan


Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran keyakinan semata. Lebih
jauh kebenaran itu juga sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh
akal yang sehat dan bukti sejarah. Dengan demikian barangkali wajar jika
kebenaran itu kita kembalikan kepada pembuktian kebenaran pernyataan
Allah SWT dalam Al-Qur’an. Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah 2
ayat 2:

         

“Kitab(Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa”.

Al-Qur’an dan Sunnah disebut sebagai dasar pokok karena


keabsahan dasar ini sebagai pedoman hidup sudah mendapat jaminan Allah
SWT dan Rasul-Nya. 12

c). Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam
untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syari’at Islam dalam

11
Malik bin Anas, Al-Muatho’, (Beirut: Dâr al-Kitab al-‘Arabi, 2004), Jilid 2, h. 899.
12
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 123-124.
16

hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan


Sunnah.
Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek pendidikan,
tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam
pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah yang diolah
oleh akal dari para ahli pendidikan Islam. Teori-teori pendidikan baru hasil
ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup.13

2) Dasar Yuridis / Hukum


Dasar pelaksanaan Pendidikan Agama berasal dari perundang-
undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam
melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis
formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu:
a) Landasan idiil Pancasila, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa
mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya
kepada Tuhan Yang Maha Esa atau dengan kata lain harus beragama.
Untuk mewujudkan manusia yang mampu mengamalkan ajaran agamanya
sangat diperlukan pendidikan agama karena pendidikan agama mempunyai
tujuan membentuk manusia bertakwa kepada Allah SWT.
b) Landasan struktural/konstitusional yakni Undang-Undang Dasar 1945
dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 berbunyi:
(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.14
c) Landasan operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IV/MPR/1973
yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No IV/MPR 1978 jo.
Ketetapan MPR Np. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap MPR No
II/MPR/1988 dan Tap MPR No II/MPR/1993 tentang Garis-garis Besar
13
Zakiah Daradjat, Ilmu pendidikan Islam…, h. 22
14
Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), Cet. 2,
h. 24.
17

Haluan Negara yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan


pendidikan agama secara langsung dimasukkan ke dalam kurikulum
sekolah-sekolah formal mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan
Tinggi.15

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam


Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang yang melakukan suatu kegiatan. Karena itu, tujuan
Pendidikan Agama Islam merupakan sasaran yang akan dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.16
Tujuan umum Pendidikan Agama yaitu peningkatan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana dimaksudkan oleh GBHN,
hanya dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif,
yang pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cara, yang sekaligus juga
menjadi tujuan pengajaran agama, yaitu: membina manusia beragama,
berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam
dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan
dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan
kejayaan hidup dunia dan akhirat.17
Selanjutnya tujuan dasar ini diperinci oleh Prof. Dr. Hj. Zakiah
Daradjat, sebagai berikut:
1) Mengetahui dan melaksanakan ibadah dengan baik. Ibadah
harus sesuai dengan yang dinyatakan dalam hadis Rasulullah
SAW yang antara lain mengakui dengan setulus hati dan
seyakin-yakinnya tanpa ada keraguan bahwa Tuhan yang wajib
disembah hanya Allah SWT dan Muhammad SAW sebagai
Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan

15
Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi…, h.
132-133.
16
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 19.
17
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995), Cet. I, h. 172.
18

puasa di bulan Ramadhan serta menunaikan ibadah haji bagi


yang mampu.
2) Memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, sikap dan
perbuatan uang diperlukan untuk mendapatkan nafkah bagi diri
sendiri dan keluarganya.
3) Mengetahui dan mempunyai keterampilan untuk melaksanakan
peranan kemasyarakatannya dengan baik, berakhlak mulia
dengan titik tekan pada dua sasaran, pertama, akhlak mulia yang
diperlukan untuk berhubungan dengan orang lain, diri sendiri,
dan umat. Akhlak ini meliputi berbakti kepada orang tua,
membelanjakan harta di jalan Allah, bersikap rendah hati, tidak
sombong, adil, ihsan, menjauhi perbuatan keji, menghindari
kemungkaran, berhati-hati, menjauhi sikap aniaya, menjauhi
pembicaraan yang tidak ada gunanya, menepati janji dan
sumpah yang diungkapkan. Kedua, akhlak yang terkait dengan
kasih sayang kepada orang yang lemah dan kasih sayang kepada
hewan, seperti membuang duri di jalan, memberi minum hewan
yang kehausan, menyembelih hewan dengan cara yang ma’ruf
sesuai dengan syari’at Islam.
Di bawah ini disebutkan beberapa tujuan pendidikan Agama dalam
segala tingkat pengajaran umum adalah sebagai berikut:
a) Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati
anak-anak yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yang tidak
terhitung banyaknya.
b) Menanamkan i’tikad yang benar dan kepercayaan yang betul
dalam dada anak-anak.
c) Mendidik anak-anak dari kecilnya, supaya melaksanakan
perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya dengan
mengisi hati mereka agar takut kepada Allah.
d) Mendidik anak-anak dengan membiasakan akhlak yang mulia
dan kebiasaan yang baik.
e) Mengajarkan anak-anak agar mengetahui macam-macam
ibadah yang wajib dikerjakan dan cara melakukannya, serta
mengetahui hikmah-hikmah dan pengaruhnya untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
f) Memberi mereka pedoman hidup di dunia dan di akhirat.
19

g) Memberikan contoh dan suri tauladan yang baik


h) Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik,
yang berbudi luhur dan berakhlak mulia serta berpegang teguh
pada ajaran agama.18

Berbicara Pendidikan Agama Islam, baik makna maupun tujuannya


haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan
melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga
dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik
yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat
kelak.
Berdasarkan penjabaran di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan
Pendidikan Agama Islam ialah menciptakan pribadi muslim yang seluruh
aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian muslim dalam
Al-Quran disebut “Muttaqin” yakni orang yang bertaqwa. Oleh karena itu,
pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertaqwa. Ajaran
Islam jika diamalkan dengan sungguh-sungguh akan memberikan ketenangan
dalam hati dan dapat memperoleh kebahagiaan hakiki di dunia dan di akhirat.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Agama


Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan agama banyak,
diantaranya sebagai berikut:
a. Pengajaran agama yang disusun dalam rencana pengajaran yang
ditetapkan untuk sekolah dasar, sekolah menengah dan perguruan
tinggi.19
Pendidikan agama dalam sekolah sangat penting untuk pembinaan
dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena
pendidikan agama mempunyai dua aspek terpenting.

18
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam: Metode mengajarkan
Pendidikan Agama di SD, SMP, SMA dan Fakultas Umum serta metode Mengajarkan Ilmu Agama
di PGAN 6 Tahun, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1983), Cet. 2, h. 13.
19
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam: Metode Mengajarkan
Pendidikan Agama di SD, SMP, SMA dan Fakultas Umum serta Metode Mengajarkan Ilmu
Agama di PGAN 6 Tahun…, h. 16-17.
20

Aspek pertama dari pendidikan agama adalah yang ditujukan pada


jiwa atau pembentukan kepribadian anak didik diberi kesadaran
adanya Tuhan, lalu dibiasakan melakukan perintah-perintah Tuhan dan
meninggalkan larangan-larangan-Nya. Dalam hal ini anak didik
dibimbing agar terbiasa kepada peraturan yang baik, yang sesuai
dengan ajaran agama, seperti yang diberikan oleh keluarga yang
berjiwa agama.
Pendidikan agama di sekolah, harus juga melatih anak didik untuk
melakukan ibadah yang diajarkan dalam agama, yaitu praktek-praktek
agama yang menghubungkan manusia dengan Tuhan. Karena praktek-
praktek agama itulah yang akan membawa jiwa si anak dekat pada
Tuhan.
Aspek kedua dari pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada
pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri, kepercayaan kepada Tuhan
tidak akan sempurna bila isi dari ajaran-ajaran Tuhan itu tidak
diketahui betul-betul. Anak didik harus ditunjukan apa yang
diperintah, apa yang dilarang, apa yang boleh, apa yang dianjurkan
melakukannya dan apa yang dianjurkan meninggalkannya menurut
agama.
Pendidikan yang diajarkan sejak kecil, akan memberikan kekuatan
yang akan menjadi benteng moral dan polisi yang mengawasi tingkah
laku dan jalan hidupnya dan menjadi obat anti penyakit/gangguan
jiwa.20
b. Tiruan dan contoh teladan yang baik bagi anak-anak yaitu dari ibu
bapak, saudara-saudara dan guru-guru.21
Seperti yang telah diketahui pembinaan mental tidaklah dimulai
dari sekolah, akan tetapi di rumah tangga. Sejak si anak dilahirkan di

20
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 2001), Cet. 28,
h. 124-125.
21
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam: Metode mengajarkan
Pendidikan Agama di SD, SMP, SMA dan Fakultas Umum serta metode Mengajarkan Ilmu Agama
di PGAN 6 Tahun…, h. 16.
21

dunia, mulailah ia menerima didikan-didikan dan perlakuan-perlakuan,


mula-mula dari ibu-bapaknya kemudian dari anggota keluarganya yang
lain, semuanya itu ikut memberikan dasar-dasar pembentukan
kepribadiannya. Pembinaan dan pertumbuhan kepribadian itu
kemudian ditambah dan disempurnakan oleh sekolah.
Pendidikan agama pada masa kanak-kanak, sebaiknya dilakukan
oleh orang tua, yaitu dengan jalan membiasakannya kepada tingkah
laku dan akhlaq yang diajarkan oleh agama, dalam menumbuhkan
kebiasaan berakhlaq baik seperti kejujuran, adil dan sebagainya, orang
tua harus memberikan contoh, karena si anak dalam umur ini belum
dapat mengerti, mereka baru dapat meniru. Apabila si anak telah
terbiasa menerima perlakuan adil, maka akan tertanamlah rasa keadilan
itu pada jiwanya dan menjadi salah satu unsur dari kepribadiannya.
Demikian pula dengan nilai-nilai agama dan kaidah-kaidah sosial yang
lain, sedikit demi sedikit harus masuk dalam pembinaan mental si
anak.
Apabila pendidikan agama itu tidak diberikan kepada si anak sejak
kecil, maka akan sukarlah baginya untuk menerimanya nanti kalau ia
sudah dewasa, karena dalam kepribadiannya yang terbentuk sejak kecil
itu, tidak terdapat unsur-unsur agama. Jika dalam kepribadian itu tidak
ada nilai-nilai agama, akan mudahlah orang melakukan segala sesuatu
menurut dorongan dan keinginan jiwanya tanpa mengindahkan
kepentingan dan hak orang lain.22
c. Mengadakan suasana keagamaan yang baik dalam lingkungan dan
alam sekitar anak-anak, seperti rumah tangga, sekolah, dan
pergaulannya sehari-hari.
d. Masyarakat yang baik dan bersemangat agama dan menghargai
akhlak.23

22
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental…, h. 122-123.
23
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam: Metode mengajarkan
Pendidikan Agama di SD, SMP, SMA dan Fakultas Umum serta metode Mengajarkan Ilmu Agama
di PGAN 6 Tahun…, h.17.
22

Ada beberapa saran atau nasihat dari Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat
(ahli ilmu jiwa ternama di Indonesia) sehubungan dengan pembinaan
dan pendidikan terhadap anak, yaitu:
1. Tunjukkan pengertian dan perhatian terhadap mereka.
2. Bantulah anak untuk mendapatkan rasa aman.
3. Timbulkan pada mereka bahwa dia disayang.
4. Hargai dan hormati mereka.
5. Berilah mereka kebebasan dalam batas-batas tertentu
(kebebasan yang tidak melanggar norma-norma agama).
6. Timbulkan pada mereka rasa butuh akan agama.
7. Sediakan waktu dan sarana untuk berkonsultasi dengan
mereka.
8. Usahakan agar mereka merasa berhasil.24
Semoga dengan kedelapan saran tersebut akan membantu para
orang tua dalam mendidik dan membimbing para putra dan putrinya
sehingga mereka menjadi generasi yang cerdas, shaleh dan kreatif.25

Dengan demikian jelaslah bahwa pendidikan agama pada anak harus


ditanamkan sejak kecil, agar mereka mengetahui segala yang diperintahkan
Allah dan segala yang dilarang oleh Allah. Pembinaan agama dimulai dari
lingkungan keluarga dan disempurnakan di sekolah. Keberhasilan dalam
pendidikan agama tergantung dengan kerjasama berbagai pihak, seperti orang
tua, guru dan lingkungan masyarakat. Suasana keagamaan yang baik akan
memberikan pengaruh besar dalam pembentukan kepribadian muslim yang
sempurna sesuai dengan tuntutan Islam.

4. Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP)


a. Standar Kompetensi Pendidikan Agama
1) Kompetensi Pendidikan Agama
Siswa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah
SWT), berakhlak mulia (berbudi pekerti luhur) yang tercermin dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; memahami,
24
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005),
Cet. 1, h. 71.
25
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan…, h. 71.
23

menghayati, dan mengamalkan ajaran agamanya, serta mampu menghormati


agama lain dalam rangka kerukunan antar umat beragama.
2) Kompetensi Spesifik Pendidikan Agama Islam
Dengan landasan Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW; siswa
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT; berakhlak mulia (berbudi pekerti
luhur) yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan
Allah, sesama manusia, dan alam sekitar; mampu membaca dan memahami
Al-Quran; mampu beribadah dan bermuamalah dengan baik dan benar; serta
mampu menjaga kerukunan intern dan antar umat beragama.26

b. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam


Kompetensi dasar mata pelajaran berisi sekumpulan kemampuan
minimal yang harus dikuasai oleh siswa selama menempuh pendidikan di
SMP. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik
dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan
dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan yang tercantum
dalam komponan Kemampuan Dasar ini merupakan penjabaran dari
kemampuan dasar umum yang harus dicapai di SMP, yaitu:

1) Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun Islam yang disertai
dengan mengetahui fungsinya serta terefleksi dalam sikap perilaku,
dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun
horizontal.
2) Mampu membaca Al-Qur’an dan surat-surat pilihan sesuai dengan
tajwidnya, mengartikan, dan menyalinnya, serta mampu membaca,
mengartikan, dan menyalin hadis-hadis pilihan.
3) Mampu beribadah dengan tuntunan syari’at Islam baik ibadah
wajib dan ibadah sunah maupun muamalah.
4) Mampu berakhlak mulia dengan meneladani sifat, sikap, dan
kepribadian Rasulullah serta Khulafaur Rasyidin.
5) Mampu mengamalkan system mu’amalat Islam dalam tata
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.27

26
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi…, h.
149-150.
27
Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP dan
MTS, (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003), h. 10-11
24

Seperti tergambar dalam kemampuan dasar umum di atas, kemampuan


dasar tiap kelas yang tercantum dalam standar nasional juga dikelompokkan ke
dalam lima unsur pokok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP seperti
tabel berikut:
Al-Quran
1. Membaca, mengartikan dan menyalin.
2. Menerapkan hukum bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam qamariyah, nun
mati/tanwin dan mim mati.
3. Menerapkan bacaan qalaqlah, tafhim dan tarqiq huruf lam dan ro’ serta mad.
4. Menerapkan hukum bacaan waqaf dan idgham.
Keimanan
1. Beriman kepada Allah dan memahami sifat-sifatnya.
2. Beriman kepada Malaikat Allah dan memahami tugas-tugasnya.
3. Beriman kepada kitab-kitab allah SWT dan memahami arti beriman kepada-
Nya.
4. Beriman kepada Raul-Rasul Allah SWT dan memahami arti beriman kepada-
Nya.
5. Beriman kepada Hari Akhir dan memahami arti beriman kepada –Nya.
6. Beriman kepada qadha dan qadar Allah SWT dan memahami arti beriman
kepada-Nya.
Akhlaq
1. Berperilaku dengan sifat-sifat terpuji.
2. Menghindari sifat-sifat tercela.
3. Bertatakrama.
Ibadah/Fiqh
1. Melakukan thaharah.
2. Melakukan shalat wajib.
3. Melakukan macam-macam sujud.
4. Melakukan shalat Jum’at.
5. Melakukan shalat Jama’ dan qashar.
6. Melaksanakan macam-macam shalat sunah.
7. Melaksanakan puasa.
8. Melaksanakan zakat.
9. Memahami hukum Islam tentang makanan, minuman dan binatang.
10. Memahami ketentuan aqiqah dan qurban.
11. Memahami tentang ibadah haji dan umrah.
12. Melakukan shalat jenazah.
13. Memahami tata cara pernikahan.
Tarikh
1. Memahami keadaan masyarakat Mekkah sebelum dan sesudah datang Islam.
2. Memahami keadaan masyarakat Mekkah periode Rasulullah SAW.
3. Memahami keadaan masyarakat Madinah sebelum dan sesudah datang Islam.
4. Memahami perkembangan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin.
25

Dengan demikian ruang lingkup pembahasan pendidikan Agama Islam di


SMP terdiri dari lima unsur pokok pembahasan, yaitu:
a. Al-Quran, Yaitu membaca Al-Quran. Membaca Al-Quran tidak sama
dengan membaca buku atau membaca Kitab suci lain. Membaca Al-Quran
adalah suatu ilmu yang mengandung seni, seni baca Al-Quran. Al-Quran
itu adalah wahyu Allah yang dibukukan, yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai suatu mukjizat, membacanya merupakan
ibadah, sumber utama ajaran Islam dan sebagai pedoman hidup bagi Umat
Islam. Karena membacanya bernilai ibadah, maka ilmu yang berkenaan
dengan tatacara membaca Al-Quran harus dipelajari dan dipahami supaya
lebih baik dalam membacanya.
b. Keimanan. Pengajaran keimanan berarti proses belajar-mengajar tentang
berbagai aspek kepercayaan. Dalam hal ini tentu saja kepercayaan menurut
ajaran Islam. Dalam mata pelajaran keimanan, pusat atau inti
pembahasannya ialah tentang keesaan Allah. Karena itu, ilmu tentang
keimanan ini disebut juga “Tauhid”. Ruang lingkup pengajaran keimanan
ini meliputi rukun iman yang enam.
c. Akhlaq. Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk batin
seseorang yang kelihatan pada tingkah lakunya. Dalam pelaksanaannya,
pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar-mengajar dalam mencapai
tujuan agar peserta didik berakhlak baik sesuai dengan nilai-nilai ajaran
Islam dan masyarakat.
d. Ibadah/Fiqh. Materi pelajaran ibadah seluruhnya terkandung dalam Ilmu
fiqh. Oleh karena itu, banyak orang yang mengidentikkan ibadah dengan
Fiqh, sehingga pelajaran Fiqh itulah pelajaran Ibadah. Ini tentu tidak
benar, karena pelajaran Fiqh tidak hanya membicarakan ibadah saja, tetapi
lebih banyak membicarakan masalah sosial, seperti jual beli, pernikahan,
warisan, hukuman, makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya. Dalam
pengajaran Ibadah ruang lingkup pembahasannya ialah semua rukun Islam
yang harus diamalkan. Sedangkan dalam pelajaran Fiqh dibahas berbagai
26

aspek ibadah, seperti bentuknya, macamnya, caranya, waktunya,


hukumnya, dan sebagainya.
e. Tarikh. Tarikh Islam disebut juga sejarah Islam. Pengajaran ini sebenarnya
pengajaran sejarah yakni sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan
dan perkembangan umat Islam mulai dari awalnya, sampai dengan
sekarang. Pengetahuan ini bertujuan untuk mengenal dan mencintai Islam
sebagai Agama pedoman hidup.

B. Ibadah Shalat Fardu


1. Pengertian Ibadah Shalat Fardu
Ibadah berasal dari bahasa Arab berasal dari kata - -‫ ﻳﻌﺒﺪ‬-‫ﻋﺒﺪ‬

yang berarti taat, tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina. Kesemua
pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk,
patuh, merendahkan diri, dan hina diri di hadapan yang disembah disebut
‘abid (yang beribadah). Budak disebut dengan ‫ ﻋﺒﻴﺪ‬karena dia harus tunduk

dan patuh serta merendahkan diri terhadap majikannya.28


Dalam istilah syara’ pengertian ibadah dijelaskan oleh para ulama
sebagai berikut:
a. Al-Jurjânî mengatakan:

Ibadah ialah perbuatan yang dilakukan oleh mukallaf, tidak


menurut hawa nafsunya, untuk memuliakan Tuhannya.
b. Menurut Ibnu Katsîr:

Himpunan cinta, ketundukan, dan rasa takut yang sempurna

28
A. Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Media Pratama, 1997), Cet. 1, h. 1.
27

c. Dari beberapa keterangan yang dikutipnya, Yusuf al-Qardawi


menyimpulkan bahwa ibadah yang disyari’atkan oleh Islam itu harus
memenuhi dua unsur:
1) Mengikat diri (iltîzam) dengan syari’at Allah yang diserukan
oleh para Rasul-Nya, meliputi perintah, larangan, penghalalan,
dan pengharaman, sebagai perwujudan ketaatan kepada Allah,
dan
2) Ketaatan itu harus tumbuh dari kecintaan hati kepada Allah
karena sesungguhnya Dialah yang paling berhak untuk dicintai
sehubungan dengan nikmat yang diberikan-Nya.29
Ibadah begitu penting karena sesungguhnya untuk itulah manusia
diciptakan Allah, sesuai dengan firman-Nya di dalam surat Al-Dzâriyat 51
ayat 56 yaitu:

      


“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.”

Begitu pula dalam surat Al-Anbiyâ 21 ayat 25 yang berbunyi:

               

“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan


Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)
melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis memberikan pengertian bahwa


ibadah merupakan segala perbuatan menyembah Allah yang sesuai dengan
ajaran Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah murni ada 4
macam, yaitu shalat, puasa, zakat dan haji. Di antara ibadah dalam Islam itu,
ibadah shalatlah yang dapat membawa manusia amat dekat dengan Tuhan
apabila dilaksanakan dengan penuh pengahayatan.

29
Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, t.t.), h. 2.
28

Makna shalat menurut bahasa berarti do’a, sebagaimana firman Allah


SWT dalam surat At-Taubah 9 ayat 10 :

           

“…dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)


ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui”.

Berdasarkan firman Allah di atas, shalat berarti do’a. Sedangkan


pengertian shalat menurut istilah syara’ ialah seperangkat perkataan dan
perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu, dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam.30
Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis yang memerintahkan setiap
muslim agar melaksanakan shalat, di antaranya sebagaimana firman Allah di
dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 2 ayat 110 yang berbunyi:

             

     

”Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja
yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya
pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu
kerjakan.”

Dalam surat Al-‘Ankabût 29 ayat 45:

            

           
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

30
Lahmuddin Nasution, Fiqh 1…, h. 55.
29

Dalam surat Al-Baqarah 2 ayat 43.

       


“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku'. “

Kewajiban shalat termasuk rukun Islam, diwajibkan ketika


Rasulullah mi’raj. Sabda Rasul SAW:

“Islam ditegakkan di atas lima dasar (rukun): Syahadat bahwa tiada


Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasul Allah,
menegakkan shalat, membayar zakat, haji ke bait Allah, dan puasa di
bulan Ramadhan.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)31

Shalat yang diwajibkan disebut shalat wajib atau fardu. Shalat fardu
adalah ibadah shalat yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim yang
mukallaf (baligh dan berakal sehat), baik laki-laki maupun perempuan lima
kali sehari semalam dan dikerjakan pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
Yang termasuk dalam shalat fardu yaitu shalat subuh, dzuhur, ashar,
maghrib dan Isya’.
Shalat merupakan suatu bentuk ibadah yang diwajibkan bagi umat
Islam laki-laki dan perempuan yang sudah cukup syarat dan rukun-
rukunnya. Shalat merupakan manifestasi seseorang terhadap khaliq-Nya,
untuk itu setiap mukmin wajib mengerjakannya, memeliharanya dan
memerintahkan kepada anggota keluarganya dan dijelaskan pula dalam Al-
Qur’an surat Thaha 20 ayat 132:

              


“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki

31
Ma’mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim, (Jakarta: Widjaya, 1993), Jilid 1, h. 12.
30

kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu dan akibat (yang baik)
itu adalah bagi orang yang bertakwa.”

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa shalat


adalah suatu ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim laki-laki
maupun perempuan tersusun dari beberapa perkataan dan beberapa
perbuatan sesuai dengan syarat dan rukun-rukun yang telah ditentukan,
dimulai dengan gerakan takbiratul ihram dan diakhiri dengan gerakan salam.
Shalat dilakukan sebagai penghambaan diri kepada Sang Pencipta Alam
yakni Allah SWT bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya.

2. Syarat dan Rukun Shalat


a. Syarat Wajib Shalat
Syarat ialah segala hal yang harus diketahui dan dikerjakan sebelum
melaksanakan rangkaian kegiatan, apabila ditinggalkan salah satu dari
syarat-syarat itu, maka kegiatan tersebut tidak sah. Jadi yang dimaksud
dengan syarat wajib shalat ialah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh
ajaran Islam dan harus dipenuhi dalam pelaksanaan shalat, jika ada syarat
yang tertinggal maka shalat tidak sah. Syarat wajib shalat adalah sebagai
berikut:
1) Islam
Orang yang bukan Islam tidak diwajibkan shalat, berarti ia
tidak dituntut untuk mengerjakannya di dunia hingga ia masuk Islam,
karena meskipun dikerjakannya, tetap tidak sah. Tetapi ia akan
mendapat siksaan di akhirat karena ia tidak shalat, sedangkan ia
dapat mengerjakan shalat dengan jalan masuk Islam terlebih dahulu.
Begitulah hukum furu’ terhadap orang yang tidak Islam.32 Firman
Allah SWT dalam surat Al-Muddatsir 74 ayat 40-44 sebagai berikut :

32
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1994), Cet. 40, h. 64.
31

           

          

“Berada di dalam syurga, mereka tanya menanya, tentang


(keadaan) orang-orang yang berdosa, "Apakah yang memasukkan
kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu
tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami
tidak (pula) memberi makan orang miskin.”

2) Suci dari haid (kotoran) dan nifas.


Sabda Rasulullah SAW:

 :

 . 
“Beliau berkata kepada Fatimah binti Abi Hubaisy, “Apabila datang
haid, tinggalkanlah shalat.” (Riwayat Bukhari)33

Telah diterangkan bahwa nifas ialah kotoran yang berkumpul


tertahan sewaktu perempuan hamil.34
3) Berakal. Orang yang tidak berakal tidak diwajibkan shalat.
4) Baligh (dewasa).
Usia dewasa itu dapat diketahui melalui salah satu tanda
berikut:
a) Cukup berusia lima belas tahun.
b) Keluar mani.
c) Mimpi bersetubuh.
d) Mulai keluar haid bagi perempuan.

33
Abû ‘Abdullah Muhammad Ibn Ismail Al-Bukhârî, Shahih al-Bukhârî, (Beirut: Dâr al-
Fikr, 1995), h. 71.
34
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h. 65.
32

Orang tua atau wali wajib menyuruh anaknya shalat apabila ia


sudah berumur tujuh tahun. Apabila ia sudah berumur sepuluh
tahun tetapi tidak shalat, hendaklah dipukul. 35
2) Telah sampai dakwah (perintah Rasulullah SAW kepadanya).
Orang yang belum menerima perintah tidak dituntut dengan
hukum. Firman Allah SWT dalam surat An-Nisâ 4 ayat 165 :

           

    


“(mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia
membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

3) Melihat atau mendengar.


Melihat atau mendengar menjadi syarat wajib mengerjakan
shalat, walaupun pada suatu waktu untuk kesempatan mempelajari
hukum-hukum syara’. Orang yang buta dan tuli sejak dilahirkan
tidak dituntut dengan hukum karena tidak ada jalan baginya untuk
belajar hukum-hukum syara’.36
4) Jaga, maksudnya tidak tidur, lupa atau gila. Orang yang tidur, lupa
atau gila tidak terkena kewajiban melaksanakan shalat, sampai ia
bangun, ingat dan sembuh dari penyakit gilanya.

b. Syarat Sah Shalat


Shalat juga memiliki syarat-syarat sah shalat, adalah sebagai berikut :
1) Suci dari hadas besar dan hadas kecil. Firman Allah SWT dalam surat
Al-Mâidah 5 ayat 6 sebagai berikut :

    


“Dan jika kamu junub Maka mandilah.”

35
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h. 65-66.
36
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h. 66-67.
33

2) Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis.


Firman Allah SWT dalam surat Al-Muddassir 74 ayat 4 sebagai berikut :

  


“Dan pakaianmu bersihkanlah.”

Najis yang sedikit atau yang sukar memeliharanya (menjaganya)


seperti nanah bisul, darah bisul, darah khitan, dan darah berpantik yang
ada di tempatnya diberi keringanan atau untuk dibawa shalat.
Kaidah: “Kesukaran itu membawa kemudahan”
3) Menutup aurat
Aurat ditutup dengan sesuatu yang dapat menghalangi terlihatnya
warna kulit. Aurat laki-laki antara pusat sampai lutut, aurat perempuan
seluruh badanya kecuali muka dan dua tapak tangan. Firman Allah SWT
dalam surat Al-A’râf 7 ayat 31:

            

    

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)


mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan.”

Yang dimaksud dengan “ pakaian “ dalam ayat ini ialah pakaian


untuk shalat yang menutup aurat.
4) Mengetahui masuknya waktu shalat
Di antara syarat sah shalat ialah mengetahui bahwa waktu shalat
telah tiba maka barangsiapa yang yakin bahwa waktu shalat telah masuk,
dibolehkan baginya melaksanakan shalat, baik hal itu diperolehnya dari
orang-orang yang dipercaya ataupun dari seruan adzan.37

37
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1995), h. 263
34

5) Menghadap ke Kiblat (Ka’bah).


Para ulama telah sepakat bahwa orang yang mengerjakan shalat itu
wajib mengahadap ke arah kiblat (Masjidil Haram).38 Selama dalam
shalat, wajib menghadap ke kiblat.39 Sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat Al-Baqarah 2 ayat 144 :

            
“Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.”

c. Rukun Shalat
Rukun shalat adalah segala hal yang harus dikerjakan dalam
rangkaian suatu ibadah, apabila tidak dikerjakan atau ditinggalkan
menyebabkan ibadah tersebut tidak sah. Apabila salah satu rukun ada yang
tertinggal, maka shalatnya batal dan harus diulang sampai benar-benar
sesuai dengan rukun-rukunnya. Adapun rukun shalat sebagai berikut:
1) Niat dalam hati.
Sebagaimana ibadah lainnya shalat juga tidak sah bila tidak
disertai dengan niat. Mengenai hal ini terdapat kesepakatan (ijma’)
ulama, walaupun ada perbedaan dalam menempatkannya sebagai
rukun atau syarat. Berdasarkan dalil sebagai berikut:
a) Hadis

“Sesungguhnya tiap-tiap amal hanya (sah) dengan niat.” (Riwayat


Bukhârî).40

b) Al-Quran
Firman Allah SWT dalam surat Al-Bayyinah 98 ayat 5 :

       

38
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah…, h. 276.
39
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h. 70.
40
Abû ‘Abdullah Muhammad Ibn Ismail Al-Bukhârî, Shahih al-Bukhârî…, h. 22.
35

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah


dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus.”

Dalam melakukan shalat seseorang harus menyengaja


beberapa hal, yaitu:
(1) Sengaja perbuatan shalat, agar apa yang dilakukan itu
berbeda dari perbuatan lain yang bukan shalat.
(2) Sengaja shalat tertentu, seperti zuhur, asar dan sebagainya,
agar shalat yang dilakukan itu jelas, tidak tersamar oleh
shalat lainnya.
(3) Sengaja melakukan shalat fardhu, bila ia akan mengerjakan
shalat fardhu, agar shalatnya terbedakan dari shalat
sunnah.41

Perlu ditegaskan bahwa tempat niat itu adalah di dalam hati.


Jadi, walaupun lafadz niat itu sunnah diucapkan, namun ucapan
dengan lidah saja tidak memadai. Selain itu niat tersebut mesti pula
bersifat tegas (jazm) dan berkepanjangan. Dengan demikian kalau
niatnya tidak tegas dan dikaitkan dengan sesuatu maka shalatnya
tidak sah. Begitu pula jika dalam pelaksanaan shalat itu niatnya
berubah, misalnya ia berniat keluar dari shalat tersebut maka
shalatnya menjadi batal.
2) Berdiri tegak jika mampu.
Orang yang tidak mampu berdiri, boleh shalat sambil duduk;
kalau tidak kuasa duduk, boleh berbaring; dan kalau tidak kuasa
berbaring, boleh terlentang; kalau tidak mampu juga shalatlah
semampunya, sekalipun dengan isyarat. Yang penting shalat tidak
boleh ditinggalkan selama iman masih ada. Orang yang di atas
kendaraan, kalau takut jatuh atau takut mabuk, ia boleh shalat
sambil duduk.
Pada shalat fardhu diwajibkan berdiri karena berdiri adalah
rukun shalat. Tetapi pada shalat sunnah, berdiri itu tidak menjadi
rukun.

41
Lahmuddin Nasution, Fiqh 1…, h. 66.
36

Ganjaran duduk dan berbaring itu kurang dari ganjaran


berdiri, apabila dilakukan ketika mampu. Tetapi jika dilakukan
karena berhalangan, ganjarannya tetap sempurna seperti shalat
berdiri.42
3) Takbiratul Ihram
Takbiratul ihram yaitu membaca “Allâhu Akbar”, takbir ini
dinamakan takbiratul ihram karena setelah mengucapkannya
diharamkan mengerjakan perbuatan-perbuatan di luar shalat,
seperti makan dan minum. Ucapan takbiratul ihram harus dengan
bahasa Arab. Antara kata-kata Allah dengan Akbar harus
diucapkan bersambung, tidak boleh disela, atau diam lama, karena
yang disebut takbir adalah rangkaian antara kalimat Allah dan
Akbar.43
4) Membaca surat Al-Fâtihah tiap-tiap raka’at.
Sabda Rasulullah SAW:

.
“Tiadalah shalat bagi seseorang yang tidak membaca surat
Fatihah.” (Riwayat Bukhari).44

Imam Malik, Imam Syafi’i, Iman Ahmad bin Hanbal, dan


jumhur ulama telah sepakat bahwa membaca Al-Fâtihah pada tiap-
tiap rakaat shalat itu wajib dan menjadi rukun shalat, baik shalat
fardhu maupun shalat sunnah.
Setiap orang mukallaf wajib belajar membaca surat Al-
Fâtihah sampai hafal dengan bacaan yang fasih menurut makhraj
huruf Arab.45

42
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h. 77.
43
A. Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah …, h. 74.
44
Ma’mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim…, h. 196.
45
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h. 81.
37

5) Rukuk serta tuma’ninah (diam sejenak).


Ruku’ bagi orang yang shalat berdiri sekurang-kurangnya
adalah menunduk kira-kira dua tapak tangannya sampai ke lutut,
sebaiknya ialah benar-benar menunduk sampai datar (lurus) tulang
punggung dengan lehernya (90 derajat) serta meletakkan dua tapak
tangan ke lutut. Rukuk untuk orang yang shalat duduk sekurang-
kurangnya ialah sampai muka sejajar dengan lututnya, sebaiknya
muka sejajar dengan tempat sujud.46
6) I’tidal serta tuma’ninah(diam sejenak).
Artinya berdiri tegak kembali seperti posisi ketika membaca
Al-Fâtihah.47
7) Sujud dua kali serta tuma’ninah (diam sebentar).
Sujud sekurang-kurangnya meletakkan sebagian kening ke
tempat shalat. Sujud yang sempurna adalah meletakkan kedua
tangan, lutut, telapak kaki, dan kening serta hidung ke tempat
shalat.
Sebagian ulama mengatakan bahwa sujud itu wajib dilakukan
dengan tujuh anggota, dahi, dua tapak tangan, dua lutut, dan ujung
jari kedua kaki. Sabda Rasulullah SAW:

.
“Saya diperintahkan sujud dengan tujuh anggota, yaitu kening dan
hidung, dua tapak tangan, dua lutut, dan dua ujung kaki.”
(Riwayat Bukhari dan Muslim).48

Sujud hendaknya dengan posisi menungkit, berarti pinggul


lebih tinggi daripada kepala.

46
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h. 82.
47
A. Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah …, h. 82.
48
Ma’mur Daud, Terjemah Hadis Shahih Muslim …, h. 247.
38

8) Duduk di antara dua sujud serta tuma’ninah (diam sebentar).


9) Duduk tawarruk atau duduk akhir.
Untuk tasyahud akhir, shalawat atas Nabi SAW dan atas
keluarga beliau, keterangan yaitu amal Rasulullah SAW (beliau
selalu duduk ketika membaca tasyahud dan shalawat).49
10) Membaca tasyahud akhir.
11) Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Waktu membacanya ialah ketika duduk akhir sesudah
membaca tasyahud akhir. Adapun membaca shalawat atas keluarga
Nabi merupakan sunah bukan wajib, begitu menurut Imam
Syafi’i.50
12) Memberi salam yang pertama (ke kanan).
Sebagian ulama berpendapat bahwa memberi salam itu wajib
dua kali, ke kanan dan ke kiri.
13) Menertibkan rukun.
Menertibkan rukun maksudnya melakukan rukun-rukun
shalat secara berurutan, mulai dari awal hingga akhir, sesuai urutan
yang disebutkan di atas. Urutan rukun shalat tersebut sesuai dengan
apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, dan beliau
memerintajkan umat Islam melakukan shalat sebagaimana yang
beliau lakukan.51

3. Kedudukan Shalat
Kedudukan shalat diterangkan oleh Sayyid Sabiq sebagai berikut:
“Shalat dalam Islam menempati kedudukan yang tidak dapat dipandang
sama dengan ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama yang tidak
dapat berdiri tanpa shalat. Shalat adalah yang pertama-tama yang diwajibkan

49
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h. 84.
50
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap)…, h.85.
51
A. Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah …, h. 79.
39

oleh Allah yang disampaikan kewajiban shalat itu secara langsung kepada
Rasul-Nya pada malam Mi’raj tanpa melalui perantara.” 52
Shalat dalam ajaran Islam mempunyai kedudukan yang sangat
penting, terlihat dari pernyataan-pernyataan yang terdapat pada Al-Qur’an
dan Sunnah, yang antara lain sebagai berikut:

a. Shalat dinilai sebagai tiang agama (Sunnah Nabi).


Sudah diketahui bersama sebuah Hadis Rasulullah SAW yang
berbunyi:

“Shalat adalah tiang agama”. (Riwayat Baihaqi) 53


Agama Islam tidak memberikan kepada shalat predikat demikian
tinggi-yaitu sebagai tiang agama- kecuali karena shalat itu mempunyai
kedudukan yang tinggi, derajat yang agung dan keutamaan yang besar
menurut pandangan Allah dan Rasul-Nya. Allah memerintahkan kita
semua untuk selalu memelihara shalat sebagaimana firman-Nya yang
terdapat dalam surat Al-Baqarah 2 ayat 238:

        


“Peliharalah semua shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthâ.
Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.”

Di samping itu, Allah SWT menjadikan shalat ini sebagai jalan


untuk meraih kemenangan, keberuntungan dan kebahaguiaan serta
kesuksesan dalam hidup di dunia maupun di akhirat, sebagimana
diungkapkan dalam firman-Nya surat Al-Mu’minûn 23 ayat 1-2:

         

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)


orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya.”

52
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, alih Bahasa Mahyuddin Syaf, (Bandung: PT. Al-Ma’arif,
1997), Jilid 1, Cet. 19, h. 78.
53
Jalaluddin ‘Abdurrahman as-Suyuti, Jami’ul Ahâdits al-Jami’ Ash-Shogir Wa
Zawâidah Wal Jami’ al-Kabîr, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1994), Jilid 6, h. 114.
40

b. Pengaruh psikologis shalat.


Shalat yang sempurna dan dikerjakan dengan khusyu’ serta penuh
ketundukan kepada Allah dapat membuat hati menjadi terang,
mendidik jiwa bersih serta mengajarkan pada manusia tentang
bagaimana tatakrama beribadat dan mengajarkan kewajiban-kewajiban
terhadap Allah Yang Maha Luhur dan Maha Agung. Hal ini
disebabkan karena suasana keagungan dan kebesaran Allah yang
ditanamkan shalat dalam hati sanubari pelakunya.
Shalat juga akan menghiasi dan memperindah seseorang dengan
akhlak yang terpuji dan mulia, seperti sifat jujur mengemban amanat,
merasa cukup dengan yang ada, memenuhi janji, merasa diri kecil di
hadapan Tuhan, bersikap adil dan lain sebagainya. Shalat juga akan
memberikan arah yang jelas kepada pelakunya untuk selalu
berorientasi hanya kepada Allah. Sehingga oleh karenanya, ia akan
lebih banyak mendekatkan diri kapada-Nya, takut hanya kepada-Nya,
dan ia akan memiliki semangat yang tinggi dan jiwa yang bersih.
Konsekuensinya logis dari kondisi kejiwaan seseorang seperti itu
ialah bahwa ia akan terhindar dari sikap berbohong, ingkar janji dan
sifat-sifat tercela lainnya.54 Maka kiranya jelaslah kebenaran firman
Allah dalam surat Al-‘Ankabût 29 ayat 45 mengenai shalat, sebagai
berikut:

             

    

“Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari


(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”

54
Rif’at Syauqi Nawawi, Shalat Ilmiah dan Amaliah, (Jakarta: PT. Fikahati Aneska,
2001), h. 14.
41

c. Shalat merupakan obat batiniah.


Shalat mempunyai dua sisi, yaitu bentuknya dan jiwanya. Bentuk
shalat adalah merupakan ibadah anggota tubuh, sedangkan jiwanya
ialah merupakan ibadah batin (hati). Tegasnya bahwa shalat
mengandung latihan-latihan jasmaniah disamping mengandung latihan
rohaniah.
Hati dan wajah orang yang melakukan shalat akan memancarkan
cahaya ketuhanan. Dengan shalat ruh seseorang dapat mencapai
tingkatan yang tinggi, dan ruh itulah yang merupakan tali penghubung
antara seorang hamba dengan Tuhannya. Mengerjakan shalat
merupakan bukti nyata adanya iman, sekaligus sebagai syi’ar agama
yang amat tinggi nilainya, serta merupakan bukti kongkrit dari
pernyataan rasa syukur kepada Tuhan, atas segala nikmat yang tidak
terhingga yang dianugerahkan-Nya kepada manusia. Sebaliknya, tidak
mengerjakannya berarti menjauhkan diri dari Tuhan menjauhkan diri
dari rahmat-Nya, dari ampunan-Nya, dari ridha-Nya dan juga berarti
mengingkari limpahan nikmat serta kebaikan-kebaikan-Nya.
Ketahuilah, shalat yang dikerjakan dengan baik dan benar
merupakan terapi yang paling tepat bagi segala penyakit batin dan
kejiwaan, juga merupakan cahaya yang dapat menghilangkan gelapnya
noda dan dosa.

d. Shalat memupuk persatuan dan kesatuan.


Keadilan dan persamaan derajat jelas tampak dalam
penyelenggaraan shalat. Pada saat muadzin mengumandangkan kata-
kata:

"Marilah kita shalat, marilah kita meraih kemenangan", sebenarnya ia


menyeru semua orang yang telah berkewajiban shalat, baik yang kaya
maupun yang miskin, tua maupun muda, raja maupun rakyat biasa.
42

Dan pada waktu mereka telah berkumpul serta berdiri dalam satu
barisan (shaf) tidak ada perbedaan sedikitpun di antara mereka.
Mereka semua merupakan hamba-hamba Allah yang berkumpul untuk
mengingat (dzikir) dengan konsentrasi penuh kepada Allah, di satu
tempat, yaitu di masjid, rumah Allah yang suci. Allah SWT berfirman
dalam surat Al-Jin 72 ayat 18:

        


“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka
janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping
(menyembah) Allah.”

Mereka semua berdiri di belakang imam yang satu, dengan


menghadap kiblat yang satu dalam rangka menyembah Tuhan Yang
Maha Esa, dengan penuh kekhusyu’an dan merendahkan diri. Mereka
mengharap rahmat-Nya dan takut pada siksa-Nya. Shalat berjama’ah
akan memupuk rasa persatuan dan kesatuan umat terlebih pahalanya
akan dilipatgandakan oleh Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah
SAW:

"Shalat jama’ah adalah lebih utama dari pada shalat sendirian


sebanyak 27 derajat (tingkatan).” (Riwayat Bukhari dan Muslim)55

e. Shalat mempunyai peranan untuk menjauhkan diri dari pekerjaan yang


jahat dan munkar seperti yang terdapat dalam surat Al-‘Ankabût 29
ayat 45.56
f. Shalat merupakan ciri dari orang yang berbahagia. Firmannya di dalam
Al-Qur’an surat Al-Mu’minûn 23 ayat 1dan 2:

         

55
Hussein Bahreisj, Hadits Shahih al-Jami’us Shahih Bukhari-Muslim, (Surabaya: CV.
Karya Utama, 1990), h. 86.
56
Zakiah Daradjat, dkk., Dasar-Dasar Agama Islam: Buku Teks Pendidikan Agama Islam
Pada Perguruan Tinggi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h.198-199.
43

1) Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.


2) (Yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya.

Demikian pula shalat merupakan ibadah yang dinyatakan Allah


dengan tujuan agar pelakunya mampu mengendalikan diri dari segala bentuk
perbuatan tercela dan munkar sehingga hidupnya senantiasa dalam
lindungan Allah SWT yang ditandai dengan ketenteraman dan ketenangan
jiwa.

4. Usia Melaksanakan Shalat.


Shalat merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap umat
Islam baik laki-laki maupun perempuan yang berakal dan sudah baligh.
Anak-anak walaupun tidak diwajibkan shalat, tetapi orang tua sudah
seharusnya menyuruh melakukannya bila usianya tujuh tahun, dan
memukulnya jika meninggalkan shalat bila usianya sepuluh tahun. Hal
tersebut bertujuan agar mereka terbiasa dan terlatih melakukannya jika telah
baligh.57
Ada beberapa ayat Al-Qur’an dan hadis yang memerintahkan para
orang tua agar menyuruh atau mengajarkan anak-anaknya untuk
melaksanakan shalat, di antaranya dalam surat Luqmân 31 ayat 17:

.   

Nasihat Luqman kepada anaknya “Hai anakku, dirikanlah shalat.”

Selanjutnya dalam surat An-Nisâ 4 ayat 103 tentang kewajiban shalat


yang berbunyi:

          

           

57
Abul Hasan, Ali Abdul Hayyi Al-Hasani An-Nadwi, Empat Sendi Agama Islam,
(Jakarta: PT. Melton Putra, 1992), cet. 1, h. 205.
44

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di


waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila
kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana
biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman.”

Nabi Muhammad SAW bersabda:

, ,

.
“Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat jika mereka telah berumur
tujuh tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau mengerjakan shalat bila
mereka telah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur
mereka.” (Riwayat Abû Dawud).58

Ayat Al-Qur’an dan hadis di atas dengan jelas memerintah para


orang tua untuk mengajarkan shalat kepada anak-anaknya. Di dalam Al-
Qur’an surat Luqman 31 ayat 17 dijelaskan bahwa Luqman Al-Hakim
(orang shalih yang namanya dan ajarannya diabadikan dalam Al-Qur’an)
menyuruh anaknya untuk mendirikan shalat.
Kemudian dalam hadis dijelaskan secara rinci mengenai teknis
mengajarkan shalat pada anak, yakni suruhlah anak mengerjakan shalat
secara lebih serius (sungguh-sungguh dan rutin) ketika mereka berusia tujuh
tahun. Dan ketika mereka sudah berusia sepuluh tahun apabila tidak mau
mengerjakan shalat atau meninggalkannya, maka orang tua boleh
memukulnya. Memukul maksudnya untuk menyadarkan mereka, bukan
untuk menyakiti. Oleh karena itu, pukulan jangan sampai membuat cidera
melainkan untuk menyadarkan mereka; lebih baik lagi apabila tanpa
pukulan. Jika dengan suruhan sudah bisa menyadarkan, janganlah disertai
pukulan. Pukulan adalah pilihan terakhir apabila dengan ucapan dan teguran
sudah tidak bisa.

58
Abû ‘Abdillah Muhammad Ibn Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad Ibn Hanbal,
(Beirut: Dâr al Fikr, 1991), Jilid 2, h. 180.
45

Teknis mengajarkan shalat kepada anak dapat dilakukan dengan


cara:
a. Mengajak anak shalat bersama-sama ketika mereka masih kecil
(sekitar usia dua sampai empat tahun).
b. Mengajarkan bacaan dan tatacara shalat yang benar, ketika mereka
berusia sekitar lima sampai tujuh tahun.
c. Mengecak dan memantau bacaan serta tatacara shalat yang
dilakukan oleh anak, misalnya ketika mereka shalat sendiri ataupun
shalat berjamaah.
d. Mengingatkan anak untuk senantiasa mendirikan shalat kapan pun,
di mana pun dan bagaimana pun keadaannya.
e. Membiasakan mereka untuk melaksanakan shalat berjamaah; baik
di rumah maupun di masjid, karena shalat berjamaah memiliki
banyak berkah dan keutamaan, di antaranya menambah silaturahmi
dan berpahala 27 kali lipat.
f. Selain shalat, anak juga harus diajarkan, dilatih dan dibiasakan
melakukan ibadah-ibadah lain dalam Islam; seperti puasa, zakat
(termasuk infaq dan shadaqah) zikir dan do’a, tatacara ibadah haji,
dan sebagainya.59

Dengan demikian, jelaslah bahwa mengajarkan anak untuk shalat


harus dilakukan sejak usia dini walaupun shalat yang dilakukannya belum
serius. Hal ini bertujuan agar anak terbiasa melaksanakan shalat jika sudah
baligh dengan penuh kesadaran beragama tanpa harus dipaksa. Dengan
pembiasaan shalat sejak dini dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab pada
anak untuk mengkokohkan agama yang diyakininya itu dan dengan
pembinaan dan pembiasaan ibadah itu dapat menyempurnakan bangunan
akidah dalam diri anak.

59
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan..., h. 91-93.
46

C. Kerangka Berpikir
Manusia dalam pandangan Islam, tersusun dari dua unsur, yakni unsur
jasmani dan unsur rohani. Tubuh manusia berasal dari materi dan mempunyai
kebutuhan hidup kebendaan, sedangkan rohaninya bersifat immateri dan
mempunyai kebutuhan spiritual. Jasmani karena mempunyai hawa nafsu, dapat
terbawa kepada kejahatan, sedangkan rohani karena berasal dari unsur yang
suci, mengajak kepada kesucian.
Dalam Islam, latihan rohani yang diperlukan manusia, diberikan dalam
bentuk ibadah. Semua ibadah dalam Islam, baik dalam bentuk shalat, puasa,
zakat maupun haji, bertujuan untuk membuat rohani manusia agar tetap ingat
kepada Tuhan dan bahkan merasa senantiasa dekat kepada-Nya. Keadaan
senantiasa dekat pada Tuhan Yang Maha Suci dapat mempertajam rasa kesucian
yang selanjutnya menjadi rem bagi hawa nafsunya untuk melanggar nilai-nilai
moral, peraturan dan hukum yang berlaku.
Pembiasaan dalam pendidikan agama hendaknya dimulai sejak dini,
begitupula halnya pembiasaan ibadah shalat. Rasulullah SAW memerintahkan
kepada para pendidik agar mereka menyuruh anak-anak mengerjakan shalat
ketika berusia 7 tahun. Masa anak-anak bukanlah masa taklif, melainkan
tahapan persiapan, pembelajaran, dan pembiasaan untuk sampai pada tahapan
taklif pada saat ia baligh. Dengan itu, ia akan mudah menunaikan berbagai
kewajiban dan betul-betul siap untuk mengarungi kehidupan.
Pendidikan agama Islam pada masa remaja memiliki peranan yang
sangat penting bagi orang tua dan pendidik membiasakan dan melatih anak agar
menunaikan berbagai amalan ibadah. Salah satu ibadah yang penting diajarkan
agar anak mengamalkannya adalah shalat. Seiring dengan pembinaan dan
pembiasaan ibadah itu dapat menyempurnakan bangunan akidah dalam diri
anak.
Berdasarkan kajian teori di atas, dapat diduga bahwa semakin baik
pelaksanaan pendidikan agama Islam, maka semakin giat siswa melaksanakan
shalat fardu lima waktu dalam kesehariannya.
47

D. Pengajuan Hipotesis
Sesuai dengan kejadian teoritis tersebut maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha : Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara Pendidikan Agama Islam


dengan pelaksanaan ibadah shalat fardu.

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara Pendidikan Agama


Islam dengan pelaksanaan ibadah shalat fardu.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Al-Ma’arif yang berlokasi di
Jl. Raya Abdul Wahab Kelurahan Cinangka Kecamatan Sawangan Kota Depok.
Penulis melakukan penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa tentang Pendidikan Agama Islam dan pengaruhnnya terhadap
pelaksanaan ibadah shalat fardu siswa dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian
ini dilakukan mulai bulan Januari sampai dengan Februari 2011.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian
kuantitatif menggunakan deskriptif korelasional. Untuk memperoleh data
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
pengumpulan data yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu
penelitian lapangan yakni, suatu cara pengumpulan data dan fakta valid dengan
observasi ke sekolah langsung yang dilakukan di SMP Islam Al-Ma’arif
Cinangka.

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda, hewan, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa. Sebagai sumber data yang

48
49

memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian.1 Dalam penelitian ini yang


menjadi populasi adalah siswa/siswi SMP Islam Al-Ma’arif Cinangka, yang
berjumlah 74 siswa.
Sampel adalah, sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan
karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populasi.2 Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 30 siswa, yaitu 45% dari seluruh siswa. Penulis
menjadikan siswa kelas VIII sebagai sampel.

D. Teknik Pengumpulan Data, Pengolahan Data dan Analisis Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan teknik, sebagai berikut:
a. Angket (kuesioner), adalah suatu daftar yang berisikan suatu
rangkaian pertanyaan yang disusun secara tertulis mengenai suatu
hal atau suatu bidang yang diberikan kepada siswa sebagai
responden untuk menjawabnya. Angket yang digunakan bersifat
tertutup yaitu jawaban telah penulis sediakan dan responden hanya
memilih salah satu jawaban, yaitu : selalu, sering, kadang-kadang
dan tidak pernah. Ini dilakukan untuk memperoleh data variabel X
dan variabel Y.
b. Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan oleh
peneliti untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pendidikan
agama Islam dan pengaruhnya terhadap pelaksanaan shalat fardu
siswa. Observasi ini penulis lakukan di SMP Islam Al-Ma’arif
Cinangka.
c. Wawancara, ialah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya baik dengan

1
Hermawan Rasio, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1992), h. 49
2
Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 84
50

kepala sekolah maupun dengan guru bidang studi Agama Islam


untuk memperoleh data dan fakta penelitian yang valid.

2. Teknik Pengolahan Data


Hasil penelitian yang penulis peroleh dengan cara pemberian angket
kepada 30 siswa SMP Islam Al-Ma’arif Cinangka kemudian diolah
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menghitung jumlah responden
b. Pemeriksaan angket
c. Sebelum dianalisa dan diinterpretasikan, data yang terkumpul
diperiksa dan dicek terlebih dahulu jawaban-jawaban yang lengkap
dan tidak lengkap dengan tujuan diperoleh data-data yang valid dan
dapat dipertanggungjawabkan.
d. Mencari frekuensi jawaban dengan cara menjumlahkan jawaban
angket tentang Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap
Pelaksanaan Ibadah Shalat Fardhu Siswa berisi 40 item yang
mencakup 20 item untuk pertanyaan Variabel X dan 20 item untuk
pertanyaan Variabel Y. masing-masing item disediakan alternative
jawaban, tiap-tiap jawaban diberi skor antara 4 hingga 1.
e. Tabulasi
Mentabulasikan hasil-hasil jawaban responden dalam daftar
tabulasi yang telah dipersiapkan.

Tabel 1
Kisi-Kisi Angket Penelitian
No. Variabel Dimensi Variabel Indikator Variabel No. Butir Soal
1 Pembelajaran Kegiatan belajar 1. Appersepsi 1, 2, 3
Pendidikan mengajar di dalam 2. Penyampaian 4, 5, 6
Agama Islam kelas (pembuka, materi
kegiatan inti dan 3. Metode yang 7, 8, 9, 10, 11
penutup) digunakan
51

4. Praktik ibadah 12, 13, 14,15, 16


5. Evaluasi 17, 18, 19, 20
2 Pelaksanaan 1. Kegiatan 1.1 Ketepatan 25, 26, 31, 27, 28,
shalat fardu gerakan shalat 29, 30, 38, 33, 34,
siswa SMP sesuai dengan 35, 39
Islam Al- rukun shalat
Ma’arif 2. Disiplin 2.1 Melaksanakan 21, 22, 32, 37
tiap waktu
2.2 Permulaan waktu 23, 24
3. Intensitas 3.1 Berlangsung 36, 40
terus menerus

Untuk menentukan skoring semua pernyataan angket akan


ditabulasikan dengan skor setiap itemnya, dengan cara jawaban yang berupa
huruf akan berubah menjadi angka, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2
Skor
No. Alternatif Jawaban
Untuk pernyataan (+) Untuk pernyataan (-)
1 Selalu 4 1
2 Sering 3 2
3 Kadang-kadang 2 3
4 Tidak Pernah 1 4

3. Analisis Data
Setelah data-data diperoleh, maka tahap selanjutnya data tersebut
dianalisis dengan analisa kuantitatif secara deskriptif, dengan menggunakan
rumus distribusi frekuensi :
P = F x 100%
N
52

Kemudian, untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara Pendidikan


Agama Islam (variabel X) terhadap pelaksanaan Ibadah shalat fardu siswa
(variabel Y), maka digunakan rumus “r” product moment, yaitu dengan
rumus:
rxy = NXY – (X) (Y)______
√[NX – (X)2] [NY2 – (Y)2]
2

rxy = Korelasi “r” product moment person


N = Jumlah responden
X = Jumlah skor pemahaman Agama Islam
Y = Jumlah skor pelaksanaan ibadah shalat fardhu
X Y = Jumlah hasil perkalian antara variabel Xdan variabel Y

Untuk memberikan interpretasi terhadap rxy digunakan interpretasi


kasar atau sederhana yaitu dengan mencocokkan hasil perhitungan dengan
angka indeks korelasi product moment seperti dalam besarnya “r” product
moment.
Selanjutnya, untuk mengukur besarnya kontribusi / sumbangan dari
variabel X terhadap variabel Y berdasarkan angka indeks korelasi (rxy) atau “r”
hitung dapat dihitung dengan menggunakan “Koefisien Determinasi” yakni
merupakan hasil kuadrat dari koefisien sederhana yang dinyatakan dengan
rumus KD = r2 x 100%.

Tabel 3
Indeks Korelasi
(rxy) Interpretasi
0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, akan tetapi
sangat lemah atau sangat rendah. Sehingga korelasi itu diabaikan
(dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dengan variabel Y
0.20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah
atau rendah
53

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang
atau cukup
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau
tinggi
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat
kuat atau sangat tinggi
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Ma’arif


1. Sejarah Singkat SMP Islam Al-Ma’arif
Semakin berkembangnya era globalisasi, semakin meningkat pula
kebutuhan iman dan ketakwaan dalam mengarungi kehidupan yang penuh
dengan pengaruh-pengaruh negatif dari dunia luar (Barat). Orang-orang tua
terdahulu memiliki keyakinan agama yang sangat kuat dan pendidikan
agamanya masih tinggi. Mereka berpikir di wilayah ini sudah banyak
pengaruh-pengaruh negatif yang menggerogoti nilai-nilai luhur keagamaan,
dan dapat merusak moral generasi muda. Untuk menghindari hal tersebut,
orang-orang tua terdahulu memutuskan untuk mendirikan satu tingkat
sekolah lanjutan pertama yang islami. Oleh sebab itulah SMP Al-Ma’arif ini
didirikan.
SMP Al-Ma’arif berada di bawah naungan sebuah yayasan yaitu
Yayasan Al-Ma’arif, didirikan pada tahun 1985 dan beoperasi pada tahun
1985. Adapun luas tanah Al-Ma’arif adalah 1500 m2 dan luas seluruh
bangunannya 1000 m2.
SMP Al-Ma’arif ini didirikan bertujuan untuk mempertahankan nilai-
nilai luhur yang telah dibina oleh orang-orang tua terdahulu dan untuk
mengembangkan nilai-nilai keagamaan sejak usia dini. Selain dibekali ilmu-
ilmu agama, di SMP Al-Ma’arif ini juga peserta didik dibekali ilmu-ilmu
pengetahuan umum dan teknologi agar mampu bersaing di era globalisasi

54
55

tanpa mengikis nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT


sehingga terciptalah insan-insan kamil dan masyarakat Islam yang Kaffah.

2. Lingkungan Sekolah
a. Geografis
SMP Islam Al-Ma’arif terletak sekitar 10 km dari pusat kota,
tepatnya Jl. Pahlawan No. 5 Cinangka Sawangan Depok Provinsi Jawa
Barat. SMP Islam AL-Ma’arif termasuk sekolah yang berada di daerah
perbatasan, sehingga terjadi dampak persaingan dan tantangan dalam
menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang kondusif.

b. Demografis
Masyarakat sekitar Al-Ma’arif multi rasial, kita melihat hampir
seluruh penduduk suku bangsa ada di kecamatan Sawangan. Suku bangsa
asli penduduk kecamatan sawangan adalah Betawi, walaupun secara
geografis wilayahnya berada pada provinsi Jawa Barat. Pendatang
jumlahnya lebih banyak dari penduduk asli. Mengingat banyaknya
perumahan-perumahan yang dibangun oleh pengembang, sehingga
penduduk Jakarta, Bogor dan sekitarnya banyak yang pindah ke
kecamatan Sawangan. SMP Islam Al-Ma’arif berada pada lingkungan
penduduk padat usia sekolah cukup tinggi, sehingga sekolah dituntut
menfasilitasi dengan menambah ruang kelas, sarana prasarana lainnya
termasuk sarana peribadatan.

3. Keadaan Sekolah
Keunggulan sekolah ini adalah letak sekolah yang kondusif. SDM
(tenaga pendidik) yang potansial, yang berlatar belakang pendidikan yang
tinggi dan pengalaman yang baik (90% adalah sarjana/S1), dan kinerja guru
yang profesionalismenya terus meningkat, serta lokasinya yang berada di
daerah yang sedang mengalami perkembangan pesat. Selain itu lingkungan
masyarakat yang religius. Kondisi ini menjadikan SMP Islam Al-Ma’arif
56

dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan kepercayaan dari


masyarakat.
Kondisi SMP Islam Al-Ma’arif ditinjau dari segi strategis sosial
ekonomi terletak di lingkungan industri dan jasa, hal ini dapat dimanfaatkan
sebagai pusat-pusat sumber belajar siswa dalam menambah wawasan dan
pengetahuan dan mengembangkan kecakapan hidup (life skill). Selain itu
juga berdampak pada pemahaman, pola pikir dan pola tindak siswa dalam
mengembangkan dan menerapkan budaya tertib, budaya disiplin, budaya
santun dan etos kerja yang tinggi. Adapun kondisi sosial masyarakat di
sekitar sekolah bervariatif menurut tingkat kesejahteraan dan budayanya.
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan masih perlu
dioptimalkan dengan menjalin kerjasama yang lebih erat dan kondusif guna
mencapai mutu pendidikan yang diharapkan.

4. Visi, Misi dan Tujuan SMP Islam Al-Ma’arif


a. Visi SMP Islam Al-Ma’arif
Menjadikan manusia yang berkualitas dan bertaqwa kepada Allah Yang
Maha Esa.
b. Misi SMP Islam Al-Ma’arif
1) Meningkatkan pembelajaran yang akademis
2) Meningkatkan pembelajaran ekstrakurikuler
3) Meningkatkan pembelajaran keagamaan
4) Menciptakan Siswa/I yang berwawasan luas dan berbudi pekerti
5) Menciptakan lingkungan sekolah yang berakhlakul karimah
6) Terciptanya motivasi, kompetisi, dan kreasi warga sekolah
c. Tujuan SMP Islam Al-Ma’arif
1) Mewujudkan manajemen sekolah dengan manajemen berbasis sekolah
2) Terlaksananya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan target
pencapaian Kompetensi Dasar 75% siswa menguasai
3) Mewujudkan kemampuan guru yang semakin inovatif dalam
menggunakan metode pembelajaran
57

4) Terwujudnya peserta didik yang dapat menerapkan nilai-nilai agama


sehingga tercipta lingkungan sekolah yang nyaman
5) Mempersiapkan peserta didik agar mampu melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi dengan mengikut sertakan peran masyarakat

5. Data Guru
Tabel 5
Data Guru SMP Islam Al-Ma’arif
No. Nama Guru Mata Pelajaran
1. Abd. Ghofur, S.Sos.I Pendidikan Agama Islam Kls.
VII dan Penjaskes
2. Ibnu Amin, S.Ag Pendidikan Agama Islam Kls.
VIII dan Bahasa Sunda
3. Nurhayati, S.Pd.I Matematika dan IPA Kls. IX
4. Siti Robiah, S.Pd.I IPA Kls. VII dan VIII
5. Dedi Nurhadi, S.Ag Pendidikan Lingkungan Hidup
6. Hasan Hadiwijaya, Amd TIK
7. Sri Mulyati, S.Pd Bahasa Inggris
8. M. Nur Afif, S.Ag IPS
9. Eka Rahmat, S.Pd.I PKn
Bahasa Indonesia Kls. VII dan
10. Khoirudin, S.Pd.I VIII, Seni budaya dan
Kesenian
11. Azizah, S.Ag Bahasa Indonesia Kls. IX
12. Mursalin, S.Pd.I ROHIS
13. M. Salimuddin Pengembangan Diri

6. Pelaksanaan Kurikulum
a. Struktur Kurikulum
Dalam pelaksanaan di lapangan perlu ada acuan yang jelas tentang
struktur kurikulum yang akan digunakan di SMP Islam Al-Ma’arif untuk
Tahun Pelajaran 2010/2011 yang memuat mata pelajaran wajib, muatan
lokal, dan pengembangan diri dengan rincian sebagai berikut:
58

Kelas dan Alokasi Waktu


No. Komponen
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1 Pendidikan Agama 2 2 2
2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 5 5
4 Bahasa Inggris 4 4 4
5 Matematika 5 5 5
6 Ilmu Pengetahuan Alam 4 5 5
7 Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
8 Seni Budaya 2 2 2
9 Pendidikan Jasmani, Orkes 2 2 2
10 Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 2

B. Muatan Lokal

1 Bahasa Sunda 2 2 2
2 Pendidikan Lingkungan Hidup 2 2 2

C. Pengembangan Diri 1 1 1

b. Mata Pelajaran
Mata pelajaran merupakan materi ajar berdasarkan landasan
keilmuan yang akan diajarkan kepada peserta didik sebagai beban belajar
melalui metode dan pendekatan tertentu. Beban belajar pada mata
pelajaran ditentukan oleh keluasan dan kedalaman pada masing-masing
tingkat satuan pendidikan dalam hal ini Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Metode dan pendekatannya tergantung pada cirri khas dan
karakteristik masing-masing mata pelajaran dengan menyesuaikan pada
kondisi dan situasi sekolah. Sejumlah mata pelajaran yang dikategorikan
wajib adalah:
1) Pendidikan Agama
2) Pendidikan Kewarganegaraan
59

3) Bahasa Indonesia
4) Bahasa Inggris
5) Matematika
6) IPA Terpadu / Ilmu Pengetahuan Alam
7) IPS Terpadu / Ilmu Pengetahuan Sosial
8) Seni dan Budaya
9) Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
10) Teknologi Informasi dan Komunikasi

c. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah
termasuk dalam keunggulan daerah dalam hal ini Jawa Barat, yang
materinya tidak menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan terlalu
banayak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. SMP Islam Al-
Ma’arif menetapkan 2 (dua) materi muatan lokal wajib yaitu Bahasa
Sunda dan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).

d. Kegiatan Pengembangan Diri


SMP Islam Al-Ma’arif pada tahun pelajaran 2010/2011 telah membuka
10 (sepuluh) macam materi pengembangan diri meliputi:
1) Ekstrakurikuler Wajib : Pramuka
2) Ekstrakurikuler Pilihan :
a) Bola Volly
b) Futsal / Sepak Bola
c) Seni Baca Al-Qur’an dan Shalawat
d) ROHIS (Rohani Islam)
e) Seni Marawis
Di samping itu kegiatan pengembangan diri juga ditambah dengan
kegiatan yang bersifat pembinaan dan konsultasi / penyuluhan berupa
60

pembiasaan / pembinaan wali kelas dan Bimbingan Konseling dan


Penyuluhan (BK/BP).

B. Deskripsi Data
Data-data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Setelah penulis
memberikan angket kepada siswa, maka penulis mendapatkan data sebagai
berikut:
1. Data Variabel Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Variabel X) di
SMP Islam Al-Ma’arif
Tabel 6
Guru meminta anda untuk menjelaskan kembali materi yang telah
diajarkan sebelum memulai pelajaran selanjutnya (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 24 80%
Sering 6 20%
Kadang-kadang - 0%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa guru melakukan appersepsi


yaitu meminta anda menjelaskan kembali materi yang telah diajarkan
sebelum memulai pelajaran selanjutnya. Ini terbukti dari data yang diperoleh
yakni 80% siswa menjawab selalu dan 20% siswa menjawab sering.
Tabel 7
Guru melakukan uji konsentrasi seperti games atau tebak-tebakan
sebelum memulai pelajaran (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 5 16,7%
Sering 3 10%
Kadang-kadang 4 13,5%
61

Tidak Pernah 8 26,8%


Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa guru tidak pernah melukan
uji konsentrasi seperti games dan lain sebagainya. Ini terbukti dari data yang
diperoleh yakni 26,7 % menjawab tidak pernah, 10 % menjawab sering,
13,5% menjawab kadang-kadang dan 16,7% menjawab selalu.
Tabel 8
Guru bercerita yang ada hubungannya dengan pelajaran yang akan anda
dipelajari (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 4 13,3%
Sering 2 6,7%
Kadang-kadang 22 73,3%
Tidak Pernah 2 6,7%
Jumlah 30 100%

Sebelum memulai pelajaran guru tidak bercerita yang ada


hubungannya dengan pelajaran yang akan anda dipelajari. Ini terbukti dari
data yang diperoleh yakni 73,3% kadang-kadang bercerita, 13,3% selalu
bercerita, 6,7% sering bercerita, dan 6,7% tidak pernah bercerita.
Tabel 9
Materi pendidikan agama Islam sulit dipelajari (-)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 4 13,3%
Sering 2 6,7%
Kadang-kadang 22 73,3%
Tidak Pernah 2 6,7%
Jumlah 30 100%
62

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa materi pendidikan agama


Islam sulit dipelajari. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh yaitu 73,3%
siswa menjawab kadang-kadang, 13,3% selalu, dan 6,7% menjawab tidak
pernah sulit.
Tabel 10
Guru menyampaikan materi secara berurutan (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 15 50%
Sering 5 16,7%
Kadang-kadang 6 20%
Tidak Pernah 4 13,3%
Jumlah 30 100%

Data di atas menjelaskan bahwa Guru selalu menyampaikan materi


secara berurutan. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh yakni 50% siswa
selalu, 20% siswa menjawab kadang-kadang, 16,7% siswa smenjawab
sering dan 13,3% menjawab tidak pernah.
Tabel 11
Guru dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
oleh siswa (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 15 50%
Sering 9 30%
Kadang-kadang 6 20%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas menggambarkan bahwa guru selalu menjawab


pertanyaan yang diajukan siswa yang berarti bahwa guru menguasai materi
yang diajarkan. Ini terbukti dari data yang diperoleh yakni 50% selalu, 30%
sering, dan 20% siswa menjawab kadang-kadang.
63

Tabel 12
Guru memerintahkan untuk berdiskusi (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 8 26,7%
Sering 5 16,7%
Kadang-kadang 10 33,4%
Tidak Pernah 7 23,2%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa guru tidak mengajak anak
untuk berdiskusi ketika pembelajaran berlangsung. Hal ini terbukti dari data
yang diperoleh yaitu 33,4% siswa menjawab kadang-kadang, 26,7% selalu,
23,2% siswa menjawab tidak pernah dan 16,7% tidak pernah memberi
motivasi.
Tabel 13
Posisi guru duduk ketika menjelaskan materi (-)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 20 66,7%
Sering 4 13,3%
Kadang-kadang 5 16,7%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100%

Data di atas menunjukkan bahwa guru selalu duduk ketika


menjelaskan materi yang berarti teknik pembelajaran masih kurang baik. Ini
terbukti dari data yang diperoleh yakni 66,7% siswa menjawab selalu,
16,7% menjawab kadang-kadang, 13,3% menjawab sering dan 3,3%
menjawab tidak pernah.
64

Tabel 14
Guru mengajukan pertanyaan pada seorang siswa kemudian
siswa tersebut diminta menjawabnya di depan kelas (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 4 13,3%
Sering 6 20%
Kadang-kadang 7 23,3%
Tidak Pernah 3 10%
Jumlah 30 100%

Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa guru tidak selalu


menggunakan metode pembelajaran aktif. Hal ini terbukti dari data yang
diperoleh yakni 23,3% siswa menjawab kadang-kadang, 20% siswa
menjawab sering, 13,3% selalu dan 10% tidak pernah.
Tabel 15
Guru memotivasi untuk melaksanakan shalat (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 18 60%
Sering 10 33,4%
Kadang-kadang 1 3,3%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa guru senantiasa memotivasi


siswa untuk melaksanakan shalat. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh
yaitu 60% guru selalu memotivasi siswa untuk melaksanakan shalat, 33,4%
guru sering memotivasi, 3,3% kadang-kadang memberikan motivasi, dan
3,3% tidak pernah memberi motivasi.
65

Tabel 16
Guru menggunakan media atau alat bantu dalam menyampaikan
pelajaran (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu - 0%
Sering 5 16,7%
Kadang-kadang 15 50%
Tidak Pernah 10 33,3%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas menggambarkan bahwa guru tidak selalu


menggunakan media pembelajaran. Hal ini berdasarkan data yang diperoleh
yakni 50% siswa menjawab kadang-kadang, 16,7% kadang-kadang
menggunakan media dan 33,3% tidak pernah.
Tabel 17
Guru mencontohkan tatacara shalat yang benar (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 16 53,3%
Sering 5 16,7%
Kadang-kadang 8 26,7%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100%

Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa guru mencontohkan


tatacara shalat yang benar. Ini terbukti dari data yang diperoleh yakni 53,3%
siswa menjawab selalu mencontohkan, 26,7% kadang-kadang, 16,7% sering
dan 3,3% tidak pernah.
Tabel 18
Guru mencontohkan rukuk yang benar di depan kelas ketika
mempelajari tentang gerakan shalat (+)
66

Pernyataan F Prosentase
Selalu 15 50%
Sering 5 16,7%
Kadang-kadang 8 26,7%
Tidak Pernah 2 6,6%
Jumlah 30 100%

Dalam kegiatan pembelajaran guru menggunakan metode


demonstrasi yakni dengan mencontohkan rukuk yang benar di depan kelas
ketika mempelajari tentang gerakan shalat. Ini terbukti dari data yang
diperoleh 50% menjawab selalu, 16,7% menjawab sering, 26,7% kadang-
kadang dan 6,6% siswa menjawab tidak pernah mungkin ketika
pembelajaran berlangsung siswa tidak hadir ke sekolah.
Tabel 19
Guru mempraktekkan gerakan sujud yang baik dan benar (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 16 53,3%
Sering 2 6,6%
Kadang-kadang 8 26,7%
Tidak Pernah 4 13,4%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa guru mempraktekkan gerakan


sujud yang baikdan benar. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh yakni
53,3% siswa menjawab selalu, 26,7% kadang-kadang, 13,4% tidak pernah
dan 6,6% menjawab sering.
Tabel 20
Mencontohkan tatacara shalat Jama’ atau Qasar (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 14 46,7%
67

Sering 1 3,3%
Kadang-kadang 11 36,7%
Tidak Pernah 4 13,3%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa guru mempraktekkan tatacara


shalat jama’ atau qashar. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh yakni
46,7% siswa menjawab selalu, 36,7% kadang-kadang, 13,3% tidak pernah
dan 3,3% sering.
Tabel 21
Guru mempraktekkan tatacara shalat jenazah (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 21 70%
Sering 1 3,3%
Kadang-kadang 8 26,7%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 30 100%

Dalam kegiatan pembelajaran guru mempraktekkan ibadah yakni


tatacara shalat jenazah. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh yakni 70%
selalu, 26,7% kadang-kadang, dan 3,3% sering.
Tabel 22
Guru meminta siswa memberikan kesimpulan materi yang telah
dipelajari pada akhir pelajaran (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 15 50%
Sering 6 20%
Kadang-kadang 7 23,3%
Tidak Pernah 2 6,7%
Jumlah 30 100%
68

Dari data di atas menjelaskan bahwa Guru selalu meminta siswa


memberikan kesimpulan materi yang telah dipelajari pada akhir pelajaran.
Hal ini terbukti dari data yang diperoleh yakni 50% menjawab selalu, 23,3%
kadang-kadang, 6,7% menjawab tidak pernah, dan 20% sering.
Tabel 23
Guru anda memberikan tugas pada akhir pelajaran (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 5 16,7%
Sering 6 20%
Kadang-kadang 16 53,3%
Tidak Pernah 3 10%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa guru tidak selalu mengadakan
evaluasi yakni memberikan tugas pada akhir pelajaran. Ini menunjukkan
bahwa siswa memahami gerakan shalat dan rukun-rukunnya. Hal ini terbukti
dari data yang diperoleh yakni 53,3% menjawab kadang-kadang, 20% yang
menjawab sering, 16,7% selalu mengadakan evaluasi, dan 10% menjawab
tidak pernah.
Tabel 24
Guru anda memberikan hafalan di akhir pembelajaran (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 14 46,7%
Sering 6 20%
Kadang-kadang 10 33,3%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa guru melakukan evaluasi


dengan cara memberikan hafalan kepada siswa di akhir pembelajaran . Ini
69

terbukti dari data yang diperoleh yakni 46,7% yang menjawab selalu
memberi hafalan, 33,3% siswa menjawab kadang-kadang dan 20%
menjawab sering.

2. Data Variabel Pelaksanaan Shalat Fardhu Siswa SMP Islam Al-


Ma’arif Cinangka (Variabel Y)
Tabel 25
Melaksanakan shalat subuh setiap hari (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 19 63,3%
Sering 8 26,7%
Kadang-kadang 2 6,7%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa menjaga shalat lima
waktu yakni dengan melaksanakan shalat subuh setiap hari. Hal ini terbukti
dari data yang diperoleh yakni 63,3% yang menjawab, 26,7% menjawab
sering, 6,7% menyatakan kadang-kadang dan 3,3% tidak pernah.
Tabel 26
Melaksanakan shalat zuhur di sekolah dengan berjamaah (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 10 33,3%
Sering 5 16,7%
Kadang-kadang 7 23,3%
Tidak Pernah 8 26,7%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas menjelaskan bahwa siswa SMP Islam Al-Ma’arif


tidak selalu mengikuti shalat Zuhur berjamaah di Sekolah. Hal ini dapat
dibuktikan dari data yang diperoleh yakni 26,7% siswa menjawab tidak
70

pernah, 23,3% menjawab kadang-kadang, 16,7% menjawab sering dan


33,3% menyatakan selalu.
Tabel 27
Shalat di Awal Waktu (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 3 10%
Sering 1 3,3%
Kadang-kadang 18 60%
Tidak Pernah 8 26,7%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas menjelaskan bahwa siswa kelas VII di SMP Islam Al-
Ma’arif tidak selalu melaksanakan shalat di awal waktu. Ini terbukti dari
data yang diperoleh yakni 60% kadang-kadang shalat awal waktu, 26,7%
tidak pernah, 10% selalu awal waktu dan 3,3% sering shalat di awal waktu.
Tabel 28
Meninggalkan pekerjaan jika telah datang waktu shalat (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 5 16,7%
Sering 6 20%
Kadang-kadang 3 10%
Tidak Pernah 16 53,3%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa kelas VII SMP Al-
Ma’arif melaksanakan shalat tidak selalu di awal waktu. Ini terbukti dari
data yang diperoleh yakni 53,3% menyatakan shalat tidak pernah di awal
waktu, 10% menjawab kadang-kadang, 20% sering dan 16,7% selalu.
71

Tabel 29
Shalat memakai pakaian yang bersih dan suci (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 5 16,7%
Sering 7 23,3%
Kadang-kadang 15 50%
Tidak Pernah 3 10%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas menjelaskan bahwa siswa kadang-kadang atau


kurang perlu melakukan shalat sunnah. Hal ini terbukti dari data yang
diperoleh yakni 63,3% siswa terkadang melakukan shalat Sunnah, 16,7%
selalu atau sangat perlu melakukan, 16,7% sering atau perlu melakukan,
dan 3,3% siswa tidak pernah atau tidak perlu melakukan shalat sunnah
Tabel 30
Bersuci sebelum shalat (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 24 80%
Sering 6 20%
Kadang-kadang - 0%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa kelas VII SMP Al-
Ma’arif sudah memenuhi syarat shalat yakni bersuci sebelum shalat. Ini
terbukti dari data yang diperoleh yakni 80% selalu bersuci dan 20% sering.
Tabel 31
Shalat setelah masuk waktunya (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 19 63,3%
72

Sering 8 26,7%
Kadang-kadang 2 6,7%
Tidak Pernah 1 3,3%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa melaksanakan shalat


sesuai dengan waktunya. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh yakni
63,3% yang menjawab selalu, 26,7% menjawab sering, 6,7% menyatakan
kadang-kadang dan 3,3% tidak pernah.
Tabel 32
Ketika takbiratul ihram saya tidak membaca Allahu Akbar (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu - 0%
Sering 3 10%
Kadang-kadang 5 16,7%
Tidak Pernah 22 73,3%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas menggambarkan bahwa siswa melaksanakan shalat


sudah sesuai dengan aturan agama yakni ketika takbiratul ihram selalu
membaca Allâhu Akbar. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh yakni
73,3% tidak pernah, 16,7% terkadang tidak membaca Allahu Akbar dan
10% menyatakan sering tidak membaca Allahu Akbar.
Tabel 33
Setelah Ruku’ Langsung Sujud tanpa I’tidal terlebih Dahulu (-)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 5 16,7%
Sering 6 20%
Kadang-kadang 3 10%
Tidak Pernah 16 53,3%
73

Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa melaksanakan shalat


sudah cukup baik sesuai dengan rukun yang telah ditentukan yakni setelah
ruku’ tidak pernah langsung sujud melainkan I’tidal terlebih dahulu. Ini
terbukti dari data yang diperoleh yakni 53,3% menyetakan tidak pernah
langsung sujud, 20% sering, 16,7% selalu dan 10% menyatakan kadang-
kadang.
Tabel 34
Shalat dengan tertib atau berurutan (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 19 63,3%
Sering 8 26,7%
Kadang-kadang 3 10%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa melakukan shalat sesuai
dengan rukun-rukunnya dan tertib. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh
yakni 63,3% yang menjawab selalu, 26,7% menjawab sering dan 10%
menyatakan kadang-kadang.
Tabel 35
Memenuhi syarat-syarat shalat (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 13 43,3%
Sering 9 30%
Kadang-kadang 8 26,7%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 30 100%
74

Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa melaksanakan


shalat selalu memenuhi syarat-syaratnya. Hal ini terbukti dari data yang
diperoleh yakni 43,3% siswa menjawab selalu atau sangat perlu, 26,7%
menjawab kadang-kadang atau kurang perlu, dan 30% menjawab sering atau
perlu.
Tabel 36
Melaksanakan shalat Jama’ (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 1 3,3%
Sering 3 10%
Kadang-kadang 12 40%
Tidak Pernah 14 46,7%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas menjelaskan bahwa siswa tidak selalu melakukan


shalat Jama’ jika tidak ada sebab yang mengharuskan melakukan shalat
jama’. Hal ini dapat dibuktikan dari data yang diperoleh yakni 46,7% siswa
menjawab tidak pernah, 40% menjawab kadang-kadang, 10% menjawab
sering dan 3,3% selalu
Tabel 37
Tengok kanan kiri ketika shalat (-)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 1 3,3%
Sering 3 10%
Kadang-kadang 5 16,7%
Tidak Pernah 21 70%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas menjelaskan bahwa siswa tidak melakukan hal-hal


yang dapat membatalkan shalatnya. Hal ini dapat dibuktikan dari data yang
75

diperoleh yakni 70% siswa menjawab tidak pernah, 16,7% menjawab


kadang-kadang, 10% menjawab sering dan 3,3% selalu.
Tabel 38
Tertinggal salah satu rukun shalat (-)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 1 3,3%
Sering 3 10%
Kadang-kadang 4 13,3%
Tidak Pernah 22 73,4%
Jumlah 30 100%

Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa jika shalat tidak
selalu tertinggal salah satu rukunnya. Hal ini terbukti dari data yang
diperoleh yaitu 73,4% tidak pernah, 10% sering, 13,3% kadang-kadang dan
3,3% selalu.
Tabel 39
Meninggalkan shalat (-)
Pernyataan F Prosentase
Selalu - 0%
Sering 5 16,7%
Kadang-kadang 9 30%
Tidak Pernah 16 53,3%
Jumlah 30 100%

Berdasarkan data di atas menggambarkan bahwa siswa SMP Islam Al-


Ma’arif tidak selalu meninggalkan shalat. Ini terbukti dari data yang
diperoleh yakni 53,3% tidak pernah meninggalkan shalat, 16,7% sering, dan
30% kadang-kadang meninggalkan shalat.
76

Tabel 40
Terlambat mengerjakan shalat (-)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 1 3,4%
Sering 16 53,3%
Kadang-kadang 13 43,3%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa SMP Islam Al-Ma’arif
terlambat mengerjakan shalat. Ini terbukti dari data yang diperoleh yakni
53,3% sering terlambat mengerjakan shalat, 43,3% kadang-kadang terlambat
dan 3,3% selalu.
Tabel 41
Melaksanakan shalat terburu-buru (-)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 1 3,3%
Sering 2 6,7%
Kadang-kadang 13 43,3%
Tidak Pernah 14 46,7%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas menggambarkan bahwa siswa tidak pernah terburu-


buru dalam melaksanakan shalat. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh
yakni 46,7% tidak pernah, 43,3% kadang-kadang, 6,7% sering terburu-buru,
dan 3,3% selalu terburu-buru.
Tabel 42
Bercanda ketika shalat (-)
Pernyataan F Prosentase
Selalu - 0%
Sering 6 20%
77

Kadang-kadang 7 23,3%
Tidak Pernah 17 56,7%
Jumlah 30 100%

Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa siswa tidak selalu


bercanda ketika shalat. Hal ini terbukti dari data yang diperoleh yakni 56,7%
menjawab tidak pernah, 23,3% kadang-kadang, dan 20% sering bercanda
ketika shalat.
Tabel 43
Melaksanakan Shalat Tanpa Disuruh Oleh Orang Tua atau Guru (+)
Pernyataan F Prosentase
Selalu 12 40%
Sering 9 30%
Kadang-kadang 9 30%
Tidak Pernah - 0%
Jumlah 30 100%

Dari data di atas menjelaskan bahwa siswa SMP Islam Al-Ma’arif


kelas VII selalu melaksanakan shalat tanpa disuruh orang tua atau guru. Ini
terbukti dari data yang diperoleh yakni 40% selalu shalat dengan kesadaran
sendiri, 30% sering, dan 30% terkadang shalat tanpa disuruh orang tua atau
guru.

C. Analisa Data
Setelah diperoleh angka prosentase dari angket sebagaimana terlampir,
maka langkah selanjutnya yaitu mencari angka pengaruh antara variabel X
(Pembelajaran Pendidikan Agama Islam) dan variabel Y (Pelaksanaan Shalat
Fardu Siswa) dengan menggunakan rumus Product Moment. Penghitungannya
adalah sebagai berikut:
78

Tabel 46
Rekapitulasi Skor Hasil Angket Variabel X

Responden X X2
1 67 4489
2 60 3600
3 57 3249
4 62 3844
5 65 4225
6 71 5041
7 65 4225
8 65 4225
9 64 4096
10 62 3844
11 64 4096
12 59 3481
13 72 5184
14 60 3600
15 71 5041
16 63 3969
17 60 3600
18 57 3249
19 61 3721
20 61 3721
21 63 3969
22 61 3721
23 61 3721
24 61 3721
25 69 4761
26 68 4624
27 63 3969
28 58 3364
29 70 4900
30 67 4489
Jumlah 1907 121739
79

Untuk mengetahui nilai rata-rata pembelajaran pendidikan agama Islam


SMP Islam Al Ma’arif, penulis menggunakan rumus rata-rata hitung (mean)
sebagai berikut :

M=
X
N

Keterangan :
M = Mean (nilai rata-rata) yang sedang di cari
Σ = Jumlah dari nilai pembelajaran pendidikan agama Islam
N = Number of Cases

Dari tabel di atas dapat diketahui Σ X = 1907, sedangkan N = 30 dengan


demikian Mean dapat diperoleh sebagai berikut:
1907
M= =63,56
30

Dari perhitungan di atas dapat diketahui nilai rata-rata (Mean)


pembelajaran pendidikan agama Islam siswa SMP Islam Al Ma’arif sebesar
63,56.
80

Tabel 47
Rekapitulasi Skor Hasil Angket Variabel Y

Responden Y Y2
1 66 4356
2 66 4356
3 50 2500
4 59 3481
5 54 2916
6 77 5929
7 62 3844
8 65 4225
9 58 3364
10 53 2809
11 59 3481
12 69 4761
13 65 4225
14 57 3249
15 65 4225
16 59 3481
17 66 4356
18 55 3025
19 69 4761
20 54 2916
21 61 3721
22 61 3721
23 61 3721
24 58 3364
25 63 3969
26 62 3844
27 65 4225
28 61 3721
29 65 4225
30 68 4624
Jumlah 1853 115395
85

Untuk mengetahui nilai rata-rata pelaksanaan Shalat fardu Siswa SMP


Islam Al Ma’arif, penulis menggunakan rumus rata-rata hitung (mean) sebagai
berikut :

M=
Y
N

Keterangan :
M = Mean (nilai rata-rata) yang sedang di cari
Y = Jumlah dari nilai pelaksanaan shalat fardu siswa
N = Number of Cases

Dari tabel di atas dapat diketahui Σ Y = 1853, sedangkan N = 30 dengan


demikian Mean dapat diperoleh sebagai berikut:
1853
M= = 61,77
30

Dari perhitungan di atas dapat diketahui nilai rata-rata (Mean) pelaksanaan


shalat fardu Siswa SMP Islam Al Ma’arif sebesar 61,77.
86

Tabel 48
Analisis Korelasi Variabel pembelajaran pendidikan agama Islam (X) dan
Variabel Pelaksanaan Shalat Fardu (Y)
Responden X Y X2 Y2 XY
1 67 66 4356 4422
4489
2 60 66 4356 3960
3600
3 57 50 2500 2850
3249
4 62 59 3481 3658
3844
5 65 54 2916 3510
4225
6 71 77 5929 5467
5041
7 65 62 3844 4030
4225
8 65 65 4225 4225
4225
9 64 58 3364 3712
4096
10 62 53 2809 3286
3844
11 64 59 3481 3776
4096
12 59 69 4761 4071
3481
13 72 65 4225 4680
5184
14 60 57 3249 3420
3600
15 71 65 4225 4615
5041
16 63 59 3481 3717
3969
17 60 66 4356 3960
3600
18 57 55 3025 3135
3249
19 61 69 4761 4209
3721
20 61 54 2916 3294
3721
21 63 61 3721 3843
3969
22 61 61 3721 3721
3721
23 61 61 3721 3721
3721
24 61 58 3364 3538
3721
25 69 63 3969 4347
4761
26 68 62 3844 4216
4624
27 63 65 4225 4095
3969
28 58 61 3721 3538
3364
29 70 65 4225 4550
4900
30 67 68 4624 4556
4489
Jumlah 1907 1853 121739 115395 118122
87

Untuk mengetahui korelasi antara variabel X dengan variabel Y, data di atas


akan diuji dengan menggunakan rumus product moment, yaitu:

N (XY )  (X )(Y )


rxy 
{N .(X )  (X ) 2 }.{N (Y 2 )  (Y ) 2 }
2

30.(118122)  (1907).(1853)
rxy 
{30(121739)  (1907) 2 }.{30(115395)  (1853) 2 }
3543660  3533671
rxy 
(3652170  3636649).(3461850  3433609)
9989
rxy 
(15521). (28241)
9989
rxy 
438328561
9989
rxy 
20936
rxy  0,477

Dari perhitungan di atas diketahui bahwa korelasi antara pembelajaran


pendidikan agama Islam terhadap pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al
Ma’arif Cinangka Sawangan Depok sebesar = 0,477
Selanjutnya untuk menguji kebenaran/kepalsuan dari hipotesa yang telah
diajukan, dengan jalan membandingkan besarnya ”r” yang telah diperoleh di
dalam perhitungan (r hitung) dengan besarnya ”r” yang tercantum dalam tabel
”r” product moment. Dengan terlebih dahulu mencari ”df” (degrees of freedom),
yang rumusnya sebagai berikut:
df = N - nr
= 30 – 2
= 28
Setelah perhitungan dengan menggunakan rumus “df”, maka diperoleh
”df” yaitu 28. Maka dapat dicari besarnya ”r” yang tercantum dalam tabel nilai
”r” product moment, pada taraf signifikansi 5% dan taraf signifikansi 1%.
Seperti yang telah diketahui bahwa rxy = 0,477 dengan melihat tabel nilai ”r”
88

product moment pada taraf signifikansi 5% adalah sebesar 0,361 dan 1% sebesar
0,463.
Dengan demikian ”rxy” atau r hitung pada taraf signifikansi 5% dan taraf
signifikansi 1% lebih besar dari r tabel (0,477 > 0,361 dan 0,463), maka Ho
ditolak dan Ha disetujui atau diterima. Dengan demikian pada taraf signifikansi
5% dan 1% terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dengan
variabel Y.
Nilai indeks koefisien korelasi sebesar 0,477 ternyata terletak antara 0,40 –
0,70. Berdasarkan pedoman yang telah dikemukakan sebelumnya, dikatakan
bahwa angka 0,477 dalam kategori tingkat korelasi yang tergolong sedang atau
cukup. Dengan demikian secara sederhana dapat diberikan kesimpulan bahwa
terdapat korelasi positif antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan
pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Al-Ma’arif Cinangka dan tingkat
korelasinya sedang atau cukup.
Selanjutnya, untuk mengukur besarnya kontribusi / sumbangan dari
variabel X terhadap variabel Y berdasarkan angka indeks korelasi (rxy) atau “r”
hitung sebesar = 0,477 tersebut diinterpretasikan “Berapa prosentase variansi
variabel pertama berasosiasi dengan variansi variabel kedua? Artinya, berapa
persen variansi pembelajaran pendidikan agama Islam (Variabel X) berasosiasi
dengan variansi pelaksanaan shalat fardu (Variabel Y). Ini dapat dihitung
dengan menggunakan “Koefisien Determinasi” yakni merupakan hasil kuadrat
dari koefisien sederhana yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= 0,4772 x 100%
= 0,23 x 100%
= 23 %

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui besar koefisien determinasi


yaitu 23% yang berarti bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam
mempunyai pengaruh sebesar 23% terhadap pelaksanaan shalat siswa SMP
Islam Al-Ma’arif.
89

D. Interpretasi Data

Berdasarkan hasil uji coba penelitian di atas dapat diinterpretasikan


bahwa antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan pelaksanaan shalat
fardu siswa SMP Islam Al Ma’arif Cinangka Sawangan Depok terdapat hubungan
positif yang signifikan, dan korelasi tersebut adalah korelasi yang sedang atau
cukup.
Dengan demikian dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran pendidikan agama Islam mempunyai pengaruh terhadap
pelaksanaan shalat fardu siswa. Kontribusi hubungan pembelajaran pendidikan
agama Islam dengan pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al Ma’arif
Cinangka Sawangan Depok sebesar 23%. Faktor keterkaitan yang diberikan
dalam kategori sedang dan masih terdapat 77% faktor-faktor lain yang memiliki
keterkaitan dengan pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al Ma’arif
Cinangka Sawangan Depok. Dari 77% faktor-faktor lain tersebut adalah pengaruh
dalam keluarga, pengaruh lingkungan masyarakat, dan pengaruh sifat bawaan atau
keturunan.1

E. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini ada beberapa keterbatasan di antaranya adalah:


1. Dalam penulisan karya ini banyak terdapat kesalahan karena keterbatasan
pemahaman sistematika penulisan dan prosedur penelitian.
2. Pada instrument penelitian tidak ada kesesuaian antara angket dengan hal
yang akan diteliti dan tidak ada uji validitas item karena keterbatasan
acuan teoritik.
3. Kurangnya penguasaan tentang konseptual operasional penelitian sehingga
banyak terjadi kesalahan.

1
Abdul Mujib, Firtah dan Kepribadian Islam Sebuah Pendekatan Psikologis, (Jakarta:
Darul Falah, 1999), Cet Ke-1, h.38
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian hasil pengkajian dan pembahasan skripsi ini, maka
penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sesuai dengan rumusan
masalah penelitian, bahwa:

1. Pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif sudah


cukup baik. Hal ini terlihat dari upaya yang dilakukan guru dalam
proses pembelajaran. Selain pembelajaran di kelas para guru pun
mengadakan kegiatan-kegiatan di luar kelas dan jam belajar. Seperti
mengadakan pengajian rutin setiap bulan, mengadakan perayaan Hari
Besar Islam, dan lain sebagainya.

2. Pelaksanaan shalat fardu siswa SMP Islam Al Ma’arif dalam


kesehariannya sudah sesuai dengan tatacara yang diajarkan. Namun
demikian masih ada siswa yang sering meninggalkan shalat dan
shalatnya tidak di awal waktu.

3. Berdasarkan hasil analisa data pada bab sebelumnya dapat disimpulkan


bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara pembelajaran
pendidikan agama Islam dengan pelaksanaan shalat fardu siswa SMP
Islam Al-Ma’arif Cinangka Sawangan Depok. Korelasinya tergolong
sedang atau cukup.

90
91

B. Saran
1. Pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif sudah
cukup baik. Namun demikian, hendaknya harus lebih ditingkatkan
karena semakin baik proses pembelajaran pendidikan agama Islam,
siswa akan semakin giat untuk melaksanakan shalat fardu.
2. Hendaknya guru senantiasa memberikan tauladan kepada siswa dalam
hal pelaksanaan ibadah khususnya shalat fardu. Tidak hanya dengan
teori saja melainkan dengan praktek. Alangkah baiknya sebelum
mengajarkan kepada siswa, guru terlebih dahulu mengaplikasikannya
dalam kehidupan pribadi sehari-hari.
3. Bagi para orang tua, hendaknya selalu mengawasi putra-putrinya
dalam hal pelaksanaan shalat yakni dengan mengontrol dan
memberikan contoh kepada anaknya dengan melaksanakan shalat lima
waktu.
4. Pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islam Al-Ma’arif
Sawangan Depok perlu ditinjau dan ditingkatkan lagi karena
pengaruhnya masih tergolong sedang atau cukup.
DAFTAR PUSTAKA

‘Abdurrahman as-Suyuti, Jalaluddin, Jami’ul Ahâdits al-Jami’ Ash-Shogir Wa


Zawâidah Wal Jami’ al-Kabîr, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1994), Jilid 6, h. 114.
Al-Bukhârî, Abû ‘Abdullah Muhammad Ibn Ismail, Shahih al-Bukhârî, Beirut:
Dâr al-Fikr, 1995.
An-Nadwi, Abul Hasan Ali Abdul Hayyi Al-Hasani, Empat Sendi Agama Islam,
Jakarta: PT. Melton Putra, Cet. Ke-1, 1992.
Ardani, Mohammad, Akhlak Tasawuf, Nilai-nilai Akhlak / Budi Pekerti Dalam
Ibadat dan Tasawuf , Jakarta: CV. Karya Mulia, Edisi kedua, 2005.
Bahreisj, Hussein, Hadits Shahih al-Jami’us Shahih Bukhari-Muslim, Surabaya:
CV. Karya Utama, 1990.
Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke-3, 1996.
__________, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.
Ke-1, 1995.
__________, Dasar-Dasar Agama Islam: Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada
Perguruan Tinggi, Jakarta: Bulan Bintang, 1996.
__________, Kesehatan Mental, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, Cet. Ke-28,
2001.
Daud, Ma’mur, Terjemah Hadis Shahih Muslim, Jakarta: Widjaya, Jilid 1, 1993.
Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP
dan MTS, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003.
Langgulung, Hasan, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Bandung:
Al-Ma’arif, 1980.
__________, Pendidikan Dan Peradaban Islam, Jakarta: Maha Grafindo, Cet. Ke-3,
1985.
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-1, 2004.
Malik bin Anas, Al-Muatho’, Beirut: Dâr al-Kitab al-‘Arabi, Jilid 2, 2004.
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-
Ma’arif, Cet. Ke-4, 1980.

93
94

Muchtar, Heri Jauhari, Fikih Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet.
Ke-1, 2005.
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006.
Muhammad Ibn Ahmad Ibn Hanbal, Abû ‘Abdillah, Musnad Ahmad Ibn Hanbal,
Beirut: Dâr al Fikr, Jilid 2, 1991.
Muhammad Ibn Ismail Al-Bukhârî, Abû ‘Abdullah, Shahih al-Bukhârî, Beirut:
Dâr al-Fikr, 1995.
Mujib, Abdul, Firtah dan Kepribadian Islam Sebuah Pendekatan Psikologis,
Jakarta: Darul Falah, Cet Ke-1, 1999.
Nasution, Lahmuddin, Fiqh 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1995.
Nawawi, Rif’at Syauqi, Shalat Ilmiah dan Amaliah, Jakarta: PT. Fikahati Aneska,
2001.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Rasio, Hermawan, Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1992.
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), Bandung: Sinar Baru
Algensindo, Cet. Ke-40, 2007.
Ritonga, Ahmad dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, Jakarta: Media Pratama, Cet. Ke-1,
1997.
Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, alih Bahasa Mahyuddin Syaf, Bandung: PT. Al-
Ma’arif, Jilid 1, Cet. Ke-19, 1997.
__________, Fikih Sunnah, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1995.
Sholeh, Asronunni’am, Reorientasi Pendidikan Islam: Mengurai Relevansi
Konsep Al-Ghazali Dalam Konteks Kekinian, Jakarta: Elsas, Cet. Ke-2,
2005.
Sudjana, Nana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1989.
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen, Jakarta: Sinar Grafika, Cet. Ke-
2, 2005.
95

Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam: Metode


Mengajarkan Pendidikan Agama di SD, SMP, SMA dan Fakultas Umum
Serta Metode Mengajarkan Ilmu Agama di PGAN 6 Tahun, Jakarta: PT
Hidakarya Agung, Cet. Ke-2, 1983.
Zuharini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke-3, 2004.
Kuesioner Penelitian
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap
Pelaksanaan Shalat Fardu Siswa SMP Al-Ma’arif Cinangka Sawangan
Depok

Nama Responden :

Kelas : VIII

1. Guru meminta saya untuk menjelaskan kembali materi yang telah


diajarkan sebelum memulai pelajaran selanjutnya
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
2. Guru melakukan uji konsentrasi seperti games atau tebak-tebakan sebelum
memulai pelajaran
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
3. Guru bercerita yang ada hubungannya dengan pelajaran yang akan saya
dipelajari
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
4. Materi pendidikan agama Islam sulit dipelajari
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
5. Guru menyampaikan materi secara berurutan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
6. Guru dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh siswa
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
7. Guru memerintahkan saya untuk berdiskusi
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
8. Guru saya ketika menjelaskan posisinya selalu duduk
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
9. Guru mengajukan pertanyaan pada seorang siswa kemudian siswa tersebut
diminta menjawabnya di depan kelas
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
10. Guru memotivasi saya untuk melaksanakan shalat
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
11. Guru menggunakan media atau alat bantu dalam menyampaikan pelajaran
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
12. Guru saya mencontohkan tatacara shalat yang benar
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
13. Guru mencontohkan rukuk yang benar di depan kelas ketika mempelajari
tentang gerakan shalat
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
14. Guru mempraktekkan gerakan sujud yang baik dan benar
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
15. Guru mencontohkan tatacara shalat jama’ atau Qasar
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
16. Guru saya menunjukkan tatacara shalat jenazah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
17. Guru meminta siswa untuk memberikan kesimpulan materi yang telah
dipelajari pada akhir pelajaran
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
18. Guru memberikan tugas pada akhir pelajaran
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
19. Guru saya memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
20. Guru memberikan hafalan di akhir pembelajaran
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
21. Saya melaksanakan shalat subuh setiap hari
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
22. Saya melaksanakan shalat zuhur di sekolah dengan berjamaah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
23. Saya shalat di awal waktu
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
24. Jika telah datang waktu shalat saya meninggalkan pekerjaan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
25. Saya shalat memakai pakaian yang bersih dan suci
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
26. Saya bersuci sebelum shalat
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
27. Saya shalat setelah masuk waktunya
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
28. Ketika takbiratul ihram saya tidak membaca Allahu Akbar
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
29. Setelah ruku’ langsung sujud tanpa i’tidal terlebih dahulu
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
30. Saya melaksanakan shalat dengan tertib atau berurutan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
31. Sayaa memenuhi syarat-syarat shalat
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
32. Saya melaksanakan shalat jama’
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
33. Saya tengok kanan kiri ketika shalat
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
34. Dalam shalat ada salah satu rukun shalat tertinggal
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
35. Mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
36. Saya meninggalkan shalat
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
37. Saya terlambat mengerjakan shalat
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
38. Saya shalat terburu-buru
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
39. Teman saya ketika shalat bercanda
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
40. Saya melaksanakan shalat tanpa disuruh oleh orang tua atau guru
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
DATA HASIL ANGKET VARIABEL X

Butir Pernyataan Jumlah


NO Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Ade Tiara 3 4 1 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 2 2 4 2 4 4 67
2 Affwan Iqbal R 3 4 1 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 1 2 1 2 2 3 4 60
3 Atikah 4 4 3 2 2 3 4 2 3 2 3 2 3 4 2 1 4 1 4 4 57
4 Dale Novarlo 4 4 1 4 4 3 2 3 3 4 3 3 4 1 2 1 4 4 4 4 62
5 Debby Agustin 4 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 1 2 1 1 4 4 4 65
6 Dede Silvia 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 1 4 1 4 4 71
7 Della Asrilia 4 3 3 4 4 3 4 3 2 3 4 2 4 4 4 1 4 1 4 4 65
8 Devi Artika 4 4 3 4 4 4 2 4 2 3 4 2 4 4 4 1 4 1 4 3 65
9 Dini Chaniago 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 1 2 3 4 3 64
10 Galang Arian R. 4 4 3 2 2 3 4 3 2 2 4 3 4 4 2 1 3 4 4 4 62
11 Irma Yanti 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 2 3 4 4 1 1 2 4 4 64
12 Kurniawan 4 4 1 4 2 4 1 4 4 4 4 2 4 1 2 1 4 1 4 4 59
13 Lukman Hakim 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 2 2 4 4 72
14 M. Rayhan Rizqillah 4 4 3 3 4 4 3 2 2 3 3 4 3 3 4 1 2 1 4 3 60
15 Mardiyanti 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 2 2 4 4 71
16 Muhammad Rafi 4 4 2 4 3 4 2 4 4 2 4 3 3 2 3 2 4 4 2 3 63
17 M. Sopyan Amin 3 2 2 3 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 1 2 4 3 2 60
18 Maulana Firdaus 3 4 3 2 3 3 1 3 3 2 4 4 4 4 2 1 2 1 4 4 57
19 Niswatun Nasihah 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 3 3 2 1 1 1 3 3 61
20 Ninda Nurhayati 4 4 3 2 2 3 4 2 2 4 4 2 4 4 2 1 4 4 3 3 61
21 Nurdiah Maulina 4 4 3 4 4 2 4 3 3 4 4 4 3 3 2 1 3 1 4 3 63
22 Rifqi Fadilah 3 4 3 2 2 3 4 3 4 2 4 3 4 4 4 1 2 1 4 4 61
23 Riyani Iqromah 4 4 3 4 4 1 4 4 3 4 3 3 3 4 1 1 1 2 4 4 61
24 Romi Romadhon 4 3 3 2 3 4 4 2 3 1 4 4 4 4 3 1 4 1 3 4 61
25 Riki Andika 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 2 4 4 69
26 S. Suzan Nurhasanah 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 2 3 4 68
27 Winda Lusiana 4 4 3 4 4 4 1 4 2 4 4 2 4 1 2 1 4 3 4 4 63
28 Yusuf Bahtiar 4 4 3 2 4 4 1 2 4 4 4 2 4 2 2 1 2 1 4 4 58
29 Zola Devanda 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 2 4 4 3 2 70
30 Umi Fauziah 4 4 3 4 4 4 1 4 3 4 4 4 4 3 2 2 4 4 3 2 67
DATA HASIL ANGKET VARIABEL Y

Butir Pernyataan Jumlah


NO Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Ade Tiara 3 3 4 4 4 4 4 4 2 3 2 2 4 3 3 4 3 4 4 2 66
2 Affwan Iqbal R 3 4 3 3 3 4 4 4 2 4 2 2 4 4 3 4 3 4 4 2 66
3 Atikah 3 3 3 2 2 2 2 2 2 4 2 1 4 2 2 4 3 3 2 2 50
4 Dale Novarlo 4 3 4 1 3 4 4 2 3 3 2 2 2 3 4 3 1 4 3 4 59
5 Debby Agustin 1 4 2 2 2 2 2 4 1 4 2 2 3 4 4 4 4 3 2 2 54
6 Dede Silvia 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 77
7 Della Asrilia 4 4 2 1 3 2 4 4 2 3 2 1 4 4 4 3 4 3 4 4 62
8 Devi Artika 4 4 2 1 4 2 4 2 3 4 3 2 4 4 2 4 4 4 4 4 65
9 Dini Chaniago 4 3 3 2 2 3 4 3 2 3 2 2 4 4 2 4 4 3 2 2 58
10 Galang Arian R. 3 3 3 2 3 2 2 4 2 4 2 1 4 2 2 4 3 3 2 2 53
11 Irma Yanti 3 3 2 4 3 2 2 3 4 3 2 2 4 3 4 3 4 3 3 2 59
12 Kurniawan 4 4 4 4 2 2 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 69
13 Lukman Hakim 3 3 4 1 4 2 4 4 3 4 2 1 4 4 4 4 3 4 4 3 65
14 M. Rayhan Rizqillah 2 1 3 1 4 3 3 4 4 2 1 4 2 4 3 3 3 3 3 4 57
15 Mardiyanti 3 3 4 1 3 3 4 4 3 4 2 1 4 4 4 4 4 4 4 2 65
16 Muhammad Rafi 2 4 2 3 4 3 3 3 4 3 4 3 2 2 1 4 3 3 3 3 59
17 M. Sopyan Amin 4 4 4 4 4 2 3 4 2 4 2 2 4 3 4 4 3 3 3 3 66
18 Maulana Firdaus 3 4 2 3 3 2 3 2 2 3 4 2 4 4 2 2 3 1 4 2 55
19 Niswatun Nasihah 4 4 4 1 3 4 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3 69
20 Ninda Nurhayati 4 4 2 2 4 2 2 3 2 4 1 2 4 2 2 3 4 3 2 2 54
21 Nurdiah Maulina 3 3 3 2 4 3 3 4 2 4 2 1 4 4 3 4 3 4 2 3 61
22 Rifqi Fadilah 3 4 2 4 3 2 3 4 2 4 2 2 4 4 3 4 3 3 4 1 61
23 Riyani Iqromah 3 4 2 4 2 3 2 2 2 4 4 2 3 3 3 3 4 3 4 4 61
24 Romi Romadhon 2 2 2 3 2 2 3 3 4 4 3 2 4 4 4 3 3 4 2 2 58
25 Riki Andika 4 4 4 2 4 3 3 2 2 4 2 4 1 4 4 4 3 2 4 3 63
26 S. Suzan Nurhasanah 4 4 4 2 1 3 3 4 2 4 2 1 4 4 4 4 3 2 4 3 62
27 Winda Lusiana 3 2 4 3 2 2 2 4 4 4 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 65
28 Yusuf Bahtiar 3 4 2 3 2 2 4 3 2 4 2 3 4 4 2 3 4 4 4 2 61
29 Zola Devanda 4 4 4 3 4 2 2 4 2 4 2 2 4 3 4 4 3 4 3 3 65
30 Umi Fauziah 4 4 4 3 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 2 4 4 3 4 2 68

Anda mungkin juga menyukai