Bab Iii
Bab Iii
id
BAB III
KAJIAN ISI
Analisis isi dalam penelitian ini berguna untuk mengungkapkan isi yang
(PDUPM). Naskah ini berisi tentang cerita sejarah dibuatnya sebuah taman yang
belakang Pura Mangkunegaran. Selain itu, naskah ini juga menjelaskan mengenai
A. Sinopsis
istilah-istilah beserta maknanya yang digunakan di dalam teks. Istilah itu meliputi
pagêr banon, pradangga gamêlan, suyasa nami bangsal wastra, puyuh rêta, larèn
alit, pot inggil, timbangan griya landhak mêrak, made warih, suyasa kambang,
sana palwaga srêngkara, palataran, sana kukila, suyasa griya (madusita), kajêng
agêng nami kajêng salam, suyasa bangsal kusuma, suyasa bangsal pêngrawit,
dan karang witana. Selain itu, terdapat keterangan tokoh yang disebut ke dalam
142
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
143
bahwa di puri bagian belakang terdapat tanah yang dijadikan taman (letaknya
diatur sedemikian rupa). Tidak disebutkan kapan pembuatan taman atas perintah
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Prabu Prangwedana V yang diberi nama
untuk penyebutan pagar beteng yang dibuat kokoh dan hanya mengelilingi taman.
Ukiran pintunya dibuat menyerupai Hyang Arka (Dewa Matahari) dan Hyang
Narasinga (Dewa Wisnu) yang bertugas menjaga puri. Pada bagian tengah taman,
yakni bangunan tempat disimpannya gamelan bernama Kyai Mardi Swara dan Ni
Ken Raras Rum. Baik yang laras slendro maupun pelog, keduanya berada dalam
agung adalah Puyuh Rêta (kelapa merah). Di area tersebut, hewan bulus dibuatkan
rumah panjang dan dapat dilihat dari dalam taman melekat dengan Balowarti.
Dijelaskan pula bahwa di sekeliling taman terdapat parit (Pupuh I, Kinanthi bait
18-39).
Selatan rumah gamelan agung terdapat jalan besar. Dari jalan besar
menuju ke timur dan sedikit menurun, banyak ditemui pot dengan beragam jenis
bunga. Tidak jauh dari sana terdapat pohon belimbing dan pohon mangga
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
144
kemangi yang meneduhi tanaman di bawahnya. Selain itu, terdapat batang pohon
kelapa yang pada batangnya terdapat payung tembaga indah berwarna putih. Di
bawahnya terdapat kandang tempat landak dan merak yang mahal. Biasanya
setiap pukul tujuh pagi (di dalam rumah), hewan-hewan berupa ayam hutan dan
ayam bekisar saling bersahutan. Samar-samar dari arah timur laut, bersahutan pula
ocehan perkutut dan jenis burung lainnya. Burung sribombok (ruak-ruak), burung
bintit, burung cangak hanya melihat dan cenderung diam. Ikan sungai
burung barau-barau, burung cabak hinggap di atas pohon dan bersuara riuh. Tidak
jauh dari sana terdapat kursi kecil yang saling bergandengan, di tengahnya
terdapat meja kecil. Utara tempat burung yang bersuara, banyak ditanami rumput.
Barat lagi dekat burung merak yang indah, terdapat tempat duduk yang bisa
bergoyang (kursi goyang). Selain itu, dibangun juga kandang kera dan ular.
Sebelah selatan jalan terdapat bangunan rumah, sebelah barat dan timur ada
jembatan juga kolam ikan yang berada tidak jauh dari lokasi tersebut (Pupuh II,
Di sisi lain, masih di tempat yang sama terdapat Yasa Kambang (rumah
dengan mengambil contoh tindakan antara kera dan harimau. Terdapat rumah
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
145
kecil yang menghadap ke arah utara yakni rumah tempat bir. Di depan bangunan
tersebut ada kolam yang indah, sekelilingnya dipenuhi dengan bunga-bunga dan
ada kolam yang dinamai Umbul Bidadari. Diceritakan sebuah pesan bahwa
manusia hidup hanya memuja nyawa, pakaian, dan makanan (Pupuh III, Sinom
bait 1-23).
Balowarti sisi utara dan kiri, terlihat halaman rumah dengan hiasan yang
indah dan pot menggantung. Rumah Madusita nampak rapi dengan segala
perabotnya yang ditata sedemikian rupa. Diceritakan pula pada bagian dalam agak
Betawi. Tak lupa sekeliling rumah dihiasi dengan bunga-bunga, sehingga mampu
membuat tamu yang datang berkunjung pun enggan beranjak pulang, karena
begitu senangnya dimanjakan dengan keindahan rumah dan taman (Pupuh IV,
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
146
hanya saja Widasari berjalan cepat. Sesekali ia bertanya nama bangunan yang
dilewati sambil mengagumi flora dan fauna di dalamnya. Sesekali pula ketujuhnya
dan Darmawati meminta tolong, agar kelima tamu yang datang bersedia menjadi
penghibur (sinden) selama tujuh hari. Widasari ingin membantu, namun gaya
Karang Witana. Widasari sangat senang, berharap Kanjeng Gusti keluar dan
diberikan Darmawati karena Kanjeng Gusti ke taman pada hari Jumat dan Minggu
Kambang, mereka mandi dan memetik bunga. Pada hari Jumat pagi terdengarlah
suara kearamaian pasar, banyak dagangan dijajakan di sana. Mulai dari sutra
datang dan memenuhi tempat tersebut (Pupuh VII, Dudukwuluh bait 1-23).
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
147
dan Angronresmi kemudian mengintip dari jembatan. Singkat cerita kelima tamu
sana, Widasari bertemu Kanjeng Gusti dan memberikan pesan. Mengobati yang
dimaksud adalah mengobati hati Kanjeng Gusti, bahwasanya orang hidup itu
harus melakukan kebaikan agar selamat dan hatinya merasa ikhlas. Karenanya
sifat Kanjeng Gusti yang disukai oleh semua kalangan sampai hewan merangkak
pun konon tunduk pada beliau. Di bagian akhir diceritakan, selepas mereka dari
Karang Witana, kemudian kembali ke tempat jamuan. Setelah itu kelima tamu
dan Darmawati. Banyak pesan yang dapat diambil pada pupuh ini, contohnya agar
tidak mengandalkan kekuasaan orang tua, ketika meminta hanya pada Tuhan,
jangan terbawa nafsu dan lain-lain. Di bagian akhir pengarang meminta maaf
apabila dalam menulis naskah terdapat banyak kesalahan. Kemudian pada bagian
akhir naskah terdapat keterangan berupa kolofon selesainya naskah ditulis (Pupuh
B. Kajian Isi
Kajian isi dibuat guna mengungkapkan isi yang terkandung di dalam teks
PDUPM. Teks PDUPM merupakan teks yang tergolong ke dalam klasifikasi teks
babad dan merupakan salah satu sastra sejarah. Dari segi isinya, babad terbentuk
dari dua unsur pembentuk, yaitu fakta dan seni sastra (Luwiyanto, 2012:116). Dua
arsitektur dan penamaan istilah mengenai pembagian taman Ujung Puri. Sebelum
Ujung Puri, berikut dipaparkan hasil analisis mengenai letak, keadaan, pembagian
Kemudian letak bangunan rumah yang ada di dalamnya ditata dan dihias
Mangkunegaran.
b. Keadaan Patamanan
taman Ujung Puri sering dibuka untuk umum setiap hari Minggu, pukul
berbagai macam binatang seperti jerapah, harimau, singa, kera, ular, dan
berikut ini.
keindahan taman Ujung Puri. Hal ini juga nampak dalam pemberian
perabotan bergaya Eropa berupa meja kecil dari batu pualam yang
Ujung Puri
1) Balowarti
ukiran simbolis kupu tarung (makna lain dari dua daun pintu) yang
menghadap ke barat.
pura agung yang begitu asri menghadap ke arah barat. Puri tersebut
dihias agar nampak serasi. Bagian atas atau puncaknya dicat warna
merah, garis tepi (lis) diberi warna biru muda susun dua. Di luar
puri, terdapat dua pilar yang sama dan batu berwarna putih. Tinggi
lis pada tiang dibuat kurang lebih tujuh kaki/2,1336 m. Selain itu,
bagian pinggirnya dan warna biru pada bagian tengahnya. Tak luput,
pintu kupu tarung berwarna biru muda dengan lis biru tua kira-kira
taman.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
154
Lèr kidul maripit pintu/ rarekan mong jalu èstri/ samya tutul
warnanira/ majêng mangetan ngajrihi/ lamun mênga kang
wiwara/ èsthanya kadya jagani//
Mila kèh janma kawangsul/ matakut samar ningali/ tan andipe
mong rarekan/ kang wus wikan wangsul sami/ pinêtha Hyang
Narasinga/ kinon ngrêksa jro wêdari// (PDUPM hlm. 6, pupuh I
Kinanthi, bait 16-17)
Terjemahan:
Utara selatan pinggir pintu, (ada patung) tiruan sepasang
harimau yang sama belang warnanya. Menghadap ke timur
menakuti. Apabila terbuka yang pintu, berwujud seperti gardu.
Maka banyak orang kembali, takut tidak jelas melihat, tidak
mengira hanya tiruan. Yang sudah tahu lantas kembali,
perwujudan Dewa Wisnu yang diminta menjaga di dalam taman.
2) Sana Pradangga
yang dinamai Kyai Mardi Suwara dan Niken Raras Rum, yakni
Terjemahan:
Melihat bangunan lagi, kiri utara gapura terlihat, rumah tempat
gamelan, menempel Balowarti. Rumah yang indah timur
hadapnya, limasan sirap yang indah.
tiang juga berwarna putih. Bagian depan, tengah di antara sisi utara
terdapat kursi emas yang diukir sangat indah. Kursi kecil dan kenap
berkilau).
seperti jalak tulak, penyu, dan burung pipit. Di antara burung itu,
3) Bangsal Wastra
Terjemahan:
Rumah bernama bangsal wastra artinya rumah beratap layar,
selatan tempat gamelan, tempatnya.
4) Puyuh Rêta
kutipan berikut.
Lèr suyasa motha agung/ watara lungkang tri kaki/ puyuh rêta
mung sajuga/ lèr kidul malih kang panti/ ngarsa sawetan
pradangga/ winatara mung sêkaki// (PDUPM hlm. 12, pupuh I
Kinanthi, bait 33)
Terjemahan:
Utara rumah gamelan agung, kurang lebih jaraknya tiga kaki.
Puyuh rêta hanya satu, utara selatan lagi yang rumah. Depan
timur tempat gamelan, lebih kurang hanya satu kaki.
5) Larèn Alit
satu kaki/0,3048 m.
6) Sana Paswata
kancil, kera, babi, keledai, kuda kecil kembar, kerbau merah, dan
7) Pot Inggil
Pot inggil diartikan sebagai pot yang bagus terbuat dari besi
juga terdapat tempat atau rumah bagi satwa landak, burung merak,
dan kera.
Terjemahan:
Pot yang bagus, dari besi, bercabang lima. Selatannya rumah
motha, menuju ke utara, timbangan pot bercabang lima selatan.
Belok ke timur, bersambungan di depan. Kembali ke selatan
lagi, hingga puyuh sasra, artinya kelapa seribu. Tempat landak
merak.
Ke utara hingga griya naga dan kera juga kelapa seribu
timbangan tempat landak merak.
8) Made Warih
cemara, letaknya di selatan rumah kera. Dari rumah yang agak besar,
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
163
9) Suyasa Kambang
pot-pot kecil. Pot warna kuning yang ditata berbaris sangat rapi
besi yang terbuat dari baja gilik yang indah, tingginya setengah kaki.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
164
bunga sridenta, dan bunga sriwulan yang berada di dekat arca sampai
menguning.
kera hingga babi (cèlèng). Cèlèng berasal dari kata cêlêng yang
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
166
2010:47). Tidak heran jika di Ujung Puri juga dibangun rumah para
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
167
13) Madusita
tempat atau rumah semedi. Madu yang diikuti sita di sini dimaknai
kutipan berikut.
salam. Arti salam di sini adalah selamat yang diyakini agar seluruh
Berikut kutipannya.
Terjemahan:
Baratnya Madusita itu kayu depannya kayu besar, nama kayu
salam artinya salam itu selamat itu pohon salam semua yang
dilebihi selamat di dalamnya ujung puri semua.
ditemui bebagai macam jenis ikan dan jembatan kecil. Hal ini
jenis karang laut, antara lain karang alun, karang keong, karang alit,
orang, abdi dalêm, abdi dalêm yang merangkap sebagai wayang orang,
commit
dan kelima orang tamu dari to user
Yogyakarta.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
170
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
171
dua orang atau lebih yang sama-sama tidak mengerti bahasa yang
digunakan.
diberikan ketika beliau masih kecil ialah Gusti Raden Mas Surana.
yang merangkap peran sebagai wayang orang, antara lain Gusti Kangjêng
Gusti Raden Mas Suripta. Sedangkan Gusti Subyakta dan Gusti Suprapta
Dayakiswara.
Para abdi dalêm juga turut disebut ke dalam cerita babad ini,
orang tamu yang masih gadis dari Yogyakarta yang bernama Rara
taman.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
175
mempunyai banyak flora dan fauna. Hal ini dibuktikan dengan disebutkannya
flora dan fauna di dalam teks PDUPM, flora dan fauna tersebut antara lain:
Lèr suyasa motha agung/ watara lungkang tri kaki/ puyuh rêta
mung sajuga/ lèr kidul malih kang panti/ ngarsa sawetan
pradangga/ winatara mung sêkaki// (PDUPM hlm. 12, pupuh I
Kinanthi, bait 33)
Terjemahan:
Utara rumah gamelan agung, kurang lebih tiga kaki. Puyuh rêta
hanya satu, utara selatan lagi yang rumah. Depan timur tempat
gamelan, lebih kurang hanya satu kaki.
seperti bunga sepatu berada dalam satu pohon berwarna merah dan
kuning.
keselamatan.
6) Dhukut (Rumput)
seperti bunga sepatu, bunga patra sari, bunga patra resmi, bunga
senggani berwarna ungu, dan bunga noja berwarna putih pun turut
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
180
1) Kidang, Sangsam
sangsam (rusa).
2) Landak, Merak
mahal diberikan jaring kawat yang kuat dan tidak dapat dirusak
3) Kera, Babi
berupa kera dan babi. Selain itu juga ada terdapat hewan bulus,
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
182
Ayam-Ayaman
merak, jalak penyu, dan jalak tulak juga dipelihara dan berada di
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
183
termasuk berbagai jenis ikan air laut hingga air tawar seperti ikan
wader, gurame, patin, kakap merah, ikan gabus, ikan lele, udang
3. Simbolisme
babad yang paling menonjol adalah simbolisme. Pada bagian awal naskah,
satu bagiannya memuat aspek simbolisme berupa penamaan kayu besar yang
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
185
bernama Kajêng Salam. Kajêng Salam, memiliki arti agar selamat. Penamaan
tersebut diyakini agar seluruh area Ujung Puri semuanya terlindungi. Berikut
kutipannya.
Madusita, yakni tempat yang dijadikan rumah. Kata madu yang diikuti kata
sita mempunyai makna osik atau gerak, yakni tergeraknya hati. Diharapkan
pada awal penulisan naskah itu sendiri. Pengarang naskah yakni Iman Tapsir
meyakini bahwa penulisan naskah PDUPM tidak terlepas dari hidayah dari
para Ahlul (ahli) pemberian dewa, doa Nabi, dan berkah Tuhan.
Idayating para Ahlul/ ing budi budayèng kapti/ tan lyan sangking
nugrahèng Ywang/ kaping dwi Supangat Nabi/ kalêngkaning jagat raya/
kaping tri barkahing Gusti// (PDUPM hlm. 1, pupuh I Kinanthi, bait 2)
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
186
Terjemahan:
Hidayah para Ahlul dalam budi nalar (dan) keinginan, tidak lain dari
pemberian dewa. Yang kedua doa Nabi, tahu banyak tentang jagat raya.
Yang ketiga berkah Tuhan.
hiasan di pilar dibuat agar serasi menyerupai Hyang Arka (Dewa Matahari).
Dewa Matahari identik dengan dewa yang mampu memberi daya kehidupan
bagi semua makhluk, sama halnya dengan pemberian warna merah pada
Cinawi cawi pinatut/ pinatut luhur ciniri/ cêciri memba Hyang Arka/
mabang saking graning wukir/ pulas biru lis luhurnya/ nging biru nèm
susun kalih// (PDUPM hlm. 4, pupuh I Kinanthi, bait 10)
Terjemahan:
Dihias-hias menyerasikan, menyerasikan tinggi berciri, berciri
menyerupai Dewa Arka. Merah dari puncaknya gunung, warna biru lis
(garis tepi) tingginya, hanya biru muda susun dua.
Selain di atas pilar, perwujudan Hyang Arka juga terdapat pada rumah yang
beratapkan bunga. Ketika malam tiba, terdapat cahaya yang diyakini berasal
(Dewa Wisnu) yang diletakkan di dalam taman dekat pintu masuk. Replika
sepasang harimau loreng ini menghadap ke arah timur dan dipercaya untuk
menjaga taman. Jika kedua pintu terbuka, akan nampak seperti gardu,
Lèr kidul maripit pintu/ rarekan mong jalu èstri/ samya tutul warnanira/
majêng mangetan ngajrihi/ lamun mênga kang wiwara/ èsthanya kadya
jagani//
Mila kèh janma kawangsul/ matakut samar ningali/ tan andipe mong
rarekan/ kang wus wikan wangsul sami/ pinêtha Hyang Narasinga/ kinon
ngrêksa jro wêdari// (PDUPM hlm. 6, pupuh I Kinanthi, bait 17)
Terjemahan:
Utara selatan pinggir pintu, tiruan (replika) sepasang harimau sama
belang warnanya menghadap ke timur menakuti. Apabila pintu terbuka,
berwujud seperti gardu.
Maka banyak orang kembali, takut tidak jelas melihat, tidak mengira
hanya tiruan. Yang sudah tahu, sama kembali. Perwujudan Dewa Wisnu,
diminta menjaga di dalam taman.
ajaran luhur dengan mengambil contoh interaksi antar hewan. Misalnya suatu
waktu terdapat kejadian kera kecil berbuat ulah dan menaiki kera yang besar
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
188
tata karma. Selain itu, sifat iri senantiasa dihilangkan dengan cara mengingat
atau mengabdi kepada Tuhan semata. Hal ini dicontohkan oleh kera dan babi.
Meskipun terkadang kedua hewan ini dianggap buruk oleh manusia, nyatanya
jika ada pelajaran baik yang diberikan kedua hewan tersebut bisa dijadikan
contoh. Ibarat rakyat yang dianggap tidak pantas berada di Ujung Puri, di
mana mereka tinggal satu atap dengan orang yang berbeda pekerjaan.
Pengibaratan lain adalah adanya interaksi antara harimau dan harimau tutul.
Meskipun keduanya berasal dari jenis (ras) yang sama, sejatinya saling
Kelakuan hewan ini tidak akan jadi masalah yang berarti. Namun, dalam
kehidupan manusia, hal yang dilakukan oleh hewan di atas tidak pantas ditiru
(misalnya hewan yang iri dan tidak dapat memberi contoh). Pelajaran lain
yang bisa diambil adalah jangan pernah sekalipun mengabaikan Tuhan karena
gembong lawan mong tutul/ tunggal bukti dinadya/ tan kurang kucahing
Gusti/ suprandene kancane dhewe dèn mangsa//
Kang tutul sampun palastra/ ki gembong suka tan sipi/ kang pinusthi
manahira/ malak kakucahing Gusti/ rinangkêp anggêntèni/ mring
lungguhe si mong tutul/ dhuh dene datan kadya/ kewan darbe manah
drêngki/ lagi tumon kanca kadange dèn mangsa//
Lawan malih tanpa dosa/ iba druhakane benjing/ rèh kewan tan dadya
ngapa/ aywa mêngkono ngaurip/ tuladha kewan drêngki/ tan kêna
tinulad pungkur/ aywa mungkur utama/ tumêmêna marang Gusti/ yakti
Gusti tan kilap kawulanira//
Terjemahan:
Balowarti tepinya, selatan rumah yang tidak jauh, rumah kecil ke utara
hadapnya, melekat batu memantasi. Diwarnai pekarangan rumah, pagar
gilik baja mengitari. Di dalam rumah diberi batang besar bercabang,
dibuat lubang sama. Tempatnya didoakan agar menghindari musibah.
Jarang yang tidak cocok, lain jenis satu rumah, satu bukti sehari-harinya.
Banyak kera kecil berulah, kera besar dinaiki, berkacak pinggang
mengangguk-angguk. Begitulah orang berteman, tidak beda mengabdi ke
Tuhan. Rukun tidak punya tata krama.
Dan tidak punya maksud buruk, berbuat buruk temannya iri, banyak
keirian hilang. Hanya ingat mengabdi kepada Tuhan, itu hati suci,
dicontoh keturunannya. Meskipun kera dan babi bila baik, nyata bisa
dicontoh di belakang.
Ada rakyat tidak pantas di dalam taman ujung puri, satu rumah dengan
teman tidak sama pekerjaan dengan satu jenis. Hanya harimau dengan
harimau tutul. Satu bukti dibuat, tidak kurang pemberian Tuhan.
Meskipun demikian temannya sendiri dimangsa.
Yang harimau tutul sudah mati. Harimau ini senang sekali, yang
dimaksud hatinya. Lebih pemberian Tuhan, dirangkap menggantikan
dengan duduknya juga harimau tutul. Dhuh karena tidak seperti hewan
punya hati iri, baru melihat saudaranya dimangsa.
Dan lagi tanpa dosa, kasihan durhakanya nanti. Kelakuan hewan tidak
jadi mengapa. Jangan begitu orang hidup. Contohnya hewan iri yang
tidak dapat dicontoh akhirnya. Jangan mengabaikan keutamaan dengan
sungguh-sungguh pada Tuhan. Nyatanya Tuhan tidak mengabaikan
rakyatnya.
Ajaran lain yang terdapat dalam teks PDUPM adalah ketika Rara
kegundahan hati Kanjeng Gusti yang sedang duduk di Yasa Kambang. Dalam
berbudi, berani, kasar dan lembutnya hati perlu diperhatikan, tahu antara
benar dan salah, memberikan maaf, dan saling menyenangkan hati. Itulah
(baik besar maupun kecil). Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut.
Kidul kanan nging radi kapering/ lan suyasa kambang têpènira/ samya
mabukuh silane/ anglasot wor lan dhukut/ Widasari Rara umaksi/ Jêng
Gusti duk sêmana/ lênggah made ranu/ amawas pamulanira/ Widasari
sutaning pujangga luwih/ èstri wignyèng wirasat//
Dhuh lae dhuh dhasare rêspati/ pantês iku lamun amêngkuwa/ kuwat
amot ngrah wadyane/ ya marang prajanipun/ tejanira wênês tur manis/
titi têtêg watêknya/ tètèh titih tangguh/ nahêni barang sinabda/ sapda
ayu rahayu yuwanèng galih/ galih lila lêgawa//
Wêwatêke barbudi lan wani/ agal alus lêmbut kinawruhan/ wruh iya
lawan dudune/ jait pangaksenipun/ èsmu lindri angrêspatèni/ dhuh yayi
wêwatêknya/ iku Kangjêng Prabu/ aluhur dêrajatira/ kinalulut ya
marang sêsami-sami/ bangsa gung bangsa andhap//
Terjemahan:
Selatan kanan sedikit jauh dan rumah mengambang tepinya. Sama
menyila, silanya duduk bersama dengan rumput. Rara Widasari melihat
Kanjeng Gusti kala itu duduk di tengah telaga mengawasi awalannya.
Widasari anaknya pujangga yang lebih, perempuan lebih punya firasat.
Wah duh dasar bentuknya, pantas itu pabila menguasai. Kuat cukup
mengarahkan pasukannya, ya menuju kerajaannya. Sorotnya cerah juga
manis, tamat teguh tangguh. Menahan sesuatu kebaikan selamat
keselamatan hati. Hati ikhlas.
Sifatnya berbudi dan berani, kasar halus lembut didiperhatikan. Tahu
benar dan tidaknya. Memberi maaf. Senang menyenangkan. Duh adik
sifatnya itu Kanjeng Prabu, atas derajatnya, disukai oleh sesamamnya,
bangsa besar bangsa kecil.
commit to user