Anda di halaman 1dari 49

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB III

KAJIAN ISI

Analisis isi dalam penelitian ini berguna untuk mengungkapkan isi yang

terkandung di dalam naskah Patamanan Dalêm ing Ujung Puri Mangkunêgaran

(PDUPM). Naskah ini berisi tentang cerita sejarah dibuatnya sebuah taman yang

dinamai Ujung Puri. Pertamanan ini terletak di dalam Mangkunegaran, tepatnya di

belakang Pura Mangkunegaran. Selain itu, naskah ini juga menjelaskan mengenai

bangunan-bangunan di dalamnya dan kedatangan lima orang tamu dari

Yogyakarta yang mulai diceritakan pada pupuh Dhandhanggula. Sebelum

memaparkan hasil analisis isi naskah, penulis memaparkan sinopsis. Sinopsis

yang disajikan merupakan sebuah pengantar dengan tujuan mempermudah

pengkajian isi PDUPM.

A. Sinopsis

Teks PDUPM berbentuk gancaran (prosa) berisikan mengenai penamaan

istilah-istilah beserta maknanya yang digunakan di dalam teks. Istilah itu meliputi

penamaan tempat di Ujung Puri, Mangkunegaran yang berupa balowarti, ujuripun

pagêr banon, pradangga gamêlan, suyasa nami bangsal wastra, puyuh rêta, larèn

alit, pot inggil, timbangan griya landhak mêrak, made warih, suyasa kambang,

sana palwaga srêngkara, palataran, sana kukila, suyasa griya (madusita), kajêng

agêng nami kajêng salam, suyasa bangsal kusuma, suyasa bangsal pêngrawit,

dan karang witana. Selain itu, terdapat keterangan tokoh yang disebut ke dalam

teks (teks prosa, halaman 1-13).


commit to user

142
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
143

Teks PDUPM berbentuk têmbang (puisi) diawali dengan penjelasan

bahwa di puri bagian belakang terdapat tanah yang dijadikan taman (letaknya

diatur sedemikian rupa). Tidak disebutkan kapan pembuatan taman atas perintah

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Prabu Prangwedana V yang diberi nama

Ujung Puri dimulai. Balowarti (baluwarti) merupakan istilah yang digunakan

untuk penyebutan pagar beteng yang dibuat kokoh dan hanya mengelilingi taman.

Ukiran pintunya dibuat menyerupai Hyang Arka (Dewa Matahari) dan Hyang

Narasinga (Dewa Wisnu) yang bertugas menjaga puri. Pada bagian tengah taman,

terdapat Puri Agung yang asri (Pupuh I, Kinanthi bait 1-17).

Bangunan di sebelah kiri (utara gapura) diberi nama Sana Pradangga

yakni bangunan tempat disimpannya gamelan bernama Kyai Mardi Swara dan Ni

Ken Raras Rum. Baik yang laras slendro maupun pelog, keduanya berada dalam

satu rumah penyimpanan. Di sebelah barat Sana Pradangga, terdapat bangunan

rumah untuk berbagai macam burung. Sedangkan bangunan sebelah kanan

(selatan gapura) adalah Suyasa Motha (tempat gamelan). Biasanya yang

menghadap ke dalam taman hanya pendeta agama. Bangunan utara gamelan

agung adalah Puyuh Rêta (kelapa merah). Di area tersebut, hewan bulus dibuatkan

rumah panjang dan dapat dilihat dari dalam taman melekat dengan Balowarti.

Dijelaskan pula bahwa di sekeliling taman terdapat parit (Pupuh I, Kinanthi bait

18-39).

Selatan rumah gamelan agung terdapat jalan besar. Dari jalan besar

menuju ke timur dan sedikit menurun, banyak ditemui pot dengan beragam jenis

bunga. Tidak jauh dari sana terdapat pohon belimbing dan pohon mangga
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
144

kemangi yang meneduhi tanaman di bawahnya. Selain itu, terdapat batang pohon

belimbing yang dimanfaatkan sebagai gantungan sangkar burung (Pupuh I,

Kinanthi bait 40-Pupuh II, Mijil bait 10).

Kemudian di sebelah barat terdapat Puyuh Sasra Warna yakni berupa

kelapa yang pada batangnya terdapat payung tembaga indah berwarna putih. Di

bawahnya terdapat kandang tempat landak dan merak yang mahal. Biasanya

setiap pukul tujuh pagi (di dalam rumah), hewan-hewan berupa ayam hutan dan

ayam bekisar saling bersahutan. Samar-samar dari arah timur laut, bersahutan pula

ocehan perkutut dan jenis burung lainnya. Burung sribombok (ruak-ruak), burung

bintit, burung cangak hanya melihat dan cenderung diam. Ikan sungai

bergerombol, burung gedasih saling mengasihi, sedangkan burung petikrah,

burung barau-barau, burung cabak hinggap di atas pohon dan bersuara riuh. Tidak

jauh dari sana terdapat kursi kecil yang saling bergandengan, di tengahnya

terdapat meja kecil. Utara tempat burung yang bersuara, banyak ditanami rumput.

Barat lagi dekat burung merak yang indah, terdapat tempat duduk yang bisa

bergoyang (kursi goyang). Selain itu, dibangun juga kandang kera dan ular.

Sebelah selatan jalan terdapat bangunan rumah, sebelah barat dan timur ada

jembatan juga kolam ikan yang berada tidak jauh dari lokasi tersebut (Pupuh II,

Mijil bait 11-60).

Di sisi lain, masih di tempat yang sama terdapat Yasa Kambang (rumah

mengambang dikelilingi air), sekelilingnya terdapat bunga. Di dalam teks

PDUPM disisipi pesan tersurat bahwasanya manusia harus mengingat Tuhan

dengan mengambil contoh tindakan antara kera dan harimau. Terdapat rumah
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
145

kecil yang menghadap ke arah utara yakni rumah tempat bir. Di depan bangunan

tersebut ada kolam yang indah, sekelilingnya dipenuhi dengan bunga-bunga dan

ada kolam yang dinamai Umbul Bidadari. Diceritakan sebuah pesan bahwa

manusia hidup hanya memuja nyawa, pakaian, dan makanan (Pupuh III, Sinom

bait 1-23).

Balowarti sisi utara dan kiri, terlihat halaman rumah dengan hiasan yang

indah dan pot menggantung. Rumah Madusita nampak rapi dengan segala

perabotnya yang ditata sedemikian rupa. Diceritakan pula pada bagian dalam agak

ke atas, terdapat gambar Mangkunegara IV (beserta istri). Seluruh isi di dalamnya

memberikan kesan mewah, karena perabotnya langsung dari Belanda hingga

Betawi. Tak lupa sekeliling rumah dihiasi dengan bunga-bunga, sehingga mampu

membuat tamu yang datang berkunjung pun enggan beranjak pulang, karena

begitu senangnya dimanjakan dengan keindahan rumah dan taman (Pupuh IV,

Dhandhanggula bait 1-18).

Dimulainya cerita datangnya tamu lima orang perempuan dari

Yogyakarta beserta perawakan (ciri fisiknya) yakni Widasari, Angronsari,

Angronresmi, Angronarsih, dan Sularsih. Kelimanya disambut oleh Tunjungresmi

dan Rara Darmawati. Widasari kemudian meminta keduanya untuk menjadi

pemandu selama di dalam taman, menjelaskan satu per satu bangunan di

dalamnya. Tunjungresmi dan Darmawati menyetujui permintaan Widasari

tersebut, kemudian ketujuhnya mengelilingi taman Ujung Puri bersama-sama.

(Pupuh IV, Dhandhanggula bait 19-29).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
146

Ketujuh wanita tersebut berjalan ke arah timur melihat keindahan taman,

hanya saja Widasari berjalan cepat. Sesekali ia bertanya nama bangunan yang

dilewati sambil mengagumi flora dan fauna di dalamnya. Sesekali pula ketujuhnya

memetik bunga yang ditemui di sepanjang perjalanan menjelajahi taman (Pupuh

V, Asmaradana bait 1-15).

Sepanjang perjalanan, mereka berbicara dan sangat akrab. Tunjungresmi

dan Darmawati meminta tolong, agar kelima tamu yang datang bersedia menjadi

penghibur (sinden) selama tujuh hari. Widasari ingin membantu, namun gaya

pakaian mereka berbeda, takutlah ia jika ketahuan. Tidak lama, ketujuhnya

melanjutkan perjalanan mengitari seluruh bangunan taman hingga sampai di

Karang Witana. Widasari sangat senang, berharap Kanjeng Gusti keluar dan

bercengkerama di dalam taman. Namun, lantas kecewa dengan penjelasan yang

diberikan Darmawati karena Kanjeng Gusti ke taman pada hari Jumat dan Minggu

saja (Pupuh VI, Kinanthi bait 1-65).

Bangunan taman kebetulan bersebelahan dengan pasar. Ketika sampai di

Karang Witana, Tunjungresmi dan Darmawati menjamu kelima tamu perempuan

dari Yogyakarta itu. Angronsari, Angronresmi, Angronarsih, dan Sularsih izin

untuk berjalan-jalan ke arah barat. Sesampainya keempat gadis tersebut di Yasa

Kambang, mereka mandi dan memetik bunga. Pada hari Jumat pagi terdengarlah

suara kearamaian pasar, banyak dagangan dijajakan di sana. Mulai dari sutra

hingga minyak wangi. Mendengar bahwa acara jamuan sudah dimulai,

keempatnya kembali ke Karang Witana. Seluruh tamu undangan pun sudah

datang dan memenuhi tempat tersebut (Pupuh VII, Dudukwuluh bait 1-23).
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
147

Suara gamelan sudah dimainkan, kelima tamu dari Yogyakarta tersebut

penasaran dengan kedatangan Kanjeng Gusti. Karena rasa penasaran, Angronsari

dan Angronresmi kemudian mengintip dari jembatan. Singkat cerita kelima tamu

tersebut diminta mengobati Kanjeng Gusti di Yasa Kambang. Sesampainya di

sana, Widasari bertemu Kanjeng Gusti dan memberikan pesan. Mengobati yang

dimaksud adalah mengobati hati Kanjeng Gusti, bahwasanya orang hidup itu

harus melakukan kebaikan agar selamat dan hatinya merasa ikhlas. Karenanya

sifat Kanjeng Gusti yang disukai oleh semua kalangan sampai hewan merangkak

pun konon tunduk pada beliau. Di bagian akhir diceritakan, selepas mereka dari

Karang Witana, kemudian kembali ke tempat jamuan. Setelah itu kelima tamu

tersebut pulang kembali ke Yogyakarta sambil berpamitan dengan Tunjungresmi

dan Darmawati. Banyak pesan yang dapat diambil pada pupuh ini, contohnya agar

tidak mengandalkan kekuasaan orang tua, ketika meminta hanya pada Tuhan,

jangan terbawa nafsu dan lain-lain. Di bagian akhir pengarang meminta maaf

apabila dalam menulis naskah terdapat banyak kesalahan. Kemudian pada bagian

akhir naskah terdapat keterangan berupa kolofon selesainya naskah ditulis (Pupuh

VIII, Dhandhanggula bait 1-41).

B. Kajian Isi

Kajian isi dibuat guna mengungkapkan isi yang terkandung di dalam teks

PDUPM. Teks PDUPM merupakan teks yang tergolong ke dalam klasifikasi teks

babad dan merupakan salah satu sastra sejarah. Dari segi isinya, babad terbentuk

dari dua unsur pembentuk, yaitu fakta dan seni sastra (Luwiyanto, 2012:116). Dua

unsur tersebut mempunyai titik temu, yaitu


commit sejarah yang dibentuk, berupa cerita
to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
148

kenegaraan, cerita pendirian negara, peperangan, silsilah, dan sebagainya. Fakta-

fakta tersebut diungkap menggunakan media bahasa, sehingga mucullah cerita

naratif (Luwiyanto, 2010:89).

Naskah PDUPM yang berbentuk gancaran (prosa) dan têmbang (prosa)

utamanya pupuh Kinanthi, Mijil, dan Sinom menjelaskan mengenai keadaan

arsitektur dan penamaan istilah mengenai pembagian taman Ujung Puri. Sebelum

mengarah ke cerita babad guna memperdalam analisis serta keindahan pertamanan

Ujung Puri, berikut dipaparkan hasil analisis mengenai letak, keadaan, pembagian

tempat dan penamaan istilah taman Ujung Puri.

1. Awal Mula Pembuatan Patamanan, Keadaan Patamanan, Pembagian

Tempat dan Penamaan Istilah, serta Tokoh di dalam PDUPM

a. Awal Mula Pembuatan Patamanan

Patamanan dalêm Ujung Puri terletak di belakang puri

Mangkunegaran. Hal yang melatarbelakangi penulisan teks PDUPM

adalah adanya perintah pembuatan pertamanan dari Kanjeng Gusti

Pangeran Dipati Arya Prabu Prangwadana V (Mangkunegara V). Hal ini

dijelaskan oleh Iman Tapsir selaku pengarang naskah dalam pupuh

Kinanthi bait ke 5-7.

sirnèng mala kisma ayu/ rinênggèng dadya udyani/ udyanadi ujung


pura/ puri wuri kang rinakit/ rinakit rarekanira/ ingantara pan
kêpering//
têbah lawan cêlakipun/ doning kalangyan kang yakti/ tanapi trap
prênahira/ kèhning suyasa rinakti/ rinêktèn myang sinukarta/
sêsananing kang wêdari//
punika iyasanipun/ Jêng Gusti Pangran Dipati/ Arya Prabu
Prangwadana/ kang kaping gangsal mandhiri/ kolonèl
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
149

kumêndhanira/ pra wadu jroning prajadi// (PDUPM hlm. 2, pupuh I


Kinanthi, bait 5-7)
Terjemahan:
Dibersihkannya kotoran (pada) tanah yang bagus, dihias menjadi
taman, taman yang indah ujung pura, puri belakang yang ditata ditata
tiruannya, di antara tempatnya sedikit ke pinggir.
Jauh dan dekat, tempat pertamanan yang benar, agak ke samping
diatur letaknya, banyaknya rumah merah, dimerah dimuliakan,
tempatnya taman.
Itu hasil karya Kanjeng Gusti Pangeran Dipati Arya Prabu
Prangwadana, penguasa kelima, pemimpin komandan, para prajurit
di dalam kerajaan yang indah.

Dari kutipan tersebut menerangkan bahwa lokasi pembuatan

pertamanan berada di belakang puri Mangkunegaran dilakukan oleh

Mangkunegara V, penguasa ketika itu. Pembuatan diawali dengan

pembersihan tanah yang digunakan sebagai lokasi pertamanan.

Kemudian letak bangunan rumah yang ada di dalamnya ditata dan dihias

sedemikian rupa seolah-olah pembuatannya sudah direncanakan dengan

matang. Lokasi Ujung Puri terletak di sepanjang dinding belakang Pura

Mangkunegaran, tepatnya di ujung sudut Barat Laut Kompleks

Mangkunegaran.

b. Keadaan Patamanan

Melalui artikel yang berjudul “Simbol Modernitas Kota

Mangkunegaran Surakarta” yang disampaikan Susanto dalam acara

Komunitas Blusukan Solo tahun 2012 dengan tema “Mangkunegaran

Pelopor Kota Modern”, menjelaskan bahwa pada masa Mangkunegara V

taman Ujung Puri sering dibuka untuk umum setiap hari Minggu, pukul

08.00-12.00 WIB. Selain itu, Ujung Puri difungsikan sebagai tempat


commit to user
rekreasi keluarga Mangkunegara. Dahulu kala di dalamnya berisikan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
150

berbagai macam binatang seperti jerapah, harimau, singa, kera, ular, dan

lain-lain. Keberadaan hewan tersebut ditemukan pula pada kutipan

berikut ini.

Ngilèn mangetan kang ujur/ mangidul adhêping panti/ pinantês


ngarsa kinrapyak/ kinrakat kawat nam rawit/ jinajaran kêna mêdal/
kidang mênjangan myang kancil//
Srêngkara wrahalit agung/ kemar kudalit tanapi/ kuldilit samya
kêmbaran/ kêbobang bajang pratuwin/ dhanu bajang sapi bajang/
binanjêng konggru suwari//
Tukang truwelulit agung/ tanpa gêgunggung pinarik/ nupta samapta
sadaya/ wus datan kêna winilis/ mangsuli caritanira/ larèn alit kidul
panti// (PDUPM hlm. 13, pupuh I Kinanthi, bait 36-38)
Terjemahan:
Membujur ke barat timur, ke selatan hadapnya rumah yang
membatas di depan pagar. Menempel jaring besar berupa kawat
dianyam halus, berjajar keluar kijang, rusa, dan kancil.
Rumah kera, babi kecil besar, keledai, kuda kecil, dan juga kuda
kecil kembar. Kerbau merah cebol, dan juga kerbau cebol, sapi
cebol, berderetan kangguru, kasuari.
Kera, kelinci kecil besar, tidak ditarik berjajar, ditutup semua, sudah
tidak bisa dihitung. Kembali ke cerita selokan selatan rumah.

Tidak hanya itu, dijelaskan pula dalam artikel tersebut, bahwa

arsitektur bangunan juga kental akan gaya Eropa-Jawa melengkapi

keindahan taman Ujung Puri. Hal ini juga nampak dalam pemberian

perabotan bergaya Eropa berupa meja kecil dari batu pualam yang

berasal dari Belanda di salah satu ruangan, yang diperkuat dengan

kutipan di bawah ini.

Uparêngga rêngganing nglangkungi/ ginêlaran babut kêmbang-


kêmbang/ bang ijo rêta dadune/ palênggahan Jêng Prabu/ made
rêngga rêsban palipit/ palipit renda-renda/ kursilit pinatut/ kênap
mamêr sing Nedêrlan/ myang têmpating sarutu sangking Bêtawi/
warna mas luhur meja// (PDUPM hlm. 52, pupuh IV
Dhandhanggula, bait 11)
Terjemahan:
Terlebih perabotan yang dipajang, dibentangkan tikar kulit kambing
motif bunga (warna)commit
merah, to usermerah, merah muda. Singgahsana
hijau,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
151

Kanjeng Prabu dibuat, dijadikan tempat istirahat. Belipatan renda-


renda, kursi kecil memantasi. Meja kecil pualam dari Belanda dan
tempat cerutu dari Betawi warna emas di atas meja.

c. Pembagian Tempat dan Penamaan Istilah di dalam Patamanan Dalêm

Ujung Puri

1) Balowarti

Balowarti merupakan pagar bata yang biasanya

mengelilingi beteng. Di dalam naskah ini penggunaan istilah

Balowarti dipakai untuk dinding besar dan kokoh yang mengelilingi

pertamanan—Ujung Puri. Hal ini nampak pada kutipan di bawah ini.

Balowarti têgêsipun pagêr banon ingkang ngubêngi bètèng,


punika amung ngubêngi taman kemawon. Ujur punika sangking
linggan mujur, pagêr banon mujur mangetan, lèr kidul,
alangipun ngetan mangilèn, ingkang mangilèn alangipun
samadya satêngah, satêngahipun mawi kaparingan wiwara,
têgêsipun kontên mawi inêb kupu tarung, majêng mangilèn
sarêngganipun. (PDUPM, hlm. ii)
Terjemahan:
Balowarti artinya pagar bata yang mengitari beteng, ini hanya
mengitari taman saja. Hadap ini dari kata dasar mujur, pagar
bata membujur ke timur, utara selatannya, menghalang ke timur
ke barat, yang ke barat halangannya pertengahan, tengahnya
diberikan pintu, maksudnya pintu dengan penutup kupu tarung,
menghadap ke barat letaknya.

Balowarti taman mujur/ lèr kidul mangetan têbih/ têbah


praptèng pungkasira/ pungkas wetan wangun lungit/ bitinging
bètèng ubêngnya/ angubêngi jro wêdari// (PDUPM hlm. 3,
pupuh I Kinanthi, bait 8)
Terjemahan:
Balowarti menghadap, utara selatan ketimur jauh, jauh sampai
ujung, ujung timur dibuat kokoh, pagar beteng sekelilingnya,
mengelilingi di dalam taman.

Dinding yang dimaksud membujur ke arah timur hingga

ujung. Utara dan selatannya menghadap ke barat dan timur. Pada


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
152

bagian tengah yang membujur ke arah barat diberikan pintu dengan

ukiran simbolis kupu tarung (makna lain dari dua daun pintu) yang

menghadap ke barat.

Bagian tengah taman yang dibatasi oleh Balowarti, terdapat

pura agung yang begitu asri menghadap ke arah barat. Puri tersebut

dihias agar nampak serasi. Bagian atas atau puncaknya dicat warna

merah, garis tepi (lis) diberi warna biru muda susun dua. Di luar

puri, terdapat dua pilar yang sama dan batu berwarna putih. Tinggi

lis pada tiang dibuat kurang lebih tujuh kaki/2,1336 m. Selain itu,

dibuatlah gambar rangkaian bunga yang diberi warna kuning pada

bagian pinggirnya dan warna biru pada bagian tengahnya. Tak luput,

pintu kupu tarung berwarna biru muda dengan lis biru tua kira-kira

lima kaki/1,524 m. Hal tersebut sesuai dengan kutipan berikut.

Tandhês kilèn alangipun/ lèr kidul tangkiding kikis/ Balowarti


madyanira/ sinungga pura gung asri/ srining kang sarya
rinêngga/ majêng mangilèn matitis//
Cinawi cawi pinatut/ pinatut luhur ciniri/ cêciri memba Hyang
Arka/
mabang saking graning wukir/ pulas biru lis luhurnya/ nging
biru nèm susun kalih//
Ing jawi pintu lèr kidul/ pinilar pilar rêspati/ batu seta
kakêmbaran/ lepa pingul linawan lis/ lis adêk ing ngada-ada/
mung adêgnya winatawis//
Ing sapta kaki tan langkung/ luhur malih ukir rawit/ rarekan
rakiting kêmbang/ burba warnane kang sari/ rinênggèng ukir
têpinya/ binantu lawan cat kuning//
Kang sari madya winangun/ cinèting biru dumêling/ kèh
rêngganing kang wiwara/ pulas ukir ngrêspatèni/ pipi dhêmpêl
lis santosa/ ompak pinapak pêsagi//
Pintu inêp kupu tarung/ pulas biru nèm ing ngêlis/ mung lis
pulas biru wrêda/ godhak wiyarnya pinasthi/ lèr kidul pan
winatara/ ingantara gangsal kaki//
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
153

Lawan dêging saka pintu/ kang tinamtu sangang kaki/ lêbêting


jro tinalundhag/ kang talundhag batu putih/ pulas langking
têpènira/ langking mêlês tir kinardi// (PDUPM hlm. 3-6, pupuh
I Kinanthi, bait 9-15)
Terjemahan:
Sebelah barat bersih merintang, selatan-utara hingga tepi.
Balowarti tengahnya, dibuat pura agung asri. Asrinya yang juga
dirawat, menghadap ke arah barat.
Dihias-hias menyerasikan. Menyerasikan tinggi berciri, berciri
menyamai Dewa Arka (matahari). Merah dari puncaknya
gunung, warna biru lis tingginya, hanya biru muda susun dua.
Di luar pintu utara selatan, dibagi pilar yang sama. Batu putih
sama rupa, lepa putih dengan lis, lis tiang dibuat, hanya
berdirinya dikira-kira.
Tujuh kaki tidak lebih. Tinggi lagi ukir halus, dibuat dirangkai
bunga. Hilang warnanya yang indah, dibersihkan ukir
pinggirnya. Dibantu dengan cat (warna) kuning.
Yang indah ditengah dibuat, dicat biru jelas. Banyak hiasannya
yang pintu, warna ukiran menyenangkan. Pinggiran kosen lis
yang kuat, umpak dipapak persegi.
Pintu tutup kupu tarung warna biru muda di lis. Hanya lis warna
biru tua, batas lebarnya menentukan. Utara selatan sebab dikira-
kira, di antara lima kaki.
Dan berdirinya dari pintu yang dipastikan sembilan kaki. Masuk
ke dalam tangga, yang tangga batu putih. Warna hitam tepinya,
hitam basah ter (cairan hitam untuk mengecat) dibuat.

Bagian dalam puri terdapat dua patung harimau yang

berwarna belang yang menghadap ke arah pintu. Keduanya sama-

sama menakutkan. Apabila pintu puri dibuka, keduanya nampak

seperti gardu. Seringkali, siapapun yang melihat sepasang patung

harimau tersebut mengira keduanya itu asli dan lebih memilih

kembali. Bagi mereka yang sudah mengetahui jika harimau itu

hanyalah tiruan, lantas kembali ke puri. Patung harimau tersebut

diyakini sebagai perwujudan Dewa Wisnu yang bertugas menjaga

taman.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
154

Lèr kidul maripit pintu/ rarekan mong jalu èstri/ samya tutul
warnanira/ majêng mangetan ngajrihi/ lamun mênga kang
wiwara/ èsthanya kadya jagani//
Mila kèh janma kawangsul/ matakut samar ningali/ tan andipe
mong rarekan/ kang wus wikan wangsul sami/ pinêtha Hyang
Narasinga/ kinon ngrêksa jro wêdari// (PDUPM hlm. 6, pupuh I
Kinanthi, bait 16-17)
Terjemahan:
Utara selatan pinggir pintu, (ada patung) tiruan sepasang
harimau yang sama belang warnanya. Menghadap ke timur
menakuti. Apabila terbuka yang pintu, berwujud seperti gardu.
Maka banyak orang kembali, takut tidak jelas melihat, tidak
mengira hanya tiruan. Yang sudah tahu lantas kembali,
perwujudan Dewa Wisnu yang diminta menjaga di dalam taman.

2) Sana Pradangga

Sana pradangga berasal dari kata sana ‘tempat’ dan

pradangga ‘gamelan’. Merupakan tempat disimpannya gamelan

yang dinamai Kyai Mardi Suwara dan Niken Raras Rum, yakni

gamelan yang memiliki laras slendro dan pelog yang tersimpan

dalam satu ruangan. Lokasinya berada di utara pintu masuk dan

menghadap ke timur. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut.

Salèripun wiwara ing nglêbêt. Sana têgêsipun pagènan. Suyasa


têgêsipun griya. Pradangga gamêlan, inggih punika griya
panggènan gangsa, majêng mangetan. Rakêt têgêsipun krakêt.
Karakêtakên pagêr banon inggih punika griya panggènanipun
Kyai Mardi Suwara. (PDUPM, hlm. ii-iii)
Terjemahan:
Utaranya pintu di bagian dalam. Sana artinya tempat. Suyasa
artinya rumah. Pradangga artinya gamelan, yaitu rumah tempat
gamelan, menghadap ke timur. Raket artinya tempel. Menempel
pagar bata yaitu rumah tempat Kyai Mardi Suwara.

Wangunan malih kadulu/ kering lèr gapura kèksi/ suyasa doning


pradangga/ rinakêtan Balowarti/ wismadi ngetan ajêngnya/
limasan sirap sing sari// (PDUPM hlm. 6-7, pupuh I Kinanthi,
bait 18)
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
155

Terjemahan:
Melihat bangunan lagi, kiri utara gapura terlihat, rumah tempat
gamelan, menempel Balowarti. Rumah yang indah timur
hadapnya, limasan sirap yang indah.

Pinasthi gangsa gyanipun/ Kyai Mardi Swara nami/ jaka laras


sih kêlawan/ Nikèn Raras Rum kang nami/ kang pelog pelag
swaranya/ kang salendro tunggil panti// (PDUPM hlm. 10,
pupuh I Kinanthi, bait 28)
Terjemahan:
Pasti gamelan tempatnya, Kyai Mardi Swara nama, jaka laras
dengan Niken Raras Rum yang nama. Yang pelog bagus
suaranya, yang slendro satu rumah.

Bangunan sana pradangga dibuat tinggi dengan ukiran

yang dipelisir halus. Di atasnya terdapat belandar dan cabang yang

saling menguatkan. Bagian tengah ruangan terdapat batu merah,

dibuat rapat dan ditambahkan semen putih. Dari kejauhan bagian

lantai nampak jelas. Bangunan rumah cenderung berwarna putih, lis

tiang juga berwarna putih. Bagian depan, tengah di antara sisi utara

dan selatan diberikan pagar besi. Ukirannya halus dengan tinggi

kira-kira tidak lebih dari dua setengah kaki/0,762 m. Utara, timur

dan selatan berdirilah soko (saka) yang merapatkan. Sedangkan

sebelah barat berbatasan langsung dengan Balowarti.

Wangunan malih kadulu/ kering lèr gapura kèksi/ suyasa doning


pradangga/ rinakêtan Balowarti/ wismadi ngetan ajêngnya/
limasan sirap sing sari//
Luhur kêtêp têpènipun/ pinalisir ukir rawit/ myang rawa saka
sinongga/ selalit ompak pêsagi/ binantu pang songga uwang/
manjing bêlandar ngêkahi//
Madya wisma srasahipun/ batu rêta rapêt miring/ linut sêmèn
pingul pelag/ rinata alus ing ngusik/ yèn sinawang sing
mandrawa/ jro jrambah katon dumêling//
Wangunan suyasa patut/ pinatut lawan cèt putih/ myang rawa
saka ning wisma/ lis adêk pulas cèt putih/ têtangkit ujuring
wisma/ lèr kidulcommit
pinancakto suji//
user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
156

Ukir lêmbut cinèt pingul/ luhurira winatawis/ dwi kaki lawan


satêngah/ kakirem lan datan luwih/ lèr kidul ngetan ujurnya/
manjing ing saka ngrapêti// (PDUPM hlm. 6-8, pupuh I
Kinanthi, bait 18-22)
Terjemahan:
Bangunan lagi terlihat, kiri utara gapura terlihat rumah tempat
gamelan. Menghubungkan Balowarti, rumah yang indah timur
hadapnya. Limasan sirap (atap) yang indah.
Tinggi kilau tepinya, dipelisir ukir halus dengan rawa saka
menyangga. Batu kecil umpak persegi dibantu cabang
menopang. Berdirinya belandar mengukuhkan.
Tengah rumah lapisnya batu merah rapat miring, ditambah
semen putih indah yang rata halus digosok. Bila dilihat dari
kejauhan, bagian dalam lantai terlihat jelas.
Bangunan rumah serasi, menyerasikan dengan cat putih dengan
rawa sakanya rumah. Lis tiang warna cat putih. Di antara
hadapnya rumah, utara selatan berpagar besi.
Ukir halus bercat putih, tingginya dikira-kira dua kaki dan
setengah. Dan tidak lebih. Utara selatan timur hadapnya,
berdirinya saka merapatkan.

Bagian dalam bangunan diberikan lampu gantung yang

sinarnya bisa memenuhi satu ruangan. Selain lampu gantung,

terdapat kursi emas yang diukir sangat indah. Kursi kecil dan kenap

makin membuat serasi dengan cat berwarna gilap (seperti emas

berkilau).

Kang mangilèn manjing kukuh/ Balowarti jroning panti/ jro


panti malih sinungan/ pandam gantung madya kèksi/ sajuga
mrabani wisma/ kêkêp mrakas pulas muslim//
Kathah warnane kadulu/ kang dumunung suyasadi/ plangkan
rukmi ukir pelak / kang tumancêp luhur nami/ kaprabon marta
baskara/ gilap gumilap mrabani//
Kursilit kênap pinatut/ pinatut linuding prênis/ sinêling sêla-
sêlanya/ kêdhohan ngandhap ngubêngi/ lampit lêmpit puput
papak/ ginêlar pêpêt mêpêti// (PDUPM hlm. 8-9, pupuh I
Kinanthi, bait 23-25)
Terjemahan:
Yang sisi barat berdiri kokoh Balowarti, di dalam rumah. Dalam
rumah diberikan lampu gantung di tengah terlihat, satu (lampu)
menyinari rumah. Penutup warna putih.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
157

Banyak warnanya terlihat bertempat di rumah yang indah. Kursi


emas ukir bagus yang menancap tinggi nama kaprabon marta
baskara. Gilap-gemilap menyinari.
Kursi kecil kenap menyerasikan, menyerasikan ditambah cat
gilap. Disisipi sela-selanya, tempat ludah di bawah mengelilingi.
Lampit lipat ujungnya rata, membentang tutup menutupi.

Bagian dalam rumah juga terdapat berbagai macam burung

seperti jalak tulak, penyu, dan burung pipit. Di antara burung itu,

burung pipit, bekikuk, dan bekisarlah yang dikurung. Sedangkan

burung ayam-ayaman suara kicauannya memenuhi seluruh ruangan.

Hal itu nampak pada kutipan di bawah ini.

Malih wontên kang dumunung/ jro wisma warnaning paksi/


neng bangku alit pinantha/ maripit kilèn kaèksi/ kèh warnaning
kang kukila/ jalak tulak pênyu êmprit//
Nging prit pingul kang kinurung/ bêkikuk bêkisar tuwin/ samya
mungguh luhur meja/ pinahara datan tunggil/ miwah ayam-
ayamana/ munya timbangan jro panti// (PDUPM hlm. 9-10,
pupuh I Kinanthi, bait 26-27)
Terjemahan:
Ada lagi, bertempat di dalam rumah, macamnya burung. Di
kursi kecil berkelompok, pinggir barat terlihat, banyak
macamnya burung. Jalak tulak, penyu, burung pipit.
Hanya pipit putih yang dikurung, bekikuk bekisar dan juga sama
bertempat/diletakkan di atas meja. Dipelihata tidak tunggal
(berpasangan), karena burung ayam-ayaman berkicau di dalam
rumah.

3) Bangsal Wastra

Bangsal wastra memiliki makna rumah yang beratap layar.

Lokasinya berada di sebelah selatan sana pradangga. Hal ini

dibuktikan dalam kutipan berikut ini.

Suyasa nami bangsal wastra têgêsipun griya payon motha,


sakidulipun sana pradangga, sarêngganipun. (PDUPM, hlm.
iii)
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
158

Terjemahan:
Rumah bernama bangsal wastra artinya rumah beratap layar,
selatan tempat gamelan, tempatnya.

Wontên malih kang kadulu/ kanan kidul gapuradi/ wangunan


suyasa motha/ limasan saka ingukir/ ukir gilig warnanira/
rarekan rosan pindha pring// (PDUPM hlm. 10-11, pupuh I
Kinanthi, bait 29)
Terjemahan:
Ada lagi yang melihat, kanan selatan gapura yang indah
bangunan rumah gamelan. Limasan saka diukir, ukir penuh
lubang bentuknya. Dibuat tebu (yang) seakan-akan bambu.

Bagian tengah rumah terdapat lantai yang dibuat serasi,

papannya ditata begitu rapat. Warnanya diserut dan dirakit dengan

ujung yang saling menutupi. Tak luput, kursi kecil kenap

mengelilingi lampu di bagian tengah. Lampu gantung itu

menggantung sangat tinggi hingga menyinari rumah sebelah

timurnya. Yakni tempat para prajurit menghadap seperti santana,

kaliwon, panewu, mantra, demang, rangga dan pendeta agama yang

menghadap ke arah taman.

Wisma madya jrambah matut/ pinatut srasah kinardi/ bêlabak


rapêt rinata/ pinasah rakêt ngêkêti/ rinakit rakit kang warna/
pinuput pêpêt mêpêti//
Lampit lêmpit glar pinuput/ kursilit kênap ngubêngi/ pandam
wisma madyanira/ gumandhul luhur mrabani/ wisma pangetan
ajêngnya/ doning pra wadu sumiwi//
Santana tarap supênuh/ Kaliwon panewu mantri/ dêmang
rangga kang ajaga/ jayeng bojana miranti/ tanapi sewa-sugata /
kang sumiwi jro udyani// (PDUPM hlm. 11-12, pupuh I
Kinanthi, bait 30-32)
Terjemahan:
Rumah tengah lantai serasi, dibuat lapis menyerasikan. Papan
rapat ditata, diserut lekat melekat, dirakit-rakit yang warna. Di
ujung tutup menutupi.
Lampit lipat membentang di ujung, kursi kecil kenap
mengelilingi. Lampu rumah tengahnya bergelantung tinggi
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
159

menyinari rumah timur depannya. Tempat para prajurit


menghadap.
Santana berjajar memenuhi, kaliwon panewu mantra, demang
rangga yang menjaga. Jayeng bojana bersiap dan juga pendeta
agama yang menghadap ke dalam taman.

4) Puyuh Rêta

Puyuh rêta diartikan sebagai pohon kelapa merah atau

kelapa wulung yang tingginya kira-kira 5 kaki/1,524 m. Letaknya

berada di sebelah utara suyasa motha atau bangsal wastra kira-kira

berjarak tiga kaki/0,9144 m dan di depan sebelah timur sana

pradangga kurang lebih satu kaki/0,3048 m. Hal ini sesuai dengan

kutipan berikut.

Puyuh rêta, têgêsipun kalapa abrit godhag 5 kaki. (PDUPM,


hlm. iii)
Terjemahan:
Puyuh rêta, artinya kelapa merah antara 5 kaki.

Lèr suyasa motha agung/ watara lungkang tri kaki/ puyuh rêta
mung sajuga/ lèr kidul malih kang panti/ ngarsa sawetan
pradangga/ winatara mung sêkaki// (PDUPM hlm. 12, pupuh I
Kinanthi, bait 33)
Terjemahan:
Utara rumah gamelan agung, kurang lebih jaraknya tiga kaki.
Puyuh rêta hanya satu, utara selatan lagi yang rumah. Depan
timur tempat gamelan, lebih kurang hanya satu kaki.

5) Larèn Alit

Larèn alit, dapat diartikan sebagai selokan atau parit, yang

berbentuk lubang panjang di tanah tempat aliran air. Selokan yang

dimaksud menghadap ke arah utara hingga ke sana paswata (rumah

para hewan). Jarak ke depan menuju selokan adalah setengah

kaki/0,1524 m. Selokan atau parit yang dimaksud dibuat


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
160

menggunakan batu merah dengan semen warna putih dengan lebar

satu kaki/0,3048 m.

Larèn alit, têgêsipun kalèn alit, mujur mêngalèr, dumugi sana


paswata. ... (PDUPM, hlm. iv)
Terjemahan:
Laren alit artinya selokan kecil, menghadap ke utara, hingga
sana paswata.

Lan samadya kaki langkung/ linuding lêlaren alit/ batu rêta


sêmèn seta/ sêkaki wiyar tan luwih/ binanjêng ngalèr ujurnya/
praptèng don kewan lèr margi// (PDUPM hlm. 12, pupuh I
Kinanthi, bait 34)
Terjemahan:
Dan setengah kaki lebih, diikuti selokan, batu merah semen
putih, satu kaki lebar tidak lebih. Berderetan ke utara hadapnya,
sampai tempat hewan utara jalan.

6) Sana Paswata

Sana paswata berasal dari kata sana ‘tempat’ dan paswata

‘hewan’. Merupakan tempat tinggal hewan seperti kijang, kidang,

kancil, kera, babi, keledai, kuda kecil kembar, kerbau merah, dan

lainnya. Hal ini tertera dalam kutipan berikut ini.

..., dumugi sana paswata. Têgêsipun sana panggènan, paswata


kewan, panggènan kewan. Kadita kidang sangsam
sapanunggilanipun. (PDUPM, hlm. iv)
Terjemahan:
..., hingga sana paswata. Artinya sana ‘tempat’, paswata
‘hewan’. Tempat hewan, seperti kijang, kidang, dan lainnya.

Mawarna-warna satuhu/ pra pas mata jro udyani/ sinungan


suyasa panjang/ lèr rinakêt Balowarti/ rinakit rarekanira/
salirang wisma sirap sing//
Ngilèn mangetan kang ujur/ mangidul adhêping panti/ pinantês
ngarsa kinrapyak/ kinrakad kawat nam rawit/ jinajaran kêna
mêdal/ kidang mênjangan myang kancil//
Srêngkara wraha lit agung/ kemar kuda lit tanapi/ kuldi lit
samya kêmbaran/ kêbobang bajang pratuwin/ danu bajang sapi
bajang/ binanjêng konggru suwari//
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
161

Tukang truwelu lit agung/ tanpa gêgunggung pinarik/ tupta


samapta sadaya/ wus datan kêna winilis/ mangsuli caritanira/
larèn alit kidul panti// (PDUPM hlm. 12-13, pupuh I Kinanthi,
bait 35-38)
Terjemahan:
Bermacam-macam sebenarnya, para bulus terlihat di dalam
taman. Diberikan rumah panjang, utara melekat Balowarti.
Ditata dibuatnya, semua rumah sirap.
Barat timur yang menghadap, selatan hadapnya rumah.
Memantas depan dipagar, jaring besar kawat anyam halus,
berjajar bisa keluar kijang, kidang, dan kancil.
Rumah kera, babi kecil besar, keledai kuda kecil dan juga kuda
kecil sama kembar. Kerbau merah cebol, dan juga kerbau cebol,
sapi cebol. Berderetan kangguru, kasuari.
Kera kelinci kecil besar, tanpa menghitung berjajar. Ditutup
semua, sudah tidak bisa dihitung. Kembali menceritakan
selokan selatan rumah.

7) Pot Inggil

Pot inggil diartikan sebagai pot yang bagus terbuat dari besi

dengan gantungan cabang berjumlah lima. Pot ini ditempatkan

mengelilingi taman. Lokasinya ada di sebelah selatan tempat bangsal

wastra, hingga ke utara, belok ke timur, dan kembali ke selatan

hingga puyuh sasra (menyatakan buah kelapa yang berbuah banyak).

Tidak hanya berhenti di sana, pot tersebut juga diletakkan hingga ke

arah utara griya naga (menyatakan tempat berukiran naga). Di sana

juga terdapat tempat atau rumah bagi satwa landak, burung merak,

dan kera.

Pot inggil, saka tosan, pang gangsal. Sakidulipun griya motha,


nêratas mêngalèr, timbangan êpot pang gangsal kidul. Menggok
mangetan, kasambêtan kajêng nging-nging, wangsul mangidul
malih, dumugi puyuh sasra, têgêsipun klapa sèwu. Griya
landhak mêrak.
Mêngalèr dumugi griya naga tuwin lutung inggih ugi klapa
sèwu timbangan griya landhak mêrak. (PDUPM, hlm. iv-v)
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
162

Terjemahan:
Pot yang bagus, dari besi, bercabang lima. Selatannya rumah
motha, menuju ke utara, timbangan pot bercabang lima selatan.
Belok ke timur, bersambungan di depan. Kembali ke selatan
lagi, hingga puyuh sasra, artinya kelapa seribu. Tempat landak
merak.
Ke utara hingga griya naga dan kera juga kelapa seribu
timbangan tempat landak merak.

Bagian ujung selatan bunga kecil dengan pot menggantung

bercabang lima, terdapat cat berwarna ungu. Sebelah utara,

ditemukan pohon beringin dengan banyak dedaunan. Potnya begitu

besar dan dihias sedemikian rupa. Selain pohon beringin, terdapat

pohon belimbing yang bergerombol dengan di tengahnya ada pot

kembar di sisi selatan.

Pungkas kidul kêmbang lit murwani/ nèng jêmbangan munggoh/


nging jêmbangan pang lima luhure/ samya pulas cèt wungu
kinardi/ lèr malih nambungi/ mandira ngrêmbuyung//
Jinêmbanging cèh agêng cinawi/ lèr tan têbah kang don/
ingkang taru balimbing rondhone/ lir pinatut ngrêmpêl
samadyaning/ nèng jêmbangan sami/ kêmbaran lan kidul//
(PDUPM hlm. 15-16, pupuh II Mijil, bait 3-4)
Terjemahan:
Ujung selatan bunga kecil memulai, pot atas, hanya pot cabang
lima tingginya, sama warna cat ungu dibuat. Utara lagi
menyambung, pohon beringin banyak dedaunan.
Potnya yang besar dihias, utara tidak jauh yang dituju, yang
pohon belimbing daunnya, seperti menyerasikan menggerombol
di tengahnya pot sama kembar dan selatan.

8) Made Warih

Made warih diartikan sebagai tempat air. Lokasinya kira-

kira 7 kaki/2,124 m di sebelah barat ke arah selatan. Di bagian timur

terdapat pohon belimbing. Tidak jauh dari sana terdapat pohon

cemara, letaknya di selatan rumah kera. Dari rumah yang agak besar,
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
163

di atas pot yang bagus menuju ke timur dan turun, sampailah ke

made warih (tempat air). Berikut kutipannya.

Sakilènipun godhak pitu kaki kapering mangidul, sawetan larèn


kilèn, punika balimbing. Sakidulipun griya lutung, kajêng
camora kapering mangilèn, punika margi agêng mangetan
kapanjêran ting inggil timbangan pot saka tosan inggil, punika
radinan ingkang mangetan anjok made warih.Made têgêsipun
warih toya, panggenan toya. (PDUPM, hlm. v-vi)
Terjemahan:
Baratnya kira-kira tujuh kaki agak ke selatan, timurnya parit, itu
belimbing. Selatannya rumah kera, pohon cemara tidak begitu
jauh ke barat, itu rumah besar ke timur tongkat bendera di atas
timbangan pot dari besi bagus, itu jalan yang timurnya turun
tempat air. Made artinya air, tempat air.

9) Suyasa Kambang

Suyasa kambang artinya tempat atau rumah yang

mengapung di atas air, seperti yang dikutipkan di bawah ini.

Suyasa kambang têgêsipun griya ingkang wontên sanginggiling


toya sarêngganipun. (PDUPM, hlm. vi)
Terjemahan:
Suyasa kambang artinya rumah yang ada di atas air tempatnya.

Di sekeliling yasa kambang terdapat bunga yang ditanam di

pot-pot kecil. Pot warna kuning yang ditata berbaris sangat rapi

sebanyak empat puluh empat. Kolam di yasa kambang berwarna

putih, bagian bawah sekelilingnya diberikan batu kerakal kecil dan

batu kerikil yang tidak bisa diambil. Di sekelilingnya terdapat pagar

besi yang terbuat dari baja gilik yang indah, tingginya setengah kaki.

Sebelah selatan yasa kambang, ditemui rumput yang begitu hijau.

Bunga sepatu, bunga patrasari, bunga patraresmi, bunga srigading,

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
164

bunga sridenta, dan bunga sriwulan yang berada di dekat arca sampai

menguning.

Angidêri yasa-kambang/ kêmbang jinêmbanglit alit/ kèh


jêmbangan kapuronta/ catur dasa pat pinarik/ parikan kang
maripit/ mêpêti luhur pinuput/ kêmput lawan pinapak/ pêpêk
pêpak amêpêki/ doning sari sinêling sêla-sêlanya//
Botrawine batu seta/ lèr kidul wetan tanapi/ kilèn maripit
pinapak/ ing ngandhap turut kang têpi/ ginodhag angubêngi/
ing ngantara wiyaripun/ sah asta sinêbaran/ krakallit lawan
karikil/ karikile kinêkêr tan kêna kungkal//
Ngubêngi têpi pinancak/ nging pancak suji kinardi/ waja gilik
warna pelag/ samadya kaki tan luwih/ sinipat amba ripit/ yèn
sinawang ting palêngkung/ rêspati pulas seta/ urut banjar
angubêngi/ angubêngi balumbang gêng yasa-kambang//
Kidul malih yasa-kambang/ dhukut atep pan mawilis/ wilise
araya-raya/ raya-raya riyêp sami/ sami kèksi kang sari/
jinêmbanging gêdhah biru/ cinawi têpènira/ tan kurang luhur tri
kaki/ cakêt lawan pratima wanodya seta//
Wora-wari bang wetannya/ patra sari patra rèsmi/ srigadhing
lawan sridênta/ sriwulan lawan kumuning/ panjrah nupta kang
sari/ ngrêgsalit ngayomi ngayun/ ngayêmi kêmbang-kêmbang/
kêmbang dèn sabilik-bilik/ kèh warnaning sari kanan yasa-
kambang// (PDUPM hlm.35-37, pupuh III Sinom, bait 1-5)
Terjemahan:
Mengitari rumah mengambang, bunga di pot kecil-kecil. Banyak
pot agak kuning, empat puluh empat bebaris. Barisan yang
merapat, menutupi tinggi di akhir. Mengitari hingga di rata,
lengkap-lengkap melengkapi. Tempat bunga disela-selanya.
Kolamnya batu putih, utara selatan timur dan juga barat merapat
di rata. Di bawah urut yang pinggir, di selanya mengelilingi, di
antara luasnya. Berpisah disebar, batu kerakal kecil dengan batu
kerikil. Batu kerikilnya rapat tidak bisa diambil.
Mengelilingi samping dibuat, namun pagar besi dibuat baja gilik
berwujud indah. Setengah kaki tidak lebih. Ditali lebar rapat,
bila dilihat begitu melengkung. Bentuknya di cat putih, urut
berderet mengelilingi. Mengelilingi kolam besar rumah
mengambang.
Selatan lagi rumah mengambang, rumput atap begitu menghijau.
Hijaunya muda, hijau muda sama menyenangkan. Sama terlihat
yang indah, potnya kaca biru. Dijaga tepinya, tidak kurang tingi
tiga kaki. Dekat sekali dengan arca wanita putih.
Bunga sepatu merah timurnya, bunga patrasari bunga
patraresmi, bunga srigadhing dengan bunga sridenta, bunga
sriwulan sampaicommit to userMenyebar rata yang indah, kayu
menguning.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
165

kecil meneduhi depan, meneduhi bunga-bunga. Bunga di


seluruh bilik banyak macamnya bunga sebelah kanan rumah
mengambang.

10) Sana Palwaga Srêngkara dan Srenggani Yasa

Sana palwaga srêngkara merupakan tempat tinggal satwa

kera hingga babi (cèlèng). Cèlèng berasal dari kata cêlêng yang

merupakan kata dasar cêmêng ‘hitam’. Tempat tinggal satwa ini

dijadikan satu hingga membentuk kampung. Ke timur lagi,

menempel pada dinding bata (balowarti) kira-kira 12 kaki/3,658 m

menghadap ke utara adalah tempat bir. Menuju ketimur agak ke

utara kira-kira 2,5 kaki/0,762 m, tempat srenggani yasa atau tempat

gamelan yang bersuara pelan menghadap ke utara dan selatan.

Sana palwaga srêngkara têgêsipun griya kêthek tuwin cèlèng,


mila nami cèlèng punika sangking cêlêng, cêlêng punika linggan
sangking cêmêng, katunggilakên sagriya wangun kampung,
rakêt inggih krakêt, griya karakêt pagrê banon urut
sawetanipun bêlah 12 kaki griya kampung malih majêng
mangalèr punika panggènan bir kapering mangetan sakêdhik
radi mangalèr bêlah gangsal kaki, punika srênggani yasa
têgêsipun gangsa ingkang mungal ririh, yasa sangking suyasa
têgêsipun griya panggènan gangsa, wangun sinom majêng
tatêrusan mêngalèr mangidul sarêngganipun. (PDUPM, hlm.
vi-vii)
Terjemahan:
Sana palgawa srêngkara artinya rumah kera juga babi, maka
nama celeng itu dari celeng, celeng itu kata dasar dari hitam,
dijadikan satu serumah berwujud kampung, raket iya tempel,
rumah menempel pager bata urut timurnya terbagi duabelas kaki
rumah kampung lagi menghadap keutara itu tempat bir tidak
begitu ke timur sedikit agak ke utara dibagi lima kaki, itu
srenggani yasa artinya gamelan yang bersuara pelan, yasa dari
suyasa artinya rumah tempat gamelan, berwujud sinom
menghadap terus ke utara ke selatan tempatnya.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
166

11) Yasa Umbul

Di depan pekarangan ke utara atau di depannya terdapat

tempat yasa umbul. Umbul berasal dari kata mumbul atau

melambung. We diartikan sebagai air. Air yang dipercayai

dikeluarkan oleh bidadari. Hal ini dikutipkan dalam kutipan berikut.

Sangajêngipun malih palataran ingkang mêngalèr inggih


ngajêng srênggani yasa umbul, punika sangking mumbul. We
punika toya apsari widadari, têgêsipun widadari, ingkang
mêdalakên toya. (PDUPM, hlm. vii-viii)
Terjemahan:
Depannya lagi pekarangan yang utaranya depan srênggani yasa
umbul, itu dari melambung. We itu air apsari widadari, artinya
bidadari, yang mengeluarkan air.

Wor dhukut wilis atapan/ angadêk mêtyakên warih/ sangking


tutuk kang pratima/ lir udal lan toya mijil/ sumêrit kras mang
inggil/ kadya udan mangsa catur/ ngudani kêmbang-kêmbang/
kumêmbêng bar kang botrawi/ gih punika umbul we hapsari
nama// (PDUPM hlm. 43-44, pupuh III Sinom, bait 19)
Terjemahan:
Bercampur rumput hijau tua atapnya. Berdiri mengeluarkan air
dari mulut arca, seperti melambung dan air keluar. Mencuat ke
atas seperti hujan musim keempat. Menghujani bunga-bunga.
Menggenang setelah kolam, yaitu umbul air bidadari nama.

12) Sana Kukila

Mangunegara V kala itu, diketahui gemar mengoleksi

berbagai macam burung yang dibeli dari mancanegara (Aminudin,

2010:47). Tidak heran jika di Ujung Puri juga dibangun rumah para

satwa burung. Lokasinya ke utara, kira-kira di tengah ke arah timur

pekarangan terdapat burung johan dan burung derkuku (tekukur)

sabrang. Nampak pada kutipan berikut.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
167

Têrusipun palataran ingkang mêngalèr, samadya satêngah,


satêngahipun palataran. Sana kukila punika mangetan paksi
johan dêrkuku sabrang. (PDUPM, hlm. viii)
Terjemahan:
Terusannya pekarangan yang ke utara, tengah ditengah-
tengahnya pekarangan. Rumah burung itu ke timur burung johan
derkuku sabrang.

13) Madusita

Utara pekarangan terdapat Madusita dimaknai sebagai

tempat atau rumah semedi. Madu yang diikuti sita di sini dimaknai

sebagai tergeraknya hati atau tempat menentramkan hati, yakni

rumah yang digunakan untuk bersemedi. Seperti yang terdapat pada

kutipan berikut.

Salèr malih palataran ingkang rakêt inggih krakêt. Batu banon


suyasa ingkang langkung sae, nami Madusita têgêsipun suyasa
griya. Madu ingkang dipunabêni sita punika makna osik inggih
obah anging obah osiking panggalih, pikajêngipun punika griya
pasêmèdèn sarêngganipun. (PDUPM, hlm. viii-ix)
Terjemahan:
Ke utara lagi pekarangan yang raket ya menempel. Batu bata
rumah yang lebih bagus, nama Madusita artinya tempat rumah.
Madu yang disatukan sita itu bermakna osik ya gerak namun
gerak tergeraknya hati, depannya itu rumah tempat semedi
tempatnya.

14) Kajêng Salam

Barat Madusita terdapat kayu yang besar, dinamai kayu

salam. Arti salam di sini adalah selamat yang diyakini agar seluruh

area Ujung Puri semuanya terlindungi dan diberi keselamatan.

Berikut kutipannya.

Sakilèn Madusita punika wrêgsa pikajêngipun kajêng agêng,


nami kajêng salam têgêsipun salam punika slamêt punika
kajêng salam sadaya ingkang dipun ungkuli wilujêng salêbêting
commit
ujung puri sadaya. to userhlm. ix)
(PDUPM,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
168

Terjemahan:
Baratnya Madusita itu kayu depannya kayu besar, nama kayu
salam artinya salam itu selamat itu pohon salam semua yang
dilebihi selamat di dalamnya ujung puri semua.

15) Bangsal Kusuma

Bangsal kusuma artinya tempat atau rumah yang

difungsikan sebagai tempat penyimpanan bunga-bunga. Hal ini

Nampak pada kutipan berikut ini.

Mangetan punika suyasa bangsal kusuma inggih punika griya


panggènan sasêkaran. (PDUPM, hlm. ix)
Terjemahan:
Ke timur itu suyasa bangsal kusuma yaitu rumah tempat bunga.

Ni Darmawati nahuri/ inggih seh wisma punika/ bangsal


kusuma arane/ kêdhatoning kêmbang-kêmbang/ tumpak
matumpa tumpa/ mêpêti pêpak pinuput/ pêpêt têkeng pungkas
wetan// (PDUPM hlm. 65, pupuh V Asmaradana, bait 8)
Terjemahan:
Ni Darmawati menjawab. Iya sebelah rumah itu Bangsal
Kusuma namanya, kerajaan bunga-bunga. Tindih susun
menyusun, rapat lengkap di akhir. Selesai hingga akhir timur.

16) Suyasa Bangsal Pêngrawit

Suyasa bangsal pêngrawit merupakan tempat para penabuh

gamelan. Jika terus berjalan ke arah timur hingga selokan, akan

ditemui bebagai macam jenis ikan dan jembatan kecil. Hal ini

nampak pada kutipan di bawah ini.

Suyasa bangsal pêngrawit punika griya ingkang dipun rêngga


ukir uga, têrus mangetan dumugi narmadan têgêsipun
bêngawan alit kathah warnining ulam-ulam mangrang waya
têgêsipun kêrtêk. (PDUPM, hlm. ix-x)
Terjemahan:
Suyasa bangsal pangrawit itu rumah yang dirawat ukir juga,
terus ke timur hingga selokan artinya selokan kecil banyak jenis
ikan-ikan waya artinya jembatan.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
169

17) Karang Witana

Karang witana merupakan tempat disimpannya seluruh

jenis karang laut, antara lain karang alun, karang keong, karang alit,

karang lemdora, karang merah, karang yuyu, hingga arca-arca.

Seperti yang terkutip di bawah ini.

Mangetan malih minggah suyasa nami karang witana têgêsipun


griya inggil tuwin ngandhap panggènan sadaya karang-karang
sêgantên. Kadita
karang alun karang lêmdora
karang keyong karang cicir
karang alit liya rayung-rayung
karang lêmdhora dhanyang sumana pancing
karang abrit gumana srêngkara cèlèng
karang yuyu sela liya rêca-rêca kathah
kuldhun sêt
(PDUPM, hlm. x)
Terjemahan:
Ke timur lagi naik rumah nama karang witana artinya rumah
tinggi dengan menghadap tempat semua karang-karang laut.
Seperti
karang alun karang lemdora
karang keong karang cicir
karang alit lain kecil-kecil
karang lemdora danyang tempat pancing
karang merah berwujud rusak babi
karang yuyu batu lain arca-arca banyak
kuda kecil

d. Tokoh di Dalam PDUPM

Naskah PDUPM berbentuk gancaran (prosa) juga memberikan

keterangan tokoh-tokoh yang disebutkan masuk ke dalam cerita babad.

Tokoh-tokoh tersebut terbagi menjadi beberapa bagian keterangan,

seperti para penguasa, adik penguasa yang merangkap sebagai wayang

orang, abdi dalêm, abdi dalêm yang merangkap sebagai wayang orang,
commit
dan kelima orang tamu dari to user
Yogyakarta.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
170

Para penguasa yang disebut ke dalam cerita babad antara lain

Sampeyan dalêm Kangjêng Gusti, Tuwan Mudhi (ahli bahasa), Gusti

Kangjêng Pangeran Arya Dayaningrat (Mangkunegara VI sekaligus adik

Mangkunegara V), dan Gusti Kangjêng Pangeran Arya Andayanata (adik

Mangkunegara V). Hal ini nampak pada kutipan berikut ini.

Para agêng ingkang lumêbêt babad.


1. Sampeyan dalêm Kangjêng Gusti.
2. Tuwan Mudhi, juru basa.
3. Gusti Kangjêng Pangeran Arya Dayaningrat.
4. Gusti Kangjêng Pangeran Arya Andayanata. (PDUPM, hlm. xi)
Terjemahan:
Para penguasa yang masuk cerita.
1. Sampeyan dalem Kanjeng Gusti.
2. Tuwan Mudhi, ahli bahasa.
3. Gusti Kanjeng Pangeran Arya Dayaningrat.
4. Gusti Kanjeng Pangeran Arya Andayanata.

1) Sampeyan dalêm Kangjêng Gusti

Sampeyan dalêm Kangjêng Gusti tidak lain merupakan

Mangkunegara V. Nama kecilnya adalah Gusti Raden Mas Sunita,

ketika dewasa mendapat gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya

Prabu Prangwadana V. Beliaulah sosok yang memerintahkan

pembuatan naskah dan pencetus berdirinya Taman Ujung Puri.

Punika iyasanipun/ Jêng Gusti Pangran Dipati/ Arya Prabu


Prangwadana/ kang kaping gangsal mandhiri/ kolonèl
kumêndhanira/ pra wadu jroning prajadi// (PDUPM hlm. 2,
pupuh I Kinanthi, bait 7)
Terjemahan:
Itu hasil karya Kanjeng Gusti Pangeran Dipati Arya Prabu
Prangwadana, penguasa yang ke lima, pemimpin komandannya
para prajurit di dalam kerajaan yang indah.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
171

2) Tuwan Mudhi, juru basa

Tuwan Mudhi merupakan ahli bahasa. Ahli bahasa yang

dimaksud merupakan orang yang menerjemahkan percakapan antara

dua orang atau lebih yang sama-sama tidak mengerti bahasa yang

digunakan.

... nira Kangjêng Prabu/ pêpak kang samya sumewa/ duk


sêmana Jêng Gusti lagya manggihi/ Mudhi twan juru basa//
(PDUPM hlm. 96, pupuh VIII Dhandhanggula, bait 4)
Terjemahan:
... dialah Kanjeng Prabu, lengkap yang menghadap, ketika itu
Kanjeng Gusti sedang menemui, Tuan Mudhi ahli bahasa.

3) Gusti Kangjêng Pangeran Arya Dayaningrat dan Gusti Kangjêng

Pangeran Arya Andayanata

Tokoh historis yang juga disebut ke dalam cerita babad

ialah Gusti Kanjeng Pangeran Arya Dayaningrat dan Gusti Kangjêng

Pangeran Arya Andayanata. Gusti Kanjeng Pangeran Arya

Dayaningrat merupakan nama yang diberikan ketika Gusti Raden

Mas Suyitna beranjak dewasa. Beliau juga dikenal sebagai

Mangkunegara VI. Sedangkan Gusti Kangjêng Pangeran Arya

Andayanata merupakan anak kedua dari Kanjeng Prabu, nama yang

diberikan ketika beliau masih kecil ialah Gusti Raden Mas Surana.

Aneng made waya lênggah sami/ kang para ri pêpak munggeng


ngarsa/ Jêng Pangran Dayaningrate/ panênggak ri Jêng
Prabu/ Dayanata Jêng Pangran ... (PDUPM hlm. 97, pupuh
VIII Dhandhanggula, bait 5)
Terjemahan:
Ada di tengah jembatan, sama duduk para adik lengkap ada di
depan. Kanjeng Pangeran Dayaningrat. Anak kedua Kanjeng
Prabu, Kanjeng Pangeran Dayanata ...
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
172

Selain tokoh di atas, disebutkan pula adik-adik Mangkunegara V

yang merangkap peran sebagai wayang orang, antara lain Gusti Kangjêng

Pangeran Arya Andayakusuma, Gusti Subyakta, dan Gusti Suprapta.

Seperti yang terkutip di bawah ini.

Ing ngandhap punika para rayi dalêm ingkang ngringkêp dados


ringgit tiyang.
1. Gusti Kangjêng Pangeran Arya Andayakusuma.
2. Gusti Subyakta.
3. Gusti Suprapta.
Terjemahan:
Di bawah ini para rayi dalêm yang merangkap jadi wayang orang.
1. Gusti Kanjeng Pangeran Arya Andayakusuma
2. Gusti Subyakta
3. Gusti Suprapta (PDUPM, hlm. xii)

Gusti Kangjeng Pangeran Arya Andayakusuma memiliki nama kecil

Gusti Raden Mas Suripta. Sedangkan Gusti Subyakta dan Gusti Suprapta

merupakan adik dari Mangkunegara V. Ketika dewasa keduanya

memiliki nama gelar yang diberikan oleh Mangkunegara V, yakni

Kanjeng Pangeran Arya Dayasuputra dan Kanjeng Pangeran Arya

Dayakiswara.

Para abdi dalêm juga turut disebut ke dalam cerita babad ini,

antara lain abdi dalêm dengan pangkat kaliwon, panewu, mantri,

punggawa, dêmang, rangga, rangga marta baskara, tukang nongsong,

dan rêngga jayèng bojana. Seperti dalam kutipan berikut.

Aliya abdi dalêm Kaliwon, panewu, mantri, punggawa, dêmang,


rangga, tuwin rangga marta baskara, tukang nongsong, rêngga
jayèng bojana ingkang sami sumiwi wontên salêbêting ujung puri.
(PDUPM, hlm. xi-xii)
Terjemahan:
Selain itu abdi dalêm (dengan pangkat) kaliwon, panewu, mantri,
punggawa, demang commit
rangga, to user
dan juga rangga marta baskara, tukang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
173

nongsong/memayungi, rengga jayeng bojana yang sama menghadap


di dalam Ujung Puri.

Selain itu, juga terdapat para abdi dalêm yang merangkap

sebagai wayang orang di dalam cerita, yakni Darmawati dan Tunjung

lênggah Bathari Durga—Tunjungresmi. Keduanya menemani kelima

orang tamu yang masih gadis dari Yogyakarta yang bernama Rara

Widasari, Angronsari, Angronrêsmi, Angronarsih, dan Sularsih.

Para abdi dalêm ringgit lèdhèk ingkang ngrangkêp dados ringgit


tiyang.
1. Darmawati, lênggah Srikandhi.
2. Tunjung, lênggah Bathari Durga. Tiyang kalih sami ngancarani
dhatêngipun tamu èstri sangking Ngayodyakarta tiyang 5 iji sami
prawan.
1. Rara Widasari
2. Angronsari
3. Angronrêsmi
4. Angronarsih
5. Sularsih (PDUPM, hlm. xii-xiii)
Terjemahan:
1. Darmawati, duduk Srikandhi.
2. Tunjung, duduk Batari Durga. Dua orang sama menjamu
datangnya tamu perempuan dari Yogyakarta orang lima masih gadis.
1. Rara Widasari
2. Angrosari
3. Angronresmi
4. Angronarsih
5. Sularsih

Rara Widasari berasal dari Yogyakarta, bersama empat orang lainnya

(Angronsari, Angronresmi, Angronarsih, dan Sularsih), ia datang

mengunjungi Ujung Puri. Namun sangat disayangkan, tidak ada

satupun orang yang dapat menjelaskan nama dan bangunan di dalam

taman.

Sangsayeram pra agung ningali/ wontên rara ayu liyan praja/


commit
Ngayodyakarta nagrine/ to user
Widasariranipun/ dêdêg sêdhêng asêmbu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
174

gilig / bah uwijang ambambang/ sadhêt ramping lurus/ lindri liringe


kang netya/ mung cacade radi galak ulat liring/ liringe tan prasaja//
Ukêl nikêl mêpêt ngrêspateni/ waja pasah gilap nglar brêmara/
katon manise lathine/ mêngês pamudhangipun/ manggis rêngat radi
prakati/ sêng kang rukmi uliran/ barleyan gumêbyur/ rasukannya
kurung setra/ sutra wilis belah bantên linut kancing/ songa sisih
barleyan//
Wastra lurik sutra kêpyar langking/ lampah nglêngkèh mongêleh
prasaja/ mêntul alon lembehane/ astanya kanan nambut/ payung
motha wilis cinawi/ têpi rinawis renda/ mimbuhi weh patut/ prapteng
palataran madya/ Madusita catur èstri ngiring wuri/ sinambur
pagunêman//
Rara Angronsari Angronrêsmi/ Angronarsih Sularsih neng wuntat/
samya eram pandulune/ dhuh kangbok Widasantun/ salami ngong
dèrèng udani/ kadya ing ujung pura/ udyana pinunjul/ mung cacade
datan ana/ kang nuduna wangunan sawiji-wiji/ nama myang
jarwanira// (PDUPM hlm. 56-58, pupuh VIII Dhandhanggula, bait
19-22)
Terjemahan:
Sedih sekali penguasa melihat. Ada rara ayu lain kerajaan,
Yogyakarta negaranya. Widasarinya, perawakan sedang. Seperti bau
menyebar, rapat ramping lurus, mata sipit liriknya yang wajah.
Hanya kurangnya agak galak pandangan matanya, matanya tidak
baik.
Disanggul ukel memantasi, gigi bersih seperti lebah. Terlihat manis
mulutnya, mengiris senyumnya seperti manggis retak
menyenangkan. Yang emas, berlian menggelegar. Bajunya
menutupi badan, sutra hijau tua membagi pasti diikuti kancing,
sembilan bagian berlian.
Jarit lurik sutra berwarna hitam. Jalan melenggok (seperti macan
lapar) baik, melambai pelan tangannya. Tangannya kanan memegang
payung berlayar hijau tua ukiran bunga. Pinggirnya diberi renda,
menambahi membuat pantas. Sampai di pekarangan, tengah
Madusita empat perempuan mengiring di belakang, diikuti
percakapan.
Rara Angronsari, Angronresmi, Angronarsih, Sularsih di pohon,
sama persis tatapannya. Dhuh ibu ayu Widasari, selama ini aku
belum tahu seperti di ujung pura. Taman yang paling bagus, hanya
kurangnya tidak ada yang memberitahu bangunan satu persatu nama
dan keterangannya.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
175

2. Flora dan Fauna di Dalam PDUPM

Taman Ujung Puri yang berada di dalam kompleks Mangkunegaran

mempunyai banyak flora dan fauna. Hal ini dibuktikan dengan disebutkannya

flora dan fauna di dalam teks PDUPM, flora dan fauna tersebut antara lain:

a. Flora di Dalam PDUPM

1) Puyuh Reta (Kelapa Wulung)

Puyuh rêta merupakan pohon kelapa wulung, pohon ini

ditanam di Ujung Puri dengan tinggi mencapai kira-kira 5 kaki/1,524

m. Letaknya berada di sebelah utara suyasa motha atau bangsal

wastra yang kira-kira berjarak tiga kaki/0,9144 m dan di depan

sebelah timur sana pradangga kurang lebih satu kaki/0,3048 m. Hal

ini sesuai dengan kutipan berikut.

Puyuh rêta, têgêsipun kalapa abrit godhag 5 kaki. (PDUPM,


hlm. iii)
Terjemahan:
Puyuh reta artinya kelapa merah antara 5 kaki.

Lèr suyasa motha agung/ watara lungkang tri kaki/ puyuh rêta
mung sajuga/ lèr kidul malih kang panti/ ngarsa sawetan
pradangga/ winatara mung sêkaki// (PDUPM hlm. 12, pupuh I
Kinanthi, bait 33)
Terjemahan:
Utara rumah gamelan agung, kurang lebih tiga kaki. Puyuh rêta
hanya satu, utara selatan lagi yang rumah. Depan timur tempat
gamelan, lebih kurang hanya satu kaki.

2) Puyuh Sasra (Kelapa Seribu)

Selain puyuh reta, terdapat puyuh sasra yang juga berada di

Ujung Puri. Puyuh sasra diartikan sebagai kelapa seribu, artinya

kelapa yang memiliki banyak sekali buah dalam satu tangkainya.


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
176

Minggok mangetan, kasambêtan kajêng nging-nging, wangsul


mangidul malih, dumugi puyuh sasra, têgêsipun klapa sèwu.
(PDUPM, hlm. iv)
Terjemahan:
Belok ke timur, bersambungan kayu namun, kembali ke selatan
lagi, hingga puyuh sasra, artinya kelapa seribu.

3) Balimbing (Pohon Belimbing)

Pohon belimbing berada di sebelah selatan rumah para kera.

Diceritakan, pohon belimbing itu memiliki banyak sekali buah. Di

bawah pohon terdapat rumput dan bunga. Bunga yang berukuran

seperti bunga sepatu berada dalam satu pohon berwarna merah dan

kuning.

Sakilènipun godhak pitu kaki kapering mangidul, sawetan larèn


kilèn, punika balimbing sakidulipun griya lutung, … (PDUPM,
hlm. v)
Terjemahan:
Baratnya antara tujuh kaki tidak begitu ke selatan, timurnya
selokan kecil, itu belimbing selatannya rumah kera, ….

Lir sinipat mêngalèr pinarik/ wetan larèn manggon/ ngarsèng


sana pradangga jinèjèr/ jajar lawan kapering balimbing/ woh
nêdhêng andadi/ asining dinulu//
Kang nambungi salèring balimbing/ ngrompyoh ngrêmpêl
ayom/ angayêmi dhukut ing ngandhape/ lêt sadhêpa sari wora-
wari/ bang kêlawan kuning/ satunggal witipun// (PDUPM hlm.
22, pupuh II Mijil, bait 22-23)
Terjemahan:
Menuju ke utara dijajar, timur sungai letaknya depan di rumah
gamelan berjajar. Jajar dengan (jarak yang) agak diperhatikan
belimbing. Buah bertumbuh banyak yang terlihat.
Yang menyambung utaranya belimbing, bergerombol jadi satu
teduh. Meneduhi rumput di bawahnya. Seukuran bunga sepatu,
merah dan juga kuning, satu pohonnya.

4) Kajêng Camora (Pohon Cemara)

Pohon cemara juga disebutkan dalam PDUPM, berada di


commit
sebelah timur jalan yang to user
besar.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
177

… kajêng camora kapering mangilèn, punika margi agêng


mangetan kapanjêran ting inggil timbangan pot saka tosan
inggil, punika radinan ingkang mangetan anjok made warih.
(PDUPM, hlm. v)
Terjemahan:
… pohon cemara tidak begitu ke barat, itu rumah besar ke timur
tongkat bendera di atas timbangan pot dari besi bagus, itu jalan
yang timurnya turun tempat air.

5) Kajêng Salam (Pohon Salam)

Sebelah barat Madusita adalah pohon salam atau kayu

salam. Menurut kepercayaan, pohon salam ini dianggap sebagai

pohon yang melindungi taman. Dengan kata lain, pohon dengan

pengharapan agar di dalam Ujung Puri senantiasa diberikan

keselamatan.

Sakilèn Madusita punika wrêgsa pikajêngipun kajêng agêng,


nami kajêng salam têgêsipun salam punika slamêt punika
kajêng salam sadaya ingkang dipun ungkuli wilujêng salêbêting
ujung puri sadaya. (PDUPM, hlm. ix)
Terjemahan:
Baratnya Madusita itu kayu depannya kayu besar, nama kayu
salam artinya salam itu selamat itu pohon salam semua yang
dilebihi selamat di dalamnya ujung puri semua.

6) Dhukut (Rumput)

Banyak sekali rumput yang menggerombol di atas atap.

Celahnya hampir tak terlihat karena di antara celahnya terdapat

bunga yang harumnya begitu semerbak.

Godhag-godhag ginuthêk kaèksi/ jro dhukut ngrêmpoyok/ titip


atap tanana sêlane/ sasêlane sinêlan kang sari/ sari marbut
wangi/ winangun gyanipun// (PDUPM hlm. 15, pupuh II Mijil,
bait 2)
Terjemahan:
Batas-batas ruang terlihat dalam rumput bergerombol. Rapat
atap tak ada celahnya, dicelah di antara yang indah bunga
semerbak harumcommit
dibuat to user
tempatnya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
178

7) Mandira (Pohon Beringin)

Di dalam Ujung Puri juga terdapat pohon beringin yang

begitu rimbun dengan banyak daun. Letaknya di sebelah selatan.

Pungkas kidul kêmbang lit murwani/ nèng jêmbangan munggoh/


nging jêmbangan pang lima luhure/ samya pulas cèt wungu
kinardi/ lèr malih nambungi/ mandira ngrêmbuyung// (PDUPM
hlm. 15-16, pupuh II Mijil, bait 3)
Terjemahan:
Ujung selatan bunga kecil dimulai, pot atas, hanya pot cabang
lima tingginya, sama warna cat ungu dibuat. Utara lagi
menyambung, pohon beringin banyak dedaunan.

8) Dodol Mangi (Mangga Kemangi)

Terdapat pohon mangga kemangi di sebelah utara agak ke

timur. Mangga tersebut meneduhi bunga-bunga kecil di bawahnya.

Lèr kapering mangetan sakêdhik/ dodol mangi ayom/ angayêmi


sarilit ngandhape/ tarulata wêwana nglèr malih/ jinêmbang
rêspati/ nging jêmbangan pingul// (PDUPM hlm. 16, pupuh II
Mijil, bait 5)
Terjemahan:
Utara agak ke timur sedikit, mangga kemangi teduh. Meneduhi
bunga kecil di bawahnya. Dedaunan lebih utara lagi, pot yang
sama, hanya pot putih.

9) Wora-Wari Bang (Bunga Sepatu Merah), Patra Sari (Bunga Patra

Sari), Patra Rèsmi (Bunga Patra Resmi), Srigadhing (Bunga

Srigading), Sridênta (Bunga Sridenta), Sriwulan (Bunga Sriwulan)

Di dalam yasa kambang, ditanami berbagai macam bunga

seperti bunga sepatu, bunga patra sari, bunga patra resmi, bunga

srigading, bunga sridenta, dan bunga sriwulan. Bunga sriwulan

sampai menguning. Kayu kecil di depan Yasa Kambang meneduhi


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
179

bunga-bunga di depannya. Banyak bunga di seluruh tempat

utamanya sebelah kanan Yasa Kambang.

Wora-wari bang wetannya/ patra sari patra rèsmi/ srigadhing


lawan sridênta/ sriwulan lawan kumuning/ panjrah nupta kang
sari/ ngrêgsalit ngayomi ngayun/ ngayêmi kêmbang-kêmbang/
kêmbang dèn sabilik-bilik/ kèh warnaning sari kanan yasa-
kambang// (PDUPM hlm. 15, pupuh II Mijil, bait 3)
Terjemahan:
Bunga sepatu merah timurnya, bunga patrasari bunga
patraresmi, bunga srigadhing dengan bunga sridenta, bunga
sriwulan sampai menguning. Menyebar rata yang indah, kayu
kecil meneduhi depan, meneduhi bunga-bunga. Bunga di
seluruh bilik banyak macamnya bunga sebelah kanan rumah
mengambang.

10) Tluki Bang Saruni Kuning (Bunga Seruni Merah-Kuning), Andong

Rêsmi (Tanaman Andong) Sênggani Bang (Bunga Senggani Merah),

Noja Seta (Bunga Noja Putih)

Jenis bunga seperti bunga seruni yang berwujud seperti

seruling berwarna merah dan kuning, bunga andong resmi, bunga

senggani berwarna ungu, dan bunga noja berwarna putih pun turut

ditanam di dalam taman. Seperti yang terkutip di bawah ini.

Pataraning kang suyasa/ wangunan ngarsa lèr kèksi/ botrawi


pelag ukirnya/ sari luhur urut têpi/ pratistheng jêmbanganlit/
gêdhah rêta dadu biru/ mawarna kêmbang-kêmbang/ tluki bang
saruni kuning/ andong rêsmi sênggani bang noja seta//
Terjemahan:
Tempat duduk di rumah bangunan depan utara terlihat. Kolam
indah ukirnya bagus tinggi urut pinggir. Bertempat di pot kecil,
kaca merah merah muda biru. Berwarna bunga-bunga, bunga
merah sruni (seruling) kuning, bunga andong resmi, bunga
senggani merah dan bunga noja putih.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
180

b. Fauna di Dalam PDUPM

1) Kidang, Sangsam

Di dalam sana paswata terdapat hewan berupa kidang dan

sangsam (rusa).

… Têgêsipun sana panggènan, paswata kewan, panggènan


kewan. Kadita kidang sangsam sapanunggilanipun. (PDUPM,
hlm. iv)
Terjemahan:
Artinya sana tempat, paswata hewan, tempat hewan. Seperti
kijang kidang dan lainnya.

2) Landak, Merak

Kandang hewan berupa landak dan merak dengan harga

mahal diberikan jaring kawat yang kuat dan tidak dapat dirusak

supaya hewan di dalamnya tidak dapat keluar dengan leluasa.

Griya landhak mêrak. (PDUPM, hlm. iv)


Terjemahan:
Rumah landak merak.

Pinêpêting krakat kawat rawit/ rakêt kunci kukuh/ ambakuhi


tan kêna marejel/ kang kinêkrê jro tan kêna mijil/ sato lawan
pêksi/ landhak mêrak atut//
Terjemahan:
Ditutup jaring besar kawat halus, lekat kunci kuat. Menguatkan
tidak dapat dirusak. Yang disimpan di dalam tidak dapat keluar,
hewan dengan burung, landak merak mahal.

3) Kera, Babi

Sana palwaga srêngkara merupakan rumah tempat satwa

berupa kera dan babi. Selain itu juga ada terdapat hewan bulus,

kijang, kidang, kancil, keledai, kuda kecil sama kembar. Kerbau

merah cebol, dan juga kerbau cebol, sapi cebol. Berderetan


commit
kangguru, kasuari, kelinci to user
kecil dan besar.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
181

Mêngalèr dumugi griya naga tuwin lutung inggih ugi klapa


sèwu timbangan griya landhak mêrak. (PDUPM, hlm. v)
Terjemahan:
Ke utara hingga griya naga dan kera iya juga kelapa seribu
timbangan rumah landak merak.

Sana palwaga srêngkara têgêsipun griya kêthek tuwin cèlèng,


… (PDUPM, hlm. vi)
Terjemahan:
Sana palgawa rusak artinya rumah kera juga babi, ….

Mawarna-warna satuhu/ pra pas mata jro udyani/ sinungan


suyasa panjang/ lèr rinakêt Balowarti/ rinakit rarekanira/
salirang wisma sirap sing//
Ngilèn mangetan kang ujur/ mangidul adhêping panti/ pinantês
ngarsa kinrapyak/ kinrakad kawat nam rawit/ jinajaran kêna
mêdal/ kidang mênjangan myang kancil//
Srêngkara wraha lit agung/ kemar kuda lit tanapi/ kuldi lit
samya kêmbaran/ kêbobang bajang pratuwin/ danu bajang
sapi bajang/ binanjêng konggru suwari//
Tukang truwelu lit agung/ tanpa gêgunggung pinarik/ tupta
samapta sadaya/ wus datan kêna winilis/ mangsuli caritanira/
larèn alit kidul panti// (PDUPM hlm. 12-13, pupuh I Kinanthi,
bait 35-38)
Terjemahan:
Bermacam-macam sebenarnya, para bulus dilihat di dalam
taman. Diberikan rumah panjang, utara melekat Balowarti.
Ditata dibuatnya, semua rumah sirap.
Barat timur yang menghadap, selatan hadapnya rumah.
Memantas depan dipagar, jaring besar kawat anyam halus,
berjajar bisa keluar kijang, kidang, dan kancil.
Rumah kera, babi kecil besar, keledai kuda kecil dan juga kuda
kecil sama kembar. Kerbau merah cebol, dan juga kerbau cebol,
sapi cebol. Berderetan kangguru, kasuari.
Kera kelinci kecil besar, tanpa menghitung berjajar. Ditutup
semua, sudah tidak bisa dihitung. Kembali menceritakan
selokan selatan rumah.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
182

4) Burung Johan, Derkuku Sabrang, Jalak, Tulak, Penyu, Pipit, Burung

Ayam-Ayaman

Sana kukila merupakan tempat yang digunakan untuk

merawat satwa berupa burung. Di dalamnya terdapat burung johan

derkuku (tekukur) sabrang.

Sana kukila punika mangetan paksi johan dêrkuku sabrang.


(PDUPM, hlm. viii)
Terjemahan:
Rumah burung itu ke timur burung johan derkuku.

Malih wontên kang dumunung/ jro wisma warnaning paksi/


neng bangku alit pinantha/ maripit kilèn kaèksi/ kèh warnaning
kang kukila/ jalak tulak pênyu êmprit//
Nging prit pingul kang kinurung/ bêkikuk bêkisar tuwin/ samya
mungguh luhur meja/ pinahara datan tunggil/ miwah ayam-
ayamana/ munya timbangan jro panti// (PDUPM hlm. 9-10,
pupuh I Kinanthi, bait 26-27)
Terjemahan:
Ada lagi bertempat di dalam rumah, macamnya burung. Di kursi
kecil berkelompok, pinggir barat terlihat, banyak macamnya
burung. Jalak tulak, penyu, burung pipit.
Hanya pipit putih yang dikurung, bekikuk bekisar dan juga sama
bertempat di atas meja. Dipelihata tidak tunggal, karena burung
ayam-ayaman berkicau di dalam rumah.

5) Berbagai Jenis Unggas

Berbagai macam ungags dan burung seperti ayam hutan,

barkutut, burung sribombok (ruak-ruak), burung bintit, burung

cangak, burung truntung, burung bluthuk, burung gedasih, burung

gereja, burung cocak (burung barau-barau), burung cabak, burung

merak, jalak penyu, dan jalak tulak juga dipelihara dan berada di

dalam taman Ujung Puri, dibuktikan dalam kutipan berikut.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
183

Pang tumumpang sami pang balimbing/ kinarya cêcanthol/


canthelaning paksi ayam dene/ wana miwah jalak pênyu tuwin/
jalak tulak tunggil/ munya sêndhon runtut//
Wusing ngadat tabuh sapta enjing/ manyora nyêng ngung
ngong/ munya sêndhon jêgigrek ayame/ wana timbang bêkisar
nahuri/ jêgigreg munya njrit/ bêkikuk kaluruk//
Lamat-lamat lèr wetan nahuri/ nyêndhoning munya lon/
barkutut gung kêtêkung anggunge/ myang kêtêko kèh
warnaning paksi/ tanpa rungan sami/ weh sênêng rinungu//
Kang bêbontot sribombok myang bintit/ cangak ngungak
dongong/ jaka wrêda gê dhedher ridhonge/ ngingling-ingling
kanginglingan angling/ nganglang luhur ngliling/ wolung bang
tumiyup//
Paksi thrunthung bêbarung barêngi/ bluthuk anêrondhol/
manuk muna ngkarya nêng unine/ kang gêdhasih mêlas ngasih-
asih/ ririh anyênggani/ sênggag munya umung//
Prênjak cocak cêcabak myang cicir/ ngencokki taruyom/ lir
sasêndhon sasêpah kacêre/ pinilarsa sing mandrawa kadi/
sêboweng mênyanyi/ sêmak sênguk-sênguk//
Kursi alit rarekan panjalin/ ngubêngi tan adoh/ lawan kênap-
kênaplit madyane/ lèring paksi manyora tan têbih/ wor dhukut
kang wilis/ kinubêng pinatut//
Kilèn malih cakêt mêrak asri/ srining kang palunggoh/
palênggahan winangun goyange/ waja trancang estha nam
pênjalin/ binantu cèt kuning/ gantya kang winuwus//
Terjemahan:
Ranting bertumpukan sesama ranting belimbing dibuat
berkaitan. Cantolan burung, ayam hutan dengan jalak penyu dan
juga jalak tulak satu-satunya berkicau sendu bersamaan.
Sudah menjadi adat pukul tujuh pagi, bersuara nyêng ngung
ngong. Suara sendu kaget ayam hutan dan bekisar menyahut.
Kaget bersuara menjerit, bekikuk berseru.
Samar-samar utara timur menyahut, sendunya bersuara pelan.
Perkutut bersenandung gung ketekung suaranya dan suara
banyak macamnya burung. Tanpa terdengar sama, weh senang
didengarkan.
Yang terakhir burung ruak-ruak dengan burung bintit, burung
cangak melihat termenung. Jaka wreda besar kaget, gilirannya
mengingat-ingat ingatan percakapan. Memutari atas mengingat,
wo pucuk merah tertiup.
Burung truntung bersuara bersamaan, burung botuk tanpa bulu,
burung bertengger ya diam suaranya, yang burung gedhasih
melas menyukai. Pelan berbaur, bersuara suara riuh.
Petikrah, barau-barau, cabak, dengan terpisah, menghinggapi
pohon teduh seperti bersendu sepah burungnya. Didengarkan
commit
dari kejauhan seperti to userbersenandung menghela nafas.
bersuara
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
184

Kursi kecil dibuat berangkai, mengelilingi tidak jauh dengan


kenap-kenap kecil di tengahnya. Utaranya burung merak tidak
jauh. Rumput yang hijau tua mengelilingi menyerasikan.
Barat lagi dekat merak indah berkilaunya yang duduk. Tempat
duduk dibuat bergoyang, baja dirancang seperti menganyam
rotan. Dibantu cat kuning, berganti yang diceritakan.

6) Berbagai Jenis Ikan

Selain burung, hewan yang berada di Ujung Puri juga

termasuk berbagai jenis ikan air laut hingga air tawar seperti ikan

wader, gurame, patin, kakap merah, ikan gabus, ikan lele, udang

kayu, kura-kura, penyu, yuyu, dan ikan tombro

Bayak-bayak seluran jro kèksi/ badher kang sumorot/ badhe


jenar jajar lan gerameh/ melembe kalembora myang tagih/
wagallit tanapi/ kakap bang sumambung//
Kutuk kotes lele gêng sawêntis/ nyambangnya sumorot/ urang
watang sapucang ucênge/ bulus pênyu yuyu gêng kapinging/
ngubêng jroning warih/ tombra nem sumambung//
Terjemahan:
Beserakan banyak sekali mengalur di dalam terlihat. Ikan wader
yang terlihat, kuning berjejer dan gurame. Ikan air laut hingga
ikan air tawar. Ikan patin kecil dan juga ikan kakap merah
mengikuti.
Induk dan anak ikan gabus ikan lele besar sebesar betis
berenangnya terlihat. Udang kayu sebesar pohon pinang ikan air
tawarnya. Kura-kura, penyu, yuyu besar rapat sekali.
Mengelilingi di dalam air, ikan tombro kecil beriringan.

3. Simbolisme

Unsur-unsur dalam babad antara lain genealogi, mite, legenda,

hagiografi, simbolisme, sugesti dan sejenisnya. Dalam teks PDUPM unsur

babad yang paling menonjol adalah simbolisme. Pada bagian awal naskah,

terdapat penamaan istilah yang dipergunakan di dalam naskah PDUPM, salah

satu bagiannya memuat aspek simbolisme berupa penamaan kayu besar yang
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
185

bernama Kajêng Salam. Kajêng Salam, memiliki arti agar selamat. Penamaan

tersebut diyakini agar seluruh area Ujung Puri semuanya terlindungi. Berikut

kutipannya.

Sakilèn Madusita punika wrêgsa pikajêngipun kajêng agêng, nami


kajêng salam têgêsipun salam punika slamêt punika kajêng salam sadaya
ingkang dipun ungkuli wilujêng salêbêting ujung puri sadaya. (PDUPM,
hlm. ix)
Terjemahan:
Baratnya Madusita itu kayu depannya kayu besar, nama kayu salam
artinya salam itu selamat itu pohon salam semua yang dilebihi selamat di
dalamnya ujung puri semua.

Selain kajeng salam, terdapat simbolisme berupa penamaan

Madusita, yakni tempat yang dijadikan rumah. Kata madu yang diikuti kata

sita mempunyai makna osik atau gerak, yakni tergeraknya hati. Diharapkan

tempat yang difungsikan sebagai tempat semedi tersebut dapat menjadi

pengubah suasana hati.

Batu banon suyasa ingkang langkung sae, nami Madusita têgêsipun


suyasa griya. Madu ingkang dipunabêni sita punika makna osik inggih
obah anging obah osiking panggalih, pikajêngipun punika griya
pasêmèdèn sarêngganipun. (PDUPM, hlm, ix)
Terjemahan:
Batu bata rumah yang lebih bagus, nama Madusita artinya tempat rumah.
Madu yang disatukan sita itu bermakna osik ya gerak namun gerak
tergeraknya hati, depannya itu rumah tempat semedi tempatnya.

Aspek simbolisme juga terdapat dalam penulisan naskah PDUPM

pada awal penulisan naskah itu sendiri. Pengarang naskah yakni Iman Tapsir

meyakini bahwa penulisan naskah PDUPM tidak terlepas dari hidayah dari

para Ahlul (ahli) pemberian dewa, doa Nabi, dan berkah Tuhan.

Idayating para Ahlul/ ing budi budayèng kapti/ tan lyan sangking
nugrahèng Ywang/ kaping dwi Supangat Nabi/ kalêngkaning jagat raya/
kaping tri barkahing Gusti// (PDUPM hlm. 1, pupuh I Kinanthi, bait 2)
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
186

Terjemahan:
Hidayah para Ahlul dalam budi nalar (dan) keinginan, tidak lain dari
pemberian dewa. Yang kedua doa Nabi, tahu banyak tentang jagat raya.
Yang ketiga berkah Tuhan.

Aspek simbolisme lainnya dalam naskah PDUPM adalah hiasan-

hiasan di pilar dibuat agar serasi menyerupai Hyang Arka (Dewa Matahari).

Dewa Matahari identik dengan dewa yang mampu memberi daya kehidupan

bagi semua makhluk, sama halnya dengan pemberian warna merah pada

bagian atas pilar.

Cinawi cawi pinatut/ pinatut luhur ciniri/ cêciri memba Hyang Arka/
mabang saking graning wukir/ pulas biru lis luhurnya/ nging biru nèm
susun kalih// (PDUPM hlm. 4, pupuh I Kinanthi, bait 10)
Terjemahan:
Dihias-hias menyerasikan, menyerasikan tinggi berciri, berciri
menyerupai Dewa Arka. Merah dari puncaknya gunung, warna biru lis
(garis tepi) tingginya, hanya biru muda susun dua.

Selain di atas pilar, perwujudan Hyang Arka juga terdapat pada rumah yang

beratapkan bunga. Ketika malam tiba, terdapat cahaya yang diyakini berasal

dari Hyang Arka akan diperebutkan. Sehingga tiap lengkungannya menyinari

malam yang gelap.

Suyasadi sinirap sing sari/ kinarya payuyom/ angayêmi rênggan jro


wismane/ luhur pucak nyambat pandam ratri/ bundêr sawoh tiris/
Elêksêtrik murup//
Sinawunging slaga tatur ukir/ gumêbyar sumorot/ rêbut sorot Hyang
Arka dinane/ nguwung-nguwung narawungna wêngi/ sumunu nyunari/
kalindhih kang lindhuk// (PDUPM hlm.28-29, pupuh II Mijil, bait 42-43)
Terjemahan:
Rumah yang indah beratap bunga dipakai untuk tempat berteduh,
meneduhi orang di dalam rumah. Atas pucuk terlihat lampu malam,
bundar dan buah kelapa. Bersinar menyala.
Dibuatnya menutupi bunga dibuat ukir terlihat megah bercahaya, berebut
cahaya Dewa Arka harinya. Melengkung-lengkung, lengkungnya malam
bersinar menyinari mengalahkan yang gelap.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
187

Di dalam naskah PDUPM terdapat perwujudan Hyang Narasinga

(Dewa Wisnu) yang diletakkan di dalam taman dekat pintu masuk. Replika

sepasang harimau loreng ini menghadap ke arah timur dan dipercaya untuk

menjaga taman. Jika kedua pintu terbuka, akan nampak seperti gardu,

sehingga siapapun yang masuk kerapkali menganggap replika tersebut adalah

sepasang harimau asli. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut.

Lèr kidul maripit pintu/ rarekan mong jalu èstri/ samya tutul warnanira/
majêng mangetan ngajrihi/ lamun mênga kang wiwara/ èsthanya kadya
jagani//
Mila kèh janma kawangsul/ matakut samar ningali/ tan andipe mong
rarekan/ kang wus wikan wangsul sami/ pinêtha Hyang Narasinga/ kinon
ngrêksa jro wêdari// (PDUPM hlm. 6, pupuh I Kinanthi, bait 17)
Terjemahan:
Utara selatan pinggir pintu, tiruan (replika) sepasang harimau sama
belang warnanya menghadap ke timur menakuti. Apabila pintu terbuka,
berwujud seperti gardu.
Maka banyak orang kembali, takut tidak jelas melihat, tidak mengira
hanya tiruan. Yang sudah tahu, sama kembali. Perwujudan Dewa Wisnu,
diminta menjaga di dalam taman.

Simbolisme lainnya juga ditemukan pada tokoh Tunjungresmi yang

sering disamakan dengan Batari Durga, yakni istri Dewa Bathara.

... Tunjungrêsmi samya konca/ sring kinarya Bêthari Durga sayakti/


garwa hyang jagat nata// (PDUPM hlm. 60, pupuh IV Dhandhanggula,
bait 25)
Terjemahan:
... Tunjungresmi sama teman, sering disebut Batari Durga sebenarnya,
istri Dewa Bathara ratu.

4. Ajaran Dalam Teks PDUPM

Selain mengandung unsur babad, teks PDUPM juga disisipi ajaran-

ajaran luhur dengan mengambil contoh interaksi antar hewan. Misalnya suatu

waktu terdapat kejadian kera kecil berbuat ulah dan menaiki kera yang besar
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
188

sambil berkacak pinggang. Keduanya sama-sama rukun tetapi tidak punya

tata karma. Selain itu, sifat iri senantiasa dihilangkan dengan cara mengingat

atau mengabdi kepada Tuhan semata. Hal ini dicontohkan oleh kera dan babi.

Meskipun terkadang kedua hewan ini dianggap buruk oleh manusia, nyatanya

jika ada pelajaran baik yang diberikan kedua hewan tersebut bisa dijadikan

contoh. Ibarat rakyat yang dianggap tidak pantas berada di Ujung Puri, di

mana mereka tinggal satu atap dengan orang yang berbeda pekerjaan.

Pengibaratan lain adalah adanya interaksi antara harimau dan harimau tutul.

Meskipun keduanya berasal dari jenis (ras) yang sama, sejatinya saling

memangsa. Ketika harimau tutul mati, harimau lainnya bersenang hati.

Kelakuan hewan ini tidak akan jadi masalah yang berarti. Namun, dalam

kehidupan manusia, hal yang dilakukan oleh hewan di atas tidak pantas ditiru

(misalnya hewan yang iri dan tidak dapat memberi contoh). Pelajaran lain

yang bisa diambil adalah jangan pernah sekalipun mengabaikan Tuhan karena

Tuhan tidak pernah sekalipun mengabaikan hamba-Nya, seperti yang terdapat

dalam kutipan berikut:

Balowarti têpènira/ kidul marga kang kêpering/ wisma lit ngalèr


ajêngnya/ rinakêt batu mantêsi/ winarna kampung panti/ ruji gilik waja
kêmput/ jro wisma sinung pragak/ kinarya plebangan sami/ sananira
palwa kalawan srêngkara//
Atut tan ana sulaya/ sanès jinis tunggal panti/ tunggal bukti sadinanya/
kèh wanara lit andrêgil/ wra agêng dèn tunggangi/ malang krêrik
lêngguk-lêngguk/ mêngkono wong kêkancan/ padha ngawula ing Gusti/
atut runtut nora darbe subasita//
Lan tan darbe arah ala/ ngalani kancane sirik/ kèh ning sêrak-sêrik
sirna/ mung mêlêng ngawulèng Gusti/ punika manah sukci/ tinulad
saturunipun/ sanadyan kang wanara/ lan srêngkara lamun bêcik/ yakti
kêna ing wuri sinudarsana//
Wontên kawula tan yogya/ jroning taman ujung puri/ tunggal panti
commit to kardi/
lawan kanca/ datan apitunggal user kêlawan tunggal jinis/ mong
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
189

gembong lawan mong tutul/ tunggal bukti dinadya/ tan kurang kucahing
Gusti/ suprandene kancane dhewe dèn mangsa//
Kang tutul sampun palastra/ ki gembong suka tan sipi/ kang pinusthi
manahira/ malak kakucahing Gusti/ rinangkêp anggêntèni/ mring
lungguhe si mong tutul/ dhuh dene datan kadya/ kewan darbe manah
drêngki/ lagi tumon kanca kadange dèn mangsa//
Lawan malih tanpa dosa/ iba druhakane benjing/ rèh kewan tan dadya
ngapa/ aywa mêngkono ngaurip/ tuladha kewan drêngki/ tan kêna
tinulad pungkur/ aywa mungkur utama/ tumêmêna marang Gusti/ yakti
Gusti tan kilap kawulanira//
Terjemahan:
Balowarti tepinya, selatan rumah yang tidak jauh, rumah kecil ke utara
hadapnya, melekat batu memantasi. Diwarnai pekarangan rumah, pagar
gilik baja mengitari. Di dalam rumah diberi batang besar bercabang,
dibuat lubang sama. Tempatnya didoakan agar menghindari musibah.
Jarang yang tidak cocok, lain jenis satu rumah, satu bukti sehari-harinya.
Banyak kera kecil berulah, kera besar dinaiki, berkacak pinggang
mengangguk-angguk. Begitulah orang berteman, tidak beda mengabdi ke
Tuhan. Rukun tidak punya tata krama.
Dan tidak punya maksud buruk, berbuat buruk temannya iri, banyak
keirian hilang. Hanya ingat mengabdi kepada Tuhan, itu hati suci,
dicontoh keturunannya. Meskipun kera dan babi bila baik, nyata bisa
dicontoh di belakang.
Ada rakyat tidak pantas di dalam taman ujung puri, satu rumah dengan
teman tidak sama pekerjaan dengan satu jenis. Hanya harimau dengan
harimau tutul. Satu bukti dibuat, tidak kurang pemberian Tuhan.
Meskipun demikian temannya sendiri dimangsa.
Yang harimau tutul sudah mati. Harimau ini senang sekali, yang
dimaksud hatinya. Lebih pemberian Tuhan, dirangkap menggantikan
dengan duduknya juga harimau tutul. Dhuh karena tidak seperti hewan
punya hati iri, baru melihat saudaranya dimangsa.
Dan lagi tanpa dosa, kasihan durhakanya nanti. Kelakuan hewan tidak
jadi mengapa. Jangan begitu orang hidup. Contohnya hewan iri yang
tidak dapat dicontoh akhirnya. Jangan mengabaikan keutamaan dengan
sungguh-sungguh pada Tuhan. Nyatanya Tuhan tidak mengabaikan
rakyatnya.

Ajaran lain yang terdapat dalam teks PDUPM adalah ketika Rara

Widasari yang merupakan anak pujangga diminta untuk mengobati

kegundahan hati Kanjeng Gusti yang sedang duduk di Yasa Kambang. Dalam

perbincangan singkat, Rara Widasari memberikan informasi mengenai


commit
kebaikan dalam menyelamatkan to antara
hati, user lain hati yang ikhlas, sifatnya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
190

berbudi, berani, kasar dan lembutnya hati perlu diperhatikan, tahu antara

benar dan salah, memberikan maaf, dan saling menyenangkan hati. Itulah

mengapa Kanjeng Gusti begitu disegani saudaranya maupun bangsa lainnya

(baik besar maupun kecil). Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut.

Kidul kanan nging radi kapering/ lan suyasa kambang têpènira/ samya
mabukuh silane/ anglasot wor lan dhukut/ Widasari Rara umaksi/ Jêng
Gusti duk sêmana/ lênggah made ranu/ amawas pamulanira/ Widasari
sutaning pujangga luwih/ èstri wignyèng wirasat//
Dhuh lae dhuh dhasare rêspati/ pantês iku lamun amêngkuwa/ kuwat
amot ngrah wadyane/ ya marang prajanipun/ tejanira wênês tur manis/
titi têtêg watêknya/ tètèh titih tangguh/ nahêni barang sinabda/ sapda
ayu rahayu yuwanèng galih/ galih lila lêgawa//
Wêwatêke barbudi lan wani/ agal alus lêmbut kinawruhan/ wruh iya
lawan dudune/ jait pangaksenipun/ èsmu lindri angrêspatèni/ dhuh yayi
wêwatêknya/ iku Kangjêng Prabu/ aluhur dêrajatira/ kinalulut ya
marang sêsami-sami/ bangsa gung bangsa andhap//
Terjemahan:
Selatan kanan sedikit jauh dan rumah mengambang tepinya. Sama
menyila, silanya duduk bersama dengan rumput. Rara Widasari melihat
Kanjeng Gusti kala itu duduk di tengah telaga mengawasi awalannya.
Widasari anaknya pujangga yang lebih, perempuan lebih punya firasat.
Wah duh dasar bentuknya, pantas itu pabila menguasai. Kuat cukup
mengarahkan pasukannya, ya menuju kerajaannya. Sorotnya cerah juga
manis, tamat teguh tangguh. Menahan sesuatu kebaikan selamat
keselamatan hati. Hati ikhlas.
Sifatnya berbudi dan berani, kasar halus lembut didiperhatikan. Tahu
benar dan tidaknya. Memberi maaf. Senang menyenangkan. Duh adik
sifatnya itu Kanjeng Prabu, atas derajatnya, disukai oleh sesamamnya,
bangsa besar bangsa kecil.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai