PDF 20221203 204424 0000
PDF 20221203 204424 0000
X-3
Norma di
Media Sosial
NAMA KELOMPOK
1.Denting Areta R. (06)
2.Halim Satria M. (12)
3.Kinanti Puspita N. (14)
4.Meilani Nur R. (20)
5.Nila Rizqi Sania A.P (27)
6.Praba Setya. (28)
7.Vanisa Tri R. (35) SMA Negeri 1 Cepu
Etika penggunaan media sosial
Dalam beraktivitas di media sosial, hendaknya selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar
sehingga tidak menimbulkan resiko kesalahpahaman yang tinggi.
Sebisa mungkin hindari menyebarkan informasi yang mengandung unsur SARA (Suku, Agama dan
Ras) serta pornografi pada jejaring sosial. Biasakan untuk menyebarkan hal-hal yang berguna dan
tidak menimbulkan konflik antar sesama.
Jangan Sembarangan
upload
Seiring teknologi yang kian maju, hampir semua
kegiatan bisa dibagikan dalam media sosial. Hal ini
dilakukan agar bisa mengabadikan tiap momennya
untuk tetap dikenang dalam waktu lama. Banyak
foto dan video yang dibagikan melalui media sosial,
mulai dari hal yang penting hingga hal detail dalam
kehidupan.
Tidak Berkomentar
dengan kasar
Tidak berkomentar dengan kasar Tak sedikit
netizen ditemui memberi komentar kasar dan
pedas pada media sosial
. Baik itu whatsapp, insagram, facebook, maupun
yang lain. Ada yang mengeluarkan perkataan
tanpa sensor maupun basa-basi sehingga langsung
mengena.
Seringkali kata-kata yang dikeluarkan bertujuan
untuk merendahkan orang yang posting. Serta
bisa juga ditujukan hanya menanggapi konten
postingan.
Sebab berita, kabar, atau objek di konten
mengandung hal tabu atau tak pantas.
Vanisa Tri R
(35)
Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi digital dan informasi menjadi begitu maju dan canggih.
Kemajuan ini terjadi di seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.
Munculnya berbagai situs jejaring sosial menjadi salah satu bentuk penerapan teknologi informasi.
Di Indonesia, saat ini, semua kalangan sudah menggunakan media sosial, mulai dari anak-anak hingga
dewasa,tidak sedikit bahkan yang mengalami ketergantungan dengan hal tersebut,seiring
perkembangan teknologi, berbagai dampak negatif pun muncul. Salah satunya adalah mudah
tersebarnya informasi palsu atau hoaks.
Denting Areta R
(06)
Pelecehan Verbal
(non-fisik)
Obrolan tentang instastory milik Via
Vallen dan Gita Savitri tentunya masih
segar di ingatan kamu ‘kan, Sqauad?
Keduanya mendapatkan pesan yang
tidak pantas pada akun instagram
masing-masing. Respon yang mereka
berdua berikan dalam menghadapi pesan
tidak pantas tersebut ialah dengan mem-
blow up masalah ini di akun instagram
dalam bentuk instastory sebagai tanda
bahwa mereka berani melawan
pelecehan seksual dan memilih untuk
tidak tinggal diam terhadap apa yang
mereka alami
Denting Areta R
(06)
Squad, mungkin kamu sudah ga asing lagi ya sama istilah akun palsu
atau fake account. Beberapa dari kita mungkin memiliki second account
untuk satu sosial media. Namun, penggunaan akun palsu ini bisa
merugikan seseorang, lho. Seseorang akan dengan mudah membuat
akun palsu demi mencapai tujuannya. Lebih jauh lagi, akun palsu juga
dapat berujung kepada tindakan kriminal.
Nila Rizqi S.A.P
(27)
Jangan banyak
mengumbar kemesraan di
media sosial
Hadirnya media sosial membuat kita selalu ingin mengunggah setiap momen indah bersama
orang tersayang, termasuk bersama pasangan.
Hal itu seperti seakan-akan ingin memberitahu pada seluruh dunia bila hubungan asmara
yang Anda jalani adalah hubungan yang sempurna dan impian semua orang.
Tapi terkadang, mengunggah foto bersama kekasih akan membuat pasangan merasa tidak
nyaman.
Bukannya menambah romantisme, hal ini justru berisiko memicu perdebatan atau
pertengkaran dengan pasangan.
Halim Satria M
(12)
Plagiarisme dan
pembajakan
Plagiarisme di bangsa kita marak terjadi tak terkecuali
terjadi di ruang media sosial. Sedangkan pembajakan
atau tindakan penggandaan secara tidak sah hasil karya
orang lain kemudian didistribusikan untuk mendapat
keuntungan ekonomis juga masih rentan.
Contoh aksi plagiarisme yang biasa kita jumpai adalah
tindakan mengambil konten/hasil karya orang lain tanpa
ijin si pemilik karya; kemudian memposting ulang (repost)
konten tersebut tanpa mencantumkan kredit kepada
pemilik konten/karya
Praba Setya
(28)
Bullying
in g d a p a t d ila k u k a n m ela lui media
Tindakan bully
pes a n te x t, g a m b a r vid eo , panggilan
seperti
ch a t ro o m , Inst an t M es sa ging
telepon, e-mail,
ia S o si a l, d a n w eb si te . Tu juan yang
(IM), Situs Med
ap a i d a la m a rt ik el in i a d a lah untuk
ingin dic
k a n b u lly in g d i m ed ia so cial dan
menjelaskan tinda
. H a si l st u d i m en u n ju k k a n bahwa
pencegahan
in te rn et , p er a n o ra n g tu a harus lebih
etika ber
f m en g a w a si p er k em b a n g an anaknya
intensi
g a ru h m ed ia in te rn et , a p arat sipil
terhadap pen
n ru tin m el a k u k a n k a m p a nye “anti
kepolisia
lly ) d i se k o la h , k a m p u s/in stansi
bullying” (stop bu
k a t, d a n m el ib a tk a n o rg a nisasi
dan masyara
k m en g a w a si p er ed a ra n kejahatan
social untu
cyberbullying
Itulah contoh norma
dimedia sosial beserta
gambarnya. Berikut
adalah contoh kasus
yang terjadi
Yusniar (27) adalah seorang ibu rumah tangga di
Makassar, Sulawesi Selatan. Ia dijerat karena status
Facebook yang diunggahnya pada 14 Maret 2016.