Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TA. 2022-2023

Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik


Nama : Khosyiah
NIM : 7774220003
Kelas : MAKSI 1 A

Jawaban No. 1 :

Kepemilikan Pemerintah Daerah Kabupaten Benteng Takeshi adalah 40% dan


merupakan investasi permanen, seingga metode yang digunakan adalah metode ekuitas,
sesuai dengan PSAP 06 Paragraf 36:
(b) Metode ekuitas :
“Dengan menggunakan metode ekuitas pemerintah mencatat investasi awal sebesar
biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar bagian laba atau rugi
pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba kecuali dividen dalam bentuk saham
yang diterima pemerintah akan mengurangi nilai investasi pemerintah. Penyesuaian
terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan investasi
pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing
serta revaluasi aset tetap.”
Maka nilai investasinya adalah sebesar nilai investasi awal ditambah bagian laba pemerintah,
yaitu:
Nilai investasi awal (400.000 lembar x Rp1.000) Rp400.000.000
Bagian laba pemerintah (40% x Rp98.000.000) 39.200.000
Nilai Investasi akhir tahun 2022 Rp439.200.000

Jawaban No. 2 :
Tidak, karena suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila
penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan
atau standar akuntansi pemerintahan yang berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa

Khosyiah (7774220003)
perubahan tersebut akan menghasilkan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan, atau arus kas yang lebih relevan dan lebih andal dalam penyajian laporan
keuangan entitas.

Jawaban No. 3 :

Yang dilakukan Ibu Mira tidak benar, seharusnya atas perubahan masa manfaat
tersebut dilakukan tahun 2022 sampai 2027 pada Laporan Operasional dan CALK, Apabila
tidak memungkinkan, harus diungkapkan alasan tidak mengungkapkan pengaruh perubahan.

Dasar-dasar aturan :

a. Dasar aturan Laporan Operasional : PP Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar


Akuntansi Pemerintah
b. Dasar aturan CALK (Catatan atas Laporan Keuangan) : Sistematika Penulisan Catatan
atas Laporan Keuangan Bagian Hukum mengacu pada Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011

Jawaban No. 4 :

Sesuai PSAP 13 Paragraf 74, Laporan Operasional satker BLU memuat pos
pendapatan loyang diklasifikasikan berdasarkan sumber pendapatan seperti:

a. Pendapatan dari Alokasi APBN/APBD


b. Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat
c. Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas akuntansi/entitas pelaporan
d. Pendapatan hasil kerja sama
e. Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas/barang/jasa
f. Pendapatan BLU lainnya

Bila terdapat rincian mengenai pendapatan satker BLU, maka harus disajikan lebih lanjut
pada catatan atas Laporan Keuangan.

Khosyiah (7774220003)
Jawaban No. 5 :

a. analisis mengenai keuntungan dan kerugian privatisasi BUMN


Keuntungan apabila BUMN melakukan privatisasi adalah menambah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), bermanfaat sebagai lokomotif
penggerak ekonomi nasional, dapat menarik modal asing guna mencapai tingkat
pertumbuhan yang lebih tinggi, investasi yang merangsang pertumbuhan terbatas
untuk membentuk tabungan domestik, berkurangnya campur tangan birokrasi
pemerintah terhadap pengelolaan perusahaan dan meningkatkan profesionalitas
pengelolaan perusahaan.

Sedangkan kerugian Privatisasi adalah pelaksanaan privatisasi selama ini


seperti menjual BUMN yang ada pada pihak asing demi menyelamatkan APBN,
terlihat bahwa pelaksanaan privatisasi BUMN hanya sebagai jalan pintas untuk
memindahkan kepemilikan modal BUMN ke tangan pemodal swasta/asing, karena
tidak dilandasi dengan aturan Undang-undang yang jelas.

BUMN tidak semuanya dapat diprivatisasi, oleh karena itu pemerintah harus
lebih selektif dalam menetapkan BUMN-BUMN mana yang akan diprivatisasi
sehingga BUMN dapat menjalankan visi dan misinya sesuai dengan latar belakang
pembentukan masing-masing BUMN. Seperti PT. Bio Farma sebaiknya tidak
diprivatisasi karena tujuan utama pendiriannya adalah untuk bidang kesehatan
masyarakat dan lebih mengutamakan derajat kesehatan masyarakat dari pada
memupuk keuntungan.

b. Strategi Privatisasi BUMN


Privatisasi BUMN dapat ditempuh melalui beberapa metode, antara lain
melalui penjualan saham di pasar modal, privat placement oleh investor dalam negeri
dengan penyertaan di bawah 50%, privat placement oleh investor dalam negeri
dengan penyertaan di atas 50%, privat placement oleh investor luar negeri dengan
penyertaan di bawah 50%, privat placement oleh investor luar negeri dengan
penyertaan di atas 50%. Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan masing-
masing. Dengan memperhatikan kelebihan dan kelemahan dari setiap metode,
kemudian membandingkannya dengan privatisasi yang ideal sebagaimana diuraikan

Khosyiah (7774220003)
sebelumnya, maka dapat dipilih metode yang paling cocok untuk privatisasi BUMN
yaitu:
 Privatisasi Melalui Pasar Modal : Pada strategi privatisasi melalui pasar modal,
pemerintah menjual kepada publik semua atau sebagian saham yang dimiliki atas
BUMN tertentu kepada publik melalui pasar modal. Umumnya, pemerintah
hanya menjual sebagian dari saham yang dimiliki atas BUMN tersebut. Strategi
ini akan menghasilkan suatu perusahaan yang dimiliki bersama antara pemerintah
dan swasta. Proporsi kepemilikan pemerintah atas BUMN ini akan menurun.
o Privatisasi Melalui Private Placement oleh Investor Dalam Negeri dengan
Penyertaan di bawah 50% Pada strategi ini, pemerintah menjual sebagian
kecil (kurang dari 50%) dari saham yang dimiliki atas BUMN tertentu
kepada satu atau sekelompok investor dalam negeri. Calon investor pada
umumnya sudah diidentifikasi terlebih dulu, sehingga pemerintah dapat
memilih investor mana yang paling cocok untuk dijadikan partner
usahanya.
o Privatisasi Melalui Private Placement oleh Investor Dalam Negeri dengan
Penyertaan di atas 50% Seperti halnya alternatif sebelumnya, privatisasi
melalui privat placement oleh investor dalam negeri dengan penyertaan di
atas 50% akan menghasilkan dana bagi pemerintah untuk menutup devisit
anggaran. Namun demikian alternatif ini tidak dapat mendongkrak
perekonomian nasional, karena dana yang ditanamkan di BUMN berasal
dari dalam negeri (sektor swasta). Penyertaan investor di atas 50% akan
menyebabkan investor baru memiliki kekuatan untuk ikut menentukan
kebijakan dalam menjalankan kegiatan operasional BUMN, sehingga akan
terjadi pergeseran peran pemerintah dari pemilik dan pelaksana usaha
menjadi regulator dan promotor kebijakan. Visi, misi dan strategi BUMN
mungkin mengalami perubahan. Demikian pula pemanfaatan teknologi
informasi, proses bisnis internal, serta budaya kerja akan mengalami
perubahan. Kemampuan akses ke pasar internasional barangkali masih
diragukan, karena sangat tergantung dari kemampuan investor baru untuk
menembus pasar internasional.
o Privatisasi Melalui Private Placement oleh Investor Luar Negeri dengan
Penyertaan di bawah 50% Alternatif ini akan menyebabkan adanya aliran

Khosyiah (7774220003)
dana masuk ke Indonesia, yang sangat berarti untuk mempercepat
perputaran perekonomian dan penyerapan tenaga kerja. Investor luar
negeri pada umumnya menginginkan adanya good corporate government
dalam mengelola BUMN. Namun dengan penyertaan kurang dari 50%
investor baru tidak memiliki kekuatan untuk memaksakan kehendaknya.
Investor luar negeri dapat diharapkan untuk mentransfer ilmu pengetahuan
dan teknologi baru kepada BUMN. Keikutsertaan investor luar negeri
dalam pengelolaan BUMN diharapkan dapan memberikan suasana baru
dalam lingkungan BUMN, dan diharapkan dapat merubah budaya kerja
karyawan BUMN menjadi lebih baik. Namun demikian semua harapan
tersebut masih tergantung kepada pemerintah Indonesia yang masih
memegang mayoritas saham BUMN tersebut.
 Strategi Privatisasi : Privatisasi yang telah dilaksanakan selama ini pada
kenyataannya mengalami banyak hambatan, antara lain terbatasnya jumlah
investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya di BUMN Indonesia.
Rendahnya minat investor, terutama investor asing, terutama dipicu oleh tidak
jelas dan tidak konsistennya peraturan yang berkaitan dengan penanaman modal,
kurang transparannya pemerintah dalam membuat keputusan yang berkaitan
dengan privatisasi, serta kurangnya sosialisasi kepada pihak-pihak yang terkait
dengan BUMN yang akan diprivatisasi.
 Aturan yang Jelas : Salah satu strategi pemerintah diantaranya, yaitu ketika
menghadapi BUMN yang akan diprivatisasi memiliki permasalahan yang unik,
hal ini seharusnya bukan merupakan hambatan bagi pemerintah untuk menyusun
suatu sistem dan prosedur privatisasi yang jelas dan diberlakukan untuk semua
BUMN yang akan diprivatisasi.
 Sosialisasi : Penolakan terhadap privatisasi yang terjadi baru-baru ini lebih
banyak disebabkan kurangnya pemahaman dari pihak-pihak yang terkait dengan
BUMN yang akan diprivatisasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses
privatisasi BUMN. Untuk memperkecil resiko penolakan di masa yang akan
datang, seyogyanya dilakukan sosialisasi yang memadai tentang maksud dan
tujuan, sasaran, serta strategi yang diambil oleh pemerintah dalam rangka
melakukan privatisasi untuk BUMN tertentu. Selain itu, sosialisasi terhadap

Khosyiah (7774220003)
sistem dan prosedur privatisasi harus dilaksanakan, terutama kepada pihak-pihak
yang memiliki keterkaitan dengan privatisasi BUMN.
 Transparansi : Pengambilan keputusan yang dilakukan pemerintah berkaitan
dengan proses privatisasi dinilai kurang transparan dan tidak mengacu kepada
suatu sistem dan prosedur yang jelas. Dalam rangka meningkatkan transparansi,
pelaksanaan proses privatisasi seyogyanya mengikuti sistem dan prosedur yang
telah ditetapkan, dan dilakukan secara terbuka, dalam arti tidak ada informasi
yang disembunyikan. Dengan demikian pihak-pihak yang berkepentingan dapat
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan privatisasi BUMN, serta ikut
mengawasi terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses
privatisasi BUMN.
c. Kinerja BUMN di Indonesia
Problem yang selama ini menggelayuti BUMN sehingga tidak efisien harus
diselesaikan dengan cara :
1. Mengevaluasi status BUMN terkait, apakah sebagai unit usaha yang profit
oriented atau mengutamakan kepentingan masyarakat.
2. Mereformasi organisasi BUMN dengan restrukturisasi modal, tenaga kerja dan
budaya. Tetapi restrukturisasi ini diusahakan seminimal mungkin
menimbulkan gejolak yang merugikan semua elemen terkait, terutama tenaga
kerja.
3. Penegakan hukum dengan memberikan sanksi yang tegas pada setiap
penyelewengan dan kekeliruan yang dilakukan.
4. Memilih orang-orang yang memiliki kredibilitas tinggi untuk menduduki
posisi-posisi strategis dalam BUMN.

Dengan cara ini wajah BUMN ke depan akan lebih baik. Akhirnya,
menghadapi arus besar bernama globalisasi, tidak ada pilihan untuk menghindar.
Sebaliknya, BUMN harus menghadapinya dengan mengedepankan prinsip-prinsip
transparansi dan keperpihakkan kepada masyarakat. Tuduhan bahwa BUMN akan
menjadi problem dalam arus pasar bebas ternyata tidak terbukti. Justru pasar bebas
sendiri mengalami paradoks, berupa meningkatnya angka pengangguran dan
kemiskinan. Disinilah BUMN mengambil peranan. Sebagai bangsa yang mempunyai
kepentingan nasional, liberalisasi harus idsikapi dengan pemihakan pada kepentingan
rakyat banyak.

Khosyiah (7774220003)

Anda mungkin juga menyukai