966 6597 1 PB 1
966 6597 1 PB 1
net/publication/323170032
CITATION READS
1 2,145
1 author:
Hefri Yodiansyah Th
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Persada Bunda
82 PUBLICATIONS 192 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Hefri Yodiansyah Th on 30 November 2018.
Abstract
Media literacy is needed for society to be smart should have the ability to access, analyze, evaluate
and communicate the message. In a democracy today would be difficult to enforce, if people are not
aware of the media literacy. The mass media are one of the pillars of democracy optimal role in
processing information required in the current eras. The competence media literacy as a key
condition to manage the ability to analyze the structure of the message in utilizing the basic
concepts of science to understand the context in the domain of a particular field. Media information
and media literacy in a community that communication patterns in the work process and produce
information in the media "content and programs" which he founded, consequently communication
planning as a conceptual framework in the process of content creation and media literacy
programs. The method used in this study is a qualitative method interpretative paradigm. First, it
has been discovered for media content information even experience the effects of culture. Second,
Competence access media literacy action contributes to the mass media is very useful to people's
lives. And requirements that must be adhered companion is how media literacy is used with a
healthy and orderly. Third, Series of media literacy can motivate users (finding form; typology
construction, ontological, epistemological, and axiological) a variety of media literacy and
competence to understand the effect on future.
Keywords: Understanding, Using, Learning, Strategic Communications
Abstrak
Literasi media sangat dibutuhkan agar masyarakat menjadi cerdas harus memiliki kemampuan untuk
mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengomunikasikan pesan. Dalam demokrasi saat ini
akan sulit ditegakkan, jika masyarakatnya tidak melek media (literasi media). Media massa salah
satu pilar demokrasi yang berperan optimal dalam memproses informasi yang dibutuhkan dalam era
terkinian saat ini. Kompetensi literasi media sebagai syarat utama dalam mengelola kemampuan
menganalisa struktur pesan dalam mendayagunakan konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan untuk
memahami konteks dalam ranah bidang tertentu. Media informasi dan literasi media dalam sebuah
komunitas yang dapat pola komunikasi dalam proses kerja dan media informasi dalam menghasilkan
“isi dan program” yang dia dirikan, akibatnya perencanaan komunikasi sebagai kerangka konseptual
dalam proses pembuatan isi dan program literasi media. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kualitatif dengan paradigma interpretative. Pertama, telah menemukan content
media informasi bahkan mengalami efek budayanya. Kedua, Kompetensi akses media aksi
memberikan kontribusi literasi media massa ini sangat berguna bagi kehidupan masyarakat. Dan
persyaratan pendamping yang harus ditaati adalah bagaimana literasi media dipergunakan dengan
sehat dan teratur. Ketiga, Rangkaian literasi media yang dapat memotivasi penggunanya (bentuk
temuan; tipologi konstruksi, ontologis, epistemologis, dan aksiologis) berbagai literasi media dan
kompetensi untuk memahami efek di masa depan.
Keywords: Memahami, Menggunakan, Mempelajari, Strategis Komunikasi
massa. Disinilah, akses literasi media aksi pihak–pihak baik itu, peran pemerintah,
dapat dipahami sebagai serangkaian peran industry, peran individual, bahkan
kemampuan memahami, menggunakan, peran individu dalam kelompoknya
mempelajari, dan strategis komunikasi (komunitas) saat ini. Alhasil, peranan
mengenai perilaku pengguna media massa literasi media pihak tersebut dapat
dalam memanfaatkan dan memberi akses mengawali proses perencanaan
positif mengkomunikasikan pesan–pesan komunikasi dalam perkembangan konten
(symbol–symbol) yang diberikan oleh isi dan program media massa yang begitu
media massa dengan “literasi” melek banyaknya dilihat dari kebutuhan manusia
medianya (media edukasi maupun edukasi begitu banyak. Sehingga berdampak pada
media) (Druick 2016). aspek kegunaan media dan penikmat
Akses media aksi adalah kemampuan media sebagai hal rencana aksi literasi
seseorang berhadapan dengan media media ini.
konten “isi dan program“ dengan kontek Peran pemerintah dalam hal ini untuk
diri dan kesadaran diri dalam berbudaya mewujudkan kemampuan individu, dan
mulai dari diri sendiri, keluarga, kawan– individu dalam kelompok (komunitas)
kawan, dan bahkan berbagai pihak–pihak dalam perencanaan komunikasi literasi
yang membutuhkan media aksi tertentu media massa. Peranan ini disini dimaksud
dengan melek medianya. dengan perencanaan “isi maupun
Kompentensi akses media aksi disinilah, program” konten literasi media yang
persyaratan utama dalam memberikan berbau dengan konten negative dalam
kontribusi literasi media massa ini sangat literasi media.
berguna bagi kehidupan masyarakat. Kominfo dalam hal ini selalu memberikan
Dan persyaratan pendamping yang harus peran perencanaan komunikasi terhadap
ditaati adalah bagaimana literasi media perkembangan media massa. Kemudian
dipergunakan dengan sehat dan teratur. Peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
Plan in the action adalah merupakan Pusat dan di daearah adalah KPID
rangkaian literasi media yang dapat memberi wahana pengawasan penyiaran
memotivasi dan mempermudah kita televise yang berdampak dengan konten
dalam penggunanya bahkan penikmat dari televise yang berbau penyiaran negative.
perilaku pengguna media massa itu Hal ini berkaitan dengan laporan
sendiri. Sering waktu yang berjalan usia, tanggapan masyarakat tentang penyiaran
dari masa ke masa atau zaman ke zaman televise yang akan di evaluasi kontennya,
selagi penikmat media (melek media) sehingga layak di komsumsi masyarakat.
masih menggunakan media konten ini, Peran industry media ialah pengelola
susunan kebutuhan yang telah diatur oleh media baik secara langsung maupun tidak
menimbulkan reaksi pro dan kontra dalam kelerasaan media itu secara perpektif
masyarakat. Pro dan kontra inilah yang komunikasi massa. Dengan memahami
disebut sebagai pendapat umum. rangkaian strategi media dalam memberi
a) Peran pemerintah edukasi pembelajaran pada semua umur
Perilaku membentuk identitas sosial dilihat dari bukti responden dengan
dalam masyarakat mengandung kategorinya. Dengan demikian,
kompetensi perilaku literasi media perkembangan ini dapat dijadikan
keselarasan membangun keseimbangan penelaahan implikasi konten media
kebutuhan sebagai wujud dari kuturasi tersebut. Peran pemerintah terhadap
media yang mampu membangun literasi media ditinjau dari aspek konten
perkembangan literasi media dalam “literasi media” dapat dilihat dalam grafik
membentuk kompetensi diri ditengah dibawah ini:
masyarakat yang membutuhkan
Grafik.4.1. Literasi Media Aksi Sebagai Peranan Pemerintah Dalam Komponen Konten Media
N = 100
51 53 53 53 55 51
47 47 48 47
33 32 34 35 35
28 30 29 26
21 20 23 23 23 19
15 15 18
akses pada media teknologi ialah ialah cinema (film) maupun internet,
dilihat dari kecanggihan teknologi, dan radio serta surat kabar.
penggunaan, dan nilai kredibel (harga) Berdasarkan kriteria produk media
yang dipakai peran individu yang paling dominan dan mudah di
(konsumen atau penikmat) yang akses pada media teknologi ialah
merupakan sumber informasi dan ilmu dilihat dari kecanggihan teknologi,
pengetahuan dari konten media adalah penggunaan, dan nilai kredibel (harga)
yang dipakai peran individu dapat
konten media, misalnya mobile phone
dilihat dari skema dibawah ini:
(smartphone), televise, disisi lainnya
Grafik.4.3.Literasi Media Aksi Sebagai Peranan Individual Dalam Komponen Konten Media
N = 100
Teknologi Canggih Penggunaan Nilai Kredibel Akses
85
80 77 78 78
75
62 62
54 54 54 52
46 47 43 45
34 31 35 33
30
23 2422 24 22 23 25 22
20
15 14
value (ideologi pancasila dan demokrasi). media dapat diwujudkan melalui berbagai
Literasi media adalah kemampuan untuk cara:
mengakses, menganalisis, mengevaluasi 1. Konten “isi dan program” literasi
dan mengkomunikasikan pesan–pesan media dalam membentuk perilaku
dalam berbagai bentuk literasi secara luas. dilihat produk mana dan dominan
Literasi media merupakan kemampuan digunakan oleh anda/sdr/I dengan
untuk menciptakan makna pribadi dari konten isi media seperti; televisi,
simbol – simbol verbal dan visual yang radio, surat kabar, mobile phone
kita dapat setiap hari dari televisi, iklan, (smartphone), komputer, cinema
film, dan media digital dan sebagainya (film), dan internet. Dengan perilaku
(Yodiansyah 2016). menunjukkan aspek perilaku
Dalam memahami dan pengatahuan pengguna media yang dominan
perilaku (peran masyarakat dan digunakan oleh pengguna media
pemerintah) dalam pengawasan literasi berikut:
41 - 56 th 45 9
36 46
6 9
36 - 40 th 45
17 23
1517 Tingkat V
26 - 35 th 35
4 29 Tingkat IV
4 13 Tingkat III
21 - 25 th 53
4 26
Tingkat II
11 16
13 - 20 th 38 Tingkat I
10 25
10 14
7 - 12 th 10
10 56
0 10 20 30 40 50 60
Agenda: Tingkat pertama durasi dari 1 – 2 jam; tingkat kedua durasi dari 3 – 4 jam; tingkat
ketiga durasi dari 5 – 6 jam; tingkat keempat durasi dari 7 – 8 jam; dan tingkat
kelima durasi dari 9 – 10 jam dengan total responden berjumlah 100 sample
responden.
Sumber: Data sekunder penelitian (diolah), 2016
Tradisi budaya belajar dan nilai– yang dijadikan konotasi dan denotasi
nilainya dapat dilihat secara pola perjalanan panjang saat
komunikasi, cara berulang dalam perkembangan perencanaan
pemikiran, merasa, dan bertindak komunikasi untuk memperkuat
dengan kata lainnya pilihan kita dan revitalisasi akses (access),
memberikan pedoman perilaku interprestasi perilaku literacy
perencanaan (Marini 2012). Dengan (behavior), menciptakan persuasi
demikian, pedoman perilaku komunikasi (persuasive),
mengandung pesan dengan makna mencerminkan motivasi nilai
budaya, seakan–akan menimbulkan (cultural), kompetensi atau skills
perilaku (commo sense) (Kriyantono (competence), dan akses umum
2007). Apakah makna mitos atau fakta (publics) (Yodiansyah 2016).
12 21
41 - 56 th 1
1 11 24 39
3 31 Dimana saja
36 - 40 th 1 3
3
5 32 Kampus/Sekolah
22
5 35 Perpustakaan
5 7 11
26 - 35 th
7 10 Keramaian
20
10
2 2122 Rental
21 - 25 th 23
3 7 Kantor
12
89 17 Ruangan
13 - 20 th 3 21
0 11 Rumah
31
6 23
4
4
7 - 12 th 11
0 15 37
15 21
41 - 56 th 3 5
3 21
3 29
9 13 15 Internet
36 - 40 th 6 9
6 25
17 Surat Kabar
7 16
26 - 35 th 13 16 Cinema (Film)
5 25
7 11
15 Laptop
5 15
21 - 25 th 3 7 Komputer
9 31
15
11 15 Mobile phone/smartphone
13 - 20 th 1112
7 17
11 Radio
16
5 12 Televisi
7 - 12 th 15
15
11 15
12 15
0 5 10 15 20 25 30 35
Dalam akses literasi media dalam data primer penelitian yang telah
perencanaan komunikasi ini dapat diolah menunjukkan literasi media
dijelaskan bahwa serangkaian akses berbeda–beda dalam menyimpulkan
literasi media menghasilkan perilaku makna budaya dengan perilaku yang
literasi berintegritas (identitas sosial) berbeda pula, ini amat memerlukan
dengan makna budaya informasi yang tingkat kemampuan ilmu pengetahuan
akan disampaikan. Literasi media dan pemahaman literasi media yang
telah mampu mengubah sistem politik mengalami kulturasi budaya terhadap
Indonesia dari masa ke masa. peranan sosial dalam masyarakat
Rangkaian literasi akses media dengan (Kamaruddin 2015).
menggunakan kuncinya adalah tingkat 5. Konten literasi media mana yang
memahami, tingkat menggunakan, mudah di akses fasilitas dan dominan
tingkat mempelajari, dan tingkat isi program yang disukai oleh
literasi media membentuk pola atau anda/sdr/I dengan konten isi media
strategi komunikasi. Dalam mengelola seperti; televisi, radio, mobile phone
media aksi “isi dan program” media (smartphone), surat kabar, komputer,
literasi itu adalah; televisi, radio, cinema (film), dan internet. Dengan
mobilephone (smartphone), komputer, fasilitas maupun isi dan program
cinema (film), dan internet sebagai literasi media adalah:
Grafik.4.9. Tingkatan Fasilitas Program Literasi Media Aksi Sebagai Perilaku Pengguna
Dalam Komponen Konten Media
N = 100
1 19
41 - 56 th 2 5
2 1718
36
5 16
9 Internet
36 - 40 th 14 22
11 32 Surat Kabar
3 12
20
26 - 35 th 2 5 31
Cinema (Film)
9 18
19 Laptop
2 19
21 - 25 th 3
1
4 29 Komputer
23
5 9 Mobile phone/smartphone
13 - 20 th 9 17
5 27
7 21 Radio
2
2
7 - 12 th 3 29 Televisi
2 26
9 27
0 10 20 30 40
Data sekunder dalam penelitian ini Holik 2011; Kamaruddin 2015; Koltay
berdasarkan kategori usia dan pekerjaan, 2011).
dan mampu mencerdaskan dan Media literacy is a term that means many
menginovasi secara efektif dan efisien. different things to different people—
Perencanaan komunikasi ini merupakan scholars, educators, citizen activists, and
pengembangan diri dari media aksi yang the general public (Potter 2011; Potter &
di akses literasi “melek” media yang Donnerstein 2016). Literasi media adalah
mudah dipahami orang lain secara sehat trend melek media pada saat ini, memiliki
dan teratur. Memiliki kontribusi banyak perbedaan pola komunikasi, pola
pengetahuan dan pemahaman sebagai perilaku, dan pola pemikiran yang
berusaha menjadikan komponen kulturasi berbeda–beda. Publik sebagai orang yang
budaya media secara cerdas dan bijaksana menikmati mencerminkan motivasi nilai
dalam kehidupan masyarakat (Israwati, dan norma (cultural), kompetensi skills
2013). (competence), nilai sosial dalam
Perencanaan komunikasi merupakan masyarakat (publics).
pengembangan diri dari media aksi yang Mulai peran pemerintah, industry,
mampu mengakses literasi “melek” individual, bahkan komunitas atau
media. Dalam perilaku literasi media kelompok pengguna media memberi
keselarasan membangun keseimbangan dampak effecs dinamika komunikasi yang
kebutuhan sebagai wujud dari kulturasi feecback “perkembangan akses literasi
media yang mampu membangun media terhadap kemampuan competence
perkembangan literasi media dalam dan pengetahuan skills dari pengguna
membentuk budaya media secara cerdas media” (menurut data wawancara, 2016),
dan bijaksana dalam kehidupan “ketika akses literasi media dapat
masyarakat (Imran 2010). Media baru diketahui lewat unsur–unsur komunikasi
telah mampu meningkatkan kualitas misalnya, sumber, komunikator, pesan,
partisipasi politik di mana orang–orang media, komunikan (target audien) akan
lebih aktif di ranah publik dan komunikasi memudahkan kita pengguna dalam
politik yang lebih interaktif. Partisipasi menentukan perilaku apa yang harus kita
politik adalah modal politik terbesar lakukan, karena lewat prosedur atau
untuk negara dalam mengembangkan pedoman lebih jelasnya petunjuk
kehidupan politik yang demokratis pelakuan media diterapkan dan tidak
menjadi dewasa. Sebenarnya, potensi semua kategori umur dapat mengaksesnya
politik tidak sepenuhnya didukung oleh kalaupun iya harus mengetahui kata
regul maya demokratis (Dwita 2016; kuncinya.” Dalam perencanaan
komunikasi sebagai bentuk mengevaluasi
Berdasarkan temuan – temuan data serta tentang isi media. Kedua, suatu
hasil interprestasi, diperoleh kesimpulan – pemahaman dari proses komunikasi
kesimpulan sebagai berikut: Tipologi massa. Ketiga, suatu kesadaran akan
konstruksi, komunikasi adalah proses dampak media terhadap individu dan
menciptakan berbagai makna. Budaya masyarakat. Keempat, strategi untuk
adalah membuat dunia bemakna. Hal menganalisa dan mendikusikan pesan
tersebut di sekitar kita secara sosial hal media. Kelima, suatu kesadaran pada isi
tersebut dikonstruksikan dan media sebagai “teks” yang memberikan
dipertahankan (status quo) melalui wawasan ke dalam budaya kontemporer.
komunikasi. Membatasi serta Keenam, suatu budidaya kenikmatan,
membebaskan kita memisahkan serta pemahaman, dan aspresiasi terhadap isi
menyatukan kita. Hal tersebut media. Ketujuh, pengembangan keahlian
mendefinikan realitas kita dan cara apa produksi yang efektif dan bertanggung
yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan. jawab. Kedelapan, pengembangan
Media massa merupakan pendongeng pemahaman tentang kewajiban etis dan
budaya kita dan forum di mana kita moral praktisi media. Epistemologis,
berdabat tentang makna budaya. Paham pengetahuan dalam mempertahankan
determinnisme teknologi berpendapat status quo budaya berbagai berpendapat,
bahwa teknologi adalah agen utama idea, gagasan, dan sebagainya (di era
dalam perubahan sosial dan budaya. Akan demokrasi). Aksiologis, plan in the action
tetapi, ini bukan teknologi yang mengatur artinya rencana aksi adalah suatu
budaya; inilah bagaimana orang pendapat melek media, termasuk:
menggunakan teknologi. Dengan Pertama, kemampuan dan kemauan untuk
teknologi, uang juga merupakan bentuk berupaya memahami dan pengetahuan isi
komunikasi massa, khalayak dapat dan program media, memperhatikan, dan
menjadi konsumen dan juga produk mengurangi gangguan (noise). Kedua,
dalam sistem media massa kita. Secara memahami dan menghargai terhadap
lisan, budaya buta huruf (preliterate) kekuatan pesan media. Ketiga,
menjadi jalan kekuasaan dan kontrol atas kemampuan untuk membedakan emosi
hidup seseorang. Ontologis, kemampuan dari sebuah reaksi saat merespons isi dan
untuk memahami secara efektif dan bertindak yang sesuai. Keempat,
efisien dan menggunakan bentuk pengembangan harapan yang tinggi
komunikasi yang dimediasi, terdiri atas terhadap isi media. Kelima, pengetahuan
beberapa unsur: pertama, kemampuan tentang genre konvensi dan pengakuan
berpikir secara kritis memungkinkan dari campurannya. Keenam, kemampuan
mengembangkan penilaian indenpenden berpikir secara kritis tentang pesan media.
disampaikan kepada pihak – pihak yang Ilmu, K., Bagi, K. & Daerah, P., 2012.
membantu pelaksanaan penelitian hingga Proseding; Seminar dan Konferensi
selesai. Nasional Ilmu Komunikasi. In I.
DAFTAR PUSTAKA Dimyati, H. Nurjuman, & P. A.
Jurnal Article: Praceka, eds. article. Banten:
Anna, N.E.V., 2015. Pengguna Web 2.0 Program Studi Ilmu Komunikasi
Sebagai Media Promosi FISIP Untirta, pp. 1–338.
Perpustakaan Perguruan Tinggi di Imran, H.A., 2010. Literasi Teknologi
Indonesia. Article, 1, pp.77–82. Informasi dan Komunikasi
Chaudhary, A., 2016. Role of Social Masyarakat Pedesaan. article, (19),
Media to Empower Youth- p.1-.
Challenges and Opportunities. Jusoff, K., 2009. Television and Media
article, 56, pp.17–19. Literacy in Young Children : Issues
Druick, Z.O.Ë., 2016. The Myth of Media and Effects in Early Childhood.
Literacy. article, 10, pp.1125–1144. article, 2, pp.151–157.
Dwita, D., 2016. Jurnal ipteks terapan; Kamaruddin, 2015. Komunikasi sosial
Televisi dan Kepentingan Pemilik dan pembangunan. In Kamaruddin,
Modal Dalam Perspektif Teori ed. Modul. UNIMAL, pp. 1–109.
Ekonomi Politik Media. article, 4(4), Khairi, A. & Danil, M., 2015. Jurnal
pp.252–261. Available at: ipteks terapan; Kemampuan
http://dx.doi.org/10.22216/jit.2016.v Pembelajaran Berbasis TIK Pada
10i3.526. Guru SMP di Kota Padang Dalam
Hafiar, H. et al., 2014. Literasi Informasi Menyambut Implementasi
Media: Studi Kasus Manfaat Media Kurikulum 2013. article, 8(4),
Massa Terhadap Difusi Inovasi pp.131–145. Available at:
Pertanian di Kecamatan Singaparna http://dx.doi.org/10.22216/jit.2014.v
Kabupaten Tasikmalaya. article, 8i4.9.
1(1), pp.16–34. Koltay, T., 2011. The media and the
Hasugian, J., 2008. Urgensi Literasi literacies: media literacy,
Informasi dalam Kurikulum Berbasis information literacy, digital literacy.
Kompetensi di Perguruan Tinggi. article, 33(2), pp.211–221.
article, 4(2), pp.34–44. Kriyantono, R., 2007. Pemberdayaan
Holik, I., 2011. Teknologi baru media dan Konsumen Televisi Melalui
demokratisasi di indonesia. article, Keterampilan Media- Literacy dan
1(September 2010), pp.41–57. Penegakan Regulasi Penyiaran.
Hudi, I., Abdulkarim, A. & Kokom article, 10(21).
Komalasari, 2012. Pengaruh Media Marini, A., 2012. Jurnal Ilmiah PGSD;
Televisi Terhadap Sikap Belajar Penerapan Pembelajaran Berbasis
Siswa dalam Pembelajaran Teknologi Informasi Untuk
Pendidikan Kewarganegaraan di Meningkatkan Hasil Belajar
SMP-MTS SE-Kecamatan Pangean mahasiswa. article, IV(1).
Kabupaten Kuantan Singingi. article, McQuail, D., 2013. Reflections on
(2), pp.55–70. Paradigm Change in Communication