Anda di halaman 1dari 29

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323170032

AKSES LITERASI MEDIA DALAM PERENCANAAN KOMUNIKASI

Article in Jurnal IPTEKS Terapan · August 2017


DOI: 10.22216/jit.2017.v11i2.966

CITATION READS

1 2,145

1 author:

Hefri Yodiansyah Th
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Persada Bunda
82 PUBLICATIONS 192 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Certificates of Achievement View project

The opinion of intellectuals: questions and answers View project

All content following this page was uploaded by Hefri Yodiansyah Th on 30 November 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

AKSES LITERASI MEDIA DALAM PERENCANAAN KOMUNIKASI


Hefri Yodiansyah1)
1
Yayasan Pendidikan Persada Bunda Pekanbaru, Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Program Studi Ilmu Komunikasi, Jalan Diponegoro No 42.
Email: hefri.yordiansyah@gmail.com

Submission: 12-04-2017, Reviewed: 04-05-2017, Accepted 19-06-2017


https://doi.org/10.22216/jit.2017.v11i2.966

Abstract
Media literacy is needed for society to be smart should have the ability to access, analyze, evaluate
and communicate the message. In a democracy today would be difficult to enforce, if people are not
aware of the media literacy. The mass media are one of the pillars of democracy optimal role in
processing information required in the current eras. The competence media literacy as a key
condition to manage the ability to analyze the structure of the message in utilizing the basic
concepts of science to understand the context in the domain of a particular field. Media information
and media literacy in a community that communication patterns in the work process and produce
information in the media "content and programs" which he founded, consequently communication
planning as a conceptual framework in the process of content creation and media literacy
programs. The method used in this study is a qualitative method interpretative paradigm. First, it
has been discovered for media content information even experience the effects of culture. Second,
Competence access media literacy action contributes to the mass media is very useful to people's
lives. And requirements that must be adhered companion is how media literacy is used with a
healthy and orderly. Third, Series of media literacy can motivate users (finding form; typology
construction, ontological, epistemological, and axiological) a variety of media literacy and
competence to understand the effect on future.
Keywords: Understanding, Using, Learning, Strategic Communications

Abstrak
Literasi media sangat dibutuhkan agar masyarakat menjadi cerdas harus memiliki kemampuan untuk
mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengomunikasikan pesan. Dalam demokrasi saat ini
akan sulit ditegakkan, jika masyarakatnya tidak melek media (literasi media). Media massa salah
satu pilar demokrasi yang berperan optimal dalam memproses informasi yang dibutuhkan dalam era
terkinian saat ini. Kompetensi literasi media sebagai syarat utama dalam mengelola kemampuan
menganalisa struktur pesan dalam mendayagunakan konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan untuk
memahami konteks dalam ranah bidang tertentu. Media informasi dan literasi media dalam sebuah
komunitas yang dapat pola komunikasi dalam proses kerja dan media informasi dalam menghasilkan
“isi dan program” yang dia dirikan, akibatnya perencanaan komunikasi sebagai kerangka konseptual
dalam proses pembuatan isi dan program literasi media. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kualitatif dengan paradigma interpretative. Pertama, telah menemukan content
media informasi bahkan mengalami efek budayanya. Kedua, Kompetensi akses media aksi
memberikan kontribusi literasi media massa ini sangat berguna bagi kehidupan masyarakat. Dan
persyaratan pendamping yang harus ditaati adalah bagaimana literasi media dipergunakan dengan
sehat dan teratur. Ketiga, Rangkaian literasi media yang dapat memotivasi penggunanya (bentuk
temuan; tipologi konstruksi, ontologis, epistemologis, dan aksiologis) berbagai literasi media dan
kompetensi untuk memahami efek di masa depan.
Keywords: Memahami, Menggunakan, Mempelajari, Strategis Komunikasi

KOPERTIS WILAYAH X 128


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

PENDAHULUAN Sehingga literasi media ini amat penting


Pada abad teknologi dan informasi saat dalam kehidupan masyarakat sebagai
ini, memberi kemudahan kita mengakses pusat perkembangan literasi media. Dapat
media informasi dan komunikasi memberi diamati bahwa literasi media merupakan
sinyal kepada siapa saja, dimana saja, serangkaian cara pandang seseorang
kapan saja, oleh siapa saja, dan akhirnya dalam memanfaatkan secara efektif dan
memberi feecback bagi literasi media itu. efisien, ketika media komunikasi
Kemudahan tersebut dapat kita rasakan dipergunakan oleh individu aktif, untuk
bagaimana literasi media itu antara menginterpretasikan makna dari pesan–
teknologi dan informasi tersirat makna pesan yang ada di dalam media massa.
kulturasi budaya. Dalam peranan Literasi media menunjukkan metode dan
teknologi dan informasi bagi peran tingkatan seseorang dalam menggunakan
perilaku pengguna media massa sebagai media massa itu di dalam kehidupannya
salah satu feecback kulturasi budaya sehari–hari. Sudut pandang media massa
dalam memperlihatkan makna perilaku dan komunikan media ini dibentuk dalam
budaya pada komunikasi budaya. Prospek berbagai fenomena literasi media dalam
kedepannya perilaku komunikasi budaya mengakses literasi media massa yang
ini berguna untuk memahami, digunakannya. Dengan demikian, media
menggunakan, mempelajari, dan strategis massa seringkali memberikan bentuk
komunikasi dalam mengakses literasi konten media komunikasi dengan
media. Oleh karena itu, perlu berbagai macam pengetahuan yang telah
diaplikasikan ke dalam suatu formulasi terstruktur dalam pemaknaan komunikasi
makna komunikasi untuk memberikan sebagai suatu cara membentuk konten
pedoman literasi “melek” tentang budaya dalam komunikasi lintas budaya
efektifitas makna komunikasi budaya (makna; perencanaan komunikasi).
dalam memaknai proses literasi media Tidak semua yang ada di media massa
dan tingkatan media untuk dapat dijadikan pedoman umum yang
memperkenalkan sebagai proses metode baik, pasalnya banyak perilaku pengguna
riset perencanaan komunikasi. Proses dalam mengatur dan memproses berbagai
metode riset tersebut dalam aktualisasikan macam bentuk konten media massa
arti penting perencanaan dalam sebagai kegunaan konten media itu yang
komunikasi dengan memperlakukan tidak layak diakses, sehingga memberikan
teknologi dan informasi yang layak bagi dampak media komunikasi yang kurang
kehidupan berbangsa dan bernegara. memadai atau cukup buruk bagi perilaku
pengguna media massa itu.

KOPERTIS WILAYAH X 129


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

Kesempatan ini akses media komunikasi permasalahan literasi media (melek


ini, seringkali dinipulasi berbagai bentuk media) tanpa perencanaan komunikasi.
perilaku konten media dalam literasi Penelitian bertujuan untuk mengetahui
medianya. Sebagai individu yang rentan literasi media teknologi dan informasi
terhadap dampak negatif atau positif pada perilaku pengguna media massa dan
maupun prokontra literasi media oleh juga termediasi berbagai konten media
media massa itu, yang seharusnya kita massa yang dilakukan oleh pihak–pihak
pahami, kita pelajari, dan kita evalusasi ketiga terkait konsumsi media massa
strategi penggunaannya yang sering teknologi dan informasi tidak sekedar
mengalami perubahan konten “isi”, ini sebagai pengguna atau penikmat atau
berakibat timbulnya proses adaptasi khalayak (komunikan) saja.
dengan perilaku pengguna bahkan Dalam menggunakan metode riset yang
perilaku konten media yang ditafsir dapat digunakan adalah kualitatif deskriptif
efektif dan efisien. Tafsiran media sebagai dengan FDR (focus discusions research)
literasi media ini mendapat perhatian dengan memberi telaah bahkan kajian
lebih ketika literasi media digunakan atau mengenai akses literasi media dengan
muncul dihadapan publik. kategori tertentu, kemudian dapat
Dengan fakta observasi dilapangan disimpulkan permasalahan literasi media
dengan data pre-eliminary research telah ini memiliki arti penting dalam kehidupan
dilakukan peneliti dalam data penelitian manusia sebagai syarat mutlak dari
ini pada focus discusions research (FDR). rangkaian literasi media tersebut. Sebagai
Fakta tersebut memperlihatkan efektifitas analisa data untuk memperoleh data itu
media massa sangat rentan ditinggalkan sebagai tingkatan literasi media dalam
oleh seseorang individu dengan individu mengakses perencanaan komunikasi.
lainnya, dengan pola komunikasi dalam Literasi media teknologi dan informasi
perencanaan, penyajian atau prosedur, pada pihak yang masih tergolong masih
evaluasi penyajian konten tertentu. dikatakan rendah (commo sence). Pihak–
Karena kesulitan atau ketidakpahaman pihak pemerintah, industri, komunitas
seseorang dalam perencanaan komunikasi dalam individu, bahkan individu itu
yang dilakukannya. Pola komunikasi ini sendiri mengalami perbedaan dalam
membentuk dinamika social dalam konten menafsirkan literasi media dalam akses
media massa ini lengkap dengan perilaku literasi media yang dihasilkan oleh
konten media massa itu, dengan kategori itu. Ketika tidak dilakukan FDR
menyebutkan bahwa pihak–pihak yang kemudian dapat dilakukan proses literasi
berada disekitar kita kurang menyadari media dengan menampilkan bentuk–
bentuk konten “isi dan program” media

KOPERTIS WILAYAH X 130


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

massa. Disinilah, akses literasi media aksi pihak–pihak baik itu, peran pemerintah,
dapat dipahami sebagai serangkaian peran industry, peran individual, bahkan
kemampuan memahami, menggunakan, peran individu dalam kelompoknya
mempelajari, dan strategis komunikasi (komunitas) saat ini. Alhasil, peranan
mengenai perilaku pengguna media massa literasi media pihak tersebut dapat
dalam memanfaatkan dan memberi akses mengawali proses perencanaan
positif mengkomunikasikan pesan–pesan komunikasi dalam perkembangan konten
(symbol–symbol) yang diberikan oleh isi dan program media massa yang begitu
media massa dengan “literasi” melek banyaknya dilihat dari kebutuhan manusia
medianya (media edukasi maupun edukasi begitu banyak. Sehingga berdampak pada
media) (Druick 2016). aspek kegunaan media dan penikmat
Akses media aksi adalah kemampuan media sebagai hal rencana aksi literasi
seseorang berhadapan dengan media media ini.
konten “isi dan program“ dengan kontek Peran pemerintah dalam hal ini untuk
diri dan kesadaran diri dalam berbudaya mewujudkan kemampuan individu, dan
mulai dari diri sendiri, keluarga, kawan– individu dalam kelompok (komunitas)
kawan, dan bahkan berbagai pihak–pihak dalam perencanaan komunikasi literasi
yang membutuhkan media aksi tertentu media massa. Peranan ini disini dimaksud
dengan melek medianya. dengan perencanaan “isi maupun
Kompentensi akses media aksi disinilah, program” konten literasi media yang
persyaratan utama dalam memberikan berbau dengan konten negative dalam
kontribusi literasi media massa ini sangat literasi media.
berguna bagi kehidupan masyarakat. Kominfo dalam hal ini selalu memberikan
Dan persyaratan pendamping yang harus peran perencanaan komunikasi terhadap
ditaati adalah bagaimana literasi media perkembangan media massa. Kemudian
dipergunakan dengan sehat dan teratur. Peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
Plan in the action adalah merupakan Pusat dan di daearah adalah KPID
rangkaian literasi media yang dapat memberi wahana pengawasan penyiaran
memotivasi dan mempermudah kita televise yang berdampak dengan konten
dalam penggunanya bahkan penikmat dari televise yang berbau penyiaran negative.
perilaku pengguna media massa itu Hal ini berkaitan dengan laporan
sendiri. Sering waktu yang berjalan usia, tanggapan masyarakat tentang penyiaran
dari masa ke masa atau zaman ke zaman televise yang akan di evaluasi kontennya,
selagi penikmat media (melek media) sehingga layak di komsumsi masyarakat.
masih menggunakan media konten ini, Peran industry media ialah pengelola
susunan kebutuhan yang telah diatur oleh media baik secara langsung maupun tidak

KOPERTIS WILAYAH X 131


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

langsung terhadap konten media tersebut. memberi akses positif


Memberikan kontribusi literasi media mengkomunikasikan pesan–pesan
edukasi (pendidikan) dengan (symbol–symbol) yang diberikan oleh
memanfaatan konten media dengan melek media dengan literasi melek medianya.
medianya. Namun peran ini mungkin Sejalan dengan teori kultivasi yang
belum dirasakan oleh masyarakat tentang dikemukakan oleh Gerbner (West &
rencana aksi media ini sendiri dalam Turner, 2010) yang mengatakan bahwa:
mencerdaskan kehidupan orang banyak analisis kultivasi adalah sebuah teori yang
khalayak di masa akan datang. memprediksikan dan menjelaskan formasi
Peran individu adalah cara pandangan dan pembentukan jangka panjang dari
manusia dengan suatu cara memahami, persepsi, pemahaman, dan keyakinan
menggunakan, mempelajari, dan strategis mengenai dunia sebagai akibat dari
komunikasi mengenai perilaku pengguna konsumsi akan pesan–pesan media massa.
media memberi akses positif Analisis kultivasi menunjukkan bahwa
mengkomunikasikan pesan–pesan komunikasi massa, terutama konten “isi
(symbol–symbol) yang diberikan oleh dan program” media massa mengkultivasi
media dengan literasi melek medianya. Ini keyakinan tertentu mengenai kenyataan
tentunya memerlukan peran pendidikan yang dianggap sebagai suatu yang umum
orangtua, peran pihak lain. Mulai dari oleh konsumen komunikasi massa.
konten media massa sebagai literasi Kemampuan konten media massa
media sebagai wujud penggunaan literasi menimbulkan akses kulturasi dalam
media itu sendiri. perilaku budaya berdasarkan asumsi dan
Peran individu kelompok merupakan fenomena masyarakat yang dipaparkan
rangkaian peranan komunikasi baik itu diatas mengenai berbagai efek media
komunikator, pesan–pesan media seperti; massa serta kondisi konsumsi media
produk, tempat, harga, bahkan waktu, massa itu sendiri pada tingkatannya dalam
media sebagai transfer teknologi dan menimbulkan kepercayaan diri sendiri
informasi sebagai daya tarik, komunikan yang tidak sejalan dengan kesadaran diri
(audien) sebagai penikmat bahkan dapat akan literasi (melek) media, peneliti
jadi menjadi pengguna media konten tertarik untuk meneliti fenomena literasi
media itu. media pada perencanaan komunikasi.
Media aksi disini dapat dimaksud untuk Sehingga peneliti mengambil judul “Akses
memberi kemampuan bagaimana Literasi Media dalam Perencanaan
perencanaan komunikasi memahami, Komunikasi”.
menggunakan, mempelajari, dan strategis
komunikasi mengenai perilaku media METODE PENELITIAN

KOPERTIS WILAYAH X 132


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

Metode yang digunakan dalam penelitian yang memenuhi kriteria–kriteria sebagai


ini adalah metode kualitatif dengan sumber data penelitian. Sumber data
paradigma interpretative (Moleong, L. J, peneliti berupa data primer dan data
2011 & McQuail 2013). Jenis penelitian sekunder.
yang digunakan oleh peneliti adalah 1) Data primer adalah data yang
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif diperoleh dari sumber data utama di
digunakan peneliti untuk menggali secara lapangan. Sumber data ini bisa
terperinci keterampilan literasi media responden atau objek riset, dari hasil
massa pengguna media seperti mencakup pengisian quisioner penelitian
tingkat konsumsi literasi media, (Kriyantono 2007 & Kriyantono,
interpretasi terhadap media, dan kritik 2010) terhadap objek penelitian yaitu
serta tindakan yang dilakukan oleh peran responden dengan kriteria pengguna
berbagai pihak dalam masyarakat literasi media.
(society) dalam memediasi antara literasi 2) Data sekunder, yaitu data tambahan
media aksi dan pihak pengguna literasi yang berfungsi sebagai pelengkap atau
media massa. pendukung data utama sebagai subjek
Penentuan responden dilakukan dengan penelitian. Sumber data sekunder
purposive sampling. “Teknik ini dalam penelitian ini diperoleh dari
mencakup orang–orang yang diseleksi wawancara terhadap significant
atas dasar kriteria–kriteria tertentu yang other's responden utama, yaitu usia 7–
dibuat peneliti berdasarkan tujuan 12 tahun dengan kategori anak–anak,
penelitian” (Kriyantono, 2006). Dalam usia 13–20 tahun dengan kategori
memilih responden, peneliti melakukan anak remaja, usia 21–25 tahun dengan
pre-eliminary research terlebih dahulu kategori remaja, usia 26–35 tahun
untuk menentukan calon responden yang dengan kategori remaja dewasa, serta
memenuhi kriteria tersebut. usia 36–40 tahun dengan kategori
Pre-eliminary research telah dilakukan dewasa, usia 41–56 tahun dengan
peneliti pada focus discusions research kategori dewasa orangtua.
(FDR). Peneliti memilih kriteria Peneliti menentukan kriteria data
responden, agar penelitian ini memiliki penelitian sebanyak 100 responden
kriteria–kriteria dengan pertimbangan dikarenakan responden tersebut mewakili
karena beberapa dosen, dan mahasiswa, kriteria–kriteria sebagaimana dipaparkan
guru serta siswa yang bersedia untuk dalam teknik pemilihan responden yaitu
berpartisipasi dalam penelitian ini. berdasarkan usia 7 – 56 tahun mulai dari
Setelah peneliti melakukan pre-eliminary anak sampai dengan dewasa. Selain
research, didapatlah beberapa responden kriteria tersebut, orang responden tersebut

KOPERTIS WILAYAH X 133


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

dipilih karena mereka memiliki membandingkan atau mengecek ulang


keterbukaan terhadap peneliti, sehingga derajat kepercayaan suatu informasi yang
memudahkan peneliti untuk menggali diperoleh dari sumber–sumber yang
informasi sebanyak mungkin (Yodiansyah berbeda (Kriyantono, 2010). Untuk
2016). Responden tersebut juga memiliki memperkuat keabsahan data, peneliti juga
latar belakang sosial seperti tingkat melakukan wawancara kepada beberapa
pendidikan, jenis pekerjaan, dan usia yang responden sebagai informan wawancara.
berbeda–beda. Pemilihan kriteria Hasil wawancara ini kemudian akan
responden dimaksudkan untuk dibandingkan dengan data yang sudah
mendapatkan keberagaman data. didapat dari kategori usia selama
Teknik analisis data yang dilakukan oleh penelitian, sehingga data yang diperoleh
peneliti dijabarkan sebagai berikut: dapat dipertanggung jawabkan
a) Seluruh hasil pengisian quisioner kebenarannya.
penelitian menjadi data primer HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian dengan kriteria pengguna PENELITIAN
literasi media. Hasil temuan 1: Memahami literasi
b) Seluruh hasil wawancara akan dicatat media sebagai perencanaan
oleh peneliti sebagai data sekunder komunikasi
penelitian. Catatan tersebut akan Literasi media merupakan perkembangan
diubah menjadi sebuah transkrip rencana komunikasi strategis memahami
wawancara atau narasi yang cara mengakses (akses atau memahami),
memudahkan peneliti untuk membentuk perilaku literasi media
menganalisis. maupun menghasilkan perilaku sebagai
c) Peneliti membuat pengkategorian dan identitas sosial dalam masyarakat
data dari transkrip wawancara akan (menggunakan), dengan daya tarik
dimasukkan ke dalam pengkategorian teknologi dan informasi yang bersifat
yang telah dibuat. persuasive komunikasi, mengandung
d) Peneliti mencari hubungan antar kompetensi, seperti keahlian dan
kategori. kemampuan membangun diri dengan
e) Peneliti menyederhanakan dan mengembangkan keselarasan atau
mengintegrasikan data dan teori untuk keseimbangan kebutuhan literasi media
membantu analisis peneliti. (mempelajari), sebagai wujud dari
Untuk menguji kebenaran dan kejujuran kulturasi budaya, yaitu ideologi dan
dalam mengungkapkan realitas, penulis demokrasi berbangsa dan bernegara,
menggunakan triangulasi sumber. ditengah kehidupan masyarakat melek
Triangulasi sumber adalah media (strategis komunikasi) (Yodiansyah

KOPERTIS WILAYAH X 134


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

2016). Media baru telah mampu perkembangan literasi media dalam


mengubah sistem politik Indonesia dari membentuk budaya media secara cerdas
rezim otoriter ke rezim demokratis (Holik dan bijaksana dalam kehidupan
2011). Karena komunikan (audien) masyarakat (Imran 2010). Media baru
benar–benar terlibat secara aktif dalam telah mampu meningkatkan kualitas
mencari informasi (Rianto 2016). partisipasi politik di mana orang-orang
Media aksi adalah rangkaian akses dalam lebih aktif di ranah publik dan komunikasi
memahami, menggunakan, mempelajari, politik yang lebih interaktif. Partisipasi
dan strategis komunikasi itu. Media aksi politik adalah modal politik terbesar
adalah konten “isi dan program” media untuk negara dalam mengembangkan
sebagai literasi media seperti; televisi, kehidupan politik yang demokratis
radio, mobilephone (smartphone), menjadi dewasa. Sebenarnya, potensi
komputer, cinema (film), dan internet. politik tidak sepenuhnya didukung oleh
Rencana media aksi ialah kemampuan regul maya demokratis (Holik 2011).
seseorang yang dimiliki diri sendiri Peran industry media memberi dampak
menggunakan pengetahuan dan pasar industry dalam perkembangan
pemahaman literasi media berdasarkan literasi media terhadap kemampuan dan
kategori usia dan pekerjaan manusia itu pengetahuan pengguna (responden) dalam
sendiri, dan mampu mencerdaskan dan perencanaan akses komunikasi sebagai
menginovasi secara efektif dan efisien. bentuk mengevaluasi kemungkinan
Perencanaan komunikasi ini merupakan bahwa komponen media konten dalam
pengembangan diri dari media aksi yang literasi media aksi ini.
mampu mengakses literasi “melek” media Hasil temuan 2: Menggunakan konten
yang mudah dipahami orang lain secara isi media sebagai perencanaan
sehat dan teratur. Memiliki kontribusi komunikasi
pengetahuan dan pemahaman sebagai Sebagai pembentuk pendapat umum peran
komponen kulturasi budaya media secara media massa selain untuk pemberitaan
cerdas dan bijaksana dalam kehidupan kepada masyarakat juga berperan dalam
masyarakat (Ilmu et al. 2012). pembentuk opini publik. Media berperan
Perencanaan komunikasi merupakan aktif dalam meningkatkan kesadaran
pengembangan diri dari media aksi yang politik rakyat. Hal ini didasarkan bahwa
mampu mengakses literasi “melek” selain isi pesan media massa memuat
media. Dalam perilaku literasi media berita atau uraian berita, juga pendapat-
keselarasan membangun keseimbangan pendapat ini dapat perorangan, lembaga
kebutuhan sebagai wujud dari kuturasi media massa yang kesemuanya itu isi
media yang mampu membangun pesannya bersifat umum sehingga dapat

KOPERTIS WILAYAH X 135


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

menimbulkan reaksi pro dan kontra dalam kelerasaan media itu secara perpektif
masyarakat. Pro dan kontra inilah yang komunikasi massa. Dengan memahami
disebut sebagai pendapat umum. rangkaian strategi media dalam memberi
a) Peran pemerintah edukasi pembelajaran pada semua umur
Perilaku membentuk identitas sosial dilihat dari bukti responden dengan
dalam masyarakat mengandung kategorinya. Dengan demikian,
kompetensi perilaku literasi media perkembangan ini dapat dijadikan
keselarasan membangun keseimbangan penelaahan implikasi konten media
kebutuhan sebagai wujud dari kuturasi tersebut. Peran pemerintah terhadap
media yang mampu membangun literasi media ditinjau dari aspek konten
perkembangan literasi media dalam “literasi media” dapat dilihat dalam grafik
membentuk kompetensi diri ditengah dibawah ini:
masyarakat yang membutuhkan
Grafik.4.1. Literasi Media Aksi Sebagai Peranan Pemerintah Dalam Komponen Konten Media
N = 100

Teknologi Canggih Membantu Kredibel Akses


85 81 85
72

51 53 53 53 55 51
47 47 48 47
33 32 34 35 35
28 30 29 26
21 20 23 23 23 19
15 15 18

Agenda: Teknologi canggih ≤ 20% akses di kuantitativekan; Membantu ≤ 30% akses di


kuantitativekan; dan Kredibel ≤ 50% akses di kuantitativekan, apabila ≤ akses di
kuantitativekan dengan total nilai akses seluruh produk dapat dikatakan sebagai
literasi media “melek” media.
Sumber: Data primer penelitian (diolah), 2016
Peran pemerintah dalam pengawasan literasi media ini peranan pemerintah
konten “isi dan program” literasi lebih kepada pengawasan yang
media yang dominan seringkali dipakai oleh individu (responden).
digunakan oleh masyarakat secara Literasi informasi adalah mengetahui
terus menerus, dalam memahami kapan dan mengapa beberapa orang
KOPERTIS WILAYAH X 136
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

membutuhkan informasi, di mana masyarakat. Serta peran Lembaga


menemukannya, dan bagaimana Swadaya Masyarakat/LSM yang
mengevaluasi, menggunakan dan bergerak dibidang penyiaran media
berkomunikasi dengan cara yang etis. elektronik.
Untuk informasi melek, seseorang Kehidupan masyarakat saat ini perlu
harus mampu mengenali kapan kita ketahui bahwa pertanyaan
informasi perlu memiliki kemampuan demikian, mana konten yang dominan
untuk mencari, mengevaluasi dan yang sering di akses oleh masyarakat
menggunakan secara efektif informasi adalah dilihat dari kecanggihan
yang dibutuhkan. Biro Pendidikan teknologi yang dipakai dapat
Internasional (Komisi Internasional membatu individu (pemakai atau
tentang Pendidikan untuk Abad ke- penikmat) yang merupakan sumber
21), UNESCO direkomendasikan informasi dan ilmu pengetahuan dari
kurikulum berbasis kompetensi konten media adalah konten media,
dengan empat pilar: belajar untuk seperti mobile phone (smartphone)&
tahu, belajar melakukan, belajar untuk surat kabar, cinema (film), dan
hidup bersama, dan belajar untuk televise (West, R., & Turner, L. H.
menjadi. Literasi informasi memiliki 2010).
peranan penting untuk mencapai b) Peran industry media
mereka (Hasugian 2008). Peran media industry merupakan
Peran pemerintah sebut saja Kominfo rangkaian literasi media yang
(2014) tersebut memberi ruang bertanggung jawab dan memiliki
pengguna literasi media dalam wewenang secara tidak langsung
mengakses media kontennya, agar dalam pengelolaan mencerminkan
tidak berbenturan dengan nilai, norma, ataupun menciptakan berbagai macam
aturan dalam kehidupan produk konten komunikasi massa
bermasyarakat di Indonesia. Hal ini (Suryadi 2013).
terkait dengan pengawasan melekat Dalam artikelnya akan menguraikan
dalam penggunaan konten (produk) pada tiga topik terkait: pengamatan
media dari konten segi negative (situs teoritis hubungan media, demokrasi,
negative) yang terus beredar di dunia dan proses menuju demokratisasi
maya. Dan begitu juga KPI dan KPID lokal; menanggapi otonomi daerah,
dalam penyelenggaraan penyiaran peran media lokal di otonomi daerah
media elektronik sebagai filterisasi pada mediasi para pemimpin politik
penyiaran yang dikelola oleh media dan konstituen; dan pentingnya peran
massa lewat pengaduan pelaporan media lokal di demokratisasi. Proses

KOPERTIS WILAYAH X 137


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

di Indonesia, serta untuk memberikan kemampuan dan pengetahuan


alternatif lokal media massa yang pengguna (responden) dalam
harus di masa depan, baik sebagai perencanaan akses komunikasi
subsistem demokrasi atau sebagai sebagai bentuk mengevaluasi
pilar industri (Yusuf 2011). kemungkinan bahwa komponen media
Peran industry media memberi konten dalam literasi media aksi ini
dampak pasar industry dalam dapat memberi kontribusi dengan
perkembangan literasi media terhadap grafik berikut ini:
Grafik.4.2.Literasi Media Aksi Sebagai Peranan Industri Dalam Komponen Konten Media
N = 100

Teknologi Canggih Merk Nilai Kredibel Akses

100 100 100


85 89
77 71
64
50 50 53 50 50 50
30 35 30 30 29
20 2423 20 20 21 25
15 11
0 0 0 0

Agenda: Teknologi canggih ≤ 20% akses di kuantitativekan; Membantu ≤ 30% akses di


kuantitativekan; dan Kredibel ≤ 50% akses di kuantitativekan, apabila ≤ akses di
kuantitativekan dengan total nilai akses seluruh produk dapat dikatakan sebagai
literasi media “melek” media.
Sumber: Data primer penelitian (diolah), 2016
Peranan media industry memberi masyarakatlah yang harus mengetahui
kontribusi dan distribusi terhadap dan memahami pemakaian produk itu,
kecanggihan teknologi, merk, dan agar terhindar dari pelanggaran serta
nilai kredibel produk yang akan pengaduan pelaporan penyiaran media
dihasilkannya. Hal ini terkait dengan tentang situs negative. Ditinjau dari
pemakaian produk “media konten” ini pertanyaan demikian, mana konten
dalam kehidupan masyarakat, namun yang selalu diminati oleh pasar
pada dasarnya secara langsung industry adalah dilihat dari
KOPERTIS WILAYAH X 138
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

kecanggihan teknologi, merk, dan media lokal harus meningkatkan


nilai kredibel (harga) yang dipakai kualitas manajemen untuk mendukung
individu (konsumen) yang merupakan seluruh perusahaan dan meningkatkan
sumber informasi dan ilmu kesejahteraan pekerja.
pengetahuan dari produk adalah c) Peran Individual
konten media, misalnya televise, Menurut Margareta A. Rahman
komputer & laptop, selain itu ialah (2015). “ketika di akses literasi media
internet, radio, mobile phone digunakan oleh banyak kalangan
(smartphone), surat kabar, serta masyarakat.” Oleh sebab itu, media
cinema (film) tidak dikethaui datanya, sosial untuk menjaga pembaruan
karena prospek cinema dapat diakses tentang pemilihan umum misalnya.
melalui produk media lainnya. Selain itu, mereka juga mendapatkan
Mengingat kedudukan media massa informasi dari orang tua mereka dan
dalam perkembangan masyarakat teman–teman dekat. Menurut Pattah
sangatlah penting, maka industry 2014, sebagai “proses pembelajaran.”
media massa pun berkembang pesat Namun, mereka tidak dapat
saat ini. Hal ini dapat dilihat dari mengidentifikasi informasi yang yang
banyaknya media massa yang berada benar atau tidak, sehingga mereka
di Indonesia. Para pengusaha merasa bergantung pada orang di sekitar
diuntungkan dengan mendirikan mereka untuk memastikan apakah
perusahaan yang bergerak di bidang mereka melakukan keputusan yang
media massa seperti ini. Hal itu tepat (Rahman 2015).
disebabkan karena mengelola Peran individu dapat kita ketahui di
perusahaan dengan industry berbagai kehidupan ini sebagai penggunaan
jenis spesifikasi mengelola media media teknologi. Peran individu di
massa adalah usaha yang akan selalu sini dimaksud dengan memahami dan
digemari masyarakat sepanjang masa, pengetahuan masyarakat (responden)
karena sampai kapanpun manusia
tentang produk media dalam literasi
akan selelu haus akan informasi.
media yang dominan dan mudah
Keberadaan media lokal sebagai
dilakukan masyarakat kapanpun,
subsistem politik lokal membutuhkan
kuat profesionalisme dan idealisme dimanapun, dan siapapun dapat
dasar. Tanpa profesionalisme, itu menggunakan produk ini. Berdasarkan
tidak mudah bagi media massa untuk pertanyaan dengan tanggapan
mempertahankan mereka percaya dari bervariasi dimaksud demikian, mana
masyarakat. Sebagai institusi bisnis, yang paling dominan dan mudah di

KOPERTIS WILAYAH X 139


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

akses pada media teknologi ialah ialah cinema (film) maupun internet,
dilihat dari kecanggihan teknologi, dan radio serta surat kabar.
penggunaan, dan nilai kredibel (harga) Berdasarkan kriteria produk media
yang dipakai peran individu yang paling dominan dan mudah di
(konsumen atau penikmat) yang akses pada media teknologi ialah
merupakan sumber informasi dan ilmu dilihat dari kecanggihan teknologi,
pengetahuan dari konten media adalah penggunaan, dan nilai kredibel (harga)
yang dipakai peran individu dapat
konten media, misalnya mobile phone
dilihat dari skema dibawah ini:
(smartphone), televise, disisi lainnya
Grafik.4.3.Literasi Media Aksi Sebagai Peranan Individual Dalam Komponen Konten Media
N = 100
Teknologi Canggih Penggunaan Nilai Kredibel Akses
85
80 77 78 78
75
62 62
54 54 54 52
46 47 43 45
34 31 35 33
30
23 2422 24 22 23 25 22
20
15 14

Agenda: Teknologi canggih ≤ 20% akses di kuantitativekan; Membantu ≤ 30% akses di


kuantitativekan; dan Kredibel ≤ 50% akses di kuantitativekan, apabila ≤ akses di
kuantitativekan dengan total nilai akses seluruh produk dapat dikatakan sebagai
literasi media “melek” media.
Sumber: Data primer penelitian (diolah), 2016
d) Peran individu kelompok langsung memberi efek pengguna
(komunitas media) literasi media tersebut. Peran individu
Konsep dan pengetahuan ini kelompok ini saling menjaga dan
membentuk peran perilaku sebagai memberi wawasan tentang tujuan dan
individu kelompoknya (komunitas) manfaat literasi media ini. Dengan
secara langsung maupun tidak demikian, pertanyaannya mana yang

KOPERTIS WILAYAH X 140


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

memberi dampak sangat rentan dari (community media) merupakan jenis


segi negative “situs negative” dalam media (cetak maupun elektronik) yang
pemakaiannya ialah dilihat dari hadir di dalam lingkungan masyarakat
kecanggihan teknologi, perilaku atau komunitas tertentu dan dikelola
penggunaan, dan nilai kredibel (harga) oleh dan diperuntukkan bagi warga
yang dipakai individu (konsumen atau komunitas tertentu. Itulah karakter
penikmat) yang merupakan sumber utama dari media komunitas itu
informasi dan ilmu pengetahuan dari (Pawito 2007).
konten media adalah literasi media, Masyarakat yang terdiri dari
seperti televise maupun komputer, komunitas yang berbeda–beda dalam
kemudian sisi lainnya adalah laptop, konsep memahami penggunaaan dan
radio, internet, mobile phone pengetahuannya tentang literasi media
(smartphone), cinema (film), dan surat ini dapat dijelaskan peran individu
kabar.
kelompoknya:
Secara sederhana kita dapat
mengatakan bahwa media komunitas
Grafik.4.4.Literasi Media Aksi Sebagai Peranan Komunitas Dalam Komponen Konten Media
N = 100
Teknologi Canggih Perilaku Penggunaan Nilai Kredibel Akses
90 88 86 90 89 87
78
57 53 55 58 55
50 52 52
40 45
31 33 35 31 33 32
22 2325
10 12 14 10 11 13

Agenda: Teknologi canggih ≤ 20% akses di kuantitativekan; Membantu ≤ 30% akses di


kuantitativekan; dan Kredibel ≤ 50% akses di kuantitativekan, apabila ≤ akses di
kuantitativekan dengan total nilai akses seluruh produk dapat dikatakan sebagai
literasi media “melek” media.
Sumber: Data primer penelitian (diolah), 2016

KOPERTIS WILAYAH X 141


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

Hasil Temuan 3: Mengoprasikan publik di Indonesia saat ini sangat


konten isi media sebagai perencanaan menggantungkan diri pada program berita
komunikasi yang ditayangkan oleh stasiun televisi
Setiap institusi mempunyai fungsinya untuk mendapatkan informasi dalam
sendiri, demikian pula dengan media proses perjalanan Indonesia menjadi
massa sebagai institusi sosial mempunyai negara demokratis. Kultur berita yang
fungsi penting dalam komunikasi massa. dibangun oleh media televisi seharusnya
Adapun lima fungsi media menurut lebih diarahkan kepada promosi mengenai
penulis adalah, yakni mengamati demokrasi dan pembentukan masyarakat
lingkungan atau dengan kata lain yang lebih bertanggung jawab. Dalam
perkataan berfungsi sebagai penyaji berita teori ekonomi politik media menurut
atau penerangan. Dalam hal ini media McQuail, kepemilikan media
massa harus memberikan informasi yang menyumbang akibat bagi keburukan
obyektif kepada pembaca, pendengar, masyarakat. Perspektif ekonomi politik
atau pemirsa mengenai apa yang terjadi di melihat bahwa media tidak lepas dari
dunia. Dalam kaitan ini fungsi utama kepentingan pemilik modal, negara atau
media massa adalah sebagai penyebar kelompok lainnya. Media menjadi alat
teknologi dan informasi kepada khalayak. dominasi dan hegemoni masyarakat.
Salah satu media dalam komunikasi Akibat dari monopoli kepemilikan media
massa yang paling besar pengaruhnya dikhawatirkan mampu mengancam
terhadap pembentukan opini publik kebebasan pers dan pilihan bagi
adalah televisi. Televisi berperan besar konsumen (Dwita 2016).
dalam proses demokratisasi sebuah Fungsi lain dari media massa adalah,
negara. Dalam kasus jelang Pemilihan sebagai sarana pemberitaan yang ada di
Presiden Republik Indonesia beberapa lingkungannya, juga mengadakan korelasi
waktu lalu, media televisi memfokuskan antara informasi yang diperoleh dengan
perhatian masyarakat pada kampanye kebutuhan khalayak sasaran, karenanya
yang sedang berlangsung serta berbagai pemberitaan atau komunikasi lebih
informasi seputar calon presiden dan isu menekankan pada seleksi, evaluasi dan
politik lainnya. Dalam perspektif interpretasi.
demokrasi, televisi merupakan salah satu Dalam Artikel hefri yodiansyah secara
media yang berfungsi sebagai penyangga. menunjukkan pengetahuan masyarakat
Televisi dapat menyediakan informasi (society) terhadap teori–teori paradigma,
politik sehingga bisa dipergunakan oleh dengan maksud dan tujuan dalam
masyarakat dalam menentukan pilihan kehidupan bangsa dan bernegara untuk
politiknya. Dalam proses demokratisasi, menilai ditambahkan persyaratan needs

KOPERTIS WILAYAH X 142


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

value (ideologi pancasila dan demokrasi). media dapat diwujudkan melalui berbagai
Literasi media adalah kemampuan untuk cara:
mengakses, menganalisis, mengevaluasi 1. Konten “isi dan program” literasi
dan mengkomunikasikan pesan–pesan media dalam membentuk perilaku
dalam berbagai bentuk literasi secara luas. dilihat produk mana dan dominan
Literasi media merupakan kemampuan digunakan oleh anda/sdr/I dengan
untuk menciptakan makna pribadi dari konten isi media seperti; televisi,
simbol – simbol verbal dan visual yang radio, surat kabar, mobile phone
kita dapat setiap hari dari televisi, iklan, (smartphone), komputer, cinema
film, dan media digital dan sebagainya (film), dan internet. Dengan perilaku
(Yodiansyah 2016). menunjukkan aspek perilaku
Dalam memahami dan pengatahuan pengguna media yang dominan
perilaku (peran masyarakat dan digunakan oleh pengguna media
pemerintah) dalam pengawasan literasi berikut:

Grafik.4.5.Tingkatan Literasi Media Aksi Sebagai Perilaku Pengguna


Dalam Komponen Konten Media
N = 100
4 16
41 - 56 th 7 14
4 39
3 13
3 18
36 - 40 th 5 9 Internet
3 43
4 15 Surat Kabar
6
45
26 - 35 th 45 40
Cinema (Film)
4 32
4 Laptop
4 9
21 - 25 th 8 11 41 Komputer
12
11
3 Mobile phone/smartphone
5 8
13 - 20 th 1315 33 Radio
8 15
35 Televisi
7 - 12 th 67 19
9 20
31
0 10 20 30 40 50

Sumber: Data sekunder penelitian (diolah), 2016

KOPERTIS WILAYAH X 143


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

Dengan demikian, generasi muda Dari beberapa media dalam


dapat membangun dan menciptakan komunikasi massa, media massa
kesadaran akan peran media dalam paling berpengaruh pada kehidupan
kehidupan bermasyarakat yang manusia. Ini disebabkan televisi
berkelanjutan baik kuantitas maupun memiliki beberapa karakteristik yakni
kualitas, yang manfaatnya dapat dapat didengar sekaligus dilihat
dirasakan langsung oleh para siswa (audiovisual).
sebagai generasi muda (Paramita et al. Sebagai sebuah entitas bisnis,
2015). penyelenggaraan operasional media
Masyarakat menganggap penting massa dapat dikatakan sangat mahal.
peran media sebagai penyalur aspirasi Industri penyiaran media massa
nilai-nilai atau warisan dari satu (televise) juga beberapa konten media
generasi ke generasi berikutnya. Atau juga merupakan sarana promosi
dengan kata lain perkataan sebagai penjualan produk–produk kepada
penyampai seni budaya dan penunjang masyarakat. Dengan demikian media
pendidikan dapat dikatakan bahwa di massa merupakan sarana pelengkap
negara-negara berkembang yang bagi bisnis modern dewasa ini.
rakyatnya belum maju, komunikasi Industri penyiaran media massa
dalam banyak hal merupakan sarana merupakan sebuah entitas sosial
pembelajaran. artinya ia harus mendapat dukungan
Peran media massa dalam kehidupan dari masyarakat melalui program–
sosial, terutama dalam masyarakat program yang ditayangkan. Bahkan
modern telah memainkan peranan televisi dengan media massa lainnya
yang begitu penting. Menurut merupakan entitas budaya karena ia
McQuail (2002: 66) dalam bukunya turut berperan dalam mewujudkan
Mass Communication Theories, ada majunya sebuah negara, sekaligus bisa
enam perspektif dalam hal melihat memengaruhi kemundurannya.
peran media. Melihat media massa Media massa sebagai entitas politik
seabagai window on event and artinya bahwa televisi dipercaya
experience. Media dipandang sebagai memiliki kemampuan yang kuat untuk
jendela yang memungkinkan khalayak memengaruhi masyarakat dan
melihat apa yang sedang terjadi di luar membentuk opini publik (Hafiar et al.
sana. Atau media merupakan sarana 2014).
belajar untuk mengetahui berbagai 2. Konten isi media sebagai timing dari
peristiwa. literasi media dengan waktu durasi 1 –
10 jam sehari seperti; televisi, radio,

KOPERTIS WILAYAH X 144


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

mobile phone (smartphone), surat ditinjau dari usia responden dapat


kabar, komputer, cinema (film), dan dilihat dalam grafik dibawah ini:
internet, durasi komunikan mengakses
Grafik.4.6.Tingkatan Waktu Literasi Media Aksi Sebagai Perilaku Pengguna Dalam
Komponen Konten Media
N = 100

41 - 56 th 45 9
36 46
6 9
36 - 40 th 45
17 23
1517 Tingkat V
26 - 35 th 35
4 29 Tingkat IV
4 13 Tingkat III
21 - 25 th 53
4 26
Tingkat II
11 16
13 - 20 th 38 Tingkat I
10 25

10 14
7 - 12 th 10
10 56

0 10 20 30 40 50 60

Agenda: Tingkat pertama durasi dari 1 – 2 jam; tingkat kedua durasi dari 3 – 4 jam; tingkat
ketiga durasi dari 5 – 6 jam; tingkat keempat durasi dari 7 – 8 jam; dan tingkat
kelima durasi dari 9 – 10 jam dengan total responden berjumlah 100 sample
responden.
Sumber: Data sekunder penelitian (diolah), 2016
Tradisi budaya belajar dan nilai– yang dijadikan konotasi dan denotasi
nilainya dapat dilihat secara pola perjalanan panjang saat
komunikasi, cara berulang dalam perkembangan perencanaan
pemikiran, merasa, dan bertindak komunikasi untuk memperkuat
dengan kata lainnya pilihan kita dan revitalisasi akses (access),
memberikan pedoman perilaku interprestasi perilaku literacy
perencanaan (Marini 2012). Dengan (behavior), menciptakan persuasi
demikian, pedoman perilaku komunikasi (persuasive),
mengandung pesan dengan makna mencerminkan motivasi nilai
budaya, seakan–akan menimbulkan (cultural), kompetensi atau skills
perilaku (commo sense) (Kriyantono (competence), dan akses umum
2007). Apakah makna mitos atau fakta (publics) (Yodiansyah 2016).

KOPERTIS WILAYAH X 145


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

3. Konten produk literasi media mana (smartphone), surat kabar, komputer,


dan dominan digunakan oleh cinema (film), dan internet di tempat
anda/sdr/I dengan konten isi media bekerja. Dengan tanggapan sebagai
seperti; televisi, radio, mobile phone berikut:
Grafik.4.7.Tingkatan Tempat Literasi Media Aksi Sebagai Perilaku Pengguna Dalam
Komponen Konten Media
N = 100

12 21
41 - 56 th 1
1 11 24 39
3 31 Dimana saja
36 - 40 th 1 3
3
5 32 Kampus/Sekolah
22
5 35 Perpustakaan
5 7 11
26 - 35 th
7 10 Keramaian
20
10
2 2122 Rental
21 - 25 th 23
3 7 Kantor
12
89 17 Ruangan
13 - 20 th 3 21
0 11 Rumah
31
6 23
4
4
7 - 12 th 11
0 15 37

Sumber: Data sekunder penelitian (diolah), 2016


literasi media membentuk pola atau
Dalam akses literasi media dalam strategi komunikasi. Dalam mengelola
perencanaan komunikasi ini dapat media aksi “isi dan program” media
dijelaskan bahwa serangkaian akses literasi itu adalah; televisi, radio,
literasi media menghasilkan perilaku mobilephone (smartphone), komputer,
literasi berintegritas (identitas sosial) cinema (film), dan internet sebagai
dengan makna budaya informasi yang data primer yang telah diolah
akan disampaikan. Literasi media mengatakan berbeda–beda dalam
telah mampu mengubah sistem politik menyimpulkan makna budaya dengan
Indonesia dari masa ke masa. perilaku yang berbeda pula, ini amat
Rangkaian literasi akses media dengan memerlukan tingkat kemampuan ilmu
menggunakan kuncinya adalah tingkat pengetahuan dan pemahaman literasi
memahami, tingkat menggunakan, media yang mengalami kulturasi
tingkat mempelajari, dan tingkat budaya terhadap peranan sosial dalam

KOPERTIS WILAYAH X 146


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

masyarakat yang sangat signifikan di 4. Konten literasi media mana yang


uji keabsahannya pada penelitian mudah di akses dan dominan
berikutnya (secara kuantitatif; uji terjangkau oleh masyarakat digunakan
statistik) (Chaudhary 2016; Anna oleh anda/sdr/I dengan produk dari
2015; Hasugian 2008; Hudi et al. konten isi media seperti; televisi,
2012; Jusoff 2009; Khairi & Danil radio, mobile phone (smartphone),
2015; Marini 2012; Potter 2011; surat kabar, komputer, cinema (film),
Potter & Donnerstein 2016; Singh dan internet. Tanggapan produk
2016; Thorson & Wells 2015). literasi media aksi dapat dilihat dalam
grafik dibawah ini:
Grafik.4.8.Tingkatan Produk Literasi Media Aksi Sebagai Perilaku Pengguna Dalam
Komponen Konten Media
N = 100

15 21
41 - 56 th 3 5
3 21
3 29
9 13 15 Internet
36 - 40 th 6 9
6 25
17 Surat Kabar
7 16
26 - 35 th 13 16 Cinema (Film)
5 25
7 11
15 Laptop
5 15
21 - 25 th 3 7 Komputer
9 31
15
11 15 Mobile phone/smartphone
13 - 20 th 1112
7 17
11 Radio
16
5 12 Televisi
7 - 12 th 15
15
11 15
12 15
0 5 10 15 20 25 30 35

Sumber: Data sekunder penelitian (diolah), 2016


Data sekunder dalam penelitian ini orang lain secara sehat dan teratur.
berdasarkan kategori usia dan Memiliki kontribusi pengetahuan dan
pekerjaan, dan mampu mencerdaskan pemahaman sebagai berusaha
dan menginovasi secara efektif dan menjadikan komponen kulturasi
efisien. Perencanaan komunikasi ini budaya media secara cerdas dan
merupakan pengembangan diri dari bijaksana dalam kehidupan
media aksi yang di akses literasi masyarakat (Suryadi 2013; Rianto
“melek” media yang mudah dipahami 2016).

KOPERTIS WILAYAH X 147


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

Dalam akses literasi media dalam data primer penelitian yang telah
perencanaan komunikasi ini dapat diolah menunjukkan literasi media
dijelaskan bahwa serangkaian akses berbeda–beda dalam menyimpulkan
literasi media menghasilkan perilaku makna budaya dengan perilaku yang
literasi berintegritas (identitas sosial) berbeda pula, ini amat memerlukan
dengan makna budaya informasi yang tingkat kemampuan ilmu pengetahuan
akan disampaikan. Literasi media dan pemahaman literasi media yang
telah mampu mengubah sistem politik mengalami kulturasi budaya terhadap
Indonesia dari masa ke masa. peranan sosial dalam masyarakat
Rangkaian literasi akses media dengan (Kamaruddin 2015).
menggunakan kuncinya adalah tingkat 5. Konten literasi media mana yang
memahami, tingkat menggunakan, mudah di akses fasilitas dan dominan
tingkat mempelajari, dan tingkat isi program yang disukai oleh
literasi media membentuk pola atau anda/sdr/I dengan konten isi media
strategi komunikasi. Dalam mengelola seperti; televisi, radio, mobile phone
media aksi “isi dan program” media (smartphone), surat kabar, komputer,
literasi itu adalah; televisi, radio, cinema (film), dan internet. Dengan
mobilephone (smartphone), komputer, fasilitas maupun isi dan program
cinema (film), dan internet sebagai literasi media adalah:
Grafik.4.9. Tingkatan Fasilitas Program Literasi Media Aksi Sebagai Perilaku Pengguna
Dalam Komponen Konten Media
N = 100

1 19
41 - 56 th 2 5
2 1718
36
5 16
9 Internet
36 - 40 th 14 22
11 32 Surat Kabar
3 12
20
26 - 35 th 2 5 31
Cinema (Film)
9 18
19 Laptop
2 19
21 - 25 th 3
1
4 29 Komputer
23
5 9 Mobile phone/smartphone
13 - 20 th 9 17
5 27
7 21 Radio
2
2
7 - 12 th 3 29 Televisi
2 26
9 27
0 10 20 30 40

Sumber: Data sekunder penelitian (diolah), 2016


KOPERTIS WILAYAH X 148
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

Data sekunder dalam penelitian ini Holik 2011; Kamaruddin 2015; Koltay
berdasarkan kategori usia dan pekerjaan, 2011).
dan mampu mencerdaskan dan Media literacy is a term that means many
menginovasi secara efektif dan efisien. different things to different people—
Perencanaan komunikasi ini merupakan scholars, educators, citizen activists, and
pengembangan diri dari media aksi yang the general public (Potter 2011; Potter &
di akses literasi “melek” media yang Donnerstein 2016). Literasi media adalah
mudah dipahami orang lain secara sehat trend melek media pada saat ini, memiliki
dan teratur. Memiliki kontribusi banyak perbedaan pola komunikasi, pola
pengetahuan dan pemahaman sebagai perilaku, dan pola pemikiran yang
berusaha menjadikan komponen kulturasi berbeda–beda. Publik sebagai orang yang
budaya media secara cerdas dan bijaksana menikmati mencerminkan motivasi nilai
dalam kehidupan masyarakat (Israwati, dan norma (cultural), kompetensi skills
2013). (competence), nilai sosial dalam
Perencanaan komunikasi merupakan masyarakat (publics).
pengembangan diri dari media aksi yang Mulai peran pemerintah, industry,
mampu mengakses literasi “melek” individual, bahkan komunitas atau
media. Dalam perilaku literasi media kelompok pengguna media memberi
keselarasan membangun keseimbangan dampak effecs dinamika komunikasi yang
kebutuhan sebagai wujud dari kulturasi feecback “perkembangan akses literasi
media yang mampu membangun media terhadap kemampuan competence
perkembangan literasi media dalam dan pengetahuan skills dari pengguna
membentuk budaya media secara cerdas media” (menurut data wawancara, 2016),
dan bijaksana dalam kehidupan “ketika akses literasi media dapat
masyarakat (Imran 2010). Media baru diketahui lewat unsur–unsur komunikasi
telah mampu meningkatkan kualitas misalnya, sumber, komunikator, pesan,
partisipasi politik di mana orang–orang media, komunikan (target audien) akan
lebih aktif di ranah publik dan komunikasi memudahkan kita pengguna dalam
politik yang lebih interaktif. Partisipasi menentukan perilaku apa yang harus kita
politik adalah modal politik terbesar lakukan, karena lewat prosedur atau
untuk negara dalam mengembangkan pedoman lebih jelasnya petunjuk
kehidupan politik yang demokratis pelakuan media diterapkan dan tidak
menjadi dewasa. Sebenarnya, potensi semua kategori umur dapat mengaksesnya
politik tidak sepenuhnya didukung oleh kalaupun iya harus mengetahui kata
regul maya demokratis (Dwita 2016; kuncinya.” Dalam perencanaan
komunikasi sebagai bentuk mengevaluasi

KOPERTIS WILAYAH X 149


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

kemungkinan bahwa komponen media komponen konten media secara


konten baik itu isi dan program literasi internal dan ekternal.
media aksi ini dapat ditentukan sesuai c. Evaluative perilaku akses literasi
dengan temuan dibawah ini: media itu ditentukan oleh pola
a. Menggunakan pedoman „perilaku konstruksi antara “termediasi” dengan
manusia,‟ meliputi akses (access), “mediasi” oleh tingkat akses literasi
interprestasi perilaku literacy medianya.
(behavior), menciptakan persuasi d. Pola komunikasi sebagai proses
komunikasi (persuasive) oleh media, menciptakan bahkan mencerminkan
mencerminkan motivasi nilai dan berbagai makna kata “termediasi dan
norma (cultural), kompetensi skills mediasi” dikonstruksikan dan
(competence), nilai social dalam dipertahankan (status quo) melalui
masyarakat (publics) sebagai road komunikasi. Perbandingan pola
map tertentu.” konten isi dan program komunikasi itu dapat dibingkai secara
media; literasi media aksi sebagai unsur kata dengan motif makna kata
peran pemerintah, peran industry, itu “termediasi” dalam makna kata
peran individual, dan peran komunitas semiotika berarti sesuatu yang tidak di
dalam komponen konten media segaja masuk melalui akses literasi
menimbulkan “termediasi” oleh media tersebut. Sehingga dipengaruhi
proses hambatan dan rintangan oleh prosedur atau ketentuan nilai atau
komunikasi dalam menggunakan norma tertentu. Sedangkan motif
konten isi dan program media yang makna secara semiotika terbentuk
telah ditentukan. dalam kata “mediasi” mengandung
b. Mengoprasikan „perilaku media‟, unsur makna budaya yang demokrasi.
antara lain, konten isi dan program e. Regulasi media merupakan pola
literasi media; dimulai dari tingkatan komunikasi itu dapat dibingkai secara
perilaku pengguna, tingkatan waktu, unsur kata untuk memahami efek
tingkatan tempat, tingkatan produk, dengan motif makna kata itu, tipologi
serta tingkatan fasilitas “isi dan konstruksi, ontologis, epistemologis,
program” literasi media akses sebagai dan aksiologis berbagai literasi media
menciptakan persuasi komunikasi dan kompetensi berpendapat bahwa
(persuasive), bahkan mencerminkan bukan teknologi yang mengatur
motivasi nilai (cultural), dan perubahan sosial dan budaya.
kompetensi skills (competence) dari SIMPULAN
perilaku media “mediasi” dalam Kesimpulan: Pembuktian Tujuan
Penelitian

KOPERTIS WILAYAH X 150


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

Berdasarkan temuan – temuan data serta tentang isi media. Kedua, suatu
hasil interprestasi, diperoleh kesimpulan – pemahaman dari proses komunikasi
kesimpulan sebagai berikut: Tipologi massa. Ketiga, suatu kesadaran akan
konstruksi, komunikasi adalah proses dampak media terhadap individu dan
menciptakan berbagai makna. Budaya masyarakat. Keempat, strategi untuk
adalah membuat dunia bemakna. Hal menganalisa dan mendikusikan pesan
tersebut di sekitar kita secara sosial hal media. Kelima, suatu kesadaran pada isi
tersebut dikonstruksikan dan media sebagai “teks” yang memberikan
dipertahankan (status quo) melalui wawasan ke dalam budaya kontemporer.
komunikasi. Membatasi serta Keenam, suatu budidaya kenikmatan,
membebaskan kita memisahkan serta pemahaman, dan aspresiasi terhadap isi
menyatukan kita. Hal tersebut media. Ketujuh, pengembangan keahlian
mendefinikan realitas kita dan cara apa produksi yang efektif dan bertanggung
yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan. jawab. Kedelapan, pengembangan
Media massa merupakan pendongeng pemahaman tentang kewajiban etis dan
budaya kita dan forum di mana kita moral praktisi media. Epistemologis,
berdabat tentang makna budaya. Paham pengetahuan dalam mempertahankan
determinnisme teknologi berpendapat status quo budaya berbagai berpendapat,
bahwa teknologi adalah agen utama idea, gagasan, dan sebagainya (di era
dalam perubahan sosial dan budaya. Akan demokrasi). Aksiologis, plan in the action
tetapi, ini bukan teknologi yang mengatur artinya rencana aksi adalah suatu
budaya; inilah bagaimana orang pendapat melek media, termasuk:
menggunakan teknologi. Dengan Pertama, kemampuan dan kemauan untuk
teknologi, uang juga merupakan bentuk berupaya memahami dan pengetahuan isi
komunikasi massa, khalayak dapat dan program media, memperhatikan, dan
menjadi konsumen dan juga produk mengurangi gangguan (noise). Kedua,
dalam sistem media massa kita. Secara memahami dan menghargai terhadap
lisan, budaya buta huruf (preliterate) kekuatan pesan media. Ketiga,
menjadi jalan kekuasaan dan kontrol atas kemampuan untuk membedakan emosi
hidup seseorang. Ontologis, kemampuan dari sebuah reaksi saat merespons isi dan
untuk memahami secara efektif dan bertindak yang sesuai. Keempat,
efisien dan menggunakan bentuk pengembangan harapan yang tinggi
komunikasi yang dimediasi, terdiri atas terhadap isi media. Kelima, pengetahuan
beberapa unsur: pertama, kemampuan tentang genre konvensi dan pengakuan
berpikir secara kritis memungkinkan dari campurannya. Keenam, kemampuan
mengembangkan penilaian indenpenden berpikir secara kritis tentang pesan media.

KOPERTIS WILAYAH X 151


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

Ketujuh, pengetahuan tentang bahasa on communicated planning system


internal terhadap berbagai media dan (Yodiansyah 2016). Untuk menganalisa
kemampuan untuk memahami efek – temuan komunikasi seperti pemahaman,
efeknya. pengetahuan, regulasi media mengenai
Implikasi atau Manfaat Temuan hubungan dengan paradigma komunikasi.
Berdasarkan implikasi manfaat temuan di Sehingga tahapan itu membentuk perilaku
asumsikan akan bermanfaat bagi, yang budaya literasi media.
diantaranya: *Praktis
*Teoritis/Akademis Karena literasi media itu bisa dimuati
Dengan menggunakan literasi media plan dengan berbagai macam pemahaman
in the action ini, terlebih lagi dengan dengan memberi pencerahan pengetahuan
mengikuti perkembangan paradigm secara praktis. Namun itu belum cukup
komunikasi seperti dijabarkan oleh riset tentu kita perlu mempelajari mengenai
ini, dikemukan bahwa terdapat sejumlah strategi paradigma itu. Melalui rencana
pemahaman dan pengetahuan paradigm aksi literasi media kita dapat
tersebut masih di level basic atau standar. mencirminkan identitas sosial dalam
Ini bukan untuk memperdebatkan akan teknologi kita gunakan ke depan publik.
tetapi untuk melihat perkembangan *Sosial
paradigma itu dari masa ke masa. Di sini Hasil ini menunjukan, literasi media
mengajarkan kita untuk konteks literasi paradigmanya di level passive, ini perlu
media suatu bentuk secara sadar atas penyusuaian pengetahuan paradigma
pertimbangan atau motive kebutuhan nilai komunikasi. Alhasil, teori besar (granded
dalam literasi media (active – innovative). theories) disesuaikan, sementara teori
Secara teoritis hal ini memberi implikasi menengah (midlle theories) dalam
bahwa dalam memahami/mempelajari tingkatan identitas literasi media di tengah
konten literasi media tidak jauh dari aspek masyarakat (society) (Mulyana, D, 2005).
komunikasi teknis pengetahuan terhadap Karena dipengaruhi penggunaan aplikasi
teknologi komunikasi sebagaimana telah teori (theories application) dengan peran
lazim dilakukan penelitian terdahulu. publik terhadap motive – motive rencana
*Methodologis aksi dilapangan. Sehingga cara ini perlu
Untuk dapat mengungkap pemahaman pengembangan terhadap kualitas
dan pengetahuan paradigma komunikasi demokrasi tidak akan bertambah sesuai
terhadap literasi media dalam dengan harapan kita.
perencanaan komunikasi. Ternyata UCAPAN TERIMA KASIH
diperlukan suatu analisa literasi media Ucapan terima kasih terutama ditujukan
diterapkan dengan teori plan in the action kepada pemberi dana penelitian atau
donatur. Ucapan terima kasih dapat juga
KOPERTIS WILAYAH X 152
JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

disampaikan kepada pihak – pihak yang Ilmu, K., Bagi, K. & Daerah, P., 2012.
membantu pelaksanaan penelitian hingga Proseding; Seminar dan Konferensi
selesai. Nasional Ilmu Komunikasi. In I.
DAFTAR PUSTAKA Dimyati, H. Nurjuman, & P. A.
Jurnal Article: Praceka, eds. article. Banten:
Anna, N.E.V., 2015. Pengguna Web 2.0 Program Studi Ilmu Komunikasi
Sebagai Media Promosi FISIP Untirta, pp. 1–338.
Perpustakaan Perguruan Tinggi di Imran, H.A., 2010. Literasi Teknologi
Indonesia. Article, 1, pp.77–82. Informasi dan Komunikasi
Chaudhary, A., 2016. Role of Social Masyarakat Pedesaan. article, (19),
Media to Empower Youth- p.1-.
Challenges and Opportunities. Jusoff, K., 2009. Television and Media
article, 56, pp.17–19. Literacy in Young Children : Issues
Druick, Z.O.Ë., 2016. The Myth of Media and Effects in Early Childhood.
Literacy. article, 10, pp.1125–1144. article, 2, pp.151–157.
Dwita, D., 2016. Jurnal ipteks terapan; Kamaruddin, 2015. Komunikasi sosial
Televisi dan Kepentingan Pemilik dan pembangunan. In Kamaruddin,
Modal Dalam Perspektif Teori ed. Modul. UNIMAL, pp. 1–109.
Ekonomi Politik Media. article, 4(4), Khairi, A. & Danil, M., 2015. Jurnal
pp.252–261. Available at: ipteks terapan; Kemampuan
http://dx.doi.org/10.22216/jit.2016.v Pembelajaran Berbasis TIK Pada
10i3.526. Guru SMP di Kota Padang Dalam
Hafiar, H. et al., 2014. Literasi Informasi Menyambut Implementasi
Media: Studi Kasus Manfaat Media Kurikulum 2013. article, 8(4),
Massa Terhadap Difusi Inovasi pp.131–145. Available at:
Pertanian di Kecamatan Singaparna http://dx.doi.org/10.22216/jit.2014.v
Kabupaten Tasikmalaya. article, 8i4.9.
1(1), pp.16–34. Koltay, T., 2011. The media and the
Hasugian, J., 2008. Urgensi Literasi literacies: media literacy,
Informasi dalam Kurikulum Berbasis information literacy, digital literacy.
Kompetensi di Perguruan Tinggi. article, 33(2), pp.211–221.
article, 4(2), pp.34–44. Kriyantono, R., 2007. Pemberdayaan
Holik, I., 2011. Teknologi baru media dan Konsumen Televisi Melalui
demokratisasi di indonesia. article, Keterampilan Media- Literacy dan
1(September 2010), pp.41–57. Penegakan Regulasi Penyiaran.
Hudi, I., Abdulkarim, A. & Kokom article, 10(21).
Komalasari, 2012. Pengaruh Media Marini, A., 2012. Jurnal Ilmiah PGSD;
Televisi Terhadap Sikap Belajar Penerapan Pembelajaran Berbasis
Siswa dalam Pembelajaran Teknologi Informasi Untuk
Pendidikan Kewarganegaraan di Meningkatkan Hasil Belajar
SMP-MTS SE-Kecamatan Pangean mahasiswa. article, IV(1).
Kabupaten Kuantan Singingi. article, McQuail, D., 2013. Reflections on
(2), pp.55–70. Paradigm Change in Communication

KOPERTIS WILAYAH X 153


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

Theory and Research University of Media Literacy; Plan In The Action.


Amsterdam. article, 7, pp.216–229. article, 0000–0000(42). Available at:
Paramita, S. et al., 2015. Literasi New www.academia.edu.
Media Dalam Membangun Generasi Yusuf, I.A., 2011. Media Lokal dalam
Muda. article, pp.68–74. Konstelasi Komunikasi Politik di
Pattah, S.H., 2014. Literasi Informasi: Daerah. article, 14(3), pp.297–316.
Peningkatan kompetensi Informasi
dalam proses Pembelajaran. article, Buku – Buku :
2(2), pp.117–128. Baran, Stanley J. 2011. Pengantar
Pawito, 2007. Media Komunitas dan Komunikasi Massa: Literasi Media
Media Literacy. article, 4(2), dan budaya. Jakarta: Salemba
pp.167–177. Humanika.
Potter, W.J., 2011. The State of Media Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik
Literacy. article, 54(4), pp.675–696. Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Potter, W.J. & Donnerstein, D.L., 2016. Kencana Prenada Group.
Rethinking Validity and Reliability. -----------------. 2010. Teknik Praktis Riset
Journal of Applied Communication Komunikasi. Jakarta: Prenada
Research, 9882(May), pp.258–284. Media Group.
Rahman, M.A., 2015. Kebiasaan McQuil, Dennis. 2002. Teori Komunikasi
Pencarian Informasi Murid Sekolah Massa. Jakarta: Erlangga.
Menegah Atas pada Pemilu Umum Moleong, L. J. 2011. Metodologi
di Indonesia Information Seeking Penelitian Kualitatif. Bandung:
Behaviour of Senior High School Remaja Rosdakarya.
Student on General Election in Mulyana, D. 2005. Ilmu Komunikasi:
Indonesia. article, 1(2), pp.150–160. Suatu Pengantar. Bandung: PT
Rianto, P., 2016. Media Baru, Visi Remaja Rosdakarya.
Khalayak Aktif dan Urgensi Literasi West, R., & Turner, L. H. 2010.
Media. article, 1(2), pp.90–96. Introducing Communication
Singh, D., 2016. Culture of Silence : A Theory; Analysis and Application
Case Study of Barriers to Two-Way (Pengantar Teori Komunikasi:
Communication. article, 56(2006), Analisis dan Aplikasi) (Ed. 3).
pp.1–4. Jakarta: Penerbit Salemba
Suryadi, I., 2013. Kajian Perilaku Humanika.
Menonton Tayangan Televisi dan Peraturan Pemerintah:
Pendidikan Literasi Media pada Riyanto, Muhammad. (2012). Pedoman
Remaja, ISSN 1411- 3341. article, Perilaku Penyiaran (P3) dan
5(1), pp.973–986. Standar Program Siaran
Thorson, K. & Wells, C., 2015. Curated (SPS).Jakarta: Ketua KPI Pusat,
Flows : A Framework for Mapping Komisi Penyiaran Indonesia.
Media Exposure in the Digital Age. Tertanggal, 22 Maret 2012.
article, (c), pp.1–20. Sembiring, Tifatul. 2014. Peraturan
Yodiansyah, H., 2016. Paradigma Teori menteri komunikasi dan informatika
Perencanaan Komunikasi Paradigma republik Indonesia Nomor.19 Tahun

KOPERTIS WILAYAH X 154


JURNAL IPTEKS TERAPAN ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i1 (128 - 155)
E-ISSN: 2460-5611

2014 tentang penanganan situs


internet bermuatan negative:
Jakarta: Kominfo, menteri
komunikasi dan informatika
republik indonesia, diakses pada
tahun 23 Juli 2016.

KOPERTIS WILAYAH X 155

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai