1 RatnaetalAnalisis3MPlus
1 RatnaetalAnalisis3MPlus
net/publication/346011586
CITATIONS READS
14 651
2 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Ratna Dian Kurniawati on 01 December 2020.
© 2020 Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit All rights reserved
Abstrak
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit menular yang menyebabkan kematian. Kabupaten Bandung
mengalami tren peningkatan prevalensi DBD tiga tahun terakhir periode 2014-2016 dan Puskesmas Margaasih
adalah salah satu daerah endemis DBD. Salah satu upaya pencegahan dan pengendalian terhadap penularan
DBD adalah dengan kegiatan 3M Plus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara 3M Plus
(menguras tempat-tempat penampungan air minimal seminggu sekali, menutup rapat-rapat tempat
penampungan air, mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air, memasang kawat kasa, pemakaian
kelambu saat tidur dan kebiasaan tidak menggantung pakaian di dalam rumah) dengan kejadian DBD. Desain
penelitian menggunakan observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh Kepala Keluarga yang berjumlah 6.988 KK di Desa Margaasih. Sampel penelitian ini berjumlah
95 KK. Teknik Pengambilan Sampel dengan stratified random sampling di RW 13 dan RW 5 Desa Margaasih.
Hasil uji bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara kegiatan menguras penampungan air, kegiatan
menutup penampungan air, mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air dan kebiasaan
menggantung baju dengan kejadian DBD. Hasil berbeda ditunjukkan variabel pemasangan kawat dan
pemakaian kelambu saat tidur, kedua variabel tersebut tidak memiliki hubungan dengan kejadian DBD.
Abstract
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease that causes death. Bandung Regency experienced a
trend of increasing the prevalence of DHF in the last three years of 2014-2016. Margaasih Health Center was
one of the endemic areas of DHF. One of the efforts to prevent and control disease transmission is the 3M Plus
activity. The purpose of this study was to determine the relationship between 3M Plus activities with DHF
incidence. The study design used observational with a cross-sectional approach. The population in this study
was all households with a total of 6,988 families in Margaasih village. The sample of this research is 95 families.
All data collection was conducted using stratified random sampling technique. The bivariate test results showed
the relationship between several 3M plus activities, such as draining water reservoirs, activities to close water
reservoirs, recycle used items that can hold water, and the habit of hanging clothes with the incidence of DHF.
While the installation of wire and the use of mosquito nets during sleep did not show a relationship with the DHF
incidence.
1
Vektora Volume 12 Nomor 1, Juni 2020: 1 - 10
2
Analisis 3M Plus Sebagai Upaya... (Ratna Dian Kurniawati, et. al)
3
Vektora Volume 12 Nomor 1, Juni 2020: 1 - 10
4
Analisis 3M Plus Sebagai Upaya... (Ratna Dian Kurniawati, et. al)
Tabel 2. Distribusi variabel PSN 3M Plus dan kejadian DBD masyarakat Desa Margaasih Kabupaten
Bandung tahun 2018
Faktor Risiko DBD Frekuensi Persentase (%)
Kejadian DBD
Pernah terjangkit DBD 1 bulan terakhir 14 14,7
Tidak pernah terjangkit DBD 1 bulan terakhir 81 85,3
Menguras tempat-tempat penampungan air
Menguras tempat-tempat penampungan air 78 82,1
Tidak menguras tempat-tempat penampungan air 17 17,9
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air 54 56,8
Tidak menutup rapat-rapat tempat penampungan air 41 43,2
Mendaur ulang barang bekas
Mendaur ulang barang bekas 58 61,1
Tidak mendaur ulang barang bekas 37 38,9
Memasang kawat kasa
Memasang kawat kasa 46 48,4
Tidak memasang kawat kasa 49 51,6
Memasang kelambu saat tidur
Memasang kelambu saat tidur 17 17,9
Tidak memasang kelambu saat tidur 78 82,1
Tidak menggantung pakaian di dalam rumah
Tidak menggantung pakaian di dalam rumah 44 46,3
Menggantung pakaian di dalam rumah 51 53,7
Tabel 3. Distribusi hubungan pemberantasan sarang nyamuk 3M Plus dengan kejadian DBD masyarakat
Desa Margaasih Kabupaten Bandung Tahun 2018
Kejadian DBD
PSN 3M Plus Total Sig.
Tidak DBD DBD
Menguras tempat-tempat penampungan air
Menguras tempat-tempat penampungan air 75 (96,2%) 3 (3,8%) 78 (100%)
Tidak Menguras tempat-tempat penampungan air 0,00
6 (35,3%) 11 (64,7%) 17 (100%)
Menutup Rapat Tempat Penampungan Air
Menutup tempat penampungan air 51 (94,4%) 3 (5,6%) 54 (100%)
0,009
Tidak Menutup tempat penampungan air 30 (73,2%) 11 (26,8%) 41 (100%)
Mendaur ulang barang bekas
Mendaur ulang barang bekas 54 (93,1%) 4 (6,9%) 58 (100%)
0,02
Tidak Mendaur ulang barang bekas 27 (73,0%) 10 (27,0%) 37 (100%)
Memasang kawat kasa
Memasang kawat kasa 42 (91,3%) 4 (8,7%) 46 (100%)
0,19
Tidak Memasang kawat kasa 39 (79,6%) 10 (20,4%) 49 (100%)
Memakai Kelambu Saat Tidur
Memakai kelambu saat tidur 16 (94,1%) 1 (5,9%) 17 (100%)
0,45
Tidak Memakai kelambu saat tidur 65 (83,3%) 13 (16,7%) 78 (100%)
Tidak menggantung pakaian dalam rumah
Tidak menggantung pakaian dalam rumah 42 (95,5%) 2 (4,5%) 44 (100%)
Menggantung pakaian dalam rumah 39 (76,5%) 12 (23,5%) 51 (100%) 0,02
Total 81 (85,3%) 14 (14,7%) 95 (100%)
5
Vektora Volume 12 Nomor 1, Juni 2020: 1 - 10
ditemukan di tempat penampungan buatan di jatuhnya kotoran-kotoran dan debu ke dalam air, di
dalam dan di luar rumah (Sukowati, 2010). Dengan mana air tersebut selain dipakai mandi juga akan
mengetahui habitat perkembangbiakan nyamuk, digunakan untuk keperluan memasak dan
maka tempat penampungan air haruslah selalu diminum. Menutup rapat-rapat tempat penam-
tertutup sehingga populasi nyamuk dapat pungan air dapat meminimalkan perkembang-
berkurang dan dapat menurunkan angka DBD biakan nyamuk Ae. aegypti, sedangkan tempat
(Sumantri et al., 2014). penampungan air yang tidak tertutup rapat dan
Tempat penampungan yang sering jarang dibersihkan dapat dijadikan tempat
dibersihkan dapat menekan populasi jentik perkembangbiakan (breeding place) nyamuk Ae.
sehingga tidak tumbuh dan berkembang menjadi aegypti mulai dari telur hingga menjadi nyamuk
nyamuk dewasa. Jentik nyamuk biasanya dewasa yang akan menggigit manusia dan
diletakkan di dinding tempat penampungan air saat menularkan DBD (Wanti & Darman, 2014).
nyamuk dewasa bertelur. Pengurasan tempat Sesuai penelitian Utomo tahun 2017, bahwa
penampungan air dilakukan teratur minimal sebagian besar responden menutup rapat tempat
seminggu sekali dapat ditekan serendah- penampungan air. Tempat penampungan air yang
rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi tidak tertutup dengan rapat dan jarang dibersihkan
(Wanti & Darman, 2014). Menguras tempat dapat berfungsi sebagai tempat perindukan
penampungan air (TPA) merupakan salah satu cara nyamuk Ae. aegypti (Utomo, 2017). Praktik
pencegahan penyakit DBD, dengan cara menguras tempat penampungan air yang baik
membersihkan tempat perkembangbiakan nyamuk mempengaruhi keberadaan jentik (Nomitasari et
Ae. aegypti ( Jaya & Ibrahim, 2013). Siklus nyamuk al., 2012).
dari mulai bertelur sampai menggigit dibutuhkan Sebagian keluarga Desa Margaasih (61,1%)
waktu 9-10 hari. Perkembangan nyamuk jantan mendaur ulang barang bekas. Desa Margaasih telah
dari telur hingga menjadi dewasa dan kemudian memiliki bank sampah, warga mengumpulkan
mati membutuhkan waktu 9-10 hari sedangkan barang bekas dan diangkut oleh petugas kebersihan
pada betina dapat mencapai 2-3 bulan (Widiyanto, desa untuk didaur ulang. Ada juga yang mendaur
2007). ulang sendiri barang-barang bekas seperti ember
Nyamuk Ae. aegypti akan menghasilkan untuk dibuat menjadi pot bunga ataupun pot
telur 100 sampai 102 butir setiap kali bertelur. Telur tanaman hias. Hampir seluruh keluarga (93,1%)
Ae. aegypti dapat bertahan hidup dalam waktu lama yang mendaur ulang barang bekas tidak terkena
tanpa air bahkan sampai enam bulan. Kemampuan DBD.
telur bertahan dalam keadaan kering membantu Barang-barang bekas yang dibiarkan
kelangsungan hidup spesies dalam kondisi yang berserakan dapat menampung air dan membuat
tidak menguntungkan (Purba, 2013). Penelitian genangan air, sehingga di dalam genangan tersebut
baru menyebutkan bahwa nyamuk Ae. aegypti bisa nyamuk Ae. aegypti akan bertelur dan berkembang
mencapai radius 500 meter dalam mencari tempat biak. Habitat dan breeding places nyamuk Ae.
untuk bertelur (Kurniawan & Made, 2017). Vektor aegypti memerlukan air jernih yang tidak beralas
nyamuk Ae. aegypti akan berkembang secara langsung ke tanah, seperti tempayan, ember, drum,
optimum pada temperatur 20–28 0C. Umur nyamuk dan barang bekas yang menampung air
yang lebih panjang akan meningkatkan peluang (Awaluddin, 2017). Mendaur ulang barang bekas
bagi virus Dengue untuk menyelesaikan masa dapat mengurangi risiko genangan air hujan yang
inkubasi ekstrinsiknya. Indonesia sebagai negara tertampung pada barang bekas tersebut sehingga
tropis dengan suhu udara 16–32 0C dan kelembaban tidak menjadi perindukan dan perkembangbiakan
relatif 60–80 % merupakan ruang yang ideal untuk nyamuk Ae. aegypti (Kementerian Kesehatan RI,
mendukung perkembangbiakan nyamuk Ae. 2016b).
aegypti (Universitas Airlangga, 2017). Sebagian keluarga (53,7%) mempunyai
Sebagian besar keluarga (56,8%) telah kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah
menutup rapat-rapat tempat penampungan air. dengan alasan masih bisa dipakai untuk esok
Keluarga beralasan karena apabila tempat harinya saat mereka bekerja atau sekolah terutama
penampungan air terbuka berisiko terhadap pada rumah indekos atau kontrakan tempat
jatuhnya kotoran tikus, masuknya lalat serta masyarakat urban yang tinggal di tempat tersebut.
6
Analisis 3M Plus Sebagai Upaya... (Ratna Dian Kurniawati, et. al)
Hampir seluruh keluarga yang tidak mempunyai Pemasangan kawat kasa dengan ukuran
kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah standar 0,88 mm memungkinkan nyamuk Ae.
tidak terkena DBD. aegypti yang sudah terjangkit virus DBD tidak
Nyamuk Ae. aegypti lebih menyukai dapat keluar masuk rumah dan menularkan DBD.
beristirahat di tempat yang gelap, lembab, tempat Nyamuk vektor DBD dewasa berukuran lebih
tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, besar dari ukuran diameter pada kawat kasa.
termasuk kolong tempat tidur, kloset, kamar mandi, Pemakaian kasa dapat menghindari kontak
dan dapur. Nyamuk juga bersembunyi pada benda- langsung antara manusia dengan gigitan nyamuk
benda tergantung seperti baju, tirai, dan dinding. Ae. aegypti. Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil
Walaupun jarang, nyamuk dewasa dapat penelitian Elvin, di Kelurahan 19 November,
ditemukan di luar rumah, di tanaman atau tempat Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka tahun
terlindung lainnya (Ariyati, 2015) 2016, bahwa hampir setengah (45,5%) dari
Pakaian yang menggantung menjadi tempat responden yang tidak memasang kawat kasa di
hinggap nyamuk Ae. aegypti untuk tempat rumahnya pernah mengalami DBD (Amrieds et al.,
beristirahat (resting place). Cahaya minimal di 2016) karena sebagian besar responden memiliki
dalam rumah seharusnya 100 lux, sedangkan kebiasaan mengusir nyamuk dengan menggunakan
kelembaban di ruangan seharusnya sekitar 40- obat nyamuk bakar atau lotion anti nyamuk. Begitu
60%. Menggantung pakaian di dalam rumah dapat juga dengan sebagian kecil keluarga di Desa
menyebabkan ruangan menjadi gelap, lembab serta Margaasih yang memasang kawat kasa di rumah.
tidak terkena sinar matahari langsung dan tidak Masyarakat cenderung memasang gorden yang
terkena angin yang bertiup. (Kementerian dianggap mempunyai fungsi sama dengan kawat
Kesehatan RI, 2016b). Nyamuk Ae. aegypti senang kasa. Pada penelitian ini tidak ada hubungan antara
pada daerah gelap dan lembab. Nyamuk Ae. memasang kawat kasa dengan kejadian DBD,
aegypti biasanya tidak menyukai tempat-tempat karena sebagian besar keluarga yang menggunakan
dengan suhu dan kelembaban yang tidak sesuai kawat kasa dan keluarga yang tidak menggunakan
misalnya terlalu panas atau terlalu kering kawat kasa sama-sama tidak mengalami DBD.
(Boekoesoe, 2013). Pemakaian kelambu saat tidur merupakan
Sebagian besar (51,6%) keluarga RW 13 dan bentuk pencegahan yang dilakukan agar ter-hindar
RW 5 di Desa Margaasih tidak memasang kawat dari gigitan nyamuk selama tidur. Masyarakat
kasa karena dapat mengurangi estetika rumah dan enggan memakai kelambu dengan alasan tidak
keluarga merasa butuh ruangan yang bebas terbuka praktis. Masyarakat Desa Margaasih yang
agar suasana rumah menjadi sejuk tidak gerah. memakai kelambu pada siang hari menyatakan
Hampir sebagian (48,4%) keluarga lainya telah efek kurang nyaman dan suasana terasa menjadi
memiliki kebiasaan baik memasang kawat kasa di panas. Kondisi inilah yang membuat penggunaan
rumah. Mereka beralasan dengan dipasangnya kelambu dirasa sudah tidak cocok lagi pada saat ini
kawat kasa dapat mengurangi debu-debu yang (Azizah et al., 2017).
masuk ke dalam rumah. Hampir seluruh keluarga Masyarakat cenderung lebih menyukai
(79,6%) yang tidak memasang kawat kasa di rumah pemakaian obat nyamuk atau lotion. Pemakaian
tidak terkena DBD. obat nyamuk atau lotion bertujuan sama yaitu
Pemasangan kawat kasa adalah kegiatan mengusir nyamuk dan menghindari dari gigitan
tambahan (Plus) dari kegiatan PSN 3M yang dapat nyamuk terutama nyamuk Ae. aegypti. Nyamuk
membantu mencegah gigitan nyamuk Ae. aegypti hanya akan hinggap pada kelambu tetapi tidak bisa
penular DBD. Memasang kawat kasa merupakan hinggap pada manusia dan tidak bisa menggigit
salah satu upaya untuk menghindari terbangnya manusia (Kementerian Kesehatan RI, 2016b).
nyamuk dari luar rumah ke dalam rumah melalui Hampir seluruh keluarga (82,1%) tidak
ventilasi. Ventilasi terbuka berfungsi sebagai memakai kelambu saat tidur. Masyarakat merasa
tempat pertukaran udara ke dalam rumah, namun gerah dan ruangan menjadi sempit apabila
dari kondisi ventilasi terbuka tersebut dapat dipasang kelambu. Jika dilihat dari waktu
memberi kesempatan nyamuk Ae.aegypti untuk pemakaian kelambu dengan tujuan menghindari
keluar atau masuk ke dalam rumah (Kementerian kontak langsung antara manusia dengan nyamuk
Kesehatan RI, 2016b). pada saat tidur maka pemakaian kelambu dirasa
7
Vektora Volume 12 Nomor 1, Juni 2020: 1 - 10
8
Analisis 3M Plus Sebagai Upaya... (Ratna Dian Kurniawati, et. al)
9
Vektora Volume 12 Nomor 1, Juni 2020: 1 - 10
Dengue Hemorrhagic Fever in Klaten, Tanjung, M.O., 2012. Perilaku kader jumantik
Central Java. J. Epidemiol. Public Heal. 1, dalam melaksanakan PSN DBD 3M Plus di
37–48. Kelurahan Jomblang Kecamatan Candisari.
Priesley, F., Reza, M., Rusdji, S.R., 2018. J. Kesehat. Masy. 1, 1061–1067.
Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Tirtasari Amrieds, E., Asfian, P., Ainurafiq, 2016.
Nyamuk dengan Menutup, Menguras dan Faktor-faktor yang berhubungan dengan
Mendaur Ulang Plus (PSN M Plus) terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) di
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Kelurahan 19 November Kecamatan
di Kelurahan Andalas. J. Kesehat. Andalas 7, Wundulako Kabupaten Kolaka Tahun 2016.
124–130. J. Ilm. Mhs. Kesehat. Masy. 1, 1–12.
Purba, P.H., 2013. Kemampuan reproduksi Tombeng, C., Pingkan J, K., Ratag, B.., 2017.
nyamuk Aedes aegypti berdasarkan Hubungan antara pengetahuan dan tindakan
keberadaan nyamuk jantan [Skripsi]. Institut pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
Pertanian Bogor, Bogor. dengan kejadian DBD di Desa Tatelu
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2016. Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa
Situasi DBD di Indonesia, Pusat Data dan Utara. E-Journal Heal. 1–8.
Informasi Kemenkes RI. Kementerian Universitas Airlangga, 2017. Iklim dan Cuaca
Kesehatan RI, Jakarta. Mempengaruhi Penularan Virus Dengue
Rosidi, A.R., Adisasmito, W., 2009. Hubungan [WWW Document]. URL
faktor penggerakan pemberantasan sarang https://unair.ac.id/site/article/read/1219/ikli
nyamuk Demam Berdarah Dengue dengan m-dan-cuaca-mempengaruhi-penularan-
angka bebas jentik di Kecamatan virus-dengue.html (accessed 1.3.19).
Sumberjaya Kabupaten Majalengka, Jawa Utomo, A.P., Ningsih, S., Setyawan, F.E.B., 2013.
Barat. Maj. Kedokt. Bandung, 41, 1–7. Efektifitas pelaksanaan 3M (Menguras,
Rubandiyah, H.I., Nugroho, E., 2018. Menutup, Dan Mengubur) untuk
Pembentukan kader jumantik sebagai upaya menurunkan kejadian Demam Berdarah
peningkatan pengetahuan siswa di Sekolah Dengue (DBD) di Kota Blitar pada Periode
Dasar. Higeia J. Public Heal. Res. Dev. 2, 2010-2011. Fak. Kedokt. Univesitas
216–226. Muhammadiyah Malang 9, 82–88.
Sukowati, S., 2010. Masalah Vektor DBD dan Utomo, B., 2017. Hubungan perilaku
Pengendaliannya di Indonesia. Bul. Jendela pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan
Epidemiol. 2, 26–30. kejadian DBD di Desa Mojokerto
Sumantri, R., Hasibuan, P., Novianry, V., 2014. Kecamatan Reban Kabupaten Batang.
Hubungan pemberantasan sarang nyamuk Skripsi Univ. Diponegoro, Semarang.
dan kebiasaan keluarga dengan kejadian Universitas Diponegoro.
DBD di Kota Pontianak Tahun 2013. J. Mhs. Wanti, Darman, M., 2014. Tempat penampungan
Fak. Kedokt. Untan 1, 1–21. air dan kepadatan jentik Aedes sp. di daerah
Sunaryo, S., Pramestuti, N., 2014. Surveilans endemis dan bebas Demam Berdarah
Aedes aegypti di Daerah Endemis Demam Dengue. Kesmas J. Kesehat. Masy. Nas. 9,
Berdarah Dengue. Kesmas J. Kesehat. Masy. 171–178.
Nas. 8, 423–429. Widiyanto, T., 2007. Kajian manajemen
Susianti, N., 2017. Government Strategy in the lingkungan terhadap kejadian Demam
eradication of Dengue Hemorrhagic Fever Berdarah Dengue (DBD) di Kota Purwokerto
(DHF) in Jambi City. J. Bina Praja 9, Jawa-Tengah [Tesis]. Universitas
243–253. Diponegoro, Semarang.
10