Anda di halaman 1dari 11

IDENTITAS DAN IDEOLOGI RUMAH TRADISIONAL

KAKI SERIBU
Representasi Gaya Hidup Suku Arfak - Papua Barat

Hugo Warami

Fakultas Sastra - Universitas Negeri Papua


warami_hg@yahoo.com

ABSTRACT

Identity and Ideology as a cultural mirror traditional house is one


part of the culture that helped enrich the national culture. Ideology
as a system of representation that disguise the true relations with one
another in society as a way of constructing imaginary relationships
between people and among themselves as owners. Therefore need
to be preserved its existence, as well as receive guidance in order to
always be able to continue to grow as a national cultural heritage and
community mirror the mindset for the owner. Millipedes a traditional
house is one part of the culture that helped enrich the national culture.
Thus remain sustainable and gain a decent place in his own country.

Keywords: Identity, Ideology, and the Traditional Houses Millipedes

ABSTRAK

Identitas dan ideologi rumah adat sebagai sebuah cerminan


kebudayaan merupakan salah satu unsur kebudayaan yang mem­
perkaya kebudayaan nasional. Ideologi adalah sistem representatif
yang membungkus hubungan sejati antar individu dalam sebuah
masyarakat sebagai cara membangun hubungan imajinasi antara
manusia sebagai pemilik. Oleh karena itu, ideoligi perlu dipelihara
dan dipertahankan keberadaannya, dan juga perlu untuk dibina demi
keberlangsungan hidupnya sebagai warisan budaya nasional dan
cerminan pola pikir komunitas pemiliknya. Rumah Tradisional Kaki
Seribu adalah satu bagian dari kebudayaan yang ikut memperkaya
budaya nasional. Oleh karena itu sudah seharusnya tetap dipertahan­
kan dan mendapatkan tempat yang layak di negeri asalnya.

Kata Kunci: Identitas, Ideologi, Rumah Tradisional Kaki Seribu

129
T I F A Jurnal Ilmiah Etnografi Papua

Pendahuluan setempat sebagai acuan dan pan­


dangan hidupnya (bd.Warami,
Gaya hidup masyarakat tradi­sional
2009:1). Identitas dan Ideologi rumah
pada sebagian besar suku-suku di tanah
tradisional sebagai cermin budaya
Papua masih bersumber dan berporos
merupakan salah satu bagian dari
pada pengetahuan tradisionalnya
kebudayaan yang turut memperkaya
yang diwarisi secara turun-temurun
budaya bangsa. Oleh karena itu
dan terus dipertahankan hingga saat
perlu dilestarikan keberadaannya,
ini baik dilakukan secara komunitas
serta mendapat pembinaan agar
maupun perorangan (individual). Gaya
senantiasa dapat berkembang terus
hidup yang tercermin dalam identitas
sebagai warisan budaya nasional dan
diri dan sistem ideologi merupakan
cermin pola pikir bagi masyarakat
representasi sistem yang di­wariskan
pemiliknya.
dengan cara-cara tradisional
Sehubungan dengan latar depan
(traditional manner). Identitas dan
ini, maka kajian idenitias dan ideologi
ideologi merupakan bagian dari
rumah kaki seribu pada suku Arfak-
sistem penge­tahuan tradisional yang
Papua Barat diharapkan dapat
sangat mendasar serta bersumber dari
meng­ungkap dua dimensi secara
pengalaman kehidupan sehari-hari
komprehensif, yakni, (1) bagaimana
masyarakat tradisional melalui ciri
rumah tradisional kaki seribu
tradisional (a traditional). Identitas dan
dimaknai sebagai simbol identitas,
ideologi dalam konteks masyarakat
dan (2) bagaimana rumah tradisional
tradisional diproduksi sebagai system
kaki seribu melahirkan sistem-sistem
pengetahuan, sistem kreasi, sistem
ideologi. Dalam prespektif kajian
inovasi, dan evokasi budaya yang
budaya (culture studies) dan semiotika,
berbasis tradisi (traditional-base refers to
identitas dan ideologi dapat digunakan
knowledge systems, creations, innovation
untuk menjelaskan berbagai fenomena-
and culutralexperiences which).
fenomena budaya yang ada dibalik
Sejalan dengan pandangan di atas,
gaya hidup suku Arfak - Papua Barat
transformasi gaya hidup masyarakat
tersebut.
tradisional menuju ke masyarakat
Berdasarkan uraian dan fakta di
modern di era otonomi khusus
atas, maka dianggap perlu dilakukan
Papua perlu diimplementasikan
sebuah kajian deskriptif dengan judul:
dalam program pembangunan guna
”Identitas dan Ideologi Rumah Tradisional
mempersiapkan masyarakat dalam
Kaki Seribu: Representasi Gaya Hidup
mengantisipasi perkembangan pem­
Suku Arfak - Papua Barat”. Kajian
bangunan yang semakin menglobal,
ini akan memproyeksikan masalah
yakni pengaruh globalisasi yang
representasi gaya hidup pada Rumah
menyebabkan runtuhnya nilai-nilai
Tradisional Kaki Seribu Suku Arfak
tradisi dan kebudayaan lokal yang
yang mencakup (i) Analisis Identitas,
selama menjadi rujukan bersama
dan (ii) Analisis Ideologi.
dan yang disepakati penggunaannya
oleh seluruh anggota masyarakat

130
Identitas Dan Ideologi Rumah Tradisional Kaki Seribu

Identitas, Ideologi, Gaya Hidup, dan (2) ideologi adalah tipe wacana yang
Representasi Rumah Kaki Seribu membenarkan legitimasi dengan
mengacu pada realisme transedental,
Thomborrow dalam (Linda dan
realisme tuhan-tuhan, firgur spiritual,
Warreing, 2007:223) mengemukakan
dan mistis. Wacana ideologis tercermin
bahwa identitas merupakan bagian
dalam kehidupan sosial; ia berusaha
dari bagaimana menggunakan kode-
menyembunyikan pembagian sosial
kode sosial seperti berpakaian,
dan temporalitas tanpa mempertim­
berperilaku, atau aktivitas lain
bangkan ‘dunia lain’, (3) ideologi
(mempunyai hunian tempat tinggal)
sebagai sistem kepercayaan meru­
yang menunjukkan kepada orang
pakan orientasi tindakan (action-
lain tentang siap diri dan bagaimana
oriented) yang berisi kepercayaan, dan
identitas sosialnya. Masalah identitas
diorganisasi dalam satu sistem yang
sangat terkait dengan siapa diri kita,
koheren, (4) ideologi sebagai sistem
bagaimana cara kita memandang
proyeksi rasional yang memandang
diri kita sendiri, bagaimana orang
ideologi bukan sebagai objek potensial
lain memandang diri kita. Identitas
ilmu sosial belaka tetapi sebagai batas
individu, identitas sosial atau identitas
yang terjelaskan, batas yang berasal
institusional, adalah sesuatu yang terus
dari kelahiran yang simultan antara
menerus dibentuk dan dinegosiasikan
ideologi dan ilmu sosial pada masa
dalam sepanjang sejarah kehidupan
pencerahan (enlightenment), dan (5)
lewat interaksi orang lain. Selain itu,
ideologi sebagai relasi sosial, yakni
identitas juga memiliki banyak aspek
pada satu titik ideologi sebagai ‘sebuah
karena orang bisa berganti peran dan
sistem ide-ide politik’ yang dapat
menjalankan identitas yang berbeda
diterapkan dalam ‘kalkulasi politik’;
pada waktu yang berbeda dan situasi
dan pada titik yang lain ideologi
yang berbeda, dan tiap-tiap konteks
mengacu pada kompleksitas praktik
ini mengharuskan satu orang yang
sosial yang tidak menyatu dan sistem
sama untuk beralih peran ke lain yang
representasi yang memliliki signifikasi
kadang-kadang mengalami konflik
dan konsekuensi politik (Thompson,
dengan peran lain yang yang juga
2003:17-153).
dilakukannya dalam konteks lain.
Representasi menurut Danesi
Ideologi dapat dideskripsikan
merupakan proses perekaman gagasan,
menjadi (1) ideologi secara mendasar
pengetahuan, atau pesan secara fisik.
berhubungan dengan proses pem­
Secara lebih tepat dapat diidefinisikan
benaran hubungan kekuasaan yang
sebagai penggunaan ‘tanda-tanda’
tidak simetris, berhubungan dengan
(gambar, suara, dan sebagainya)
proses pembenaran dominasi. Ideo­
untuk menampilkan ulang sesuatu
logi bekerja sebagai perekat hubungan
yang diserap, diindra, dibayangkan,
sosial yang mengikat anggota
atau dirasakan dalam bentuk fisik.
masyarakat secara bersama dengan
Selain itu, dalam persepektif semiotika
menetapkan nilai-nilai dan norma-
dinyatakan bahwa bentuk fisik sebuah
norma yang disepakati secara kolektif,
representasi, disebut X, atau pada

131
T I F A Jurnal Ilmiah Etnografi Papua

umumnya disebut sebagai penanda dan berbagai kemungkinan realitas.


makna yang dibangkitkan disebut Y, Berdasarkan pengalaman sendiri yang
atau umumnya dinamakan petanda; dan diperbandingkan dengan realitas
makna secara potensial dapat diambil sosial, individu memilih rangkaian
dari representasi ini (X = Y) dalam tindakan dan penampilan mana yang
sebuah lingkungan budaya tertentu menurutnya sesuai dan mana yang
disebut sebagai signifikasi (sistem tidak sesuai untuk ditampilkan dalam
penandaan). Proses membangun suatu ruang sosial (bd. Piliang, 2004:218;220-
bentuk X dalam rangka mengarahkan 228).
perhatian pada Y, baik dalam bentuk Rumah Tradisional Kaki Seribu
material maupun konseptual disim­ selanjutnya di singkat RKTS. RKTS
bolkan menjadi X = Y ( Danesi, 2010: merupakan rumah khas daerah bagi
3-4). Pandangan lain, menurut Stuart rakyat biasa pada suku besar Arfak
Hall ada dua proses representasi, Papua yang bertopologi tinggi, sedang,
yakni (1) representasi mental: konsep dan rendah. Suku besar Arfak terdiri
tentang ‘sesuatu ‘ yang ada dikepala atas (1) suku Hattam, (2) Suku Meyah,
kita masing-masing (peta konseptual), (3) suku Sough, dan (4) suku Moile.
representasi mental masih merupakan Karakteristik RTKS disebabkan oleh
sesuatu yang abstrak; dan (2) ‘bahasa’ beberapa faktor, antara lain keadaan
yang berperan penting dalam proses alam dan interaksi. Keadaan alam suatu
konstruksi makna. Konsep abstrak yang daerah sering berbeda-beda, misalnya
ada dalam kepala harus diterjemahkan berupa daerah pantai, dataran rendah,
dalam ‘bahasa’ yang lazim, agar dapat pegunungan, daerah aliran sungai,
menghubungkan konsep dan ide-ide daerah hutan belantara, dan lain-lain.
tentang sesuatu dengan tanda dari Faktor interaksi antara lain berupa
simbol-simbol tertentu. interaksi antarbudaya daerah, dan
Gaya hidup merupakan pola adanya interaksi dengan budaya asing.
(durasi, intensitas, kuantitas) peng­ Perubahan RTKS ini berpengaruh pula
gunaan waktu, ruang, uang, dan terhadap bentuk, persepsi dan makna
barang di dalam kehidupan sosial. rumah. Sejarah telah mengajarkan
Beberapa sifat umum dari gaya hidup bagaimana masyarakat tradisional
adalah: (1) gaya hidup sebagai sebuah membangun huniannya sarat dengan
pola, yaitu sesuatu yang dilakukan makna-makna simbolis. RTKS menjadi
atau tampil secara berulang-ulang, pengejawatahan kedudukan manusia
(2) yang mempunyai massa atau di antara alam dan penciptanya. RTKS
pengikut sehingga tidak ada gaya berperan penting dalam kehidupan
hidup yang sifatnya personal, dan manusia sebagai aras dimana nilai-
(3) mempunyai daur hidup (life cicle), nilai sebuah keluarga berlangsung,
artinya ada masa kelahiran, tumbuh, dan menjadi ruang dimana manusia
puncak, surut dan mati. Gaya hidup mengekspresikan cara melakoni
dibentuk, diubah, dikembangkan hidup, berkomunikasi dan berinteraksi
sebagai hasil dari interaksi antara dengan orang-orang terdekatnya.
disposisi habitus dengan batas serta Rumah bukanlah sekedar pendekatan

132
Identitas Dan Ideologi Rumah Tradisional Kaki Seribu

teknis untuk berlindung dari pengaruh yang sistematik dan ilmiah; asumsi
iklim cuaca yang tidak bersahabat, tersebut menghasilkan apa kita sebut
tetapi lebih dari itu rumah sebagai sebagai ‘proses pengilmiahan konsep’
suatu produk budaya (Warami, (scientifization of the concept of culture).
2009:6-7). Konsep klasik kebudayaan umumnya
sebagai gagasan humanistik yang
Teori Sosial: Relasi Ideologi dan berkaitan dengan penanaman
Identitas kemampuan manusia melalui karya
ilmiah dan seni; konsepsi deskriptif
Taylor dalam Thomson (2004:197)
kebudayaan yang dianggap sebagai
menyebutkan bahwa budaya atau
arus utama pemunculan disiplin
peradaban, diambil dari pemahaman
ilmiah mengenai analisis, klasifikasi
etnografik yang luas, secara kese­
dan perbandingan antar elemen
luruhan bersifat kompleks itu memuat
pembentuk budaya yang berbeda.
pengetahuan, keyakinan, seni, moral,
Bagaimanapun, pengilmiahan konsep
kebiasaan, serta kemampuan dan
budaya tidak mengeliminasikan
kebiasaan lainnya yang dimiliki
penekanan sebelumnya akan gagasan
manusia sebagai bagian anggota suatu
tentang kemajuan; dalam kasus
masyarakat. Kondisi kebudayaan di­
tertentu justru mengandung gagasan
kalangan masyarakat bangsa yang
tersebut dalam suatu kerangka kerja
beraneka ragam, sepanjang dapat
yang evolusioner.
diteliti berdasarkan prinsip yang
umum, maka merupakan subjek
Identitas Rumah Tradisional Kaki
yang sesuai untuk dilakukan studi
Seribu
tentang hukum-hukum pemikiran
dan tindakan manusia. Berdasarkan Topologi merupakan bagian
konsepsi tersebut, kebudayaan dari penanda identitas etnik atau
dapat dilihat sebagai susunan yang suku bangsa tertentu dalam konteks
paling berkelindan antara keyakinan, rumah hunian yang secara alamiah
kebiasaan, hukum, bentuk-bentuk terbangun, terstruktur, dan terpola
pengetahuan dan seni dan seterusnya melalui cara pandang etnik atau suku
yang dimiliki oleh individu-individu bangsa sersebut sebagai cerminan
sebagai anggota suatu masyarakat serta dirinya sendiri. Topologi itu sendiri
yang dapat dipelajari secara ilmiah. merupakan tatanan spasial (spatial
Keyakinan, kebiasaan dan begitu order) dan perorganisasian ruang
seterusnya membentuk ‘keseluruhan (spatial organization), dimana ruang
yang kompleks’ yang kemudian (space) berkaitan dengan tempat
menjadi karakteristik masyarakat (place) dari pada ruang abstrak yang
tertentu dan membedakannya dari matematis. Hal ini menunjukkan
anggota masyarakat yang lain yang lebih merujuk pada orientasi kegiatan
hidup dalam rentang ruang dan waktu manusia pada suatu tempat tertentu
yang berbeda. Tylor menjadikan berdasarkan tatanan spasial dan
kebudayaan sebagai objek penelitian organisasi ruangnya. Berkaitan

133
T I F A Jurnal Ilmiah Etnografi Papua

dengan karakteristik suatu tempat menempati rumah tersebut dapat


(place) dalam hal ini penggunaan dengan mudah naik turun atau keluar
suatu lingkungan binaan bukan hanya masuk dalam menjalani rutinitas
sekedar mewadahi kegiatan fungsional kehidupan setiap hari secara baik
secara statis, melainkan menyerap dan aman. Rutinitas kehidupan yang
dan menghasilkan makna berbagai dilakukan seperti mengambil air
kekhasan suatu tempat seperti: (1) minum, mengangkat kayu bakar, hasil
setting bangunan fisik, (2) komposisi olahan kebun, hasil buruan, dan bahan
dan figurasi bangunan ruang publik, makanan lain.
dan (3) kehidupan sosial masyarakat Ketiga, Identitas Bertopologi Kaki
setempat. Rendah. RTKS Singgahan atau Gubuk
Identitas RTKS Suku Arfak adalah konstruksi bangunan rumah
menurut Warami (2009:16-18; tradisional yang dibangun khusus
2011:35-37) terdiri atas tiga topologi sebagai tempat tinggal kaum perem­
sebagai penanda identitas, yakni (1) puan pada suku Arfak ketika mulai
bertopologi kaki tinggi, (2) bertopologi mengalami haid (datang bulan/
kaki sedang, dan (3) bertopologi kaki menstruasi) dan juga bagi perempuan
rendah. Ketiga penanda identitas ‘ibu’ yang mau akan melahirkan
topologi RTKS Suku Arfak dapat (bersalin). Kaum perempuan akan
diuraikan sebagai berikut. ditempatkan di rumah jenis ini hingga
Pertama, Identitas Bertopologi Kaki masa haid atau proses persalinan
Tinggi. RTKS berkaki tinggi adalah (nifas) itu berakhir.
konstruksi bangunan rumah tradisional
yang mempunyai tiang-tiang pe­ Ideologi Rumah Tradisional Kaki
nyanggah tinggi. Tujuan pendirian Seribu
rumah dengan tiang penyanggah
Ideologi sebagai representasi
tinggi adalah untuk memantau atau
gaya hidup dalam RTKS Suku Arfak
mengintai orang atau musuh ‘suanggi’
terdiri atas (1) ideologi sosiopetal, (2)
yang datang ke tempat tertentu
ideologi sosiopilia, (3) ideologi ekofeminis,
atau lokasi kampung dari kejauhan.
(4) ideologi ekosentrisme, (5) ideologi
Dengan hasil pemantauan tersebut,
antroposentrisme, (6) ideologi hororisme,
masyarakat dapat mengetahui siapa
dan (7) ideologi biosentrisme. Ideologi
yang datang, apakah masyarakat
yang ter­lahir dari dalam gaya hidup
setempat yang serumpun suku, atau
pada RTKS Suku Arfak dapat diuraikan
orang lain termasuk musuh ‘suanggi’
sebagai berikut.
Kedua, Identitas Bertopologi
Pertama, Ideologi Sosiopetal. Ideologi
Berkaki Sedang. RTKS berkaki sedang
yang cenderung menyediakan ruang
adalah konstruksi bangunan rumah
dan menjadikan orang berkumpul,
tradisional yang mempunyai tiang-
bersatu, dan berorientasi pada
tiang penyanggah sedang. Tujuan
tujuan dalam RTKS. Dalam konteks
pembuatan konstruksi rumah
ideologi sosiopetal, RTKS sebagai
tradisional berkaki rendah adalah
wahana untuk membentengi diri atas
agar semua anggota keluarga yang

134
Identitas Dan Ideologi Rumah Tradisional Kaki Seribu

keberlangsungan hidupnya, sebagai berada dekat pintu masuk bagian


unsur pengaman bagi dirinya, dan belakang pada sisi kanan maupun
dapat dijiwai sebagai tempat tinggal kiri, dengan kepemilikan masing-
keluarga untuk membesarkan anak- masing tungku bagi kaum lelaki
anak, sebagai tempat melindungi diri maupun kaum perempuan. Dalam
dan jiwanya dari musuh (suanggi), perspektif budaya Arfak, seorang
hujan (dingin), dan dari binatang buas anak laki-laki yang telah menikah
(liar) seperti babi hutan dan ular bisa. dapat menetap di rumah orang tuanya
RTKS diyakini sebagai berikut: di tengah-tengah kerabat lainnya.
a) tempat melakukan pembayaran mas Kelompok kekerabatan yang terkecil
kawin, b) tempat melaksanakan pesta dalam masyarakat yaitu hunian satu
kemenangan, c) tempat menyelesaikan rumah terdiri dari sepasang suami-
masalah, d) tempat merencanakan isteri bersama keluarga inti dan anak
sesuatu. 3-5 laki-lakinya. Jika daya tampung
Kedua, Ideologi Sosiopilia. Ideologi hunian RTKS terbatas, maka dengan
yang cenderung menjadikan orang persetujuan ayah dari anak-anak
memiliki rasa solidaritas sosial dan tadi, dapat dibangunlagi RTKS yang
rasa kecintaan sosial dalam keluarga baru. Kelompok kekerabatan yang
yang tinggi. Dalam perspektif ideologi lebih besar dengan tingkat hunian
sosiopilia, konstruksi arsitektur RTKS keluarga yang luas adalah kelompok
berhubungan erat dengan latar kekerabatan yang memperhitungkan
belakang sosial budaya pemilik garis keturunan secara patrilineal,
rumah. Hubungan kekerabatan dalam atau melalui warga para anak laki-
keluarga pada RTKS yang berlaku laki sampai 4-5 keturunan (generasi).
secara kuat cenderung menumbuhkan Perwakinan antar generasi sesudah
rasa identitas yang kuat. Rasa identitas generasi 4-5 diperkenankan dan sangat
dalam ikatan keluarga ini antara lain terbuka sekali. Kelompok kekerabatan
muncul identitas kesukuan beserta yang lebih besar biasanya mendiami
kebudayaannya sehingga hubungan satu kampung (mnu), karena mereka
kekeluargaan yang kuat dapat berasal dari satu nenek-moyang.
menumbuhkan rasa kebudayaan Sistem kekerabatan ini memungkinkan
kesukuannya. Orientasi kesukuan pada anak laki-laki pada usia 6-7 tahun
RTKS yang sangat kuat mengakibatkan diwajibkan belajar pengetahuan
orang lebih memilih orientasi suku lokal (belajar berperang, melatih
dalam menentukan gaya arsitektur menggunakan busur, panah, tombak,
tempat huniannya. Konstruksi bagian dan lain sebagainya).
tengah rumah dimanfaatkan sebagai Ketiga, Ideologi Ekofeminis. Ideo­logi
ruang makan maupun ruang menerima yang cenderung bersifat pluralistik
tamu. Selain itu, dapat dijadikan yang menerima dan mempertahankan
sebagai tempat penyelenggaraan hak, norma, atau prinsip-prinsip abstrak
upacara adat seperti perkawinan. dan umum yang diterima; menganut
Konstruksi ruang perapian dijadikan prinsip kesetaraan, kesadaran gender,
sebagai tempat mengolah makanan ekologi, dan etnisitas sebagai kesatuan

135
T I F A Jurnal Ilmiah Etnografi Papua

yang erat dan mempunyai kesamaan pola permukiman, mulai dari proses
dasar (bd. Suka, 2012:46-51). Dalam perencanaan, pembuatan, penempatan,
perspektif ideologi ekofeminis, RTKS sebuah lokasi permukiman akan
menyediakan ruang bagi kaum sangat berpengaruh terhadap keseim­
perempuan yang terletak di bilik kiri bangan alam. Pola permukiman juga
(tampak depan). Bagian ini ditempati memaksimalkan areal pekarangan
oleh kaum perempuan yang sudah sebagai sumber daya hayati bagi
menikah maupun belum. Kepada kehidupan rumah sehari-hari
kaum pria dilarang tidur sekamar (permaculture). Memaksimalkan potensi
dengan perempuan biarpun sudah alam untuk menunjang operasional
menikah dan begitupula sebaliknya. rumah, misalnya pemanfaatan air
Jika kaum laki-laki ingin bermesrahan hujan untuk penyediaan air bersih,
dengan kaum perempuan yang pemanfaatan energi matahari dan
menjadi pasangannya (suami-istri), sebagainya. Dalam budaya Arfak,
mereka dapat melakukannya di luar RTKS sebagai media untuk melakukan
rumah seperti di kebun atau juga dapat komunikasi verbal bagi dirinya
dilakukan di rumah ketika anggota atas keberlangsungan hidup yang
keluarga inti lainnya sedang tidak dijalaninya. Terbingkai pemahaman
berada dalam RTKS tersebut. bahwa bahan atau material yang
Keempat, Ideologi Ekosentrisme. dipakai untuk membangun RTKS
Ideologi yang cenderung ber­moral meliputi: (1) atap berasal dari sejenis
lingkungan dengan implementasi daun tikar (pandan) yang menun­jukkan
bercorak kepen­tingan kesejahteraan betapa daya tahan daun tersebut
manusia; mengusahakan keseim­ dalam melindungi keseluruhan rumah
bangan antara kepentingan individu dan manusia sebagai penghuninya,
dengan kepentingan bersama dalam (2) tiang rumah diambil dari kayu
ekosistem (bd. Suka, 2012:35). Dalam yang keras sejenis kayu besi sebagai
perspektif ideologi ekosentrisme, pengokoh atau penopang dalam
mencakup (1) RTKS sebagai satuan menentukan posisi rumah ter­hadap
sosial terkecil dalam suatu wilayah, segala tantangan (manusia dan
tempat manusia memenuhi kebu­ alamnya), (3) dinding rumah yang
tuhan-kebutuhan dasarnya secara fisik terbuat dari kulit kayu menunjukkan
maupun sosial. Tata permukiman dan kenyamanan yang begitu ketat,
rumah harus dapat mengakomodasi begitu kuat, dan rapi sehingga dapat
dengan baik semua aktivitas keluarga melindungi dan memberi rasa aman,
yang berlangsung di dalamnya. Pola dan (4) tali pengikat rumah diambil
permukiman harus memberi ruang dari tali rotan yang menunjukkan
yang nyaman dan fungsional untuk adanya daya kekuatan menahan
mengakomodasi aktivitas pen­duduk; bangunan dan bertahan dalam jangka
(2) pola permukiman juga sangat waktu yang cukup lama.
memperhatikan konsep ekologi, yakni Kelima, Ideologi Antroposentrisme.
sebagai bagian yang tidak terpisahkan Ideologi ini cenderung memandang
dari ekosistem. Keseluruhan bagian bahwa manusia merupakan pusat

136
Identitas Dan Ideologi Rumah Tradisional Kaki Seribu

dari sistem alam semesta; manusia percaya dengan kekuatan alam yang
dan kepentingannya dianggap paling biasanya digunakan oleh orang-orang
menentukan dalam tatanan ekosistem tertentu atau yang dikenal dengan
dan dalam kebiajakan yang diambil istilah “Suanggi”. Suanggi dapat
terkait alam tempat tinggal; nilai dipakai atau disewa oleh orang untuk
tertinggi dalam kepentingan ini membunuh orang lain, ketika keduanya
adalah manusia dan kepentingannya terlibat dalam permasalahan, misalnya
(bd. Suka, 2012:34). Dalam perspektif persinahan ataupun pembunuhan
ideologi antroposentrisme, ruang atau terhadap anggota keluarga. Suanggi
bilik laki-laki maupun perempuan, dapat membunuh orang saat orang
terdapat para-para yang terdiri atas ke kebun atau sekalipun orang
tiga susun, yakni (1) tempat perapian tersebut sedang tidur di rumahnya.
yang dijadikan sebagai tempat Dalam konteks RTKS, suanggi dapat
menghangatkan tubuh mereka pada masuk melalui dinding rumah atau
malam hari, (2) tempat tidur yang dari bawah lantai rumah panggung
panjang dari depan hingga belakang dengan cara menggeser kulit kayu
rumah, dan (3) lapisan teratas yang atau kayu lantai dasar. Prosesnya,
difungsikan untuk menaruh potongan- biasa terjadi ketika pemilik rumah
potongan kayu bakar. Ada juga para- pergi ke kebun, suanggi datang ke
para yang dibuatkan sebagai tempat rumah dan memotong tali pengikat
menaruh alat-alat dapur seperti piring, dinding atau lantai. Pada malam hari
loyang, dan belanga. Secara khusus, tanpa sepengetahuan pemilik rumah,
noken digunakan sebagai wadah suanggi masuk melalui dinding atau
menampung hasil pertanian yang bagian rumah yang sudah terbuka tadi.
biasanya diletakan pada sisi badan Suanggi biasanya beroperasi dalam
mereka saat membaringkan tubuh di kelompok antar 3-5 orang. Setelah
tempat tidur. Namun, kadang juga masuk rumah, suanggi akan membuka
dijadikan sebagai alas kepala (bantal). buka pintu dan mengangkat target
Peralatan berburu lainnya seperti (orang/korban) yang akan dibunuh
busur maupun anak panah disisip dan melemparkannya keluar. Beberapa
pada dinding RTKS tersebut. rekan suanggi lainnya telah menunggu
Keenam, Ideologi Hororisme. Ideo­ di luar rumah atau di semak-semak
logi ini cenderung menghadirkan agar langsung melakukan pemukulan
lukisan atau citra dunia, yang didalam­ dan memberikan obat racun kepada
nya menusia menerima eksistensinya target yang bersangkutan. Selain itu,
sebagai suatu perjalanan di dalam suanggi yang telah berada di semak-
berbagai ancaman kekerasan menuju semak kemudian menelanjangkan
kematian; berbagai tindakan kekerasan, korban dan menikamnya dengan kayu
kebrutalan, dan horor telah menjelma atau alat yang disipakan sampai keluar
menjadi sebuah tindakan ekstasi darah lalu atau kadang juga tubuh
penghancuran bagi manusia (bd. korban dibelah pada bagian perut
Piliang, 2005:77-78). Dalam perspektif lalu dimasukkanlah racun ke dalam
ideologi hororisme, suku Arfak sangat tubuhnya. Jika target (korban) telah

137
T I F A Jurnal Ilmiah Etnografi Papua

mati, suanggi akan menghidupkannya perlakuan yang sama dengan seorang


kembali dengan obat-obatan mereka anak bayi. Babi yang dipelihara
sehingga luka bekas belahan atau biasanya berasal dari babi lokal Papua
potongan parang tidak tampak lagi. (Sus Papuaeniss) atau babi hutan (Sus
Setalah dihidupkan kembali, target Niger). Dalam satu RTKS pada suku
(korban) disuruh pulang dengan Arfak, biasanya memelihara 2-4 ekor
ketentuan dalam waktu yang telah babi yang masing-masingnya diberi
ditentukan suanggi, target akan nama sesuai keinginan pemiliknya.
meninggal baik di perjalanan, atau di Pemberian nama pada babi akan
areal dan dalam RTKS. mengakrabkan hubungan pemilik
Ketujuh, Ideologi Biosentrisme. Ideo­ dengan babi peliharaannya. (bd.
logi ini cenderung mengungkapkan Salabai, 2009:27-44).
bahwa makhluk hidup (manusia)
memiliki kepentingan terhadap hewan Kesimpulan
(fauna) dan tumbuh-tumbuhan (flora); Berdasarkan uraian-uraian kajian di
setiap makhluk hidup sebagai ciptaan atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
Tuhan memiliki makna moral yang (1) identitas dan ideologi merupakan
sama (bd.Suka, 2012:34,37), Dalam representasi gaya hidup yang
perspektif ideologi biosentrisme, babi diwarisi dengan cara-cara tradisional
dipandang dan diyakini oleh Suku (traditional manner) dan berasal dari
Arfak sebagai lambang perdamaian. sistem pengetahuan tradisional; dan
Lambang perdamian merupakan (2) identitas RTKS Suku Arfak terdiri
konsep perubahan radikal yang atas tiga topologi sebagai penanda
menunjukkan hubungan yang serasi identitas, yakni (a) bertopologi kaki
di antara dua belah pihak dalam tinggi, (b) bertopologi kaki sedang,
sebuah suasana tenang yang sungguh- dan (c) bertopologi kaki rendah; (3)
sungguh aman dan tenteram. Babi ideologi sebagai representasi gaya
dapat dipelihara di halaman RTKS atau hidup dalam RTKS Suku Arfak
bias juga dibawah kolong RTKS karena terdiri atas (a) ideologi sosiopetal, (b)
dimaknai memiliki nilai tertinggi dari ideologi sosiopilia, (c) ideologi ekofeminis,
jenis harta lain. Babi memiliki nilai (d) ideologi ekosentrisme, (d) ideologi
lebih dari hewan lainnya karena babi antroposentrisme, (e) ideologi horoisme,
dipelihara dengan perlakuan yang dan (f) ideologi biosentrisme; dan (3)
sama dengan memelihara anak sendiri. dalam kehidupan sehari-hari suku
Babi begitu dekat dengan kehidupan Arfak, selalu ada hubungan timbal-
manusia sehingga dianggap sebagai balik yang tidak dapat dipisahkan
pengganti manusia bagi pemilik babi antara keberadaan citra (image) dan
tersebut. Babi merupakan bagian dari gaya hidup (life style) melalui identitas
warisan kehidupan nenek moyang dan ideologi yang merepresentasinya.
sejak dahulu dengan memiliki nilai
yang sama tinggi dengan seorang
anak manusia, sehingga dalam hal
menyusui pun mendapat tempat dan

138
Identitas Dan Ideologi Rumah Tradisional Kaki Seribu

Daftar Pustaka Thomas, Linda dan Shan Wareing. 2007.


Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan
Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, dan (Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka
Makna. Yogyakarta: Jalasutra. Pelajar.
Pilliang, Yasraf Amir. 2004. Post- Warami, Hugo. 2009. Simbolisme Visual
Realitas. Realitas Kebudayaan dalam Rumah Tradisional Suku Arfak -
Era Post-Metafisika. Yogyakarta: Manokwari Papua Barat. Laporan
Jalasutra. Penelitian Unggulan Strategis
Pilliang, Yasraf Amir. 2005. Transpolitika. Nasional, DP2M-DIKTI (No.
Dinamika Politik di dalam Era Kontrak :253/H42.2.1/PL/
Virtualitas. Yogyakarta: Jalasutra. II/2009 bersumber dari dana
Salabay, Bastian. 2009. Babi Perdamaian. DIPA UNIPA Tahun Anggaran
Penginjilan Kontekstual Suku Arfak. 2009) No. 0246.0/023-04/
Pustaka Therasia, Yogyakarta. XXX/2009). Manokwari: LEMLIT
UNIPA.
Suka, I Ginting. 2012. Teori Etika
Lingkungan. Denpasar: Udayana Warami, Hugo. 2011. ”Simbolisme
University Press. Visual Rumah Tradisional
Suku Arfak Papua Barat (Kajian
Thompson, Jhon B. 2004. Kritik Idelogoi
Semiotika Arsitektur)” dalam
Global (Teori Sosial Kritik Tentang
Tanah Papua di Garis Batas:
Relasi Ideologi dan Komunikasi
Perspektif, Refleksi, dan Tantangan
Massa). Jogjakarta: IRCiSoD.
(Ngurah Suryawan, Ed.). Malang:
Setara Press.

139

Anda mungkin juga menyukai