Anda di halaman 1dari 20

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka

1. Literasi Keuangan
a. Pengertian Literasi Keuangan

Literasi lebih berfokus kepada upaya meningkatkan kompetensi dan


pengetahuan dasar. Edukasi yang telah diterapkan ke masyarakat sudah
mencakup berbagai bidang contohnya adalah pola hidup sehat, pengetahuan
tentang miras dan narkotika, seks, buta aksara, dan juga pengelolaan keuangan
pribadi (Azmi, dkk., 2018). Chen & Volpe (1998) mengemukakan bahwa
financial literacy adalah pemahaman individu dalam mengelola financial agar
kehidupannya sejahtera di masa yang akan datang. Garman & Forgue (2010)
mendefinisikan literasi keuangan sebagai kemampuan individu dalam
memahami kondisi dan konsep keuangan yang di implementasikan dengan
perilaku sehari – hari.

Orton (2007) memperkuat pendapat tersebut bahwa financial literacy


merupakan hal yang selalu melekat dalam aktivitas seseorang sebab literasi
keuangan ini dipakai untuk membuat keputusan keuangan. Kharchenko (2011)
berpendapat bahwa literasi keuangan merupakan sebuah skill numerik yang
dibutuhkan dan pemahaman literasi ekonomi sebagai bahan membuat
keputusan keuangan. Huston (2010) mendefinisikan literasi keuangan sebagai
salah satu modal hidup manusia yang berguna dalam aktivitas keuangan dalam
meningkatkan taraf hidup individu tersebut. Otoritas Jasa Keuangan
mendefinisikan financial literacy sebagai serangkaian aktivitas dan proses
dalam meningkatkan knowledge, competence, skill konsumen dan masyarakat
luas yang akan berdampak pada kemampuan mengelola keuangan secara lebih
baik.

13
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14
OJK memaparkan bahwa program literasi keuangan ini berupa edukasi
tentang keuangan sehingga mampu melakukan pengelolaan keuangan secara
cerdas agar rendahnya pemahaman financial industry bisa terus berkurang.
Margaretha & Pambudi (2015) berpendapat bahwa literasi keuangan adalah
pemahaman dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan
pengaturan keuangan individu agar dirinya terhindar dari masalah keuangan.
Financial literacy ini mampu mempengaruhi segala aspek keuangan individu
baik itu berupa perencanaan, pengelolaan keuangan, mengontrol keuangan,
dan evaluasi. Pengelolaan keuangan sangat dipengaruhi oleh literasi keuangan,
karena kemampuan dan pemahaman dapat membantu dalam mengambil
keputusan keuangan. Jika individu menganggap bahwa mendapatkan uang itu
membutuhkan proses yang tidak mudah dan memiliki pandangan positif, maka
hal tersebut berpengaruh terhadap literasi keuangan. Jadi literasi keuangan itu
terbentuk sesuai mindset setiap individu (Rachmawati & Nuryana, 2020).

Otoritas Jasa Keuangan (2013) mengklasifikasikan tingkat literasi


keuangan menjadi 4 bagian yaitu:

1) Well literate, yaitu individu yang telah memiliki pengetahuan dan


pemahaman tentang lembaga jasa keuangan beserta produk jasa keuangan
yang berupa fitur, resiko dan manfaat, keterampilan menggunakan produk
jasa keuangan, dan paham terkait hak serta kewajiban produk jasa
keuangan.
2) Sufficient literate, yaitu individu yang mengetahui dan memiliki keyakinan
tentang lembaga jasa keuangan dan produknya termasuk fitur, manfaat dan
resiko, dan hak kewajiban tentang produk keuangan tersebut.
3) Less literate, yaitu individu yang hanya mengerti tentang pengetahuan
lembaga jasa keuangan beserta produknya.
4) No literate, yaitu individu yang tidak mengetahui lembaga jasa keuangan
beserta produknya dan belum paham tentang manajemen produk keuangan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa literasi
keuangan adalah pemahaman seseorang terkait mengelola keuangan pribadi
yang berkaitan dengan pemasukan dan pengeluaran yang berhubungan dengan
keputusan keuangan di masa depan. Dan di Indonesia, literasi keuangan ini
dibedakan menjadi 4 tingkatan yaitu well literate, sufficient literate, less
literate, dan no literate berdasarkan tingkat pemahamnan individu tentang
pengetahuan keuangan dan manajemennya.
b. Dimensi Literasi Keuangan

Literasi keuangan meliputi beberapa dimensi financial yang penting


untuk dipahami oleh setiap individu. Chen & Volpe (1998) berpendapat bahwa
ada 4 indikator literasi keuangan yaitu basic financial knowledge, investation,
insurance, saving and borrowing.

1) Pengetahuan keuangan dasar


Dalam mengelola keuangan pribadi, seseorang wajib untuk memahami
dasar pengetahuan tentang personal finance yang digunakan dalam
pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan secara efektif. Nababan
& Sadalia (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan keuangan dasar
meliputi perhitungan bunga sederhana dan manjemuk, nilai waktu, biaya
inflasi, biaya peluang, likuiditas aset yang dimiliki dan lain – lain.
2) Investasi
Hartono (2014) mendefinisikan investasi sebagai aktivitas menunda
konsumsi saat ini dan dialokasikan ke aktiva produktif dalam jangka waktu
tertentu. Investasi bisa juga diartikan sebagai penanaman modal untuk
mengalokasikan dalam pembelian barang – barang modal dan alat produksi
yang bertujuan untuk menambah produktivitas kedepannya (Sukirno,
2012). Dari pengertian – pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
investasi adalah langkah keputusan untuk mengamankan aset yang diambil
oleh seseorang guna mendapatkan keuntungan di masa depan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16
3) Asuransi
Undang – undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian,
menyebutkan bahwa asuransi merupakan perjanjian dua belah pihak
dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
mendapatkan premi sebagai pergantian kepada tertanggung jika ada
kerugian, kerusakan, dan kehilangan yang timbul dari kejadian tidak
terduga serta membayarkan pertanggungjawaban atas meninggal atau
hidupnya seseorang. Nikmatullah & Rahmatullah (2015) menyebutkan
bahwa asuransi adalah sebuah konsep yang merujuk pada perlindungan
keuangan untuk kesehatan, jiwa manusia, properti, kendaraan, pendidikan,
dan lain lain. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), asuransi adalah
perjanjian dua belah pihak antara perusahaan asuransi dan pemegang polis
yang menjadi dasar bagi penerima premi oleh perusahaan asuransi. Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa asuransi adalah perjanjian
antara pihak perusahaan asuransi dengan pemegang polis sebagai wadah
pemenuhan rasa aman saat sewaktu – waktu terjadi peristiwa tidak terduga
yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kendaraan, keselamatan
jiwa dan lain – lain.
4) Tabungan dan pinjaman
Menurut Undang – undang No. 10 Tahun 1998 mengartikan tabungan
adalah simpanan kas yang pencairan atau penarikan dapat dilakukan
sewaktu – waktu. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan tabungan
sebagai simpanan uang di bank yang pencairan uang hanya dapat dilakukan
dengan syarat tertentu. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
tabungan adalah pendapatan seseorang yang disimpan dengan tujuan untuk
berjaga jaga jika sewaktu waktu ada keperluan yang mendesak dan
memenuhi keinginan atau kebutuhan hidupnya. Kasmir (2009)
mendefinisikan pinjaman atau kredit sebagai pemenuhan uang berdasarkan
kesepakatan antara peminjam dan pemberi pinjaman yang mewajibkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17
pihak peminjam melunasi pinjamannya dengan jangka waktu tertentu dan
bunga tertentu. Nikmatullah & Rahmatullah (2015) berpendapat bahwa
pinjaman merupakan kredit atau utang yang melibatkan segala jenis benda
yang mempunyai wujud sebagai jaminan. Undang – undang No. 10 Tahun
1998 menyebutkan bahwa kredit adalah tagihan yang telah disepakati
kedua belah pihak dengan jangka waktu dan bunga tertentu. Sehingga bisa
disimpulkan, pinjaman adalah uang yang diterima dari pemberi pinjaman
atau kredit yang digunakan untuk memenuhi konsumsi seseorang dengan
jangka waktu dan bunga tertentu.
Oseifuah (2010) ada 5 indikator pengetahuan dan kemampuan dalam
literasi keuangan yaitu:
1) Mengetahui dan memahami angka dari nilai uang yang beredar di
masyarakat
2) Memahami bentuk uang dan sifat dari uang itu sendiri sebagai alat transaksi
3) Memahami pencatatan dasar akuntasi keuangan dan menggunakan uang
dan tabungan secara bijak
4) Memahami kaitan antara resiko dan pendapatan seseorang serta resiko
dengan produk keuangan yang ada di masyarakat
5) Mampu membuat keputusan – keputusan terkait keuangan dan
bertanggungjawab penuh atas keuangan pribadinya
Dari dua pendapat tersebut, bisa disimpulkan bahwa ada 4 poin yang
menjadi dimensi dalam pemahaman literasi keuangan. Poin tersebut berupa
pengetahuan dasar tentang keuangan, pengetahuan tentang macam – macam
investasi, pengetahuan tentang asuransi, dan pengetahuan tentang tabungan dan
kredit yang ada di lembaga perbankan. Hal ini sejalan dengan pendapatnya
Chen & Volpe (1998) dan diperinci oleh pendapatnya Oseifuah (2010).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18
c. Indikator Literasi Keuangan
Menurut Wise (2013) menyebutkan ada 5 indikator pemahaman literasi
keuangan yaitu:
1) Pembahasan matematis dan ilmu dasar dalam perhitungan matematika
ekonomi
2) Pemahaman tentang bagaimana penggunaan dan konsekuensi dari uang
sebagai pemenuhan konsumsi.
3) Pemahaman tentang kompetensi keuangan yaitu pencatatan keuangan,
pentingnya mengelola keuangan, mengambil sikap atas tabungan dan
konsumsi, serta mengetahui layanan dasar keuangan.
4) Pemahaman tentang resiko produk keuangan dan mengetahui hubungan
pendapatan serta resiko keuangan.
5) Tanggung jawab atas keuangan merupakan kemampuan membuat
keputusan tentang keuangan, memahami hak dan tanggung jawab
konsumen dan bisa mengelola arus kas secara efektif.

Kemudian menurut Widayati (2012) menyebutkan bahwa ada 15


indikator literasi keuangan yaitu:

1) Mencari pekerjaan yang sesuai.


2) Memahami hal – hal yang mempengaruhi pendapatan gaji.
3) Memahami pos pendapatan yang bisa diterima.
4) Menjabarkan cara seseorang dalam mewujudkan resolusi keuangan dan
kesejahteraan hidup.
5) Memahami tentang tabungan.
6) Memahami tentang asuransi.
7) Menganalisa resiko, likuiditas, dan pengembalian.
8) Melakukan evaluasi pilihan investasi.
9) Menganalisa hubungan inflasi dan pajak terhadap return investasi.
10) Menganalisa plus dan minus dari memiliki utang.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19
11) Memahami hak – hak dari debitur dan riwayat kredit.
12) Memahami cara menghindari hutang dan resikonya.
13) Mengetahui hukum dalam perjanjian hutang antara debitur dan kreditur.
14) Memahami pencatatan keuangan.
15) Memahami arus kas masuk dan keluar, laporan laba rugi dan neraca.

Dari kedua pendapat para ahli tersebut, bisa disimpulkan bahwa ada
beberapa poin yang menjadi indikator inti. Pertama adalah pemahaman tentang
pendapatan dan pengeluaran, yang kedua adalah memahami apa itu asuransi,
investasi, tabungan dan pinjaman. Ketiga adalah mampu mengelola keuangan
dan yang terakhir adalah mampu membuat keputusan keuangan.

d. Faktor – faktor yang mempengaruhi literasi keuangan


Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2014), tingkat literasi keuangan
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
1) Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan perbedaan biologis antara laki – laki dan
perempuan (Orton, 2007). Amaliyah & Witiastuti (2015) berpendapat
bahwa jenis kelamin merupakan konsep fisiologis dan biologis antara
seorang laki – laki dan perempuan yang tidak dapat ditukar dan melekat
pada tubuh manusia sejak lahir. Nababan & Sadalia (2012) mengemukakan
bahwa laki – laki memiliki pemahaman literasi keuangan yang lebih tinggi
daripada perempuan. Penyebabnya adalah laki – laki lebih tertarik untuk
mempelajari hal – hal baru yang berkaitan dengan keuangan dan
perarikunencanaan keuangannya lebih matang.
2) Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah sebuah usaha yang disadari dan direncanakan dalam
membuat suasana belajar dan kegiatan pembelajaran agar peserta didik bisa
belajar tentang agama, pengendalian diri, melatih kecerdasan, membentuk
kepribadian, dan melatih keterampilan (Adimasana, 2003). Semakin tinggi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20
tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat pemahaman keuangan
seseorang tersebut juga semakin tinggi hal ini dikarenakan telah
terbentuknya mindset dan kebiasaan tentang keuangan.
3) Tingkat pendapatan
Menurut Gilarso (1994), pendapatan adalah balas jasa dan atau imbalan
yang diterima oleh seseorang atas kontribusinya terhadap proses produksi.
Semakin besar pendapatan seseorang maka semakin matang juga
pengelolaan keuangannya. Wibawa (2003) menyimpulkan faktor utama
dalam mengelola keuangan adalah perencanaan keuangan. Perencanaan
keuangan ini berkaitan dengan arus cashflow pendapatan untuk pemenuhan
konsumsi dan tabungan serta investasi sesuai tujuan bersama.

Kemudian menurut Sangka, dkk (2020) menyatakan ada 5 faktor utama


yang mempengaruhi tingkat literasi mahasiswa, yaitu:

1) Mengetahui konsep keuangan


Konsep keuangan bisa di pecah kembali menjadi beberapa sub
variabel seperti:
(a) Belajar di pendidikan tinggi
Terdapat pengaruh tingkat pendidikan terhadap literasi
keuangan seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa bila semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka literasi keuangannya juga akan mengalami
peningkatan.
(b) Sumberdaya pendidikan keuangan
Biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan pendidikan
keuangan menjadi salah satu alasan perbedaan tingkat literasi antar
individu. Semakin tinggi biaya pendidikan keuangan, maka
pemahaman literasi keuangan akan semakin tinggi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21
(c) Pendidikan tentang keuangan
Pendidikan tentang keuangan ini mengajarkan tentang cara
menggunakan atau mengelola keuangan. Tujuannya adalah agar uang
yang dimiliki bisa dimanfaatkan secara efisien.
2) Kemampuan komunikasi di bidang keuangan
Kemampuan berkomunikasi di bidang keuangan di pecah menjadi
beberapa sub variabel lagi yaitu:
(a) Lama pendidikan
Menurut KBBI, pendidikan merupakan proses mencapai
pemahaman dan pengetahuan mengenai objek tertentu yang diperlajari
oleh individu. Masdar & Zaiful (2011) berpendapat bahwa kenapa
masyarakat kurang memperhatikan perencanaan keuangan pribadi
sebabnya adalah masih minimnya pendidikan personal finance yang
diajarkan di sekolah formal.
(b) Level pendidikan orang tua
Nababan & Sadalia (2012) berpendapat bahwa pendidikan orang
tua merupakan jenjang pendidikan yang ditempuh oleh orang tua objek
yang diteliti. Ini berpengaruh terhadap pengetahuan keuangan yang
diajarkan kepada anaknya, atau bisa dikatakan semakin tinggi jenjang
pendidikan orang tua, maka literasi keuangan anaknya akan semakin
tinggi juga.
(c) Akses ke media informasi
Akses ke media informasi ini mempermudah mengetahui produk
jasa keuangan, mempelajari keterampilan mengelola keuangan, serta
menggunakan produk keuangan yang ada di Indonesia. Semakin
mudah mengakses media informasi keuangan, maka tingkat literasi
keuangan individu tersebut akan semakin meningkat juga.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22
3) Kemampuan pribadi untuk manajemen keuangan
Faktor kemampuan pribadi dalam memanajemen keuangan bisa
dijabarkan menjadi beberapa sub variabel yaitu:
(a) Umur
Menurut penelitian Ansong & Gyensare (2012) berpendapat
bahwa faktor usia ini mempengaruhi tingkat literasi keuangan individu.
Semakin bertambahnya usia seseorang maka keterampilan mengelola
keuangan akan semakin baik dan efisien sejalaan dengan pengalaman.
(b) Jenis kelamin
Hasil penelitian Ansong & Gyensare (2012) menyimpulkan
bahwa jenis kelamin mempengaruhi literasi keuangan individu. Bahwa
laki – laki akan lebih jeli dan mempunyai pertimbangan yang matang
terkait pengelolaan keuangan pribadinya daripada perempuan. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wagland & Taylor
(2009) yang menambahkan bahwa laki – laki memiliki kemampuan
mengelola keuangan lebih tinggi karena perempuan kedepan akan
menjadi ibu rumah tangga sehingga akan sulit untuk menyisihkan
uangnya.
(c) Tempat tinggal
Nababan & Sadalia (2012) berpendapat bahwa individu yang
hidup sendiri akan lebih paham literasi keuangan dan terlibat secara
langsung dalam mengelola keuangannya. Mahasiswa yang tinggal di
kos kosan atau terpisah dari orang tuanya akan menghadapi masalah –
masalah keuangan untuk biaya hidupnya. Sehingga orang yang tinggal
sendiri tersebut akan lebih memahami konsep pengetahuan keuangan
dan strategi untuk mengalokasikan dana setiap harinya. Hal ini sejalan
dengan penelitian Sangka (2020) yaitu tingkat financial literacy
sesorang akan lebih tinggi jika individu tersebut hidup terpisah dari
orang tua atau suami istri karena setiap hari memiliki tanggung jawab
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23
untuk mengatur pos pemasukan dan pengeluaran keuangan setiap
harinya.
(d) Status sosial ekonomi keluarga
Widayati (2014) mengemukakan bahwa orang tua akan lebih
sering hidup bermasyarakat sehingga akan membentuk status sosial.
Status sosial ini akan mempengaruhi literasi keuangan juga. Hal ini
disebabkan karena wawasan keuangan bisa terus diasah jika kita terus
bersosialisasi ke masyarakat. Semakin tinggi status sosial, maka
pengetahuan literasi keuangan juga akan semakin tinggi dan akan
diterapkan kepada keluarganya.
4) Kemampuan untuk membuat keputusan keuangan
Faktor kemampuan dalam membuat keputusan keuangan bisa
dijabarkan kembali menjadi beberapa sub variabel yaitu:
(a) Tingkat minat dan keterlibatan
Minat merupakan hasrat yang mendorong seseorang untuk
mempelajari objek atau kejadian tertentu. Minat individu tentang
literasi keuangan akan mendorong tindakan untuk terus meng-upgrade
diri menjadi lebih baik. Seseorang yang minatnya tinggi, maka tingkat
literasi keuangannya juga semakin tinggi. Hasil akhirnya adalah
semakin banyak untuk untuk membuat keputusan – keputusan
keuangan. Keterlibatan keuangan akan semakin besar jika seseorang
tersebut banyak merencanakan dan membuat keputusan keuangan.
(b) Sikap dan keyakinan terhadap uang
Menyikapi keuangan adalah sebuah persepsi seseorang tentang
uang yang didasari atas pengalaman dan kondisi dari seseorang
tersebut. Persepsi tersebut sebagai wujud evaluasi terhadap sebuah
objek yang bisa menimbulkan pro dan kontra, setelah itu individu akan
terdorong mengambil keputusan keuangan. Pengelolaan keuangan
seseorang akan semakin efektif dan efisien jika individu tersebut
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24
memiliki pengalaman pemecahan masalah keuangan yang banyak.
Pembentukan sikap keuangan bisa ditemukan dari teman sebaya,
keluarga, sekolah dan juga pelatihan – pelatihan yang diikuti. Persepsi
terhadap keuangan individu tidak bisa paten, cenderung berubah – ubah
tergantung bagaimana niat individu tersebut untuk terus mengevaluasi
pengelolaan keuangannya.
5) Komitmen membuat perencanaan keuangan di masa depan
Komitmen dalam membuat perencanaan keuangan di masa depan
mempunyai beberapa sub variabel, yaitu:
(a) Pengalaman kerja
Pengalaman pekerjaan seseorang menjadi salah satu cara untuk
menilai kemampuan dalam mengelola keuangannya. Sangka, dkk
(2020) berpendapat bahwa semakin banyak pengalaman bekerja
seseorang, maka tingkat pemahaman dalam mengelola keuangan akan
semakin meningkat. Semakin banyak pengalaman bekerja individu
tersebut, dapat diindikasikan bahwa kemampuan akademiknya kurang
terlalu memuaskan karena waktu yang digunakan sehari – hari lebih
banyak untuk bekerja daripada untuk kuliah.
(b) Tingkat kepercayaan
Seseorang dengan kompetensi yang dimiliki menyebabkan
naiknya penilaian positif dari dirinya. Nilai positif tersebut memandang
potensi keahlian atau kemampuan yang mengarahkan tingkah laku
sesuai dengan upaya menambah nilai positif lagi (Sangka dkk, 2020).
Percaya diri dalam aspek financial merupakan salah satu sikap positif
seseorang atas kompetensi dan pengetahuan tentang seluk beluk
keuangan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31
(c) Kemampuan akademik
Kemampuan akademik individu berpengaruh terhadap proses
pengambilan keputusan keuangan atau pengelolaan keuangan. Hal ini
sejalan dengan penelitian Sabri, et. al. (2008) bahwa semakin tinggi
nilai IP atau Indeks Prestasi, maka pengetahuan dalam mengelola
keuangan akan semakin bagus.
Dari kedua pendapat para ahli tersebut, peneliti menggunakan hasil
penelitian dari Sangka, dkk (2018) dan ini sesuai dengan hasil penelitian
Ansyong & Gyensare (2012). Dimana faktor yang mempengaruhi literasi
keuangan adalah mengetahui konsep keuangan, mampu berkomunikasi di
bidang keuangan, kemampuan pribadi untuk memanajemen keuangan,
kemampuan untuk membuat keputusan keuangan, dan komitmen membuat
perencanaan keuangan dimasa depan.
2. Perilaku Konsumen
a. Pengertian Perilaku Konsumen
Menurut Nugroho (2003), perilaku konsumen merupakan tindakan
untuk mendapatkan dan mengkonsumsi produk barang atau jasa beserta
keputusan dalam membeli dan pasca pembelian. Engel, et. al. (1995)
mendefinisikan perilaku konsumen sebagai sebuah proses tindakan untuk
mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa.
Pengertian lain juga dipaparkan oleh Winardi (1991) yaitu aktivitas
seseorang untuk memilih, membeli dan memakai barang dan jasa sehingga
memenuhi konsumsi seseorang.
Dari beberapa pendapat tersebut, bisa disimpulkan bahwa perilaku
konsumen adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi
hasrat konsumsi berbentuk produk dan atau jasa, dimulai dari mengenali
kebutuhan sampai dengan menilai kepuasan atas produk dan atau jasa yang
telah dibeli atau dikonsumsi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32
b. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Kotler & Amstrong (2007) menjelaskan proses pengambilan
keputusan penbelian ditunjukkan seperti gambar dibawah ini:

Mengenali Pencarian Evaluasi Keputusan Pasca


Kebutuhan Informasi Alternatif Pembelian Pembelian

1) Mengenali kebutuhan
Seseorang melakukan proses pembelian dimulai ketika terdapat
kebutuhan dan atau masalah. Pengenalan kebutuhan ini didefinisikan
sebagai anggapan terkait keinginan dengan situasi yang ada sehingga
memunculkan niat untuk mengambil keputusan.
2) Pencarian informasi
Seseorang yang mengambil keputusan atas kebutuhannya akan
mencari informasi tentang alat pemuas kebutuhan. Jika alat pemuas
kebutuhan tersebut masih bisa dijangkau, maka seseorang tersebut akan
terdorong untuk segera membeli. Jika alat pemuas kebutuhan tersebut
masih belum memungkinkan untuk dibeli, maka orang tersebut akan
menyimpan atau memikirkan ulang tentang pemenuhan kebutuhannya.
3) Evaluasi alternatif
Proses pencarian informasi akan memunculkan beberapa pilihan
produk dan jasa yang dibutuhkan sebagai pemenuhan kebutuhannya.
Seseorang akan melakukan evaluasi sederhana sebelum memutuskan
membeli sebuah produk atau jasa. Pertimbangan – pertimbangan muncul
pada pikiran seseorang dan pembelian produk atau jasa disesuaikan dengan
kemampuan pada saat itu.
4) Keputusan pembelian
Tahap evaluasi alternatif akan mendapatkan produk pilihan sebagai
alat pemenuhan kebutuhan. Seseorang akan memilih merek atau brand
yang disukai. Biasanya pertimbangan penting dalam keputusan pembelian
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33
adalah tentang harga produk atau jasa tersebut dan seberapa besar manfaat
yang diberikan.
5) Pasca pembelian
Perilaku pasca pembelian merupakan evaluasi final terhadap produk
atau jasa yang dibeli. Ada dua pilihan yang ada setelah membeli produk
atau jasa, yaitu puas dan tidak puas. Jika seseorang tersebut puas, maka ada
peluang repeat order, apabila tidak puas, maka seseorang tersebut akan
berpindah ke produk lain.
Proses pengambilan keputusan yang diteliti oleh Kotler & Amstrong
(2007) sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Engel et. al (1995)
dimana individu sebelum memutuskan untuk membeli produk atau jasa akan
melewati beberapa tahap yaitu mengenali kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan pasca pembelian.
c. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pembelian Rumah
Kurniawan, dkk (2020) melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa
faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian rumah oleh generasi milenial
di Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui Kemampuan Keuangan
Faktor yang pertama ini berhubungan dengan keuangan, tarif suku
bunga jika membeli secara kredit, pendapatan total dari individu atau suami
istri, dan harga rumah yang akan dibeli. Pertimbangan lain yang termasuk
faktor keuangan adalah kemampuan untuk mendapatkan penghasilan dan
kemampuan dalam menabung. Perencanaan seseorang dalam membeli
rumah sangat dipengaruhi oleh tingkat gaji atau pendapatan. Pendapatan
yang diterima tiap bulan menjadi acuan bagi pemberi pinjaman yang rata –
rata tingkat Debt Burden Ratio dibawah 30%. Jika kondisi perekonomian
stabil dan inflasi terjaga serta ada kenaikan gaji, maka tingkat permintaan
pembelian rumah akan meningkat. Menurut Widiastuti & Handayani
(2013), kemampuan seseorang membeli rumah berdasarkan kesesuian
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34
harga properti, luas tanah dan bangunan, serta besaran cicilan yang
dibebankan saat membeli dengan KPR. Teori permintaan dan penawaran
menyebutkan semakin tinggi harga sebuah barang, maka tingkat permintaan
barang akan semakin sedikit. Harga rumah ini merupakan bahan
pertimbangan utama sebelum membeli unit rumah.
Menurut Widiastuti & Handayani (2013) memaparkan indikator
pertimbangan harga berupa keterjangkauan harga perumahan, kesesuaian
harga dengan benefit yang diterima, kesesuaian harga dengan kualitas
bangunan dan lingkungan yang diterima, kesesuaian harga dengan tipe
rumah yang diterima, dan kesesuaian harga dengan bentuk muka atau desain
rumah yang diterima. Nilai beli rumah yang memerlukan uang cukup
banyak membuat banyak orang memilih mengajukan kredit pemilikan
rumah (KPR). Kemudahan pinjaman kredit oleh lembaga perbankan dan
multifinance membuat permintaan properti semakin meningkat. Hal ini juga
tak lepas dari bunga kredit, jika bunga yang dibebankan tinggi maka
konsumen akan berpikir dua kali sebelum mengajukan KPR.
2) Mengetahui Lokasi yang strategis
Faktor ini berhubungan dengan kemudahan dan jarak dengan tempat
kerja dan pusat keramaian publik seperti sekolahan, rumah sakit, pasar,
bandara, dan lain lain. Lokasi merupakan bahan pertimbangan penting
sebelum membeli properti. Semakin strategis lokasi perumahan, maka
tingkat permintaan perumahan juga semakin tinggi juga. Milenial lebih
menyukai lokasi perumahan yang berada dekat dengan fasilitas publik dan
pusat perbelanjaan. Widiastuti & Handayani (2013) menyebutkan bahwa
indikator pemilihan lokasi berdasarkan jarak dari kantor atau tempat kerja,
jarak dari tempat rekreasi dan hiburan, dan jarak dari fasilitas umum dengan
tujuan efisiensi waktu dan biaya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35
Fasilitas perumahan seperti club house, rumah ibadah, lapangan
olahraga, jogging track, taman bermain, dll tentu akan menjadi
pertimbangan konsumen sebelum membeli unit perumahan tersebut.
Kemudahan menjangkau fasilitas publik seperti rumah sakit, sekolahan,
pasar, stasiun dan lain – lain juga menjadi pertimbangan penting bagi calon
pembeli perumahan tersebut. Widiastuti & Handayani (2013) menyebutkan
indikator fasilitas dan sarana umum meliputi lebar jalan, saluran air dan
pembuangan limbah, tempat ibadah, dan fasilitas untuk berolahraga.
Dengan adanya fasilitas dan sarana umum yang memadai tersebut, maka
akan menambah rasa nyaman kepada penghuni dan menambah selling point
kawasan tersebut.
3) Mengetahui Reputasi developer
Menurut Pasal 5 ayat 1 Permendagri No. 5 Tahun 1974 menyebutkan
bahwa perusahaan pengembang properti adalah suatu perusahaan yang
bergerak di bidang pembangunan perumahan dari berbagai jenis rumah di
area tanah yang nantinya akan menjadi pemukiman lengkap dengan sarana
dan prasarana untuk penghuni perumahan tersebut. Pengembang properti
akan memperoleh reputasi jika mereka bisa memenuhi kebutuhan
konsumen, menjalankan bisnis secara profesional, kualitas produk yang
baik dan memberikan pelayanan maksimal kepada konsumen.
Cara untuk mengukur developer yang bagus dan yang tidak adalah:
a) Ijin peruntukan tanah yang berupa ijin mendirikan bangunan, ijin
penggunaan lahan, nomor sertifikat tanah, surat ijin penunjukan
penggunaan lahan dan masterplan lahan perumahan .
b) Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan
memberikan kenyamanan saat menempati perumahan tersebut.
c) Lahan perumahan sudah siap bangun dan ada kesepakatan
estimasi pembangunan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36
d) Sertifikat kepemilikan minimal sudah SHGB atau HGB Induk
atas nama pengembang.
Penelitian ini menggunakan hasil penelitian dari Kurniawan, dkk
(2020) tentang faktor – faktor yang mempengaruhi pembelian unit rumah
oleh generasi milenial di Indonesia, dan ada beberapa faktor sejalan dengan
penelitian Widiastuti & Handayani (2013) yang mendapatkan kesimpulan
bahwa faktor keuangan, lokasi dan fasilitas serta reputasi pengembang
menjadi beberapa pertimbangan pokok dari individu untuk membeli
properti pilihan mereka.

B. Kerangka Berpikir

Literasi keuangan merupakan keterampilan yang didasari atas pengetahuan atas


mengelola keuangan pribadi yang bertujuan untuk mengambil keputusan sehingga
arus kas masuk dan keluar bisa efektif dan efisien. Tolak ukur pemahaman literasi
keuangan berupa memahami ilmu dasar matematis, memahami penggunaan dan
konsekuensi uang, memahami kompetensi keuangan, memahami resiko produk
keuangan, dan bertanggung jawab secara penuh atas keuangan pribadinya. Banyak
faktor yang mempengaruhi literasi keuangan yaitu pengetahuan konsep keuangan,
komunikasi di bidang keuangan, kemampuan memanajemen keuangan pribadi,
kemampuan membuat keputusan keuangan, dan komitmen membuat perencanaan
keuangan dimasa depan.
Strategi mengelola keuangan pasti dibutuhkan oleh generasi milenial sebelum
memutuskan membeli rumah pertama. Ada beberapa faktor yang menjadi pokok
pertimbangan sebelum membeli rumah yaitu faktor keuangan, lokasi rumah dan
reputasi developer atau pengembang. Ada banyak faktor yang menjadi bahan
pertimbangan bagi calon pembeli rumah sebelum memutuskan pembelian. Pada
penelitian ini akan kami kaji tentang faktor mana yang paling dipertimbangkan oleh
generasi milenial sebelum membeli rumah pertama. Literasi keuangan dan keputusan
pembelian rumah pertama bagi generasi milenial merupakan sebuah hierarki yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37
saling berhubungan. Literasi keuangan mempengaruhi individu dalam merencanakan
strategi yang bisa diterapkan untuk mengelola keuangan sehingga resolusi membeli
rumah pertama bisa dicapai oleh generasi milenial.

Model kerangka penelitian ditunjukkan pada gambar berikut ini:


Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

Literasi
Keuangan (X)

Pengetahuan Kemampuan Kemampuan Kemampuan Merencanakan


Konsep Keuangan Komunikasi Manajemen Uang Membuat Keputusan Masa depan

H1a H1b H1c H1d H1e

Kesiapan Membeli
Rumah (Y)

H2

Mengetahui Mengetahui Lokasi Mengetahui Reputasi


Kemampuan Keuangan yang Strategis Developer

Keterangan gambar:
: Pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen
: secara langsung
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

C. Hipotesis

Menurut Sudjana (2005) menyatakan bahwa hipotesis adalah asumsi, dan


dugaan mengenai suatu hal yang digunakan untuk melakukan pengecekan terhadap hal
tersebut. Berdasarka kerangka penelitian yang telah dikemukakan di atas, hipotesisi
yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah :

H1 : Literasi keuangan mahasiswa Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan


Ilmu Pendidikan UNS berpengaruh positif terhadap kesiapan membeli rumah.

Anda mungkin juga menyukai