Anda di halaman 1dari 7

TIPE-TIPE HUJAN DAN HUBUNGAN HUJAN DENGAN HUTAN

Nama: Bayu Taruna Laksono


NIM: M011231048
Program Studi: Kehutanan
Mata Kuliah: Klimatologi Hutan
Dosen Pengampuh; Wahyuni, S. Hut, M. Hut

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023/2024
TIPE-TIPE HUJAN
A. Pengertian Hujan
Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-
cair seperti salju, batu es dan campuran hujan dengan salju. Hujan memerlukan
keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas tiyik leleh es di dekat
dan di atas permukaan bumi.
Hujan adalah proses pengembalian air yang telah diuapkan ke atmosfer menuju ke
permukaan bumi. Pengembalian ini akibat dari udara yang naik hingga melewwati
ketinggian kondensasi dan berubah menjadi awan.
Hujan adalah peristiwa jatuhnya titik air atau es ke permukaan bumi. Hujan
terjadi karena proses kondensasi uap di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat
untuk jatuh dan bias.

B. Proses Terjadinya Hujan


Air di bumi, laut, sungai, maupun danau menguap karena panas sinar matahari.
Uap air ini akan naik dan menjadi awan. Awan yang mengandung uap air akan terkumpul
menjadi awan mendung. Pada suhu tertentu di atmosfer, uap air akan mengembun dan
turun menjadi hujan.
Hujan terjadi melalui tiga tahapan, yakni:

1. Penguapan (evaporasi)
Peristiwa berubahnya air laut menjadi uap air. Sinar matahari membuat berbagai
air di permukaan bumi menghangat, seperti air laut, air sungai, air danau, dan lain-
lain. Setelah air menghangat, air akan berubah menjadi uap air dan menguap ke udara
sampai ke langit.
2. Pengembunan (kondensasi)
Setelah itu, uap air yang terkumpul di langit ditampung oleh awan. Kemudian
terjadi kondensasi, yaitu peristiwa berubahnya uap air menjadi kristal es di awan.
Setetes demi setetes air tersebut berkumpul dalam awan. Tetesan air tersebur
mengembun, menabrak, hingga berkumpul menjadi satu. Akibatnya, awan semakin
berat karena semakin banyak kandungan airnya.
3. Pencairan (presipitasi)
Ketika awan telah menjadi sangat berat, awan tak dapat lagi menampung air.
Maka, perlahan air di awan mencair daan jatuh ke daratan.
Peristiwa pencairan awan menjadi butiran air. Butiran air dari awan yang jatuh ke
daratan disebut sebagai hujan. Air hujan yang jatuh ke daratan kemudian kembali lagi
ke tanah, sungai, danau, hingga laut. Lalu berulang lagi ketika tahapan itu sampai
terjadi hujan lagi.
C. Jenis-jenis Hujan
1. Hujan Konvektif
Proses hujan yang terjadi karena adanya ketidaksamaan panas antara
lapisan udara dan permukaan tanah. Semakin tinggi di atmosfer, maka udara
dengan suhu tinggi akan berubah menjadi udara dingin, sampai uap air
mengembun akhirnya mulai membentuk awan kumulus yang jatuh sebagai hujan.
Hujan ini terjadi karena kuatnya pemanasan matahari di khatulistiwa. Sehingga
menyebabkan penguapan yang naik secara vertikal (konveksi). Massa udara yang
naik akan terus mengalami penurunan suhu sehingga terjadi pengembunan dan
awan konveksi.
 Terjadi karena curah hujan lebat.
 Berlangsung singkat.
 Ada awan kumulus disertai guntur.
 Terjadi ketika kelembaban cukup dan mengalami pergerakan ke atas pada
saat itu juga.
2. Hujan Orografis atau Relief
Hujan yang terjadi karena udara yang mengandung uap air terhalang oleh
pegunungan. Gerak yang terhalang itu membuat udara naik ke lereng
pegunungan. Akibatnya, suhu udara menjadi dingin. Udara terus naik, sampai
ketinggian tertentu barulah terjadi proses kondensasi atau pengembunan dan
terbentuklah awan dan terjadi hujan.

 Terjadi di daerah pegunungan atau perbukitan.


 Terjadi karena gerak lurus ke atas angin yang mengandung uap.
 Hujan turun di sekitar pegunungan.
 Suhu udara menjadi dingin, sehingga terjadi pengembunan uap air.
3. Hujan Frontal
Salah satu jenis hujan yang terjadi karena adanya pertemuan antara massa
udara panas dengan massa udara dingin. Hujan ini terjadi di daerah dengan iklim
tertentu, di daerah lintang dan sub tropis. Terjadi di daerah front. Hujan frontal
selain memiliki manfaat juga meniumbulkan efek buruk seperti banjir dan tanah
longsor serta menjadi dingin secara tiba-tiba dan menghasilkan petir.

 Terjadi karena pertemuan massa udara dan massa dingin.


 Awan hitam pekan terus menggantung di udara.
 Dapat menghasilkan petir secara bersamaan dalam bentuk.
 Lamanya hujan ini dapat terjadi selama beberapa menit bahkan berjam-
jam.
 Terjadi di daerah depan.
4. Hujan Muson
Merupakan salah satu jenis hujan yang terjadi akibat adanya angin muson
yang menyebabkan terjadinya musim hujan dan kemarau. Hujan ini turun di
beberapa wilayah India, Asia Tenggara, dll. Di Indonesia, aingin muson
menyebabkan angin dingin turun yang bertiup dari Australia menuju Asia
membawa awan dan hujan lebat.
 Terjadi pada musim hujan pada bulan Oktober hingga April di Indonesia.
 Membawa hujan deras.
 Terjadi secara rutin pada musim hujan.
5. Hujan Siklon
Awan gelap yang tiba-tiba dan menghasilkan hujan yang sangat deras
yang disebabkan oleh udara hangat, suhu lingkungan yang tinggi dan angin rotasi
yang disebabkan oleh pertemuan angin pasar timur laut dan pasat tenggara. Badai
melingkar intens yang berasal dari lautan tropis yang hangat dan ditandai dengan
tekanan atmosfer rendah, angin kencang dan hujan lebat. Salah satu ancaman
paling signifikat dari siklon tropis adalah curah hujan tinggi yang dapat
menyebabkan banjir dan tanah longsor.
 Tingkat curah hujan terberat menjadi lebih terkonsentrasi di sekitar pussat
siklon tropis seiring dengan intensitas.
 Curah hujan paling tinggi ditemukan di inti bagian dalam siklon tropis,
baik di dinding mata atau mendukung tebal di bagian tengah, dalam suatu
derajat garis llintas dari pusatnya, dengan jumlah curah hujan yang lebih
sedikit di ntempat yang jauh dari pusatnya.
 Sebagian besar curah hujan pada siklon tropis terkonsetrasi dalam radius
angin kencang.
 Setengah curah hujan dalam siklon tropis bersifat stratiform.
 Kandungan air yang tinggi di sekitar sirkulasi badai menyebabkan
konveksi terorganisir dengan baik.
 Sisi kering badai berada di barat dan sis basah di timur untuk siklon tropis.
6. Hujan Asam
Disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan
bakar fosil serta nitrogen di udara yang beraksi dengan oksigen membentuk sulfur
dioksida dan nitrogen oksida. Hujan dengan pH rendah dan memiliki sifat asam
yang korosif atau dapat mengikis partikel lain. Memiliki pH antara 4,2 dan 4,4,
sedangkan pH udara hujan normal sekitar 5,6.

 Terjadi akibat pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara dan minyak
bumi yang menghasilkan sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksidasi
(NOX).
 Industri dan transportasi juga merupakan penyebab utama hujan asam.
 Erupsi gunung berapi juga dapat menyebabkan hujan asam meskipun
jarang terjadi.
Dampak hujan ini:

 Hujan asam dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan ekosistem


udara.
 Dapat merusak bangunan dan infrastruktur.
 Dapat menyebabkan masalah kesehatan pada manusia, seperti iritasi pada
mata dan saluran pernapasan.
 Dapat mengasamkan tanah dan udara, sehingga mengurangi kesuburan
tanah dan mengancam kehidupan ikan dan hewan air.
7. Hujan Buatan
Merupakan salah satu bentuk Teknologi Modifikasi Cuaca (MTC).
Dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai
Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) di bawah Badan Riset dan Inovasi
Nasional (BRIN). Jenis hujan yang dibuat manusia dengan tujuan untuk
meningkatkan frekuensi curah hujan atau mengatasi masalah kekeringan
sepanjang, pengisian wadukatau danau dan membantu pembangkit listrik tenaga
air (PLTA). Hujan buatan tidak sembarangan dilakukan di seluruh awan, sehingga
perlu pengamat daan waktu yang tepat pada saat melakukannya.
 Awan cumulus terbukti menjado pilihan iideal untuk memicu hujan
buatan.
 Untuk menghasilkan hujan buatan, dubutuhkan awan dengan tingkat
kelembaban yang tinggi dan angin yang bergerak perlahan.
 Syarat utama membuat hujan buatan adalah ditemukannya awan yang
memiliki kadar potensi hujan minimal 70 persen.
D. Hubungan Hujan Dengan Hutan
 Hutan, pepohonan, dan vegetasi tidak hanya bergantung pada curah hujan, tetapi
juga berperan penting dalam menciptakannya di tempat di mana itu berada
maupun di lokasi lain, yang berperan sebagai kekuatan pendorong untuk
peraturan iklim.
 Hutan dapat membantu menciptakan curah hujan dengan menyerap karbon
dioksida dari atmosfer. Pembuangan karbon dioksida ke atmosfer diyakini
memberikan pengaruh bagi perubahan iklim melalui pemanasan global. Oleh
karena itu, hutan hujan mempunyai peran yang penting dalam mengatasi
pemanasan global. Hutan hujan juga mempengaruhi kondisi cuaca lokal dengan
membuat hujan dan mengatur suhu.
 Deforestasi berkaitan erat dengan menurunnya curah hujan di sebagian besar
daerah tropis. Namun hubungan antara deforestasi dan penurunan curah hujan ini
secara jelas masih memerlukan kajian lebih lanjut.
 Dari informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa hutan dan curah hujan memiliki
hubungan yang saling mempengaruhi. Hutan dapat membantu menciptakan curah
hujan dan mempengaruhi kondisi cuaca lokal, sedangkan perubahan tutupan hutan
dan deforestasi dapat mempengaruhi curah hujan di suatu daerah. Oleh karena itu,
menjaga kelestarian hutan dan mengurangi deforestasi dapat membantu menjaga
keseimbangan ekosistem dan iklim di suatu daerah.
Dapat disimpulkan bahwa hutan dan curah hujan memiliki hubungan yang saling
mempengaruhi. Hutan dapat membantu menciptakan curah hujan dan mempengaruhi kondisi
cuaca lokal, sedangkan perubahan tutupan hutan dan deforestasi dapat mempengaruhi curah
hujan di suatu daerah. Oleh karena itu, menjaga kelestarian hutan dan mengurangi deforestasi
dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan iklim di suatu daerah.
DAFTAR PUSTAKA
id. m. wikipedia. Org ( https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hujan )
KOMPAS. com
www.kompas.com (https://www.kompas.com/skola/read/2022/09/29/070000569/hujan--
pengertian-proses-terjadi-dan-jenisnya?page=all#:~:text=Air%20di%20Bumi%2C%20baik
%20laut,mengembun%20dan%20turun%20menjadi%20hujan.)
www.cnnindonesia.com (https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230522161852-569-
952572/3-proses-terjadinya-hujan-evaporasi-kondensasi-presipitasi)
https://berau.prokal.co/read/news/45201-memahami-pembentukan-hujan-pada-awan-konvektif
dan https://www.perplexity.ai/search/841d057d-8556-4aec-9242-11767872dfda?s=u
https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/01/180000069/jenis-jenis-hujan-orografis-
konveksi-dan-frontal dan https://www.perplexity.ai/search/2e1d0dfa-310b-4c3e-a357-
9f4259adeb1c?s=u
https://www.perplexity.ai/search/403e6558-0175-4bb7-a8b5-6e5db05f0c11?s=u
https://www.perplexity.ai/search/d224c403-6945-4adf-9e31-7a68b90354fa?s=u
https://www.perplexity.ai/search/f7b79dae-095f-49ab-9ef4-8e6feac9d97d?s=u
https://www.perplexity.ai/search/f42c805b-c3e0-4467-83fd-f1ff36ebf496?s=u
https://www.perplexity.ai/search/4ab1ff18-f279-40fb-9a02-b855ff068c11?s=u

Anda mungkin juga menyukai