Bab 6 - Solusi Deret Bagi Persamaan Diferensial
Bab 6 - Solusi Deret Bagi Persamaan Diferensial
Barisan Tak Berhingga; U n = u1 , u 2 , u3 ,..., u n ,... adalah suatu fungsi n yang daerah
definisinya adalah himpunan bilangan bulat positif. Suatu barisan U n disebut terbatas jika
terdapat bilangan-bilangan P dan Q sedemikian sehingga P U n Q untuk semua nilai.
2n + 1
Sebagai contoh, 3/2, 5/4, 7/6, . . ., , . . . terbatas, karena untuk semua nilai n ,
2n
1 U n 2; tetapi 2, 4, 6, …, 2n,… tidak terbatas.
Suatu barisan U n disebut konvergen ke bilangan tertentu s sebagai limit, lim U n = s , jika
n→+
untuk setiap bilangan positif , bagaimanapun kecilnya terdapat bilangan positif m
sedemikian sehingga bilamana n m, maka s − U n . Jika barisan mempunyai limit
maka barisan disebut barisan konvergen, jika tidak mempunyai limit maka disebut barisan
divergen.
Deret Tak Berhingga
Deret adalah penjumlahan suku-suku dari suatu barisan. Penjumlahan suku-suku dari
barisan tak berhingga
U
n =1
n = u1 +u 2 + u 3 + + u n + (1)
Disebut deret tak berhingga. Pada setiap deret terdapat suatu barisan penjumlahan parsial
yang sesuai: U 1 = u1 , U 2 = u1 + u 2 , U 3 = u1 + u 2 + u3 , U n = u1 + u 2 + u3 + + u n + .
Jika lim U n = U , jumlah berhingga, maka deret (1) disebut konvergen dan U disebut
n →
jumlahnya. Jika lim U n tidak ada, maka deret (1) disebut divergen. Suatu deret divergen
n →
karena lim U n = atau karena n bertambah dan berkurang tanpa mendekati suatu limit.
n →
Baris aritmatika merupakan baris yang nilai setiap sukunya didapatkan dari suku
sebelumnya melalui penjumlahan atau pengurangan dengan suatu bilangan b. Selisih
antara nilai suku-suku yang berdekatan selalu sama yaitu b. Sehingga:
b = (9 – 7) = (7 – 5) = (5 – 3) = (3 – 1) = 2
Untuk mengetahui nilai suku ke-n dari suatu barisan aritmatika dapat diketahui dengan
mengetahui nilai suku ke-k dan selisih antar suku yang berdekatan (b). rumusannya berikut
ini:
Jika yang diketahui adalah nilai suku pertama dan selisih antar sukunya (b), maka
nilai k = 1 dan nilai adalah:
Deret aritmatika adalah penjumlahan suku-suku dari suatu barisan aritmatika. Penjumlahan
dari suku-suku petama sampai suku ke-n barisan aritmatika dapat dihitung sebagai:
atau sebagai:
Jika hanya diketahui nilai a dalalah suku pertama dan nilai adalah suku ke-n, maka nilai
deret aritmatikanya adalah:
Persamaan tersebut bisa dibalik untuk mencari nilai suku ke-n menjadi:
Sehingga diperoleh .
Jika hendak membuat sebuah baris aritmatika dengan telah diketahui nilai suku pertama (a)
dan suku terakhirnya (p), dapat disisipkan sejumlah bilangan diantara keduan bilangan
tersebut. Sejumlah bilangan (q buah) tersebut menjadi suku-suku baris aritmatika dan
memiliki selisih antar suku beredekatan (b). Baris aritmatika tersebut memiliki jumah suku q
+ 2 dan diurut berupa:
(a + (q+1)b) = p
Misalkan a= 1 dan p = 9, jika disisipkan 3 bilangan diantara a dan p, maka baris bilangan
aritmatikanya adalah:
▪ Nilai q = 3
▪ Jumlah suku = q + 2 = 3 + 2 = 5
▪
▪ Baris aritmatika : 1, 3, 5, 7, 9
Jika barisan aritmatika memiliki jumlah suku ganjil, maka memiliki suku tengah. Suku
tengah baris aritmatika adalah suku ke- . Jika diselesaikan dalam rumus
, maka nilai suku tengah didapatkan:
Untuk mengetahui nilai suku ke-n dari suatu barisan geometri dapat diketahui dengan
mengetahui nilai suku ke-k dan rasio antar suku yang berdekatan (r). Rumusannya berikut
ini:
Jika yang diketahui adalah nilai suku pertama dan rasio antar sukunya (r), maka
nilai k = 1 dan nilai adalah:
Atau sebagai:
Jika hanya diketahui nilai a adalah suku pertama dan nilai Un adalah suku ke-n, maka nilai
deret aritmatikanya adalah:
Atau:
Persamaan tersebut bisa dibalik untuk mencari nilai suku ke-n. Cara memperolehnya sama
dengan deret aritmatika yaitu:
Atau sebagai :
Deret geometri tak hingga terdiri dari 2 jenis yaitu konvergen dan divergen. Deret geometri
tak hingga bersifat konvergen jika penjumlahan dari suku-sukunya menuju atau mendekati
suatu bilangaan tertentu. Sedangkan bersifat divergen jika penjumlahan dari suku-sukunya
tidak terbatas. Nilai deret geometri tak hingga dapat diperoleh dengan mengunakan limit.
Sebelumnya diketahui bahwa nilai deret geometri adalah:
Dan:
Kemudian hasil limit tersebut dapat dimasukan kedalam perhitungan deret sebagai:
Dan:
dengan syarat r < -1 atau r > 1.
Pembahasan:
▪ Dimana:
▪ Sehingga:
▪ Diperoleh:
Pembahasan:
▪ Diketahui bahwa:
Pembahasan:
▪ Diketahui bahwa:
dan
Dan
▪ Sehingga :
Pembahasan 3:
▪ Diketahui bahwa:
atau
Penyelesaian.
2 2 2 2 2 1 1 1
Un = + 2 + 3 + + n = 1 + + 2 + + n −1 .
10 10 10 10 10 10 10 10
1 1 1
Misalkan S = 1 + + 2 + + n −1 (1)
10 10 10
1 1 1 1 1
maka S= + 2 + + n −1 + n (2)
10 10 10 10 10
kemudian persamaan (1) dikurangkan persamaan (2) menghasilkan
9 1 10 1
S = 1 − n atau S = 1 − n
10 10 9 10
2 1 2
Sehingga suku-n dari barisan menjadi U n = 1 − n dan untuk n → , U n → .
9 10 9
1 1 1 1
5. Selidikilah kekonvergenan dari 1 − 2
+ 2 − 2 + 2 + .
2 3 4 5
Penyelesaian. Deret harga mutlak dari deret di atas adalah
1 1 1 1
1+ 2
+ 2 + 2 + 2 + , dan menurut sifat pertama ( p = 2) dari deret maka
2 3 4 5
deret adalah konvergen. Juga berdasarkan sifat yang ketiga, kita dapat nyatakan bahwa deret di
atas adalah konvergen.
x x2 x3 x4 x5
6. Tunjukkan bahwa deret − + − + − . konvergen untuk − 1 x 1.
12 2 2 32 4 2 5 2
xn
Penyelesaian. Suku ke-n dari deret adalah U n = (−1) n −1 , kemudian
n2
U n +1 n2
lim = lim x = x.
n → U n → ( n + 1) 2
n
Menurut sifat ke -7, deret akan konvergen jika x 1, yaitu − 1 x 1 dan divergen untuk
x 1. Untuk x = 1 , yaitu x = 1, kita tidak dapat mengambil kesimpulan.
1 1 1 1 1
Untuk x = 1, deret berbentuk 2
− 2 + 2 − 2 + 2 − , merupakan konvergent mutlak
1 2 3 4 5
−1 1 1 1 1
Untuk x = −1, deret berbentuk 2
− 2 − 2 − 2 − 2 − , merupakan deret konvergen.
1 2 3 4 5
Sehingga deret di atas konvergen pada interval − 1 x 1.
a
m =0
m ( x − x0 ) m = a0 + a1 ( x − x0 ) +a2 ( x − x0 ) 2 + (1)
dengan a0 , a1 , a2 , adalah konstanta yang disebut koefisien deret, x 0 juga berupa konstanta yang
disebut pusat, sedangkan x adalah peubah. Jika x0 = 0 maka diperoleh sebuah deret kuasa dalam x
yaitu
a
m =0
m x m = a 0 + a1 x +a 2 x 2 + a3 x 3 + (2)
Di dalam bagian ini diasumsikan semua peubah dan konstanta adalah bilangan riil.
Catatan.
Deret Taylor.
f (a)
f ( x) = f (a) + f (a)( x − a) + ( x − a) 2 +
2!
f ( n ) (a) f ( n +1) (c n +1 )
+ ( x − a) n + ( x − a) n +1
n! (n + 1)!
Deret Maclaurin
f (0)
f ( x) = f (0) + f (0)( x) + ( x) 2 +
2!
( n +1)
f ( n) (0) f (c n +1 )
+ ( x) n + ( x) n +1
n! (n + 1)!
merupakan solusi umum untuk suatu persamaan diferensial, dan kita sisipkan deret ini dan deret yang
diperoleh melalui pendiferensialan suku demi suku,
y = mam x m −1 = a1 + 2a 2 x + 3a3 x 2 + (4)
m =1
y = m(m − 1)a m x m − 2 =2a 2 + 3.2.a3 x + 4.3 x 4 x 2 + (5)
m=2
dan seterusnya, ke dalam persamaan semula. Selanjutnya kita kumpulkan x yang berpangkat sama dan
kita samakan jumlah koefisien masing-masing x itu dengan nol, mulai dengan suku konstanta, suku yang
mengandung x, suku yang mengandung x 2 , dan seterusnya. Sehingga kita dapat menentukan koefisien
yang belum diketahui di dalam persamaan (3) secara berturut-turut.
y + y = 0.
Penyelesaian. Dengan mensubstutusikan persamaan persamaan (3) dan (5) kedalam persamaan
diferensial (soal), kita memperoleh
a0 a a a
a2 = − , a3 = − 1 , a4 = − 2 = 0 ,,
2! 3! 4.3 4!
dengan a 0 dan a1 adalah bilangan sebarang. Maka solusi umum persamaan diferensial di atas adalah
a0 2 a1 3 a0 4 a1 5
y = a0 + a1 x − x − x + x + x +
2! 3! 4! 5!
dapat ditulis dalam bentuk
x2 x4 x3 x5
y = a0 1 − + − + + a1 x − + − +
2! 4! 3! 5!
Contoh soal. Terapkan metoda deret kuasa untuk menyelesaikan persamaan diferensial berikut.
1. y − y = 0 jawaban y = a0 e x
2. xy − 3 y = 6 jawaban y = −2 + a 0 x 3
3. (1 − x 2 ) y = xy jawaban ( )
y = a0 1 + x 2 + x 4 + =
a0
1− x2
.
3. Fungsi Bessel
Persamaan diferensial
x 2 y + xy + ( x 2 − v 2 ) y = 0 (6)
dengan v adalah bilangan nyata yang diketahui. Persamaan (6) dikenal dengan persamaan Bessel
berorde v dengan solusi berbentuk
y ( x) = a k x k + r a0 0 (7)
k =0
dengan menghilangkan factor skala a0 2 v (v + 1) kita memperoleh solusi fungsi Bessel jenis pertama
orde-v:
(−1) k
v 2k
x x
J v ( x) =
2
k = 0 k! (v + k + 1) 2
(9)
Dengan mengganti v menjadi –v kita memperoleh solusi fungsi Bessel jenis pertama orde-v , yaitu
−v
(−1) k
2k
x x
J −v ( x) =
2
k = 0 k! ( −v + k + 1) 2
(10)
Kedua deret persamaan (9) dan (10) konvergen untuk semua x. Persamaan (9) dan (10) dapat ditulis
1 1
J v ( x) = x v − v+2
x 2 + (11)
(v + 1)2 (v + 2)2
v
1 1
J −v ( x) = x −v −v
− −v + 2
x 2 + (12)
(−v + 1)2 (−v + 2)2
Solusi umum persamaan Bessel adalah
y( x) = AJ v ( x) + BJ −v ( x) (13)
dengan A dan B adalah konstanta.
2 2
J 1 / 2 ( x) = sin x dan J −1 / 2 ( x) = cos x (14)
x x
Jika v adalah bilangan bulat n, maka
2k +n
(−1) k x
J n ( x) = (15)
k = 0 k!( k + n)! 2
x2 x4 x6
J 0 ( x) = 1 − + − +
2 2 2 4 (2!) 2 2 6 (3!) 2
x x3 x5 x7
J 1 ( x) = − 3 + 5 − 7 +
2 2 2! 2 2!3! 2 3!4!
dan
2k −n
(−1) k x
J − n ( x) = (16)
k = 0 k!( k − n)! 2
J − n ( x) = (−1) n J n ( x) (17)
Persamaan (15) dan (16) tidak bebas linier sehingga keduanya tidak menyusun suatu basis
solusi. Untuk memperoleh solusi yang bebas linier jika v bilangan bulat adalah sebagai berikut:
2 4
x 1 1 x
y 2 ( x) = J 0 ( x) ln( x) + − 1 + 2
+ (20)
2 2 (2!) 2
yang mana y2 ( x) dinotasikan Y0 ( x), disebut fungsi Neumann orde nol.
2. Untuk n = 1,2,3, solusinya berbentuk
2 k −n
2 x 1 n −1 (n − k − 1)! x
Yn ( x) = + n −
2
ln J ( x )
2 k =0 k! 2
(21)
1 (−1) k (k ) + (k + n) x
2k +n
−
2 k =0 k!(k + n)! 2
1 1 1
dimana (0) = 0, dan (k ) = 1 + + + + , untuk k 1, = 0.5772157 (konstanta
2 3 k
Euler). Persamaan (21) dikenal dengan fungsi Bessel jenis kedua orde n. Sedangkan
Y− n ( x) = (−1) n Yn ( x) (22)
Solusi umum persamaan Bessel jika v = n = 0,1,2, adalah
y( x) = AJ n ( x) + BYn ( x) (23)
Untuk semua v didefinisikan
(cos v ) J v ( x) − J −v ( x)
Yn ( x) = (24)
sin v
Untuk v → n (n = 0,1,2, ) persamaan (24) menghasilkan persamaan (21). Untuk semua v
maka solusi persamaan Bessel adalah
y( x) = AJ v ( x) + BYn ( x) (25)
dengan A dan B adalah konstanta.
2n
1. J n +1 ( x) = J n ( x) − J n −1 ( x)
x
2. J n ( x) =
1
J n−1 ( x) − J n+1 ( x)
2
3. xJ n ( x) = nJ n ( x) − xJ n−1 ( x)
4. xJ n ( x) = nJ n−1 ( x) − nJ n ( x)
5.
d n
dx
x J n ( x) = x n J n −1 ( x)
6.
d −n
dx
x J n ( x) = − x − n J n +1 ( x)
1
7. J n ( x ) n x n , n = 0, 1, 2,
2 n!
2
8. Untuk x → 0, J n ( x) cos( x − n ) , n = 0, 1, 2,
x
2
ln x n=0
9. Yn ( x)
− 2 (n − 1)! 1
n
n = 1,2,
xn
2
10. Untuk x → , Yn ( x) sin( x − n ) , n = 0, 1, 2,
x
dengan n = (2n + 1) / 4.
x 2 y + xy + (− x 2 − v 2 ) y = 0 (26)
untuk v bilangan bulat n maka persamaan (26) dapat ditulis sebagai
x 2 y + xy + (− x 2 − n 2 ) y = 0 (27)
t 2Y + tY + (t 2 − n 2 )Y = 0 (28)
dengan y ( x) = y (−it ) Y (t ). Sehingga solusi umum persamaan (28) adalah Y (t ) = AJ n (t ) + BYn (t )
atau
kita dapat memasukkan i n ke dalam A (karena konstanta) dan tinggallah nilai riil yaitu
2k +n
1 x
I n ( x) = i − n J n (ix ) = (31)
k = 0 k!( k + n)! 2
yang dikenal sebagai fungsi Bessel dimodifikasi jenis pertama orde n. Sedangkan Yn (ix ) adalah fungsi
Bessel dimodifikasi jenis kedua orde n, yaitu
K n ( x) = i n +1 J n (ix ) + iYn (ix ) (32)
2
Dengan demikian diperoleh
x2 x4 x6
I 0 ( x) = 1 + + + +
2 2 2 4 (2!) 2 2 6 (3!) 2
dan
x x2 1 x 1 1 x
4 6
K 0 ( x) = − ln + I 0 ( x) + (1) 2 2 + 1 + 4 + 1 + + 6 +
2 2 2 (2!) 2 3 2 (3!)
2 2
2 (1!)
Sebagai solusi umum persamaan (27) adalah
y( x) = AI n ( x) + BK n ( x) (33)
dimana A dan B adalah suatu konstanta.
RUMUS-RUMUS
n
1 x
1. I n ( x) n = 0, 1, 2,
n! 2
− ln x n=0
2. K n ( x) (n − 1)! 2 n
n = 1,2,
2 x
1
3. Untuk x → 0, I n ( x) ex , n = 0, 1, 2,
2x
4. Untuk x → , K n ( x) e −x , n = 0, 1, 2,
2x
Bentuk persamaan
d a dy
x + bx y = 0
c
(34)
dx dx
dengan a, b, dan c adalah bilangan riil, dapat ditransformasikan ke persamaan Bessel dengan
transformasi kedua variabel (dependent y dan independent x ). Karena variabel berpangkat pada
persamaan (34) adalah x, maka dapat dilakukan perubahan variabel x, y ( x ) ke t , u (t ) dengan
t = Ax B , u = xC y, dan menghitung A, B, dan C sehingga persamaan yang baru bergantung
pada u (t ) adalah persamaan Bessel.
Misalkan t = b x 1 / , u = x − v / y, (35)
persamaan (34) menjadi persamaan Bessel orde v,
d 2u du
t 2
2
+t + (t 2 − v 2 )u = 0 (36)
dt dt
2 1− a
Jika dipilih = dan v = (37)
c−a+2 c−a+2
dengan c − a + 2 0 , dan Z v dinotasikan sebagai solusi persamaan (36), kemudian mengambil
persamaan (32) ke dalam u (t ) = Z v . Maka solusi persamaan (34) menjadi
(
y ( x) = x v / Z v b x 1 / ) (38)
Contoh . Tentukan solusi umum persamaan diferensial berikut dalam fungsi Bessel.
1. x 2 y + xy + ( x 2 − 4) y = 0.
2. xy + y + xy = 0. 0 x .
Penyelesaian. Dari persamaan (6) dan persamaan (25) diperoleh;
3. y + 3 x y = 0. 0 x .
Penyelesaian. Dengan membandingkan soal dengan (34) diperoleh;
d a dy
+ bx y = 0 → x y + ax y + bx y = 0, maka diperoleh a = 0, b = 3, c = 1 / 2, dan dari
a −1
x
c a c
dx dx
persamaan (37) didapat;
2 4 1 2
= = , v= = , maka solusi umum persamaan di atas (persamaan
(1 / 2 − 0 + 2) 5 (1 / 2 − 0 + 2) 5
38) adalah
4 4 4
y ( x) = x 1 / 2 Z 2 / 5 3x 5 / 4 = x AJ 2 / 3 3x 5 / 4 + BY2 / 5 3 x 5 / 4
5 5 5
A dan B adalah konstanta.
4. xy + y + 4 xy = 0 , 0 x .
y( x) = Z 0 (2 x) = AJ 0 (2 x) + BY0 (2 x).
5. xy + 3 y + y = 0 , 0 x .
3 1
Penyelesaian. Persamaan dapat ditulis dalam bentuk; y + y + y = 0 , dengan membandingkan
x x
persamaan
d a dy
+ bx y = 0 → x y + ax y + bx y = 0, kemudian membagi dengan x diperoleh
a −1
x
c a c a
dx dx
a
y +
y + bx c − a y = 0, sehingga diperoleh a = 3, b = 1, c − a = −1 → c = 2,
x
2 1− 3
= = 2, v = = −2, dan mengikuti persamaan (37) didapat;
(2 − 3 + 2) (2 − 3 + 2)
maka solusi umum persamaan di atas (persamaan 38) adalah
( ) ( x ).
y ( x) = x −2 / 2 Z − 2 2 1x1 / 2 = x −1 Z − 2
1
6. xy + y + y =0, 0 x .
4
Penyelesaian. Dari soal diperoleh a = 1, b = 1 / 4, c = 0, = 2, v = 0, sehingga solusi umum
persamaan diferensial di atas adalah
y( x) = Z 0 x1 / 2 = AJ 0 ( x ) + BY0 ( x ).
7. ( xy ) − 5x 3 y = 0.
1 5 2 5 2
y ( x) = x 0 Z 0 − 5 x 2 = AI 0 x + BK 0 x .
2 2 2
SOAL-SOAL LATIHAN FUNGSI BESSEL
Tentukan solusi umum persamaan Bessel berikut.
1
1. x 2 y + xy + (4 x − ) y = 0. jawaban y ( x) = AJ 1 / 4 ( x ) + BY1 / 4 ( x ).
2 2
2. x 2 y − 3xy + 4( x 2 − 3) y = 0.
jawaban y( x) = x 2 AJ 2 ( x 2 ) + BY2 ( x 2 ) .
3. x 2 y +
1
4
3
( x + ) y = 0.
4
jawaban y( x) =
x AJ1 / 2 ( x ) + BY1 / 2 ( x ) . atau
y ( x) = x1 / 4 A* sin( x ) + B * cos( x ) .
1 1
4. y + x 2 y = 0. jawaban y ( x) = x AJ 1 / 4 ( x 2 ) + BY1 / 4 ( x 2 ).
2 2
1 1
5. y + k 2 x 2 y = 0. jawaban y ( x) = x AJ 1 / 4 ( kx 2 ) + BY1 / 4 ( kx 2 ).
2 2
7. 4 y + 9 xy = 0. jawaban y( x) =
x AJ1 / 3 ( x 3 / 2 ) + BY1 / 3 ( x 3 / 2 ) .
−1 −1
8. xy + 3 y − xy = 0. jawaban y( x) = Ax I1 ( x) + Bx K1 ( x).
−1 −1
9. xy + 3 y − 4 xy = 0. jawaban y ( x) = Ax I 1 (2 x) + Bx K1 (2 x).
(1 − x 2 ) y − 2 xy + n(n + 1) y = 0 (1)
dengan n R. Sebarang solusi bagi persamaan (1) dinamakan fungsi Legendre. Dengan
mensubstitusikan
y = am x m (2)
m =0
atau
Persamaan di atas hanya dipenuhi jika jumlah koefisien setiap pangkat x haruslah nol, sehingga;
atau
s( s + 1) − k
as+2 = as ( s = 0, 1, 2, ) (3)
( s + 2)( s + 1)
Persamaan (3) mengucapkan setiap koefisien dalam koefisien kedua yang mendahuluinya, kecuali a 0
dan a1 yang dibiarkan tetap sebagai sebarang konstanta. Maka diperoleh
k 2−k (6 − k ) k
a2 = − a 0 , a3 = a1 , a 4 = a 0 dan seterusnya, sehingga diperoleh solusi
2! 3! 4!
umum persamaan (1) adalah
k (6 − k )k 4 (20 − k )(6 − k )k 6
y ( x) = a0 1 − x 2 − x − x −
2! 4! 6!
2 − k 3 (12 − k )( 2 − k ) 5
+ a1 x + x + x + (4)
3! 5!
= a0 y1 ( x) + a1 y 2 ( x)
Kedua deret terakhir ini konvergen untuk − 1 x 1. Karena y1 ( x) mengandung hanya x berpangkat
genap, sedangkan y2 ( x) mengandung hanya x berpangkat ganjil, dan rasio y1 ( x) / y2 ( x) tidak
konstan, maka y1 ( x) dan y2 ( x) tidak sebanding, hal ini berarti bahwa keduanya adalah solusi yang
bebas linier.
Persamaan Legendre sering berupa bilangan bulat tidak negatif. Dalam hal demikian, ruas kanan
persamaan (3) bernilai nol jika s = n, sehingga a n+ 2 = 0, an+ 4 = 0, an+6 = 0, . Akibatnya, jika n
genap maka y1 ( x) tereduksi menjadi sebuah polinom berderajat n. Jika n ganjil maka y2 ( x) tereduksi
menjadi sebuah polinom berderajat n.
( s + 2)( s + 1)
as = − as+2 , ( s n − 2) (5)
(n − s)( n + s + 1)
dan koefisien yang tidak nol dinyatakan dalam koefisien a n dari x yang berpangkat tinggi. Koefisien a n
mula-mula masih sebarang. Biasanya diambil a n = 1 untuk n = 0 dan
(2n)! 1.3.5..(2n − 1)
an = n 2
= n = 1. 2. (6)
2 (n!) n!
(2n − 2)!
=−
2 ( n − 1)! (n − 2)!
n
(2n − 2m)!
a n − 2 m = (−1) m (7)
2 m!(n − m)!(n − 2m)!
n
Solusi yang dihasilkan bagi persamaan diferensial Legendre dinamakan polinom Legendre berderajat n
dan dilambangkan Pn (x), dari persamaan (7) kita memperoleh
M
(2n − 2m)!
Pn ( x) = (−1) m x n−2 m
m =0 2 m!(n − m)!(n − 2m)!
n
1
P0 ( x) = 1, P1 ( x) = x, P2 ( x) = (3 x 2 − 1)
3
1 1 1
P3 ( x) = (5 x 3 − 3x), P4 ( x) = (35 x 4 − 30 x 2 + 3), P4 ( x) = (63x 5 − 70 x 3 + 15 x)
2 8 8
dan seterusnya.
Dengan menerapkan teorema Binomial pada ( x − 1) , mendiferensialkan sebanyak n kali suku demi
2 n
1 d n ( x 2 − 1) n
Pn ( x) = (9)
2 n n! dx n
dikenal dengan formula Rodriques.
p( p − 1) 2 p( p − 1)( p − 2) 3
(1 + v) p = 1 + pv + v + v + (10)
2! 3!
= 1 − t (2 x − t )
1 −1 / 2
sehingga fungsi , dengan v = −t ( 2 x − t ) dan p = −1 / 2 dapat kita
1 − 2 xt + t 2
1 1 1 3 1 3 5
= 1 + t (2 x − t ) + . t 2 (2 x − t ) 2 + . . t 3 (2 x − t ) 3 +
1 − 2 xt + t 2 2 2 4 2 4 6
dan koefisien dari t n dapat diekspansikan menjadi
1
dan fungsi dinamakan fungsi pembangkit polinom Legendre.
1 − 2 xt + t 2
2n + 1 n
Contoh. Buktikan Pn +1 ( x) = xPn ( x) − Pn −1 ( x).
n +1 n +1
Penyelesaian.
x −t
(1 − 2 xt + t )
2 3/ 2
=
0
nPn ( x)t n−1
x−t
= (1 − 2 xt + t 2 )nPn ( x)t n −1
1 − 2 xt + t 2 n =0
( x − t ) P ( x)t
n =0
n
n
= (1 − 2 xt + t 2 )nPn ( x)t n −1
n =0
xPn ( x)t n − Pn ( x)t n+1 = nPn ( x)t n−1 − 2nxPn ( x)t n + nPn ( x)t n+1
n =0 n =0 n =0 n =0 n =0
n
persamaan koefisien dari t masing-masing ruas adalah;
2. Mengikuti persamaan (9) dan menginteralkan bagian demi bagian sebanyak n kali, tunjukkan
bahwa
1
2
P ( x)dx = n = 0, 1, 2,
2
,
2n + 1
n
−1
3. Misalkan A1 dan A2 adalah dua titik di dalam ruang seperti pada gambar di bawah ini, dengan
menggunakan persamaan (11), tunjukkan bahwa
m
1 1 1
r
= = Pm (cos ) 1
r r1 + r2 − 2r1 r2 cos r2
2 2
m =0 r2
A2
r2
r
O r1 A1