Modul Day 1 - Interpersonal Skill
Modul Day 1 - Interpersonal Skill
Day 1
KATA PENGANTAR 3
PENDAHULUAN 5
LATAR BELAKANG 5
DESKRIPSI PELATIHAN 5
TUJUAN PEMBELAJARAN 6
KOMPETENSI DASAR 6
INDIKATOR HASIL BELAJAR 6
INFORMASI PELATIHAN 7
INFORMASI PEMBELAJARAN 7
BAGAIMANA BERKOMUNIKASI DI DUNIA KERJA
1. Konsep Dasar Komunikasi Interpersonal
A. Tahapan Komunikasi Interpersonal
B. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
2. Membangun Interaksi dengan Persepsi
A. Apa itu Persepsi?
B. Bagaimana Proses Persepsi itu Terjadi?
C. Mengapa Harus Ada Persepsi?
KESIMPULAN
SELF PURPOSE 16
SKILL MAPPING 21
CAREER GOALS 23
Kata Pengantar
Manusia pada dasarnya tidak pernah bisa hidup sendiri, dia selalu membutuhkan
orang lain dalam kehidupannya. Oleh karenanya kemampuan berinteraksi dengan
orang lain merupakan satu hal yang tidak bisa dianggap sebelah mata. Hal ini sangat
diperlukan dalam berbagai lini kehidupan, tidak terkecuali dunia kerja. Keahlian
dalam bidang ilmu apapun tetap harus berinteraksi dengan pihak lain. Kemampuan
berinteraksi diawali dengan kemampuan diri atau yang dikenal dengan kemampuan
Interpersonal atau Interpersonal Skills (IS). IS adalah perilaku dan cara orang
berinteraksi dengan yang lain secara efektif. Dalam dunia kerja lebih kepada
kemampuan bekerjasama dengan pihak lain dimana didalamnya ada kemampuan
berkomunikasi dan mendengarkan hingga sikap dan perilaku.. (Investopedia,
https://www.investopedia.com/terms/i/interpersonal-skills.). Menyadari akan
pentingnya kemampuan diri tersebut dalam menunjang karir seseorang, maka
diadakan Pelatihan tentang Kemampuan Interpersonal dalam Dunia Kerja
diperuntukkan bagi generasi penerus bangsa dalam program Digital Talent
Scholarship (DTS) dari Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Republik
Indonesia. . Pelatihan ini bertujuan memberi bekal kepada peserta agar mampu
menerapkan kemampuan interpersonal dalam dunia kerja dengan baik. Kemampuan
interpersonal merupakan suatu kemampuan yang sangat dibutuhkan oleh peserta di
lingkungan kerja, di manapun Anda berada. Pelatihan ini direncanakan
diselenggarakan secara tatap muka (synchronous) dan melalui kegiatan virtual
(synchronous dan unsynchronous). Pembahasan Kemampuan Interpersonal di dalam
dunia kerja yang mencakup (1) bagaimana berkomunikasi di lingkungan kerja, (2)
etiket dan penampilan professional dalam dunia kerja, dan (3) membangun
kemampuan interpersonal dalam dunia kerja. Pada modul pertama ini, diberikan
bahasan konsep dasar komunikasi interpersonal dan pembentukan persepsi,.
Kemampuan ini dapat dipelajari dan dikembangkan agar terjalin koordinasi,
kolaborasi, serta sinergi dalam dunia kerja dengan orang lain secara efektif. Selama
pelatihan berlangsung peserta diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan, dan latihan
demi latihan. Pada akhir program pelatihan, peserta juga diwajibkan mengikuti
evaluasi yang akan menentukan pemberian sertifikat pelatihan.
Semoga dengan pemberian materi ajar Kemampuan Interpersonal dan persepsi ini
dapat memberikan pemahaman akan perlunya mengenal dan menjadi pribadi yang
Tangguh.
Salam,
Tim Penulis.
Pendahuluan
Latar belakang
Deskripsi Pelatihan
Tujuan Pembelajaran
Kompetensi Dasar
Akademi
Sertifikasi
INFORMASI PEMBELAJARAN
Menurut Adler et al. (dalam Nurbani, 2019), komunikasi interpersonal dapat diklasifikasikan
ke dalam dua definisi, yaitu definisi situasional (situasional definition) dan definisi kualitatif
(qualitative definition). Berdasarkan definisi situasional, komunikasi interpersonal
merupakan komunikasi yang melibatkan sejumlah kecil orang yang mempunyai hubungan
yang dekat satu sama lain. Definisi ini melihat kepada berapa banyak orang yang terlibat,
apakah mereka dekat satu sama lain, berapa banyak akses orang yang mereka miliki.
Menurut definisi kualitatif, definisi ini tidak difokuskan pada jumlah individu yang terlibat
dalam proses komunikasi, tetapi pada kualitas interaksi di antara individu.
Suatu hubungan dapat dibentuk, dikembangkan, dan kadang dapat dirusak melalui
komunikasi dan interaksi interpersonal. Kita menumbuhkan keakraban secara bertahap dan
hal yang sama berlaku juga untuk hubungan yang lainnya. Devito (2013) menyebutkan
terdapat enam tahap hubungan antara seseorang dengan orang lain. Keenam tahap ini
menggambarkan hubungan seperti apa adanya, bukan mengevaluasi atau menguraikan
bagaimana seharusnya hubungan itu berlangsung. Tahapan hubungan interpersonal
meliputi:
a. Kontak
Kontak merupakan tahap pertama kali kita lakukan dengan melihat, mendengar,
atau membaui orang lain dengan menggunakan alat indranya.
b. Keterlibatan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan lebih jauh ketika seseorang mengikatkan
dirinya untuk lebih mengenal orang lain dan juga mengungkapkan dirinya. Pada
tahap ini biasanya akan terjadi keselarasan minat, pengalaman, dan kesadaran
komunikasi interpersonal yang akan menentukan keberlanjutan ke tahap
berikutnya.
c. Keakraban
Dalam tahap ini seseorang mengikatkan dirinya lebih jauh pada orang lain dan
melibatkan pengungkapan diri, ketertarikan, dan rasa percaya.
d. Perusakan
Tahap ini terjadi ketika ikatan di antara dua belah pihak melemah. Hubungan
yang dijalin semakin menjadi jauh. Makin sedikit efektivitas waktu untuk
bertemu atau walau berbicara saja.
e. Perbaikan
Pada tahap ini kita menganalisis penyebab masalah dalam hubungan dan
mencari solusi untuk menyelesaikannya. Selain itu, kita juga mempertimbangkan
kemungkinan apakah akan melanjutkan atau memutuskan sebuah hubungan
interpersonal.
f. Pemutusan
Tahap ini adalah pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak. Adakalanya
terjadi perbedaan: kadang-kadang ketegangan, keresahan, dan perdebatan.
Saling menghindari adalah salah satu karakteristik dalam tahap ini.
1. Keterbukaan
Sifat keterbukaan menunjuk paling tidak pada dua aspek tentang komunikasi
interpersonal. Aspek pertama, yaitu kita harus terbuka pada orang-orang yang
berinteraksi dengan kita. Dengan melakukan hal tersebut, orang lain dapat
mengetahui pendapat, pikiran, dan gagasan kita sehingga komunikasi akan
mudah untuk dilakukan. Aspek kedua menunjuk pada kemauan kita untuk
memberikan tanggapan kepada orang lain dengan jujur dan terus terang tentang
segala sesuatu yang dikatakannya. Keterbukaan ditunjukkan dengan cara
memberi tanggapan secara spontan dan tanpa dalih terhadap komunikasi dan
umpan balik lainnya.
2. Empati
Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan
dan posisi orang lain. Dengan empati, seseorang berusaha melihat dan
merasakan seperti yang dilihat dan dirasakan orang lain. Langkah dalam
mencapai empati adalah menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai, dan
mengkritik orang lain. Empati yang akurat melibatkan kepekaan terhadap pesan
yang ada maupun fasilitas verbal untuk mengomunikasikan hal ini. Kita dapat
mengomunikasikan empati, baik secara verbal maupun nonverbal.
3. Perilaku Suportif
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif apabila dalam diri seseorang ada
perilaku suportif. Artinya, seseorang dalam menghadapi suatu masalah tidak
bersikap bertahan (defensif). Jack R. Gibb menyebut tiga perilaku yang
menimbulkan perilaku suportif: deskriptif, spontanitas, dan provisionalisme.
Deskriptif, dalam melakukan komunikasi orang yang memiliki sifat ini lebih
banyak meminta informasi atau deskripsi tentang suatu hal. Biasanya dalam
situasi ini, orang tidak merasa dihina atau ditantang, tetapi merasa dihargai.
Spontanitas, orang yang spontan dalam berkomunikasi adalah orang yang
terbuka dan terus terang tentang apa yang dipikirkannya. Biasanya orang yang
seperti ini akan ditanggapi dengan cara yang sama, terbuka, dan terus terang.
Provisionalisme, seseorang yang memiliki sifat ini adalah orang yang memiliki
sikap berpikir terbuka ada kemauan untuk mendengar pandangan berbeda dan
bersedia menerima pendapat orang lain bila memang pendapatnya keliru.
4. Perilaku Positif
Sikap positif dalam komunikasi interpersonal merujuk pada dua aspek: (1)
komunikasi interpersonal akan berkembang bila ada pandangan positif terhadap
diri sendiri; (2) komunikasi interpersonal mempunyai pandangan positif terhadap
orang lain dan berbagai situasi komunikasi. Kita mengomunikasikan sikap positif
dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara, yakni menyatakan
sikap positif dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman
berinteraksi. Dorongan dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal.
5. Kesetaraan
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Hal tersebut
berarti harus ada pengakuan bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting
untuk disumbangkan. Carl Rogers mengatakan bahwa kesetaraan meminta kita
untuk memberikan penghargaan positif tidak bersyarat kepada orang lain.
Dengan pembentukan persepsi yang sesuai, akan membantu kita dalam berinteraksi dengan
pihak lain. Interaksi akan terjadi dengan baik bila kita memahami dengan siapa kita
berinteraksi. Setiap proses interaksi dengan pihak lain, hal yang paling utama adalah
bagaimana kita mengenali siapa yang kita ajak bicara. Dalam komunikasi dikenal apa yang
disebut sumber dan penerima, antara sumber dan penerima harus memiliki persespsi yang
sama dalam memberikan makna terhadap sesuatu yang dibicarakan. Hal itu dikenal dengan
yang namanya mutual understanding. Sebagaimana gambar di bawah ini, terlihat ada pesan
dan media untuk menyampaikan ide atau gagasannya. Di antara sumber dan penerima ada
yang disebut mutual understanding, artinya harus ada kesamaan pengertian antara sumber
dan penerima. Komunikasi terjadi dalam suatu konteks sehingga sifatnya sangat kontekstual.
Hal itu berarti bahwa komunikasi yang terjadi di tempat A tidak bisa disamakan dengan
komunikasi yang terjadi di B. Hal ini disebabkan konteks di A tidak bisa sama persis dengan
konteks di B.
Dari gambar tersebut yang harus digarisbawahi adalah kata kesamaan pengertian. Dengan
memahami bersama, terjadi transaksi komunikasi. Mengapa dikatakan transaksi? Hal
tersebut disebabkan komunikasi bisa dianalogikan sebagai proses jual beli, penjual
menawarkan harga, pembeli menyetujui maka terjadi transaksi. Namun, sebelum proses
interaksi, komunikasi dan transaksi terjadi, sebelumnya ada yang harus diperhatikan juga,
yaitu pembentukan persepsi. Persepsi merupakan tahap awal yang akan memberikan
kenyamanan kita berinteraksi dengan pihak lain karena dengan persepsi kita bisa membawa
diri kita sebagaimana mestinya.
Mari kita bahas apa persepsi dan bagaimana peruntukkannya dalam keseharian dan dunia
kerja. Mengapa berbicara persepsi yang diawali dengan pemahaman komunikasi? Hal itu
karena persepsi terjadi dalam proses interaksi yang di dalamnya ada komunikasi. Proses
encoding dan decoding, baik yang terjadi pada pengirim maupun penerima menjadi kunci
utama untuk membangun pemahaman bersama dalam proses komunikasi. Di sisi lain
persepsi membuka atau mengawali proses komunikasi yang terjadi sehingga bisa
membentuk apa yang disebut dengan kesan pertama. Bila kesan pertama bagus, proses
komunikasi selanjutnya akan lebih mudah.
Persepsi adalah pengalaman dalam melihat dunia, termasuk di dalamnya lingkungan dan
Tindakan dalam merespons fenomena yang ada. Persepsi tidak hanya menciptakan
pengalaman dari sekitar kita, tetapi juga mengajarkan kita berperilaku atau bertindak dalam
lingkungan kita (Ickes, 2001). Dalam proses membentuk kesan pertama mari kita lihat
ilustrasi berikut:
(Ilustrasi orang berada dalam satu lift, tidak saling mengenal, tetapi sudah memberikan
penilaian dari pandangan pertama atau orang akan interview dengan gaya busana yang
kurang sesuai)
KESIMPULAN
Kemampuan komunikasi interpersonal di dunia kerja merupakan keterampilan yang
dibutuhkan agar seseorang bisa bekerja dengan baik bersama orang lain dalam berbagai
keadaan dan situasi. Karena hal inilah perlu adanya pemahaman kepada para pekerja
mengenai pentingnya komunikasi dan membangun hubungan yang baik dengan orang lain.
Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat fundamental bagi kehidupan manusia. Dengan
komunikasi kita membentuk saling pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara
kasih sayang, dan mengembangkan karier. Kualitas hidup kita, hubungan kita dengan orang
lain, bahkan peluang usaha dan karier kita dapat ditingkatkan dengan memahami dan
memperbaiki cara-cara berkomunikasi kita. Selain itu, dengan memahami bagaimana
persepsi terbentuk dan pentingnya persepsi, bisa melatih kita untuk tidak dengan mudah
menilai seseorang karena penilaian awal yang tidak sesuai akan merugikan kedua belah
pihak.
Referensi
Carlson, E. N. (2013). Overcoming the barriers to self-knowledge: Mindfulness as a path to
seeing yourself as you really are. Perspectives on Psychological Science, 8(2), 173–186.
Devito, J. D. (2013). The Interpersonal Communication Book. Pearson.
Holm, D. B., Drogendijk, R. & Ul Haq, H. (2015). How subsidiaries attempt to direct hq
attention to new business opportunities, In the future Global. Emerald Group Publishing
Limited.
Ickes, W. (2001). Measuring empathic accuracy. Interpersonal Sensitivity, 237–260.
Laing, R. D. (2013). Self and Others: Selected Works of RD Laing Vol 2. Routledge.
Levine, E., Cook, P. N., Batnitzky, S., Lee, K. R., Price, H. I., Preston, D. F., ... & Dwyer III, S. J.
(1981). Three-dimensional reconstruction from serial sections for medical applications.
In Three-Dimensional Machine Perception. International Society for Optics and
Photonics, 283, 98–105.
Nurbani. (2019). Komunikasi Antarpribadi. Universitas Terbuka.
Sousa, M. J. & Rocha, Á. (2019). Leadership styles and skills developed through game-based
learning. Journal of Business Research, 94, 360–366.
Suciati. (2015). Komunikasi Interpersonal. Buku Litera.
West, R. dan L. H. T. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Salemba
Humanika.