Anda di halaman 1dari 22

Modul Peserta Pasca Pelatihan

Pelatihan Soft Skills

Day 1

Digital Talent Scholarship 2021


Daftar Isi

KATA PENGANTAR 3
PENDAHULUAN 5
LATAR BELAKANG 5
DESKRIPSI PELATIHAN 5
TUJUAN PEMBELAJARAN 6
KOMPETENSI DASAR 6
INDIKATOR HASIL BELAJAR 6
INFORMASI PELATIHAN 7
INFORMASI PEMBELAJARAN 7
BAGAIMANA BERKOMUNIKASI DI DUNIA KERJA
1. Konsep Dasar Komunikasi Interpersonal
A. Tahapan Komunikasi Interpersonal
B. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
2. Membangun Interaksi dengan Persepsi
A. Apa itu Persepsi?
B. Bagaimana Proses Persepsi itu Terjadi?
C. Mengapa Harus Ada Persepsi?
KESIMPULAN
SELF PURPOSE 16
SKILL MAPPING 21
CAREER GOALS 23
Kata Pengantar

Manusia pada dasarnya tidak pernah bisa hidup sendiri, dia selalu membutuhkan
orang lain dalam kehidupannya. Oleh karenanya kemampuan berinteraksi dengan
orang lain merupakan satu hal yang tidak bisa dianggap sebelah mata. Hal ini sangat
diperlukan dalam berbagai lini kehidupan, tidak terkecuali dunia kerja. Keahlian
dalam bidang ilmu apapun tetap harus berinteraksi dengan pihak lain. Kemampuan
berinteraksi diawali dengan kemampuan diri atau yang dikenal dengan kemampuan
Interpersonal atau Interpersonal Skills (IS). IS adalah perilaku dan cara orang
berinteraksi dengan yang lain secara efektif. Dalam dunia kerja lebih kepada
kemampuan bekerjasama dengan pihak lain dimana didalamnya ada kemampuan
berkomunikasi dan mendengarkan hingga sikap dan perilaku.. (Investopedia,
https://www.investopedia.com/terms/i/interpersonal-skills.). Menyadari akan
pentingnya kemampuan diri tersebut dalam menunjang karir seseorang, maka
diadakan Pelatihan tentang Kemampuan Interpersonal dalam Dunia Kerja
diperuntukkan bagi generasi penerus bangsa dalam program Digital Talent
Scholarship (DTS) dari Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Republik
Indonesia. . Pelatihan ini bertujuan memberi bekal kepada peserta agar mampu
menerapkan kemampuan interpersonal dalam dunia kerja dengan baik. Kemampuan
interpersonal merupakan suatu kemampuan yang sangat dibutuhkan oleh peserta di
lingkungan kerja, di manapun Anda berada. Pelatihan ini direncanakan
diselenggarakan secara tatap muka (synchronous) dan melalui kegiatan virtual
(synchronous dan unsynchronous). Pembahasan Kemampuan Interpersonal di dalam
dunia kerja yang mencakup (1) bagaimana berkomunikasi di lingkungan kerja, (2)
etiket dan penampilan professional dalam dunia kerja, dan (3) membangun
kemampuan interpersonal dalam dunia kerja. Pada modul pertama ini, diberikan
bahasan konsep dasar komunikasi interpersonal dan pembentukan persepsi,.
Kemampuan ini dapat dipelajari dan dikembangkan agar terjalin koordinasi,
kolaborasi, serta sinergi dalam dunia kerja dengan orang lain secara efektif. Selama
pelatihan berlangsung peserta diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan, dan latihan
demi latihan. Pada akhir program pelatihan, peserta juga diwajibkan mengikuti
evaluasi yang akan menentukan pemberian sertifikat pelatihan.
Semoga dengan pemberian materi ajar Kemampuan Interpersonal dan persepsi ini
dapat memberikan pemahaman akan perlunya mengenal dan menjadi pribadi yang
Tangguh.

Salam,
Tim Penulis.
Pendahuluan

Latar belakang
Deskripsi Pelatihan
Tujuan Pembelajaran

Kompetensi Dasar

Indikator Hasil Belajar


INFORMASI PELATIHAN

Akademi

Mitra Pelatihan Universitas Terbuka

Tema Pelatihan Interpersonal Skill

Sertifikasi

Persyaratan Sarana Peserta/spesifikasi


device
Tools/media ajar yang akan digunakan

Aplikasi yang akan di gunakan selamat


pelatihan

INFORMASI PEMBELAJARAN

Unit Materi Kegiatan Durasi Rasio Sumber


Kompetensi pembelajaran pembelajaran Pelatihan Praktek: pembelajaran
Teori
Satu Bagaimana 1. Konsep Dasar 3 JP 70% Teori Terlampir di
berkomunikasi di Komunikasi referensi
30% Praktik
lingkungan kerja Interpersonal
2. Pembentukan
Persepsi
BAGAIMANA BERKOMUNIKASI DI LINGKUNGAN KERJA
Modul ini membahas tentang konsep dasar komunikasi interpersonal dan proses
pembentukan persepsi. Kedua materi ini penting untuk Anda kuasai agar Anda dapat
berkomunikasi dengan baik di lingkungan kerja. Jika Anda dapat berkomunikasi dengan baik
di lingkungan kerja, karier Anda akan baik di kemudian hari.

1. Konsep Dasar Komunikasi Interpersonal


Banyak tokoh besar atau orang sukses berkarier karena mereka memiliki kemampuan
interpersonal yang baik dengan orang lain. Tidak diragukan lagi bahwa kemampuan
interpersonal merupakan salah satu kunci untuk menggapai kesuksesan. Kita membutuhkan
kemampuan interpersonal dalam berbagai kepentingan, seperti belajar dan bekerja. Dalam
dunia kerja kemampuan ini harus terus-menerus kita latih agar mampu berinteraksi sehingga
orang lain dapat merasa nyaman dengan kita saat bekerja sama. Interpersonal Skill
merupakan kemampuan yang kita gunakan setiap saat ketika kita berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain, baik individual mapun kelompok, baik formal maupun
nonformal untuk membangun dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Selain itu,
kemampuan interpersonal yang terkait dengan karier seseorang di dunia kerja meliputi
kepemimpinan, motivasi, tanggung jawab, kerja sama, kemampuan berkomunikasi, sikap
positif, pendengar yang baik, dan peduli. Sebelum kita membahas lebih jauh kemampuan
interpersonal di dalam dunia kerja, ada baiknya kita bahas terlebih dahulu konsep dasar
komunikasi interpersonal yang meliputi tahapan dan efektivitas komunikasi interpersonal.

A. Tahapan Komunikasi Interpersonal


Proses komunikasi melibatkan banyak faktor, seperti pelaku komunikasi, pesan (isi dan cara
penyajian), media yang digunakan, waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi setelah
proses komunikasi. Proses kegiatan komunikasi sebenarnya adalah kegiatan yang dilakukan
secara sadar, disengaja, dan disesuakan dengan keinginan para pelakunya karena kita tahu
dengan siapa, waktu terjadinya kapan, dan apa saja yang dibicarakan. Para pelaku
komunikasi juga secaa sengaja melakukan komunikasi untuk menyampaikan keinginan,
emosi, ataupun pemikiran para pelakunya. Proses komunikasi akan berhasil apabila setiap
bagian berjalan dengan baik (Suciati, 2015).

Komunikasi interpersonal membahas mengenai hubungan yang meliputi bagaimana suatu


hubungan dimulai, mempertahankan hubungan, hingga keretakan suatu hubungan. Katz dan
Lazarsfeld (dalam Nurbani, 2019) berpendapat bahwa komunikasi interpersonal merupakan
komunikasi yang terjadi antara dua atau tiga orang yang dilakukan interaksi secara tatap
muka, dapat memanfaatkan semua atau sebagian alat indra yang ada pada manusia, dan
dalam interaksi tersebut tidak digunakan alat-alat mekanis seperti telepon, surat, atau
kamera televisi yang dapat menghubungkan pihak-pihak yang berkomunikasi secara terpisah.
Menurut West dan Turner (2008), komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang
terjadi secara langsung antara dua orang. Menurut mereka, kehadiran pihak-pihak yang
berkomunikasi secara tatap muka dan berhadapan merupakan syarat utama terjadinya
komunikasi interpersonal.

Menurut Adler et al. (dalam Nurbani, 2019), komunikasi interpersonal dapat diklasifikasikan
ke dalam dua definisi, yaitu definisi situasional (situasional definition) dan definisi kualitatif
(qualitative definition). Berdasarkan definisi situasional, komunikasi interpersonal
merupakan komunikasi yang melibatkan sejumlah kecil orang yang mempunyai hubungan
yang dekat satu sama lain. Definisi ini melihat kepada berapa banyak orang yang terlibat,
apakah mereka dekat satu sama lain, berapa banyak akses orang yang mereka miliki.
Menurut definisi kualitatif, definisi ini tidak difokuskan pada jumlah individu yang terlibat
dalam proses komunikasi, tetapi pada kualitas interaksi di antara individu.

Komunikasi interpersonal bertujuan agar kita belajar, berhubungan, memengaruhi, dan


membantu. Selain itu, tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk mempelajari secara
lebih baik dunia luar, seperti berbagai objek, peristiwa, dan orang lain. Nilai-nilai, sistem
kepercayaan, dan sikap tampaknya lebih banyak dipengaruhi oleh pertemuan interpersonal
daripada dipengaruhi oleh media. Oleh karena itu, komunikasi interpersonal sebenarnya
memberi peluang kepada kita untuk belajar tentang diri kita sendiri untuk memelihara
hubungan dan mengembangkan kedekatan atau keakraban untuk memengaruhi sikap dan
perilaku orang lain, dan untuk menghibur diri atau bermain (Devito, 2013). Selain itu,
komunikasi interpersonal juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan pengetahuan
atau untuk membentuk sebuah hubungan serta tujuan agar dapat diterima di dalam suatu
lingkungan, apalagi lingkungan baru (Nurbani, 2019).

Suatu hubungan dapat dibentuk, dikembangkan, dan kadang dapat dirusak melalui
komunikasi dan interaksi interpersonal. Kita menumbuhkan keakraban secara bertahap dan
hal yang sama berlaku juga untuk hubungan yang lainnya. Devito (2013) menyebutkan
terdapat enam tahap hubungan antara seseorang dengan orang lain. Keenam tahap ini
menggambarkan hubungan seperti apa adanya, bukan mengevaluasi atau menguraikan
bagaimana seharusnya hubungan itu berlangsung. Tahapan hubungan interpersonal
meliputi:

a. Kontak
Kontak merupakan tahap pertama kali kita lakukan dengan melihat, mendengar,
atau membaui orang lain dengan menggunakan alat indranya.

b. Keterlibatan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan lebih jauh ketika seseorang mengikatkan
dirinya untuk lebih mengenal orang lain dan juga mengungkapkan dirinya. Pada
tahap ini biasanya akan terjadi keselarasan minat, pengalaman, dan kesadaran
komunikasi interpersonal yang akan menentukan keberlanjutan ke tahap
berikutnya.

c. Keakraban
Dalam tahap ini seseorang mengikatkan dirinya lebih jauh pada orang lain dan
melibatkan pengungkapan diri, ketertarikan, dan rasa percaya.

d. Perusakan
Tahap ini terjadi ketika ikatan di antara dua belah pihak melemah. Hubungan
yang dijalin semakin menjadi jauh. Makin sedikit efektivitas waktu untuk
bertemu atau walau berbicara saja.

e. Perbaikan
Pada tahap ini kita menganalisis penyebab masalah dalam hubungan dan
mencari solusi untuk menyelesaikannya. Selain itu, kita juga mempertimbangkan
kemungkinan apakah akan melanjutkan atau memutuskan sebuah hubungan
interpersonal.

f. Pemutusan
Tahap ini adalah pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak. Adakalanya
terjadi perbedaan: kadang-kadang ketegangan, keresahan, dan perdebatan.
Saling menghindari adalah salah satu karakteristik dalam tahap ini.

B. Efektivitas Komunikasi Interpersonal


Komunikasi akan berjalan dengan baik apabila setiap bagian dalam proses berjalan dengan
baik, seperti pelaku-pelaku ikut terlibat, memberi perhatian terhadap tema atau pesan yang
dikomunikasikan. Di awal bersosialisasi kita menciptakan sebuah hubungan dengan orang
lain dan di sinilah peran penting komunikasi interpersonal karena kita dapat mengenal diri
sendiri dan orang lain, kita juga dapat mengetahui dunia luar, menjalin hubungan yang lebih
bermakna, dan mengembangkan karier. Lambat laun komunikasi interpersonal lebih
ditujukan untuk mengawali hubungan baru dan membangun hubungan tersebut. Saat kita
pertama kali masuk ke suatu tempat kerja, bertemu dengan para pimpinan, bertemu dengan
teman baru kemudian memulai tahapan proses komunikasi sampai saat ini dengan situasi
mulai mencair.

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan dan


merupakan komunikasi yang paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
seseorang, Komunikasi ini bersifat dialogis karena terdapat pengiriman pesan dari seseorang
dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung (Nurbani, 2019).

Keefektifan komunikasi interpersonal adalah seberapa jauh komunikasi interpersonal yang


dilakukan sesuai dengan yang diharapkannya. Biasanya dalam proses komunikasi
antarpribadi, setiap individu menginginkan terciptanya dampak tertentu, kesan-kesan
tertentu, atau menimbulkan gagasan dan reaksi tertentu dari dalam diri orang lain. Proses
yang terjadi tersebut terkadang berhasil mencapai semuanya, tetapi adakalanya gagal.
Artinya, terkadang orang memberikan reaksi terhadap orang lain dengan cara yang sangat
berbeda dari yang diharapkan sehingga keaktifan dalam komunikasi interpersonal ditentukan
oleh kemampuan individu untuk mengomunikasikan secara jelas apa yang ingin disampaikan,
menciptakan kesan yang diinginkan, atau mempengaruhi orang lain sesuai yang diinginkan.
Menurut Devito (2013), efektivitas komunikasi interpersonal memiliki lima ciri. Berikut
penjelasannya.

1. Keterbukaan
Sifat keterbukaan menunjuk paling tidak pada dua aspek tentang komunikasi
interpersonal. Aspek pertama, yaitu kita harus terbuka pada orang-orang yang
berinteraksi dengan kita. Dengan melakukan hal tersebut, orang lain dapat
mengetahui pendapat, pikiran, dan gagasan kita sehingga komunikasi akan
mudah untuk dilakukan. Aspek kedua menunjuk pada kemauan kita untuk
memberikan tanggapan kepada orang lain dengan jujur dan terus terang tentang
segala sesuatu yang dikatakannya. Keterbukaan ditunjukkan dengan cara
memberi tanggapan secara spontan dan tanpa dalih terhadap komunikasi dan
umpan balik lainnya.

2. Empati
Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan
dan posisi orang lain. Dengan empati, seseorang berusaha melihat dan
merasakan seperti yang dilihat dan dirasakan orang lain. Langkah dalam
mencapai empati adalah menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai, dan
mengkritik orang lain. Empati yang akurat melibatkan kepekaan terhadap pesan
yang ada maupun fasilitas verbal untuk mengomunikasikan hal ini. Kita dapat
mengomunikasikan empati, baik secara verbal maupun nonverbal.

3. Perilaku Suportif
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif apabila dalam diri seseorang ada
perilaku suportif. Artinya, seseorang dalam menghadapi suatu masalah tidak
bersikap bertahan (defensif). Jack R. Gibb menyebut tiga perilaku yang
menimbulkan perilaku suportif: deskriptif, spontanitas, dan provisionalisme.
Deskriptif, dalam melakukan komunikasi orang yang memiliki sifat ini lebih
banyak meminta informasi atau deskripsi tentang suatu hal. Biasanya dalam
situasi ini, orang tidak merasa dihina atau ditantang, tetapi merasa dihargai.
Spontanitas, orang yang spontan dalam berkomunikasi adalah orang yang
terbuka dan terus terang tentang apa yang dipikirkannya. Biasanya orang yang
seperti ini akan ditanggapi dengan cara yang sama, terbuka, dan terus terang.
Provisionalisme, seseorang yang memiliki sifat ini adalah orang yang memiliki
sikap berpikir terbuka ada kemauan untuk mendengar pandangan berbeda dan
bersedia menerima pendapat orang lain bila memang pendapatnya keliru.

4. Perilaku Positif
Sikap positif dalam komunikasi interpersonal merujuk pada dua aspek: (1)
komunikasi interpersonal akan berkembang bila ada pandangan positif terhadap
diri sendiri; (2) komunikasi interpersonal mempunyai pandangan positif terhadap
orang lain dan berbagai situasi komunikasi. Kita mengomunikasikan sikap positif
dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara, yakni menyatakan
sikap positif dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman
berinteraksi. Dorongan dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal.

5. Kesetaraan
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Hal tersebut
berarti harus ada pengakuan bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting
untuk disumbangkan. Carl Rogers mengatakan bahwa kesetaraan meminta kita
untuk memberikan penghargaan positif tidak bersyarat kepada orang lain.

2. Membangun Interaksi dengan Persepsi


Bagian ini berbicara soal kemampuan interpersonal seseorang dalam menghadapi dunia
kerja. Di bagian awal sudah dipaparkan mengenai apa dan bagaimana kemampuan
komunikasi interpersonal. Kemampuan interpersonal diperlukan saat kita mulai berinteraksi
dengan pihak lain. Oleh karenanya, komunikasi menjadi hal utama dalam setiap
berinteraksi. Setiap interaksi mempunya tahapan, salah satu tahapan yang harus dilalui
adalah proses yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi kita dapat membuat suatu
interaksi dapat lebih efektif. Mengapa? Mari kita bahas apa, bagaimana, dan mengapa harus
ada persepsi.
A. Apa itu Persepsi?
Kita awali dengan pemahaman bersama tentang apa itu persepsi. Persepsi menurut Levine
(1981) adalah suatu proses di mana terjadi suatu gambaran dari memilih,
mengorganisasikan, dan menginterpretasikan stimuli atau fenomena yang memberikan
makna tertentu (dalam Holm et al., 2015). Kemudian menurut Kretch (1962), persepsi adalah
proses individu membuat suatu gambaran mengenai lingkungannya untuk dapat merespons
semua yang ada. Persepsi ini tidak ada yang akurat dalam melihat suatu lingkungan, tetapi
lebih kepada potret yang unik dari masing-masing individu yang dipengaruhi oleh kebutuhan,
hasrat, nilai, dan apa tujuannya. Jadi, hal ini bukan gambaran lingkungan yang sebenarnya,
tetapi dikonstruksi oleh masing-masing individu (Sousa & Rocha, 2019). Selain itu, menurut
UKEssays, persepsi adalah proses ketika seseorang menyadari adanya suatu kejadian atau
objek di luar dirinya (UKEssays, November 2018 diakses pada
https://www.ukessays.com/essays/psychology/definition-and-the-five-stages-of-perception-
psychology-essay.php?vref=1). Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa persepsi adalah
suatu proses melihat, menginterpretasikan fenomena atau stimuli yang ada berdasarkan
pengalaman baik itu individu dan sosial serta apa yang dibutuhkan seseorang.

Dengan pembentukan persepsi yang sesuai, akan membantu kita dalam berinteraksi dengan
pihak lain. Interaksi akan terjadi dengan baik bila kita memahami dengan siapa kita
berinteraksi. Setiap proses interaksi dengan pihak lain, hal yang paling utama adalah
bagaimana kita mengenali siapa yang kita ajak bicara. Dalam komunikasi dikenal apa yang
disebut sumber dan penerima, antara sumber dan penerima harus memiliki persespsi yang
sama dalam memberikan makna terhadap sesuatu yang dibicarakan. Hal itu dikenal dengan
yang namanya mutual understanding. Sebagaimana gambar di bawah ini, terlihat ada pesan
dan media untuk menyampaikan ide atau gagasannya. Di antara sumber dan penerima ada
yang disebut mutual understanding, artinya harus ada kesamaan pengertian antara sumber
dan penerima. Komunikasi terjadi dalam suatu konteks sehingga sifatnya sangat kontekstual.
Hal itu berarti bahwa komunikasi yang terjadi di tempat A tidak bisa disamakan dengan
komunikasi yang terjadi di B. Hal ini disebabkan konteks di A tidak bisa sama persis dengan
konteks di B.

Gambar 1. Model Komunikasi David K. Berlo


(Sumber:
https://yonulis.com/2020/05/06/the-four-horseman-bentuk-nyata-dari-keberhasilan-memim
pin-tanpa-pemimpin/)

Dari gambar tersebut yang harus digarisbawahi adalah kata kesamaan pengertian. Dengan
memahami bersama, terjadi transaksi komunikasi. Mengapa dikatakan transaksi? Hal
tersebut disebabkan komunikasi bisa dianalogikan sebagai proses jual beli, penjual
menawarkan harga, pembeli menyetujui maka terjadi transaksi. Namun, sebelum proses
interaksi, komunikasi dan transaksi terjadi, sebelumnya ada yang harus diperhatikan juga,
yaitu pembentukan persepsi. Persepsi merupakan tahap awal yang akan memberikan
kenyamanan kita berinteraksi dengan pihak lain karena dengan persepsi kita bisa membawa
diri kita sebagaimana mestinya.

Mari kita bahas apa persepsi dan bagaimana peruntukkannya dalam keseharian dan dunia
kerja. Mengapa berbicara persepsi yang diawali dengan pemahaman komunikasi? Hal itu
karena persepsi terjadi dalam proses interaksi yang di dalamnya ada komunikasi. Proses
encoding dan decoding, baik yang terjadi pada pengirim maupun penerima menjadi kunci
utama untuk membangun pemahaman bersama dalam proses komunikasi. Di sisi lain
persepsi membuka atau mengawali proses komunikasi yang terjadi sehingga bisa
membentuk apa yang disebut dengan kesan pertama. Bila kesan pertama bagus, proses
komunikasi selanjutnya akan lebih mudah.

Persepsi adalah pengalaman dalam melihat dunia, termasuk di dalamnya lingkungan dan
Tindakan dalam merespons fenomena yang ada. Persepsi tidak hanya menciptakan
pengalaman dari sekitar kita, tetapi juga mengajarkan kita berperilaku atau bertindak dalam
lingkungan kita (Ickes, 2001). Dalam proses membentuk kesan pertama mari kita lihat
ilustrasi berikut:

(Ilustrasi orang berada dalam satu lift, tidak saling mengenal, tetapi sudah memberikan
penilaian dari pandangan pertama atau orang akan interview dengan gaya busana yang
kurang sesuai)

Ilustrasi tersebut menggambarkan bahwa kesan pertama sangat berpengaruh. Jadi,


bagaimana saya melihat dan menilai orang lain akan mengawali proses interaksi selanjutnya.

B. Bagaimana Proses Persepsi itu Terjadi?


Proses terjadi persepsi adalah suatu tahapan yang dimulai dengan adanya stimuli atau hal
yang dilihat di sekitarnya dan memerlukan interpretasi. Hal ini terjadi tanpa kita sadari dan
menerpa keseharian kita ketika kita membuka mata semua ada di hadapan kita dan mulai
menginterpretasikannya. Bagaimana tahapan yang memengaruhi persepsi kita? Seleksi.
Begitu banyak stimuli yang ada di sekitar kita, tetapi setiap orang memiliki perhatian tertentu
yang mungkin tanpa disadarinya. Proses memilih ini sangat tergantung dari masing-masing
individu. Kemudian dari apa yang dipilih biasanya masuk dalam proses pengorganisasian
dalam diri kita, apakah ini masuk dalam sentuhan, bau, penglihatan atau pendengaran dan
rasa. Setelah itu baru diinterpretasikan
(https://courses.lumen-learning.com/boundless-psychology/chapter/introduction-to-percepti
on/).
Tahapan pembentukan persepsi yang sederhana dapat dilihat dari gambar berikut:

C. Mengapa harus ada Persepsi?


Orang yang memiliki kepribadian yang bermasalah biasanya cenderung memiliki persepsi diri
yang kurang tepat sehingga individu ini sangat lemah dalam memahami pihak lain (Ickes,
2001). Mengapa demikian? Setiap individu itu berbeda dan kita harus menyadari hal ini. Kita
hidup dengan latar belakang yang berbeda, baik dari sisi budaya, kepercayaan, pengetahuan,
dan pengalaman sehingga tidak bisa menilai seseorang hanya dari apa yang dikatakan atau
dilakukan, tanpa melihat dan menganalisis orang tersebut dengan saksama. Hal ini sangat
sulit dilakukan. Sebagaimana yang dikatakan Carlson (2013), pemahaman diri mengenai
kepribadian didefinisikan sebagai suatu kesadaran dari pola pikir, perasaan, dan perilaku
yang diketahui sebagaimana orang lain berperilaku tersebut. Artinya bila ia memiliki
kepribadian yang aneh, bisa dipastikan dia memiliki persepsi diri yang keliru. Selain itu, kita
juga mengenal apa yang disebut metapersepsi. Metapersepsi adalah bagaimana orang
menilai orang lain. Hal ini lebih memfokuskan pada pihak lain, artinya persepsi saya terhadap
pihak lain dan perlu adanya tingkat akurasi empati yang tinggi. Karena bila salah, interaksi
kita pun akan terganggu (Laing, 2013). Akurasi empati adalah kemampuan kita untuk
menempatkan diri kita pada posisi orang yang diajak berinteraksi (Ickes, 2001).

KESIMPULAN
Kemampuan komunikasi interpersonal di dunia kerja merupakan keterampilan yang
dibutuhkan agar seseorang bisa bekerja dengan baik bersama orang lain dalam berbagai
keadaan dan situasi. Karena hal inilah perlu adanya pemahaman kepada para pekerja
mengenai pentingnya komunikasi dan membangun hubungan yang baik dengan orang lain.
Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat fundamental bagi kehidupan manusia. Dengan
komunikasi kita membentuk saling pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara
kasih sayang, dan mengembangkan karier. Kualitas hidup kita, hubungan kita dengan orang
lain, bahkan peluang usaha dan karier kita dapat ditingkatkan dengan memahami dan
memperbaiki cara-cara berkomunikasi kita. Selain itu, dengan memahami bagaimana
persepsi terbentuk dan pentingnya persepsi, bisa melatih kita untuk tidak dengan mudah
menilai seseorang karena penilaian awal yang tidak sesuai akan merugikan kedua belah
pihak.

Referensi
Carlson, E. N. (2013). Overcoming the barriers to self-knowledge: Mindfulness as a path to
seeing yourself as you really are. Perspectives on Psychological Science, 8(2), 173–186.
Devito, J. D. (2013). The Interpersonal Communication Book. Pearson.
Holm, D. B., Drogendijk, R. & Ul Haq, H. (2015). How subsidiaries attempt to direct hq
attention to new business opportunities, In the future Global. Emerald Group Publishing
Limited.
Ickes, W. (2001). Measuring empathic accuracy. Interpersonal Sensitivity, 237–260.
Laing, R. D. (2013). Self and Others: Selected Works of RD Laing Vol 2. Routledge.
Levine, E., Cook, P. N., Batnitzky, S., Lee, K. R., Price, H. I., Preston, D. F., ... & Dwyer III, S. J.
(1981). Three-dimensional reconstruction from serial sections for medical applications.
In Three-Dimensional Machine Perception. International Society for Optics and
Photonics, 283, 98–105.
Nurbani. (2019). Komunikasi Antarpribadi. Universitas Terbuka.
Sousa, M. J. & Rocha, Á. (2019). Leadership styles and skills developed through game-based
learning. Journal of Business Research, 94, 360–366.
Suciati. (2015). Komunikasi Interpersonal. Buku Litera.
West, R. dan L. H. T. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Salemba
Humanika.

Anda mungkin juga menyukai