Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK

PERCOBAAN V

“TINGKAT KELARUTAN ZAT PADAT DALAM BERBAGAI PELARUT”

Disusun Oleh:

Nama : Maria Vania A.


NIM : 24030122120020
Hari, tanggal : Rabu, 20 September 2023
Kelompok : 4
Asisten : Novianty Salsabila

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 20 September 2023


Asisten Laboratorium, Praktikan,

(Novianty Salsabila) (Maria Vania)


NIM. 24030120140038 NIM. 24030122120020
PERCOBAAN IV
“FOTOKIMIA REDUKSI ION BESI (III)”

I. TUJUAN
I.1 Menentukan secara kualitatif kelarutan zat padat di dalam berbagai
pelarut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Larutan
Larutan merupakan campuran dari dua atau lebih unsur atau
senyawa yang dihomogenkan. Zat terlarut yaitu senyawa yang
memiliki jumlah lebih sedikit dibanding kan dengan senyawa yang
merupakan pelarut (Putri et al., 2017).
II.2 Kelarutan
Kelarutan merupakan kemampuan suatu unsur atau senyawa
untuk larut dalam pelarut tertentu, dinyatakan dalam jumlah
maksimum senyawa terlarut dapat larut pada kesetimbangan
(Dzakwan & Priyanto, 2019).
II.3 Faktor-Faktor Yang Mepengaruhi Kelarutan
Menurut Gelyaman (2018), terdapat beberapa faktor pemengaruh
kelarutan, yaitu:
a. pH, kelarutan garam asam atau basa lemah bergantung dengan
pH pelarutnya.
b. Hidrolisis, konsentrasi ion hydrogen yang berubah
menimbulkan garam asam/basa lemah terurai dalam air.
c. Tekanan, semakin tinggi tekanan maka nilai kelarutannya
semakin tinggi pula.
d. Suhu, setiap senyawa memiliki nilai titik didih, beku, dan
leburnya masing-masing.
II.4 Proses Pelarutan
Menurut Ahmad (2016), proses pelarutan terdapat dua unsur
penditing yaitu konsentrasi pelarut dan temperature sehingga
tercamprnya pelarut dan senyawa terlarut membentuk senyawa baru.
Pada proses kelarutan terjadi pelepasan energi atau entalpi, entalpi
larutan merupaka panas larutan yang dilepas dengan persamaan
∆Hlarutan = Hpelarutan – Hkomponen
II.5 Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Hasil kali kelarutan suatu senyawa dapat ditentukan dengan
mengukur kelarutan hingga tepat jenuh yang mana menunjukan
kemampuan pelarut telah mencapai batas akhir untuk melarutkan atau
mengionkan senyawa terlarut.
Ksp = [Ax+]a.[By-]b
(Chattaraj, 2021)
II.6 Garam Kompleks
Garam kompleks dan garam rangkap dibuat dalam pelarut air dan
terionisasi menjadi ion-ion yang berbeda karakteristiknya sehingga
memiliki kelarutan, warna, dan reaktivitas yang berbeda. Garam yang
mengandung ion kompleks dapat dicontohkan dengan Co(NH3)6Cl3
atau K3Fe9CN)5. Garam rangkap dapat dicontohkan dengan garam
alumina atau Fe(NH3)2(SO4).6H2O.
(Harefa, 2021)
II.7 Perpindahan Elektron Hibridisasi
Hibridisasi adalah istilah yang menunjukan proses perpindahan
elektron dari orbital rendah ke tinggi, orbital hibrid yaitu lintasan hasil
hibridisasi. Hibridisasi sederhana yaitu sp, sp2, sp3 sedangkan tingkat
kompleks terdapat sp3d, sp3d2, sp3d3 (Zakariah et al., 2019).
II.8 Ikatan Ionik dan Ikatan Kovalen
Ikatan ionik merupakan ikatan antar ion negatif dan positif dan
terbentuk gaya tarik menarik satu sama lain dan akan saling menolak
bila ion yang sejenis berdekatan. Sedangkan ikatan kovalen adalah
interaksi antar molekul dan hanya membutuhkan energi yang kecil
untuk memutuskan ikatannya (Sarifudin, 2021).
II.9 Kepolaran
Kepolaran merupakan pemisahan muatan listrik pada gugus kimia
yang memiliki momen dipol, pemisahan terjadi dikarenakan adanya
perbedaan keelektronegativitasan antar atom yang berikat. Ikatan
kutub harus asimrtis bentuk geometrinya sehingga momen ikatan tidak
saling meniadakan. Kepolaran dapat dites dengan cara ekstraksi
bertingkat menggunakan pelarut tertentu seperti N-Heksana (Riasari et
al., 2022).
II.10 Macam-Macam Pelarut
Berdasarkan tingkat kepolaran pelarut, macam pelarut dibedakan
menjadi 3, yaitu (Riska, 2023):
a. Polar protik, mengikat setidaknya satu atom hidrogen yang
diberikan langsung dengan atom elektronegatif
b. Polar aprotik, atom hydrogen yang tidak diberikatan langsung
dengan atom elektronegatif
c. Non polar, elektronegativitas antar atom tidak jauh berbeda
dan dielektrik rendah.
II.11 Padatan Ionik
Padatan ionik terdiri dari atom, molekul atau ion yang saling
berikatan kaku dalam geometri susunannya. Sifat senyawa ionik
terdapat kation dan anion di kisi kristalnya dan terbentuk gaya tarikan
antar ion beda jenis. Karakteristik senyawa ionik (Ahmad Mudzakir et
al., 2008):
a. Stereokimia, kuat dan terarah
b. Titik leleh dan didih yang tinggi serta kalor pembentuk dan
penguapan yang tinggi juga
c. Kekerasan, gaya Tarik dalam kristal ionic membuat kristal
menjadi keras
d. Kerapuhan, gaya tarik dan tola kantar ion membuat kristal
menjadi rapuh
e. Kelarutan, senyawa ion larut dalam senyawa polar dengan
dielektrikum tinggi
f. Konduktasi, senyawa ionic memilihi daya hantar yang rendah
dikarenakan berbentuk padatan
II.12 Gaya Intermolekul
Gaya intermolekul adalah interaksi antara atom yang berada di
dalam beberapa molekul pada suatu senyawa. Kekuatan gaya tarik
antarmolekul dikenal juga sebagai interaksi antar dipol terinduksi
membentuk molekul dipol sesaat (Uge et al., 2021).

II.13 Analisa Bahan


II.13.1 Aquadest
a. Fisik : cair tak berwarna, tak berbau, titik didih 100 oC,
desnitas 1000g/cm3
b. Kimia : larut, pH 7
(MSDS, 2021)
II.13.2 Etanol
a. Fisik : cair tak berwarna, bau seperti alkohol, titik didih
78,3oC, densitas 0,790g/cm3
b. Kimia : larut dalam air, pH 7
(MSDS, 2017)
II.13.3 Kloroform
a. Fisik : cair tak berwarna, bau manis, titik didih 60,5 oC,
densitas 1,492g/mL
b. Kimia : kelarutan 108g/L, pH 1
(MSDS, 2021)
II.13.4 HCl 2N
a. Fisik : cair tak berwarna, bau pedih, densitas 1,19
g/cm3, tekanan uap 190hPa
b. Kimia : larut dalam air, pH < 1
(MSDS, 2017)
II.13.5 Ammonium Hidroksida
a. Fisik : cair tak berwarna, bau pedih, titik didih 37,7oC,
densitas 0,903 g/cm3
b. Kimia : larut dalam air
(MSDS, 2021)
II.13.6 NiC2
a. Fisik : padatan berwarna hijau, tidak berbau, titik didih
1001oC, densitas 1,92g/cm3
b. Kimia : kelarutan 2540g/L, pH 4,9
(MSDS, 2019)
II.13.7 CaCl2
a. Fisik : padatan berwarna putih, tak berbau, densitas
2,15g/cm3
b. Kimia : kelarutan 790g/L, pH 8-10
(MSDS, 2019)
II.13.8 NaCl
a. Fisik : padatan berwarna putih, tak berbau, titik didih
1461oC, densitas 2,17g/cm3
b. Kimia : kelarutan 358g/L, pH 4,5-7
(MSDS, 2019)
III. METODE PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Tabung reaksi
2. Pengaduk kaca
3. Cawan gelas
4. Neraca analitik
5. Stopwatch
III.1.2 Bahan
1. Aquadest
2. Etanol
3. Kloroform
4. HCL 2N
5. Larutan Ammonium Hidroksida
6. NaCl
7. CaCl2
8. NiCl2
III.2 Gambar Alat

Cawan gelas Tabung reaksi Neraca analitik

Stopwatch Pengaduk kaca


III.3 Skema Kerja

10mL aquadest 10mL HCl 10mL etanol 10mL NH4OH 10mL CHCl3
Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi

- Penambahan 0,3gr NiCl2


- Penggojogan
- Pencatatan waktu saat seluruh padatan
melarut
Hasil

10mL aquadest 10mL HCl 10mL etanol 10mL NH4OH 10mL CHCl3
Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi

- Penambahan 0,3gr CaCl2


- Penggojogan
- Pencatatan waktu saat seluruh padatan
melarut
Hasil

10mL aquadest 10mL HCl 10mL etanol 10mL NH4OH 10mL CHCl3
Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi Tabung Reaksi

- Penambahan 0,3gr NaCl


- Penggojogan
- Pencatatan waktu saat seluruh padatan
melarut
Hasil
IV. HIPOTESIS
Percobaan 5 dengan judul “Tingkat Kelarutan Zat Padat Dalam
Berbagai Pelarut” bertujuan untuk menentukan secara kualitatif kelarutan
sat di dalam berbagai pelarut. Prinsip yang digunakan pada percobaan ini
adalah prinsip perbedaan kelarutan dimana senyawa polar akan larut dalam
pelarut polar dan senyawa non polar larut dalam pelarut non polar seperti
prinsip like dissolve like, sedangkan metodenya yaitu melarutkan zat terlarut
dalam berbagai jenis pelarut dan pengadukan pada rentang waktu tertentu
untuk dilihat perbandingan kelarutan zat nya. Hasil yang akan didapatkan
dalam percobaan ini adalah senyawa polar dapat larut pada akuades, etanol,
HCl, dan NH4OH. Senyawa non polar dapat larut pada pelarut kloroform.
DAFTAR PUSTAKA
Chattaraj, A., Blinov, M. L., & Loew, L. M. (2021). The solubility product extends
the buffering concept to heterotypic biomolecular condensates.
Elife, 10, e67176.
Dzakwan, M., & Priyanto, W. (2019). Peningkatan kelarutan fisetin dengan teknik
kosolvensi. Jurnal para peemikir, 8(2), 5-9.
Gelyaman, G. D. (2018). Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Bioavailabilitas Besi
bagi Tumbuhan. Jurnal Saintek Lahan Kering, 1(1), 14-16.
Harefa, N. (2021). Mata Kuliah: Kimia Organik II.
MSDS. (2017). Lembar Data Keselamatan Kerja:Etanol.Jakarta.
MSDS. (2017). Lembar Data Keselamatan Kerja:HCl.Jakarta.
MSDS. (2019). Lembar Data Keselamatan Kerja:CaCl2.Jakarta.
MSDS. (2019). Lembar Data Keselamatan Kerja: NaCl.Jakarta.
MSDS. (2019). Lembar Data Keselamatan Kerja: NiCl2.Jakarta.
MSDS. (2021). Lembar Data Keselamatan Kerja: Aquadest.Jakarta.
MSDS. (2021). Lembar Data Keselamatan Kerja: .Ammonium
Hidroksida.Jakarta.
MSDS. (2021). Lembar Data Keselamatan Kerja: Kloroform.Jakarta.
Putri, L. M. A., Prihandono, T., & Supriadi, B. (2017). Pengaruh konsentrasi
larutan terhadap laju kenaikan suhu larutan. Jurnal Pembelajaran
Fisika, 6(2), 151-157.
Riasari, H., Fitriansyah, S. N., & Hoeriah, I. S. (2022). Perbandingan Metode
Fermentasi, Ekstraksi, Dan Kepolaran Pelarut Terhadap Kadar Total
Flavonoid Dan Steroid Pada Daun Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson)
Fosberg). Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Indonesia, 11(1), 1-17.
RISKA HESTIARA, S. A. H. R. A. N. I. (2023). UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI
Escherichia coli DARI EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera L.)
BERDASARKAN TINGKAT KEPOLARAN PELARUT (Doctoral
dissertation, Universitas Al-Irsyad Cilacap).
Royani, A. (2016). Proses pelarutan bijih dolomit dalam larutan asam klorida.
Prosiding Semnastek.
Sarifudin, K. (2021). Aplikasi Zeolite Alam Ende-Flores Teraktifasi untuk
Menurunkan Kesadahan Air. Media Sains, 21(1), 93-101.
Uge, N., Maspeke, P. N., & Liputo, S. A. (2021). Kajian Proses Pembuatan Edible
Film Dengan Penambahan Gliserol Dari Pati Jagung Motorokiki (Zea
Mays L.) Termodifikasi. Jambura Journal of Food Technology, 3(1).
Zakariah, E. I., Heng, L. Y., Ahmad, H., & Hasbullah, S. A. (2019). PENCIRIAN
ELEKTROKIMIA MENGGUNAKAN KAEDAH PEMEGUNAN DNA
YANG BERBEZA UNTUK FABRIKASI BIOSENSOR DNA PORSIN.
International Journal of Materials Chemistry (eISSN: 2716-6120),
1(01), 201901-201901.

Anda mungkin juga menyukai