Anda di halaman 1dari 11

Ulangan Esai Sejarah Indonesia

Nama : Ikbal Allamsyah


Kelas : XII IPA 5
SMAN 1 Batujajar

Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin

Pada masa berlakunya Konstitusi RIS ( 1949 ) dan UUDS ( 1950 ) bangsa kita melaksanakan
pesta Demokrasi Liberal dengan menggunakan sistem pemerintahan secara parlementer, di mana
kepala negara adalah presiden sedangkan kepala pemerintahan dipimpin oleh Perdana Menteri
dan bertanggung jawab pada Parlemen ( DPR ). Sistem pemerintahan dalam UUDS 1950 sama
dengan yang disebut dalam Konstitusi RIS yaitu sistem pemerintahan Parlementer semu. Hal ini
tercermin dalam ciri-ciri sebagai berikut:

Keterangan Presidensil Parlementer Semu Parlementer Murni


Kepala Presiden Perdana Mentri Perdana Mentri
Pemerintahan
Diangkat oleh Presiden Diangkat oleh Parlemen
Kepala Negara Presiden Presiden Presiden
Kekuasaan Tidak ada kekuasaan Sebagai kepala Sebagai kepala
Perdana Perdana Mentri pemerintahan dipengaruhi pemerintahan tidak
Mentri oleh Presiden dipengaruhi
Kabinet Dibentuk oleh Dibentuk oleh Presiden Dibentuk oleh parlemen
Presiden
Presiden menunjuk
beberapa orang formatur
kebinet.
Mentri Bertanggungjawab Bertanggungjawab kepada Bertanggungjawab
pada Presiden parlemen, tetapi kepada parlemen,
pengangkatan dan pengangkatan dan
pemberhentiannya pemberhentiannya
dilakukan oleh presiden dilakukan oleh Perdana
mentri

Pelaksanaan demokrasi liberal sesuai dengan konstitusi yang berlaku saat itu, yakni
Undang- Undang Dasar Sementara 1950. Kondisi ini bahkan sudah dirintis sejak dikeluarkannya
maklumat pemerintah tanggal 16 Oktober 1945 dan maklumat tanggal 3 November 1945, tetapi
kemudian terbukti bahwa demokrasi liberal atau parlementer yang meniru sistem Eropa Barat
kurang sesuai diterapkan di Indonesia. Tahun 1950 sampai 1959 merupakan masa berkiprahnya
parta-partai politik. Dua partai terkuat pada masa itu (PNI & Masyumi) silih berganti memimpin
kabinet.
Jawab Soal di bawah ini!
1. Diumumkannya Maklumat Pemerintah tertanggal 3 November 1945 telah mendorong
lahirnya banyak partai politik. Buatlah deskripsi singkat tentang peran partai politik
dalam sebuah Negara?
Jawaban :
Partai Politik memiliki peran yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pemerintahan, karena dapat menyalurkan aspirasi rakyat dan menyampaikan informasi
program atau kegiatan pemerintah kepada rakyatnya. Kemudian partai politik
merupakan media atau sarana partisipasi warga negara dalam proses demokrasi.

2. Berikan pendapatmu, apa kebaikan dan keburukan dari system demokrasi yang
menganut system multipartai ?
Jawaban :
Kebaikan :
- Ada kebebasan untuk mendirikan partai politik hingga menjadi pemimpin partai
politik
- Dengan banyaknya partai politik maka wadah masyarakat untuk menyampaikan
aspirasi akan semakin luas
- Mempermudah masyarakat mendapatkan wawasan politik
- Kontrol sosial lebih banyak terjadi dilakukan oleh partai-partai politik

Keburukan :
- Persaingan dengan melibatkan jumlah partai yang banyak akan menimbulkan
ketidakstabilan nasional
- Program-program pemerintah akan kurang berjalan efektif
- Sulitnya mencapai kesepakatan dalam musyawarah

Tentukan siapa Tokoh di bawah ini !

Natsir Djuanda Karyawidjaja


Ali Sastroamidjojo
Wilopo Burhanuddin Harahap Soekiman

3. Kemudian jelaskan masing-masing keberhasilan dan kegagalan yang dicapai pada masa
pemerintahannya masing-masing kabinet!
Jawaban :
1. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951).
Kelebihan: kabinet ini bermaksud menyusun kekuatan nasional dengan melibatkan banyak partai
dan mendapat dukungan parlemen. Kabinet ini merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh
Masyumi dengan program kerja antara lain:
a. Menggiatkan usaha keamanan dan ketenteraman.
b. Melakukan konsolidasi dan penyempurnaan susunan pemerintahan.
c. Menyempurnakan organisasi angkatan perang.
d. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
e. Menyelesaikan masalah Irian Barat
Hasil yang dicapai: berhasil menyelenggarakan perundingan antara Indonesia-Belanda mengenai
Irian Barat.
Kegagalan:
- Gagal memperjuangkan Irian Barat untuk kembali ke wilayah Indonesia.
- Terjadi Gerakan DI/TII, Andi Aziz, APRA, dan RMS.
Kelemahan: upaya membentuk kekuatan nasional gagal karena kesulitan menempatkan tokoh
PNI. PNI dan Murba kemudian menjadi oposisi kabinet Natsir. Kabinet ini akhirnya jatuh karena
mosi yang diajukan oleh Hadikusumo uang menuntut Pemerintah mencabut PP No 39 Tahun
1950 tentang pemilihan lembaga perwakilan daerah.

2. Kabinet Sukiman (27 April 1951-3 April 1952)


Kelebihan: kabinet ini berhasil merangkul PNI dalam kabinet. kabinet ini kemudian didukung
oleh 2 partai besar yaitu PNI dan Masyumi dengan program kerja antara lain:
a. Menjamin keamanan dan ketenteraman.
b. Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbarui hukum agraria sesuai dengan
kepentingan petani.
c. Mempercepat persiapan pemilihan umum.
d. Menjalankan politik luar negeri bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah
RI.
Hasil yang dicapai:
Melanjutkan program kerja Natsir dengan memprioritaskan jaminan keamanan dan
ketenteraman.
Kelemahan: kabinet ini akhirnya jatuh karena;
a. Menteri Dalam Negeri Mr. Iskaq (PNI) menginstruksikan untuk menonaktifkan DPR-DPRD
yang terbentuk berdasarkan PP No 39/ 1950. Iskaq kemudian mengangkat orang PNI sebagai
Gubernur Jawa Barat dan Sulawesi.
b. Muh. Yamin membebaskan 950 orsng tahanan SOB tanpa persetujuan PM Sukiman.
c. Mosi tidak percaya dari Sunarjo (PNI) karena penandatanganan Mutual Security Act (MSA)
antara Menteri Luar Negeri Ahmad Subarjo dengan Dubes AS, Merle Cochran yang menyatakan
Indonesia bersedia menerima bantuan AS berdasarkan syarat dari MSA.

3. Wilopo (3 april 1952-3 Juni 1953)


Kelebihan:
a. Berhasil melibatkan PSI dan PSII.
b. Memiliki program kerja yaitu:
- Program Dalam Negeri: mempersiapkan penyelenggaraan Pemilu I, meningkatkan
kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamamanan.
- Program Luar Negeri: Menyelesaikan masalah Indonesia-Belanda, pengembalian Irian
Barat,serta menjalankan politik luar negeri bebas-aktif.
Kelemahan:
a. Peristiwa 17 Oktober 1952 menjadikan Kabinet Wilopo terancam kedudukannya karena
peristiwa ini merupakan konflik sipil dan militer yang berakhir dengan pencopotan A. H
Nasution dari jabatan KSAD.
b. Peristiwa Tanjung Marowa yang merupakan upaya pembebasan tanah milik Deli Planters
Vereeninging (DPV) yang sebelumnnya dikelola penduduk, diminta untuk dikembalikan kepada
DPV

4. Ali Sastro Amidjojo I (31 Juli 1953-12 Agustus 1955)


Kabinet ini merupakan koalisi dari partai PNI dan NU dengan program kerja antara lain:
- Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan pemilu.
- Pembebasan Irian Barat secepatnya.
- Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB
- Penyelesaian pertikaian politik
Kelebihan: berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA)
Kelemahan:
a. Konflik pimpinan TNI-AD yang berpangkal pada peristiwa 17 Oktober 1952 yaitu calon
pemimpin TNI AD ditolak oleh Korps Perwira.
b. Mosi tidak percaya terhadap menteri pertahanan yang akhirnya parlemen menarik Iwa
Kusuma Sumatri dari jabatannya.

5. Burhanudin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956)


Kabinet ini memiliki program-program yaitu:
- Mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah.
- Melaksanakan pemilu I
- Mengatasi masalah desentralisasi, inflasi, dan pemberantasan korupsi.
- Perjuangan pembebasan Irian Barat.
- Kerja sama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.
Kelebihan:
a. Berhasil menyelenggarakan Pemilu I
b. Berhasil menyelesaikan konflik TNI-AD yaitu Presiden akhirnya mengangkat kembali A. H
Nasution sebagai KSAD.
Kelemahan: setelah Pemilu I hubungan Dwi Tunggal Soekarno-Hatta semakin renggang.

6. Ali Sastro Amidjojo II (20 Maret 1956-4 Maret 1957)


Kelebihan:
Kabinet pertama yang memiliki program Rencana Lima tahun: Irian Barat, Otonomi Daerah,
Perbaikan Nasib Buruh, Penyehatan Keuangan dan Pembentukan Ekonomi Keuangan.
Kelemahan:
- Gagal memaksa Belanda menyerahkan Irian Barat yang akhirnya membatalkan KMB.
- Munculnya sikap anti China di kalangan rakyat terhadap mereka yang menduduki posisi
penting dalam perdagangan.
- munculnya sikap kritis dari daerah terhadap pusat sehingga muncul gerakan sparatis.

7. Djuanda (9 April 1957-5 Juli 1959)


Kelebihan:
- Menggunakan sistem kabinet zaken, yaitu melibatkan orang-orang yang ahli dalam bidangnya.
- Kabinet ini dikenal dengan nama kabinet Panca Karya dengan programnya:
a. Membentuk Dewan yang bertugas menampung menyalurkan keinginan rakyat dan menjadi
penasihat Presiden.
b. Noormalisasi keadaan
c. Melancarkan pembatalan KMB
d. Perjuangan Irian Barat
e. Mempergiat Pembangunan
- Mengajukan penetapan batas laut wilayah Indonesia yang sebelumnya 3 mil menjadi 12 mil
dari pulau terluar yang dikenal dengan Deklarasi Djuanda.
Kelemahan:
- Upaya pengembalian Irian barat belum berhasil.
- Batas laut 12 mil dari pulau terluar baru dapat diterima oleh negara-negara di dunia setelah
tahun 1982 melalui Konvensi Hukum Laut PBB ke-3 di Montego Bay (Jamaika).
Dengan demikian, pada masa Demokrasi Parlementer banyak terdapat kelebihan serta
kekurangan dari program kerja masing-masing kabinet.

4. Jelaskan latar belakang berakhirnya masa demokrasi Liberal?


Jawaban :
Selama kurun waktu 1950-1959 sering kali terjadi pergantian kabinet yang menyebabkan
instabilitas politik. Parlemen mudah mengeluarkan mosi tidak percaya terhadap kabinet
sehingga koalisi partai yang ada di kabinet menarik diri dan kabinet pun jatuh. Setelah
negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal yang dialami rakyat
Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950
dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila
dan UUD 1945. Akhirnya Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan
Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara serta merintangi
pembangunan semesta berencana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur; sehingga
pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Isi dekrit presiden tersebut sebagai berikut :
- Pembubaran Konstituante
- Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya
kembali UUD 1945
- Pembentukan MPRS dan DPAS
dengan dikeluarkannya dekrit tersebut maka berakhir pula lah masa demokrasi liberal
yang kemudian berganti manjadi demokrasi terpimpin.

5. Tulislah 3 alasan mengapa setelah Perang Dunia II banyak Negara-negara di dunia


menerapkan demokrasi sebagai sistem pemerintahan bagi negaranya?
Jawaban :
- Karena adanya persaingan ideologi antara Komunis (Uni Soviet) dan Liberal
(Amerika Serikat)
- Karena sesuai dengan keaadaan pada masa itu
- Lebih menguntungkan

Baca wacana di Bawah ini !

Pada masa Demokrasi Terpimpin, Presiden soekarno sebagai kepala Negara dan Kepala
pemerintahan mengeluarkan kebijakan yang sebenarnya mempunyai tujuan untuk menyatukan
bangsa Indonesia dan mencegah perpecahan. Namun, yang terjadi adalah penyimpangan dasar
Negara.

6. Coba analisis kebijakan Presiden Soekarno pada masa Demokrasi Terpimpin tersebut !
Jawaban :
1.. Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin
- Pembentukan MPRS
- Pembubaran DPR dan pembentukan DPR GR
- Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
- Pembentukan Front Nasional
- Pembentukan Kabinet Kerja
2. Arah Politik Luar Negeri Indonesia pada Masa Demokrasi Terpimpin
- Peran Aktif Indonesia pada Masa Awal Demokrasi Terpimpin
- Konfrontasi dengan Malaysia
- Indonesia Keluar dari Keanggotaan PBB
3. Pemasyarakatan Ajaran Nasakom dan Ajaran Resopim
- Ajaran Nasakom
- Ajaran Resopim
4. Kehidupan Ekonomi pada Masa Demokrasi Terpimpin
- Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenaa)
- Penurunan Nilai Mata Uang (Devaluasi)
- Deklarasi Ekonomi (Dekon)
- Kebijakan Lain Pemerintah ( Kotoe dan Kesop)

7. Analisis Keberhasilan yang diraih pada masa Demokrasi Terpimpin !


Jawaban :
Kebijakan yang Membanggakan Indonesia
1. Pengiriman Pasukan Garuda II ke Kongo untuk bergabung dengan pasukan perdamaian PBB,
UNOC (United Nations Operation for Congo)
2. Presiden Soekarno berpidato dalam Sidang Umum PBB pada tanggal 30 September 1960.
3. Ikut memprakarsai GNB
4. Pada tanggal 24 Agustus – 4 September 1962 Indonesia berhasil menyelenggarakan Asian
Games IV di Jakarta
5. Pembentukan Front Nasional yang memperjuangkan cita-cita proklamasi dan cita-cita UUD
1945

8. Jelaskan Kegagalan dari diterapkannya system Demokrasi Terpimpin di Indonesia.


Jawaban :
1.Mengumumkan ajaran NASAKOM
Nasakom merupakan ajaran yang menggabungkan antara ajaran nasionalis, agama dan komunis.
Nasakom tidak bisa berkembang karena isi ajarannya saling bertentangan. Ajaran komunis tidak
bisa disatukan dengan ajaran agama karena saling bertolak belakang. Selain itu Nasakom juga
dimanfaatkan PKI untuk menggeser kedudukan Pancasila dan UUD 1945 menjadi Komunis
2. Pembentukan MPRS
Pembentukan MPRS bertentangan dengan undang-undang karena berdasarkan UUD 1945
Presiden memiliki kedudukan di bawah MPR, namun pada kenyataannya MPRS berada dibawah
kendala Presiden selain itu MPRS juga mendukung Soekarno menjadi Presiden seumur hidup/
3. Tindakan pemerintah yang mengarah ke politik mercusuar (mengejar kemegahan di tengah
pergaulan bangsa)
4. Pemerintah Indonesia condong mengarah ke Negara Kapitalis yang bertentangan dengan
Politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif
5. Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR-GR
Kebijakan Presiden yang membubarkan DPR bertentangan dengan UUD’45 karena Presiden
tidak mempunyai hak untuk membubarkan DPR dan pembentukan DPR-GR yang mematuhi
Presiden
6. Politik Konfrontasi dibagi menjadi dua yaitu:
- Old Estabilished Force (Oldefo)
- New Emerging Force (Nefo)

9. Jelaskan dampak terhadap kehidupan politik di Indonesia dengan diterapkannya system


Demokrasi Terpimpin.
Jawaban :
1. Bidang ekonomi

di awal Demokrasi Terpimpin, kondisi ekonomi Indonesia cukup memperihatikan. Hal ini karena
pemberontakan yang terjadi di mana-mana. Untuk mengatasi keadaan ekonomi pada masa ini,
sistem ekonomi berjalan dengan sistem komando. Artinya, alat-alat produksi dan distribusi yang
vital harus dimiliki dan dikuasai negara, minimal di bawah pengawasan negara. Terdapat
beberapa hal yang terjadi di bidang ekonomi, yaitu:

● Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas)

Untuk memperbaiki situasi ekonomi Indonesia, pada 15 Agustus 1959 pemerintah membentuk
Depernas yang dipimpin Mohammad Yamin. Depernas memiliki program dengan nama Pola
Pembangunan Semesta Berencana. Program tersebut terdiri atas Tripola, yaitu proyek
pembangunan, pola penjelasan pembangunan, dan pola pembiayaan pembangunan.

● Pembentukan Badan Perancangan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Setelah membentuk Depernas, pemerintah juga membentuk Bappenas pada 1963. Tugas
Bappenas adalah menyusun rencana pembangunan jangka panjang maupun pendek. Diketuai
langsung oleh Presiden Soekarno.

● Penurunan nilai uang

Pada 1950 pemerintah mengumumkan adanya penurunan nilai uang. Sebagai contoh, uang kertas
Rp 500 nilainya akan berubah menjadi Rp 50. Pemerintah juga membekukan beberapa bank
yang memiliki simpanan melebihi Rp 25.000. Hal ini untuk membendung inflasi dan mengurangi
jumlah uang yang ada di tengah masyarakat.
● Deklarasi Ekonomi (Dekon)

Pemerintah mengeluarkan landasan baru bagi perbaikan ekonomi dengan nama Deklarasi
Ekonomi (Dekon) pada 1963. Tujuannya, untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional,
demokratis, dan bebas dari imperialisme. Dalam pelaksanaannya, Dekon ternyata tidak mampu
mengatasi kesulitan ekonomi dan masalah inflasi. Bahkan Dekon justru membuat ekonomi
Indonesia stagnan, hal ini karena banyak prinsip-prinsip dasar ekonomi yang diabaikan
pemerintah.

● Pembangunan proyek mercusuar

Kondisi ekonomi yang buruk juga ditambah dengan pembangunan proyek mercusuar yang
memakan banyak biaya. Proyek mercusuar merupakan proyek pembangunan ibu kota agar
mendapat perhatian dari luar negeri. Selain itu sebagai fasilitas Games of the New Emerging
Forces (Ganefo), pemerintah membangun proyek besar seperti gedung DPR, MPR, DPD DKI
Jakarta, Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi, Pembangunan Monumen
Nasional (Monas) dan pusat pertokoan Sarinah.

2. Bidang politik

Demokrasi Terpimpin memiliki Kabinet Kerja yang dilantik pada 10 Juli 1959 untuk
menggantikan Kabinet Djuanda.
Terdapat tiga program Kabinet Kerja saat itu, yaitu:
1. Masalah sandang dan pangan
2. Keamanan dalam negeri
3. Pengembalian Irian Barat
Selama dipegang Kabinet Kerja terdapat beberapa kebijakan-kebijakan yang diambil, baik dalam
maupun luar negeri.
Berikut penjelasannya:

● Kebijakan dalam negeri

Terdapat beberapa kebijakan dalam negeri yang dilakukan, di antaranya:


4. Pidato Penemuan Kembali Revolusi Kita menjadi Garis-garis
Besar Haluan Negara (GBHN).
5. Presiden membentuk DPR-GR setelah sebelumnya menolak
RAPBN.
6. Soekarno membentuk MPRS dan DPAS yang dipilih langsung
oleh dirinya.
7. Dibentuk Front Nasional sebagai satu-satunya organisasi yang
memperjuangkan cita-cita proklamasi dan UUD 1945.
8. Lembaga tinggi negara seperti MPRS, DPR-GR, DPA, Depernas,
dan Front Nasional diintegrasikan dan disebut regrouping kabinet.
9. Soekarno ditetapkan sebagai Presiden Seumur Hidup melalui
Sidang Umum MPRS 1963.
10. Partai Masyumi dan PSI dibubarkan karena ketuanya terlibat
dalam pemberontakan Permesta.
11. Presiden mengambil alih pimpinan tertinggi militer dan
membentuk Komando Tertinggi (KOTI).

● Kebijakan luar negeri

Kebijakan luar negeri yang diambil adalah:


1.Politik Mercusuar, pengadaan proyek-proyek besar untuk mengangkat Indonesia menjadi
negara yang terkemuka.
2.Politik Poros, Indonesia melaksanakan hubungan istimewa dengan RCC (Poros Jakarta-
Peking). Selain itu juga dengan Kamboja, Vietnam Utara, dan Korea Utara.

1. Sosial dan budaya

Terdapat beberapa hal yang terjadi di bidang sosial dan budaya, di antaranya:

● Larangan pedagang asing di luar ibu kota daerah

Pada masa Demokrasi Terpimpin terjadi konflik antar pedagang asing, terutama China. Pada
Januari 1960, para pedagang asing dilarang berdagang di pedesaan. Akibatnya banyak yang
berpindah ke kota. Hal ini menimbulkan reaksi besar bagi pemerintah Beijing karena Indonesia
melarang pedagang etnis China bergerak di luar kota-kota besar.

● Kerusuhan di Jakarta

Konfrontasi Indonesia-Malaysia membuat kondisi sosial menjadi kacau di Indonesia. Rumah


kedutaan besar dibakar habis oleh masyarakat Indonesia. Sebagai balasannya, rumah kedutaan
besar Indonesia di Malaysia juga dibakar. Hal ini mengakibatkan putusnya kerja sama dengan
malaysia dan Singapura.

● Pelarangan musik dan tarian barat

Segala aspek kehidupan masyarakat berada di bawah dominasi politik. Beberapa kelompok
seniman ditahan karena dianggap memainkan musik yang kebarat-baratan. Presiden Soekarno
mengecam kebudayaan Barat berupa musik rock and roll, musik pop, dan dansa.

● Konflik Lekra dengan Manikebu


Dalam bidang kebudayaan, terdapat konflik Lekra dan Manikebu. Lekra kepanjangan dari
Lembaga Kebudayaan Rakyat, sedangkan Manikebu kepanjangan dari Manifesto Kebudayaan.
Lekra adalah kelompok pendukung ajaran Nasakom. Sementara Manikebu adalah sekelompok
cendekiawan yang anti dengan ajaran tersebut. Kelompok Manikebu mendukung Pancasila dan
tidak mendukung Nasakom. Manikebu tidak ingin kebudayaan nasional didominasi ideologi
tertentu

10. Analisa penyimpangan-penyimpangan dalam bidang politik yang terjadi pada masa
penerapan Demokrasi Terpimpin di Indonesia.
Jawaban :
Penyimpangan-penyimpangan pada masa demokrasi terpimpin antara lain :
a. Pada tahun 1960 Presiden dengan penetapan Presiden membubarkan DPR hasil pemilu
pertama karena menolak untuk menyetujui RAPBN yang diajukan Presiden.
seumur hidup. Hal ini jelas bertentangan dengan UUD 45 Bab III pasal 7.
b. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Ketua Dewan Perwakilan rakyat Gotong
Royong diangkat sebagai menteri. Tindakan ini bertentangan dengan UUD 45, sebab
kedudukan DPR selaku lembaga legislatif sejajar dengan kedudukan Presiden selaku
eksekutif. Dengan diangkatnya Ketua MPRS dan DPRGR sebagai menteri, di mana
dalam UUD 45 dinyatakan bahwa kedudukan menteri adalah sebagai pembantu Presiden,
maka tindakan tersebut secara terang-terangan telah merendahkan martabat lembaga
legislatif.
c. Membuat Poros Jakarta Peking Pyong Yang, jelas menyimpang dari Politik Luar Negeri
RI yang bebas aktif.

Anda mungkin juga menyukai