Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 5

1. Muhammad Akbar Rasya


2. Nanda Fathurrohman
3. Rifa’i Al-Arif
4. Sri Putri Rahman
5. Zaskia Lupita Sari

HAM DALAM PERSPEKTIF PANCASILA

HAM merupakan singkatan dari Hak Asasi Manusia yaitu sebuah konsep hukum
dan normatif yang menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya
karena ia adalah seorang manusia. Hak asasi manusia berlaku kapan saja, dimana saja,
dan kepada siapa saja, sehingga sifatnya universal dan tidak terpengaruh status
kewarganegaraan seseorang, tapi dalam pelaksanaan sistemnya berbeda pada masing-
masing negara, menyesuaikan dengan kondisi politik dan sosial budaya masing-masing
negara. HAM sangat penting karena untuk mengatur kebutuhan dasra kita semua, seperti
pendidikan, makanan, dan tempat tinggal yang layak. HAM juga mendorong
perlindungan dari kekerasan, mendorong kebebasan berpikir, beragama dan lain-lain.

HAM dalam pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia yaitu Pancasila
dan dijabarkan dalam Konstitusi Negara RI yaitu UUD 1945 Republik Indonesia, seperti
pada pasal:

1)27 ayat 1: Segala warga Negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerinyahan itu dengan tidak
ada kecualinya.
2)Pasal 28: kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagainya, ditetapkan dengan undang-undang.
3)Pasal 29 ayat 2: negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaan
itu.
4)Pasal 30 ayat 1: tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
5)Pasal 31 ayat 1: setiap warga negara berhak mendapatb pendidikan.

Hak Asasi Manusia di dalam nilai-nilai Pancasila dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Hak Asasi Manusia dalam Nilai Ideal Pancasila

Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

 Menghormati perayaan agama lain


 Kebebasan dalam memeluk agama atau kepercayaan masing-masing
 Saling menghormati antar umat beragama, sehingga dapat terciptanya suatu
kerukunan

Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

 Memiliki sikap tenggang rasa(sikap dapat menghargai dan menghormati perasaan


orang lain)
 Bersikap hormat menghormati dan bekerja sama

Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

 Rela berkorban untuk kepentingan negara jika diperlukan


 Bangga menjadi bangsa Indonesia
 Memiliki rasa cinta tanah air
 Selalu menjaga persatuan dan kesatuan

Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

 Tidak boleh memaksakan kehendak


 Mengutamakan kemusyawarahan dalam mengambil suatu keputusan
 Menghormati dan menerima keputusan yang dicapai dalam hasil musyawarah
 Memiliki rasa tanggung jawab untuk melaksanakan hasil musyawarah

Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

 Menghargai hasil karya orang lain yang memiliki manfaat bagi kesejahteraan
 Menghormati orang lain
 Bersikap adil
 Seimbang antara hak dan kewajiban

2. Hak Asasi Manusia dalam Nilai Instrumental Sila-Sila Pancasila

Yaitu hak yang bersumber dari nilai dasar Pancasila yang kemudian
dijabarkandalam kurun waktu, juga keadaan tertentu seperti yang ada dalam peraturan-
peraturan termasuk undang-undang. Dengan kata lain, nilai instrumental adalah pedoman
pelaksanaan kelima sila Pancasila. Perwujudan nilai instrumental pada umumnya
berbentuk ketentuan-ketentuan konstitusi mulai dari Undang-Undang Dasar sampai
dengan peraturan daerah.

3. Nilai Praktikal
a)Nilai praktikal adalah realisasi dari nilai instrumental dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat. Salah satu contohnya nilai pratikal dari sila pertama Pancasila adalah
tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain, saling
menghormati kebebasan beribadah sesuai dengan agama yang dianut, dan
sebagainya. Dalam praktiknya, nilai praktikal HAM pada Pancasila memiliki dua
sifat sebagai nilai turunan, yaitu:
b)Nilai praktis abstrak atau nilai praktis bersifat konseptual (teoritas). Contohnya
menghormati orang lain, kemauan untuk bekerja sama, atau menjaga kerukunan.
c)Nilai praksis konkrit atau nilai praktis yang betul-betul nyata dan dapat dirasakan.
Contohnya adalah sikap dan perbuatan yang dilakukan sehari-hari seperti gotong
royong, jujur saat bertransaksi di warung, atau memberikan kursi bagi ibu hamil
dan orang tua di dalam transportasi umum.

Ciri-Ciri Hak Asasi Manusia:

1)Hak Asasi Manusia pada hakikatnya adalah hak asasi semua manusia yang ada
sejak lahir.
2)Universal. Artinya, hak asasi manusia (HAM) berlaku bagi semua manusia, tanpa
memandang status, suku, jenis kelamin, atau peredaan lainnya.
3)Tak terelakkan. Artinya, hak asasi manusia (HAM) tidak bisa dengan mudah
dicabut dan tidak bisa begitu saja dialihkan kepada orang lain.
4)Tidak dapat dibagikan. Singkatnya, hak asasi manusia (HAM) adalah hak bagi
semua manusia, baik sipil maupun politik, atau ekonomi, sosial dan budaya.

Pemahaman HAM Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang hidup di
masyarakat berlangsung sudah cukup lama. Bagir Manar pada bukunya “Perkembangan
Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia” (2001) membagi perkembangan HAM di
Indonesia dalam dua periode yaitu:
1. Periode Sebelum Kemrekaan. Pada periode ini ada beberapa upaya menuju
diraihnya HAM seperti:
1) Periode ini diisi dengan Boedi Oetomo, yang telah memperlihatkan adanya
kesadaran bersetifikat dan mengeluarkan pendapat kepada pemerintah
colonial. Perhimpunan Indonesia, lebih menitikberatkan pada hak untuk
menentukan nasib sendiri.
2) Sarekat Islam, yang menekankan pada upaya untuk memperoleh
penghidupan yang layak dan bebas dari penindasan dan deskriminasi rasial.
Dan ada beberapa organisasi yang bergerak dengan prinsip HAM seperti
Partai Nasional Indonesia, mengedepankan pada hak untuk memperoleh
kemerdekaan. Pemikiran tentang HAM pada periode ini juga terjadi
perdebatan dalam sidang BPUPKI antara Soekarno dan Soepomo di satu
pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin pada pihak lain.
Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalma sidang BPUPKI berkaitan
dengan masalah hak persamaan kedudukan dimuka hukum, hak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan
kepercayaan, hak berserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan
pikiran dengan tulisan dan lisan.
2. Periode Setelah Kemerdekaan. Pemikiran HAM pada periode ini adalah upaya
dalam pembelaan hak untuk merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui
organisasi politik yang didirikan serta hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat
terutama di parlemen. Periode ini ditandai dengan adanya semangat kuat untuk
menegakkan HAM, walaupun pada sekitar awal tahun 1970-an sampai periode akhir
1980-an penegakan HAM mengalami kemunduran, Pemerintah pada periode Orde
Baru bersifat defensif dan represif yang dicerminkan dari produk hukum yang
umumnya restriktif terhadapa HAM. Desakan bagi negara untuk makin menghormati
HAM direspon dengan kelhiran Komisi Nasional HAM, yang pada tahap-tahap awal
pembentukannya menuai keraguan, namun ternyata cukup mendatangkan optimisme.
Pada periode 1998 dan setelahnya, dengan pergantian rezim pemerintahan pada tahun
1998 terlihat dampak yang sangat besar pada pemajuan dan perlindungan HAM di
Indonesia, misalnya dengan dilakukannya amandemen UUD 45 dan beberapa
peraturan perundang-undangan yang ada.

Apabila HAM ini disklasifikasi, maka terdapat beberapa kelompok hak sebagai
berikut:

 Hak-hak pribadi (personal rights) meliputi kebebasan menyatakan pendapat,


kebebasan memeluk agama.
 Hak-hak ekonomi (property rights) hak untuk memiliki sesuatu, membeli atau
menjual serta memanfaatkannya.
 Hak-hak asassi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan (rights of legal equality).
 Hak-hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan.
 Hak-hak asasi sosial dan budaya (social and cultural rights) misalnya hak untuk
memilih pendidikan.
 Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan,
peraturan dalam hal penangkapan (procedural rights).
PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) adalah tindakan atau kejadian yang
melanggar atau mengabaikan hak-hak dasar yang melekat pada setiap individu,
sebagaimana diakui dan dilindungi oleh hukum internasional. Berikut adalah beberapa
contoh nyata pelanggaran HAM:

1. Penyiksaan dan Perlakuan yang Tidak Manusiawi: Termasuk dalam kategori ini
adalah penggunaan kekerasan fisik, psikologis, atau seksual terhadap tahanan
atau individu, baik oleh pemerintah atau kelompok bersenjata.
2. Eksekusi Mati Tanpa Proses Peradilan yang Adil: Ini terjadi ketika seseorang
dihukum mati tanpa proses peradilan yang memenuhi standar hak asasi manusia,
termasuk hak atas pembelaan.
3. Penahanan Tanpa Proses Hukum yang Adil: Ketika individu ditahan tanpa
dakwaan resmi atau persidangan yang adil, atau dalam situasi penahanan yang
tidak manusiawi atau tidak memadai.
4. Diskriminasi Berdasarkan Ras, Agama, Jenis Kelamin, atau Orientasi Seksual: Ini
termasuk perlakuan tidak adil atau diskriminatif terhadap individu atau kelompok
berdasarkan karakteristik pribadi mereka.
5. Penghilangan Paksa dan Tindakan Terorisme: Kasus di mana individu secara tiba-
tiba menghilang tanpa jejak atau adanya ancaman serius terhadap kehidupan atau
kebebasan mereka.
6. Pelanggaran Kebebasan Berpendapat dan Berserikat: Ini meliputi pembatasan atau
tindak kekerasan terhadap hak berbicara dan berkumpul secara damai.
7. Pengusiran Paksa dari Tempat Tinggal atau Tanah Air: Ketika individu atau
kelompok dipaksa meninggalkan tempat tinggal atau negaranya tanpa alasan
yang sah.
8. Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak-Anak: Termasuk dalam kategori ini
adalah kekerasan fisik, seksual, atau psikologis terhadap perempuan atau anak-
anak.
9. Pelanggaran Hak-hak Buruh: Ini mencakup situasi di mana hak-hak pekerja untuk
bekerja dalam kondisi yang aman, layak, dan adil diabaikan atau dilanggar.
10. Penghambatan Akses Terhadap Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan: Ketika
individu atau kelompok secara sistematis dihalangi atau diskriminatif dalam
akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan.

Pelanggaran HAM dapat terjadi dalam berbagai konteks, termasuk di tingkat nasional
maupun internasional. Mereka merupakan permasalahan serius yang memerlukan
respons segera dari komunitas internasional, organisasi non-pemerintah, dan
pemerintahan negara-negara terkait.

Anda mungkin juga menyukai