Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH

“EPIDEMIOLOGI KLINIS”

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4

1. DELLA IKLIMA SHOLEHA


2. HERMA NELIS
3. SHERINA FEBLIAN SHELLA
4. WELLY AYUNDIA SRI PRATIWI

DOSEN PENGAJAR :
Dr. Demsa Simbolon, SKM, MKM

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
KEBIDANAN BENGKULU
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah

profesionelisme bidan yang berjudul “Epidemiologi Klinis”. Dalam bentuk

maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan

sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam

pembelajaran penelitian dalam kebidanan. Harapan kami semoga makalah ini

membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga

kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya

dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang

kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca

untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, Agustus 2023

Penyusun,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR..................................................................................... i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan ...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Epidemiologi...................................................................................3

B. Sejarah Epidemiologi....................................................................................

C. Tujuan epidemiologi.....................................................................................

D. Ruang lingkup Epidemiologi........................................................................

E. Prinsip Epidemiologi .................................................................................... 4

F. Metode Epidemiologi ...................................................................................5

G. Ukuran frekuensi dalam Epidemiologi Klinis...............................................

H. Ukuran asosiasi Epidemiologi.......................................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .......................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................10

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini telah terjadi perubahan pola penyakit ke arah penyakit tidak

menular, dan epidemiologi tidak hanya dihadapkan dengan masalah penyakit

semata tetapi hal-hal baik yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan

penyakit, serta masalah kesehatan secara umum dan perkembangan ilmu

pengetahuan lainnya. Pengetahuan kedokteran klinik berkembang begitu pesat

disamping perkembangan ilmu-ilmu lainnya seperti biostatistik, administrasi dan

ilmu perilaku. Perkembangan ilmu-ilmu ini juga membuat ilmu epidemiologi

semakin berkembang. Dengan demikian, terjadilah perubahan dan perkembangan

dasar berpikir para ahli kesehatan masyarakat, khususnya epidemiologi dari masa

ke masa sesuai dengan kondisi zaman dimana mereka berada. Untuk dapat

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati

penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlu disediakan dan

diselenggarakan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Public Health Service) yang

sebaik–baiknya.

Oleh karena itu pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan harus

sesuai dengan kebutuhan (Health Needs) dari masyarakat. Namun dalam praktek

sehari– hari ternyata tidaklah mudah untuk menyediakan dan menyelenggarakan

pelayanan kesehatan masyarakat yang maksimal. Masalah pokok yang dihadapi

adalah sulitnya merumuskan kebutuhan kesehatan yang ada dalam masyarakat

karena pola kehidupan masyarakat yang beraneka ragam sehingga mengakibatkan

1
kebutuhan kesehatan yang ditemukan juga beraneka ragam.Untuk mengatasinya,

telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan kebutuhan kesehatan

dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan yang ada di masyarakat.

Misalnya ; apabila dalam suatu masyarakat banyak ditemukan masalah kesehatan

berupa penyakit menular (TBC), maka pelayanan kesehatan yang disediakan akan

lebih diarahkan kepada upaya untuk mengatasi masalah penyakit menular

tersebut. Apabila hal ini kemudian dikaitkan dengan Upaya untuk mengetahui

Frekwensi, Penyebaran dan Faktor–factor yang mempengaruhi suatu masalah

kesehatan dalam masyarakat, maka tercakup dalam suatu cabang Ilmu Khusus

yang disebut dengan Epidemiolog dan Epidemiologi ini merupakan inti dari Ilmu

Kesehatan Masyarakat. (Gordis, 2020 ).

Besarnya resiko untuk terkena penyakit dapat dihitung dan dibandingkan

dengan cara menghitung besarnya insedensi suatu penyakit antara orang-orang

yang terpanjan oleh factor penyebab penyakit tersebut dengan orang-orang yang

tidak terpajan. Perhitungan ini dapat diperoleh dari daripenelitian prospektif baik

intervensi oleh alam (observasional) maupun intervensi oleh peneliti

(intervensional).

Disamping itu, perhitungan dan perbandingan besarnya risiko dapat pula

diperkirakan dari besarnya pemaparan terhadap faktor penyebab penyakit yang

diterima oleh sekelompok penderita dan bukan penderita. Hal ini diperoleh dari

penelitian retrospektif atau kasus-kontrol. Bila sekelelompok invidu terpajan oleh

factor penyebab penyakit maka sebagian individu terpajan oleh factor penyebab

penyakit maka sebagian invidu dalam kelompok tersebut akan menderrita


penyakit akibat pejanan tersebut sehingga besarnya resiko atau probabilitas

terkena penyakit adalah banyaknya individu yang menderita dibagi dengan

banyaknya individu yang menderita dibagi dengan banyaknya indivdu dalam

kelompok.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Yang Di Maksud Definisi Epidemiologi?

2. Bagaimana Sejarah Epidemiologi ?

3. Apa saja Tujuan epidemiologi ?

4. Apa saja Ruang lingkup Epidemiologi ?

5. Apa saja Prinsip Epidemiologi Klinis?

6. Apa saja Metode Epidemiologi Klinis?

7. Apa saja aUkuran frekuensi dalam Epidemiologi Klinis?

8. Apa saja Ukuran asosiasi Epidemiologi?

C. TUJUAN

1. Untuk Mengetahui Apa Yang Di Maksud Dengan Definisi Epidemiologi Klinis

2. Untuk mengetahui Bagaimana Sejarah Epidemiologi ?

3. Untuk mengetahui Apa saja Tujuan epidemiologi ?

4. Untuk mengetahui Apa saja Ruang lingkup Epidemiologi ?

5. Untuk mengetahui Apa saja Prinsip Epidemiologi Klinis?

6. Untuk mengetahui Apa saja Metode Epidemiologi Klinis?

7. Untuk mengetahui Apa saja aUkuran frekuensi dalam Epidemiologi Klinis?

8. Untuk mengetahui Apa saja Ukuran asosiasi Epidemiologi?


2
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Epidemiologi
Jika ditinjau dari asal kata (Bahasa Yunani) Epidemiologi berarti

Ilmu yang mempelajari tentang penduduk {EPI = pada/tentang ; DEMOS

= penduduk ; LOGOS = ilmu}. Sedangkan dalam pengertian modern pada

saat ini EPIDEMIOLOGI adalah : “ Ilmu yang mempelajari tentang

Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) masalah kesehatan pada

sekelompok orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor yang

Mempengaruhinya).”

Dari definisi tersebut di atas, dapat dilihat bahwa dalam pengertian

epidemiologi terdapat 3 hal Pokok yaitu :

1. Frekuensi masalah kesehatan Frekuensi yang dimaksudkan disini

menunjuk pada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada

sekelompok manusia/masyarakat. Untuk dapat mengetahui frekwensi

suatu masalah kesehatan dengan tepat, ada 2 hal yang harus dilakukan

yaitu :

a. Menemukan masalah kesehatan yang dimaksud.

b. Melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan

tersebut.

2. Distribusi ( Penyebaran ) masalah kesehatan Yang dimaksud dengan

Penyebaran/Distribusi masalah kesehatan adalah menunjuk kepada

pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu.


5

Keadaan tertentu yang dimaksudkan dalam epidemiologi adalah :

a. Menurut Ciri – ciri Manusia ( MAN ) siapakah yang menjadi

sasaran penyebaran penyakit itu atau orang yang terkena penyakit.

b. Menurut Tempat ( PLACE ) , di mana penyebaran atau terjadinya

penyakit.

c. Menurut Waktu ( TIME ) , kapan penyebaran atau terjadinya

penyakit tersebut.

3. Determinan ( Faktor – faktor yang mempengaruhi ) Determinan

adalah menunjuk kepada factor penyebab dari suatu penyakit /

masalah kesehatan baik yang menjelaskan Frekwensi, penyebaran

ataupun yang menerangkan penyebab munculnya masalah kesehatan

itu sendiri. Dalam hal ini ada 3 langkah yang lazim dilakukan yaitu

a. Merumuskan Hipotesa tentang penyebab yang dimaksud.

b. Melakukan pengujian terhadap rumusan Hipotesa yang telah

disusun.

c. Menarik kesimpulan.

Adapun definisi Epidemiologi menurut CDC 2017, Last 2018,

Gordis 2017 menyatakan bahwa EPIDEMIOLOGI adalah : “ Studi yang

mempelajari Distribusi dan Determinan penyakit dan keadaan kesehatan

pada populasi serta penerapannya untuk pengendalian masalah – masalah

kesehatan”. Dengan demikian dapat dirumuskan tujuan Epidemiologi

adalah :
1. Mendeskripsikan Distribusi, kecenderungan dan riwayat alamiah

suatupenyakit atau keadaan kesehatan populasi.

2. Menjelaskan etiologi penyakit.

3. Meramalkan kejadian penyakit.

4. Mengendalikan distribusi penyakit dan masalah kesehatan populasi.

5. Sebagai ilmu yang selalu berkembang, Epidemiologi senantiasa

mengalami perkembangan pengertian dan karena itu pula mengalami

modifikasi dalam batasan/definisinya Determinan ( Faktor – faktor

yang mempengaruhi ) Determinan adalah menunjuk kepada factor

penyebab dari suatu penyakit / masalah kesehata n baik yang

menjelaskan Frekwensi, penyebaran ataupun yang menerangkan

penyebab munculnya masalah kesehatan itu sendiri. Dalam hal ini ada

3 langkah yang lazim dilakukan yaitu

6. Merumuskan Hipotesa tentang penyebab yang dimaksud.

7. Melakukan pengujian terhadap rumusan Hipotesa yang telah disusun.

B. Sejarah Epidemiologi

1. Pada zaman dahulu

Epidemiologi dalam pengertiannya dewasa ini merupakan ilmu

yang relatif baru. Namun, demikian, sejarah epidemiologi tidak dapat

dipisahkan dengan masa ketika manusia mengenal penyakit menular.

Walaupun pada saat itu sumber dan penyebab penyakit masih

dianggap berasal dari kekuatan gaib dan roh jahat, tetapi cukup
7

banyak usaha pada zaman purba yang dapat dianggap sebagai usaha

untuk melawan epidemi.

2. Hippocrates (kira-kira sebelum 400 sebelum masehi)

Hipokrates (460-377SM) saat menyaksikan pasiennya

meninggal, pasti merasa frustasi dan putus asa sebagai seorang dokter.

Andaikan saja ia mengetahui sumber penyebab penyakit dan kematian

pada pasiennya. Sangat sedikit yang ia ketahui dan sangat besar

hasratnya untuk mendapatkan pemahamannya. Hipocrates merupakan

Ahli epidemiologi pertama, dikenal dikenal dengan bapak kedokteran.

Kontribusi Hippocrates pada bidang kesehatan masyarakat

memang penting karena ia adalah ahli epidemiologi pyang tercatat

pertama kalinya. Observasinya tentang penyebab dan penyebaran

penyakit di populasi dalam beberapa hal ternyata lebih akurat

dibandingkan dengan beberapa observasinya tentang pengobatan

medis terhadap penyakit. Pikiran pikirannya dituliskan dalam 3 buah

buku : Epidemic I, Epidemic II, dan On Airs, Waters, and Place.

 Diajukan konsep tentang hubungan penyakit dengan faktor

tempat (geografi), penyediaan air, iklim, kebiasaan makan dan

perumahan

 Memperkenalkan konsep epidemi dan endemic

 Hiprocrates mengatakan postulatnya bahwa ada 4 jenis cairan

yaitu phlegm, blood, yellow bile, and black bile

 Ketidakseimbangan antara keempat faktor ini yang menyebabkan


timbulnya penyakit

 Konsep ini dipengaruhi oleh pikiran Greek

3. Galen (129-199) > Galen-Teori Miasma

 Ahli bedah tentara Romawi>The Father of Experimental

Physiology

 Miasma>partikel yang ada dalam udara

 Miasma yang buruk (seperti penguapan dari sampah, air yang

macet, pembusukan binatang) dipikirkan sebagai penyebab

penyakit

 Mengajukan konsep bahwa status kesehatan berkaitan dengan

temperament

 Penyakit berhubungan dengan personality type dan life style

factors

4. Teori Kontagious Seseorang dapat tertular penyakit jika ada kontak

dengan penderita

 Veronese Fracastorius (1483-1553)>penyakit disebabkan oleh

partikel yang sangat kecil

 Thomas Sydenham (1624-1689)>walaupun lulusan Oxford

medical school, tidak langsung mempraktikkan ilmunya; ia masuk

angkatan militer dan memegang jabatan sebagai administrator

kampus. Saat bergabung dengan all Souls College, ia berkenalan

dengan Robert Boyle, seorang rekan yang membuat Sydenham

tertarik pada penyakit dan epidemi. Sydenham kemudian


9

berupaya untuk mendapatkan izin praktiknya dan mengutarakan

pentingnya pendekatan empiris yang kuat di bidang kedokteran

dan observasi yang cermat terhadap penyakit. Sydenham

mempublikasikan hasil observasinya dalam sebuah buku di tahun

1676 dengan judul Observational Medicae.

Salah satu karya terbesar Sydenham adalah klasifikasi

demam yang menyerang London di tahun 1660-1n dan 1670-an.

Dr Sydenham mengelompokkan tiga tingkatan atau kelas demam

(kontinyu, intermitten dan smallpox. Sydenham dikatakan English

Hipocrates karena pernyataannya menghidupkan kembali konsep

Hipocrates di tanah Inggris dan menambahkan pentingnya

merinci konsep faktor lingkungan (atmosfer) dari Hipocrates.

5. Antonie van Leeuwenhoek (1632-1723)

 Warga negara Belanda

 Ilmuwan amatir yang menemukan mikroskop, penemu bakteri

dan parasit (1674) dan penemu spermatozoa (1677)

6. John Graunt (1662)

 Tahun 1603 di London diberlakukan pencatatan kematian yang

sistematis>bills of mortality

 Ini merupakan kontribusi besar pertama dalam hal

pemeliharaan catatan tentang suatu populasi dan merupakan

awal aspek data statistik vital di bidang epidemiologi

 Publikasi ini adalah yang pertama untuk mengukur pola


kelahiran, kematian, dan kejadian penyakit, catatan perbedaan

antara laki-laki dan perempuan, kematian bayi yang tinggi,

perbedaan perkotaan / pedesaan, dan variasi musiman

 merupakan orang yang pertama melakukankuantifikasi atas

kejadian kematian dan kesakitan.

7. James Lind (1753)

Lind adalah seorang ahli bedah yang jeli, menyadari bahwa

ketika berada dalam pelayaran yang panjang pelaut mungkin akan

menderita sakit akibat skorbut (kekurangan vitamin C). Ia

menyadari bahwa skorbut mulai menyebar setelah satu bulan

sampai enam minggu berlayar.

Ketika Lind mulai mengamati makanan pelaut, ia mulai

membuat terobosan epidemiologi terbesarnya. Menurut

pengamatannya, makanan selama pelayaran sangat kasar, kental,

dan keras untuk saluran pencernaan. Karena prihatin dengan

tingkat keparahan penyakit yang dialami sebagian besar pelaut.

Kemudian Lind melakukan eksperimen pada pelaut tersebut. Ia

memilih 12 penderita yang mengalami semua gejala klasik

penyakit skorbut. Begitu selesai mengkaji makanan harian yang

dikonsumsi pelaut tersebut, ia membagi mereka ke dalam 6

kelompok beranggota dua orang dan memverifikasi makanan

setiap kelompok. Dua pelaut diberi dua buah orange dan satu

lemon setiap hari. Keduanya makan dengan rakus, meskipun


11

dengan perut yang kosong.

Pengaruh baik yang paling jelas dan tiba-tiba, terlihat pada

mereka yang mengkonsumsi orange dan lemon. Dalam enam hari,

kedua orang yang makan jeruk tersebut sudah siap bertugas.

Sementara lainnya masih mengalami sariawan, bercak-bercak,

kelesuan, dan lemah lutut. Semua gejala tersebut lenyap pada

kedua orang yang memakan jeruk dan mereka diminta untuk

merawat lainnya yang masih sakit. Menurut observasi Dr. Lind,

dari semua eksperimen yang dilakukannya, eksperimen dengan

orange dan lemon merupakan obat yang paling efektif untuk

skorbut yang terjadi dalam pelayaran. Berkaitan dengan

eksperimen yang dilakukannya Lind dikenal dengan Bapak Trial

Klinik.

8. Benjamin Jetsy (pertengahan tahun 1700-an) Di Inggris

Benjamin Jesty, Seorang petani/ peternak susu di pertengahan

tahun pada pertengahan tahun 1700-an, menyadari bahwa gadis

pemerah susu tidak pernah mengidap smallpox tetapi akan terkena

cowpox yang ditularkan sapi. Jetsy merasa yakin bahwa terdapat

hubungan antara terkena cowpox dan tidak terkena smallpox. Di

tahun 1774, Jetsy memajankan istri dan anaknya dengan cowpox

untuk mencegah terserang smallpox.

9. John Snow (1813-1858)

Dr. John Snow ditahun 1850-an merupakan seorang dokter


terkemuka dan ahli anestesi untuk Ratu Victoria, Inggris. Ia

terkenal dengan tindakan medis yang dilakukannya di kalangan

keluarga bangsawan termasuk pemberian kloroform saat kelahiran

putra Ratu. Akan tetapi, John Snow menjadi paling dikenal karena

prakarsanya di bidang Epidemiologi.

Diantara ahli epidemiologi, ia dianggap sebagai salah satu

kontributor terpenting dibidang ini. Banyak taktik, pendekatan,

konsep dan metodologi yang digunakan Dr. Snow dalam pekerjaan

epidemiologinya yang sampai sekarang masih berguna dan

bermanfaat dalam bidang epidemiologi. Dr snow meneliti penyakit

kolera disepanjang karir medisnya. Dari penelitiannya ia

mengembangkan metodologi epidmeiologi yang logis dan berguna.

Ia mengobeservasi dan mencatat faktor-faktor penting yang

berkaitan dengan perjalanan penyakit, penyebab, penularan dan

sumber kolera.

Ia melakukan dua penelitian yang berkaitan tentang Kejadian

Luar Biasa Kolera (KLB) koleras yang terjadi di distrik SoHo

London dalam daerah Broad street. Ia juga meneliti epidmei

koleras dengan memperbandingkan angka kematian akibat kolera

berdasarkan sumber air dari dua perusahaan air yang berbeda di

London. Dalam analisis masalah penyakit kolera menggunakan

pendekatan epidemiologi dengan menganalisis faktor tempat,

orang dan waktu. John Snow dianggap Father of Epidemiology.


13

10. William Farr (1800)

 Seorang petani/ peternak susu

 Gadis pemerah susuh tidak pernah mengidap smallpox tetapi

akan terkena cowpox yang ditularkan sapi

 Terdapat hubungan antara terkena cowpox dan tidak terkena

smallpox

 memajankan istri dan anaknya dengan cowpox untuk

mencegah terserang cowpox

11. Robert Koch

 Penemu basil TB tahun 1882

 Berperan memperkenalkan tuberkulin (1890) yang dianggap

sebagai suatu cara pengobatan TB

 Koch dikenal dengan postulat Koch yang mengemukakan

konsep tentang cara menentukan kapan mikroorganisme dapat

dianggap sebagai suatu penyebab penyakit

12. William Farr (1800)

 Membangun karya Graunt dengan secara sistematis

mengumpulkan dan menganalisis statistik kematian Inggris

 Dianggap sebagai bapak statistik vital modern dan surveilans,

mengembangkan banyak praktik dasar yang digunakan saat ini

dalam statistik vital dan klasifikasi penyakit

13. Robert Koch

 Penemu basil TB tahun 1882


 Berperan memperkenalkan tuberkulin (1890) yang dianggap

sebagai suatu cara pengobatan TB

 Koch dikenal dengan postulat Koch yang mengemukakan

konsep tentang cara menentukan kapan mikroorganisme dapat

dianggap sebagai suatu penyebab penyakit

14. Teori Germ (kuman)

 abad 17

 penyakit disebabkan oleh suatu kuman

 Penemuan mikroskop oleh Leewenhook telah membantah teori

miasma.

 Pendukung teori germ

 Edward Jenner : penemu vaksin cacar

 Louis Pasteur :penemu vaksin rabies

15. Dool dan Hill (1950)

 R. Dool dan A.B. Hill adalah dua nama yang berkaitan dengan

cerita hubungan merokok dan kanker paru

 Peneliti pertama yang mendesain penelitian yang melahirkan

bukti adanya hubungan antara rokok dan kanker paru

 Pelopor pertama dibidang epidemiologi klinik

16. Max van Patternkofer>Jerman

 Membuktikan jalan pikirannya dengan memakai dirinya

sebagai kelinci percobaan

 Menelan 1.00 cm3 kultur vibrio untuk menantang terori yang


15

sedang berkembang waktu itu yang menyatakan vibrio adalah

penyebab kolera

 Dia minum segelas air berisi basil kolera dan ternyata

(kebetulan) dia tidak jatuh sakit>kemungkinan karena dosis

yang diminumnya terlalu kecil mengingat dibutuhkan jumlah

vibrio yang banyak untuk selamat dari keasaman lambung.

17. Abad ke-19 dan 20

 Pertengahan dan akhir abad 1800, metode epidemiologi mulai

diaplikasikan dalam investigasi kejadian penyakittetapi fokus

pata penyakit infeksi akut

 Tahun 1930 dan 1940-an>ahli epidemiologi memperluas

metode ke penyakit non infeksi

 Tahun 1950 Doll dan Hill melakukan penelitian yang

menghubungkan merokok dengan kanker paru dan studi

penyakit kardiovaskular pada penduduk Framingham,

Massachusetts

 selama tahun 1960 dan awal 1970-an pekerja kesehatan

mengaplikasikan metode epidemiologik untuk mengeradikasi

secara alami kejadian smallpox di dunia

 Pertengahan dan akhir abad 1800, metode epidemiologi mulai

diaplikasikan dalam investigasi kejadian penyakittetapi fokus

pata penyakit infeksi akut

 Tahun 1930 dan 1940-an>ahli epidemiologi memperluas


metode ke penyakit non infeksi

 Tahun 1950 Doll dan Hill melakukan penelitian yang

menghubungkan merokok dengan kanker paru dan studi

penyakit kardiovaskular pada penduduk Framingham,

Massachusetts

 Selama tahun 1960 dan awal 1970-an pekerja kesehatan

mengaplikasikan metode epidemiologik untuk mengeradikasi

secara alami kejadian smallpox di dunia

C. Tujuan Epidemiologi

Adapun tujuan dari epidemiologi yaitu untuk untuk mengidentifikasi

1. Untuk mengidentifikasi etiologi atau penyebab suatu penyakit dan

faktor risiko yang relevan. Etiologi atau penyebab yaitu faktor risiko

yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit. Kita ingin mengetahui

bagaimana penyakit ditularkan satu orang kepada orang lain atau dari

reservoir yang bukan manusia ke populasi manusia. Ketika suatu

etiologi atau penyebab diketahui maka dapat dilakukan intervensi

untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas dari suatu penyakit,

selain itu dapat dikembangkan program pencegahan untuk

menurunkan atau mengeliminasi paparan terhadap faktor tersebut.

2. Menentukan seberapa luas penyakit ditemukan dalam

masyarakatketika diketahui seberapa luasnya maka dapat ditentukan

beban penyakit dalam masyarakat sehingga dapat dilakukan

perencanaan pelayanan dan fasilitas kesehatan, dan untuk pelatihan


17

penyedia pelayanan kesehatan di masa depan.

3. Untuk mempelajari riwayat alamiah penyakit dan prognosis penyakit.

Setiap penyakit memiliki riwayat alamiah penyakit berbeda-beda.

Penyakit tertentu ada yang lebih parah dibandingkan penyakit lainnya,

atau ada juga yang memiliki durasi survival yang lebih lama. Ketika

diketahui riwayat alamiah maisng-masing penyakit maka dapat

dikembangkan jenis intervensi yang baru sesuai tahapannya apakah

melalui pengobatan atau cara baru untuk mecegah terjadinya

komplikasi.

4. Mengevaluasi upaya pencegahan yang sedang dilakukan dan

pengobatan dan cara pelayanan kesehatan.

Contoh : apakah skrining untuk kanker prostat dengan PSA (Prostate

Specific Antigen) dapat meningkatkan survival pada penderita kanker

prostat? apakah pertumbuhan pengelolaan perawatan dan sistem baru

dari pelayanan persalinan dan asuransi kesehatan berdampak pada

outcome kesehatan dan kualitas hidup mereka?

5. Menyediakan dasar untuk mengembangkan kebijakan publik berkaitan

dengan masalah-masalah lingkungan, persoalan genetik, dan

pertimbangan lainnya yang berkaitan dengan pencegahan penyakit

dan promosi kesehatan.

Contoh : apakah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh

selimut listrik, bantal listrik, dan peralatan rumah tangga lainnya

merupakan hazard (bahaya) bagi kesehatan manusia? Pekerjaan yang


manakah yang berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit pada

pekerja dan regulasi apakah yang dibutuhkan?

D. Ruang Lingkup epidemiologi

Epidemiologi awalnya mencakup penyakit menular saja, kemudian

berkembang ke penyakit menular dan kemudian berkembang ke penyakit

atau peristiwa kesehatan lainnya.

1. Epidemiologi penyakit menular

Penyakit yang dapat menular atau penyakit infeksi adalah penyakit

yang disebabkan oleh transmisi suatu agent infeksius tertentu atau

produk produk toksiknya, dari manusia atau hewan yang terinfeksi ke

host yang rentan, baik secara langsung atau tidak langsung. Beberapa

kemenangan besar di bidang epidemiologi berpangkal dari upaya

pencegahan dan pengendalian penyakit-penyakit menular, seperti yang

dilakukan oleh Jhon Snow terhadap kolera dan yang lebih mutakhir

adalah pemberantasan penyakit cacar. Penyakit-penyakit menular

secara terus menerus hadir sebagai permasalahan-permasalahan

kesehatan akut yang paling penting di semua negara-negara di dunia

dimana penyakit ini merupakan kausa terbesar dari morbiditas dan

mortalitas.

2. Epidemiologi Penyakit tidak menular

Dengan adanya transisi epidemiologi, maka penyakit menular

mengalami penurunan dikarenakan banyak ditemukan upaya

pengobatan dan pencegahan. Tetapi transisi ini menyebabkan


19

munculnya jenis penyakit baru yaitu penyakit tidak menular yang

banyak dikaitkan dengan gaya hidup (life style) yang buruk. Pada saat

ini sedangn berkembang pesat dalam usaha mencari berbagai faktor

yang memegang peranan dalam timbulnya penyakit tidak menular

seperti kanker, penyakit sistemis serta berbagai penyakit menahun

lainnya termasuk masalah meningkatnya kecelakaan lalu lintas dan

penyalahgunaan obat-obat tertentu. Bidang ini banyak digunakan

terutama dengan meningkatnya masalah kesehatan yang bertalian erat

dengan berbagi gangguan kesehatan akibat kemajuan dalam berbagai

bidang terutama bidang industri yang banyak mempengaruhi keadaan

lingkungan, termasuk lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan

sosial budaya.

3. Epidemiologi klinis

Epidemiologi klinik adalah penerapan dari prinsip-prinsip dan

metode-metode epidemiologi ke dalam praktek kedokteran klinik.

Dengan asal usul yang relatif baru, bidang disiplin ilmu ini hingga kini

masih menyesuaikan metode-metode yang telah digunakan terutama di

dalam epidemiologi dan mengintegrasikannya dengan ilmu kedokteran

klinik.

Epidemiologi klinik merupakan salah satu dari ilmu-ilmu

kedokteran dasar, meskipun di hampir semua sekolah-sekolah

kedokteran bidang ilmu tersebut belum banyak dikenal. Epidemiologi

klinik dikembangkan dengan tujuan membekali para klinisi/ dokter


tentang cara pendekatan masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.

Dalam penggunaan epidemiologi klinis sehari-hari, para petugas medis

terutama para dokter sering menggunakan prinsip-prinsip epidemiologi

dalam menangani kasus secara individual. Mereka lebih berorientasi

pada penyebab penyakit dan cara mengatasinya terhadap kasus secara

individu. Mereka biasanya tidak tertarik untuk mengetahui serta

menganalisis sumber penyakit, cara penularan dan sifat penyebarannya

dalam masyarakat.

Pendekatan epidemiologi perlu bagi klinisi karena pasien tesebut

merupakan individu yang akan sembuh setelah pengobatannya, akan

kembali ke komunitasnya sehingga bisa menularkan penyakit kepada

yang lain serta penyakit ini juga bisa kambuh kembali jika faktor risiko

atau penyebab penyakit tersebut ada di lingkungan komunitasnya.

4. Epidemiologi kependudukan

Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang menggunakan

sistem pendekatan epidemiologi dalam menganalisis berbagai

permasalahan berkaitan dengan bidang demografi yang terjadi di

masyarakat. Sistem pendekatan epidemiologi kependudukan tidak

hanya memberikan analisis tentang sifat karakteristik individu secara

demografis dalam hubungannya dengan masalah kesehatan dan

penyakit dalam masyarakat, tetapi juga sangat berperan dalam berbagai

aspek kependudukan serta keluarga berencana Pelayanan melalui jasa,

yang erat hubungannya dengan masyarakat seperti pendidikan,


21

kesejahteraan rakyat, kesempatan kerja dan ketenagakerjaan,

transportasi, kesehatan, pertanian dan kepegawaian sangat berkaitan

dengan keadaan serta sifat populasi yang dilayani. Dalam hal ini,

peranan epidemiologi kependudukan sangat penting untuk digunakan

sebagai dasar dalam mengambil kebijakan dan dalam menyusun

perencanaan yang baik. Dewasa ini sedang dikembangkan epidemiologi

sistem reproduksi yang erat kaitannya dengan gerakan keluarga

berencana dan kependudukan.

5. Epidemiologi pengelolaan

pelayanan kesehatan Bentuk ini merupakan salah satu sistem

pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah, mencari faktor

penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunan rencana

pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu. Bentuk

pendekatan epidemiolohi dalam bidang manajemen saat ini semakin

berkembang sesuai dengan perkembangan industri medis yang disertai

perkembangan dalam sistem manajemen kesehatan dan ekonomi

kesehatan, termasuk sistem asuransi kesehatan.

6. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja

Bentuk ini merupakan salah satu bagian epidemiologi yang mempelajari

dan menganalisis keadaan kesehatan tenaga kerja, baik yang bersifat

fisik, kimiawi, biologis maupun sosial budaya serta kebiasaan hidup

para pekerja. Bentuk ini sangat berguna dalam menganalisis tingkat

kesehatan pekerja serta untuk menilai keadaan dan lingkungan kerja


serta penyakit akibat kerja.

7. Epidemiologi kesehatan jiwa

Merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan

hiwa dalam masyarakat, baik mengenai keadaan kelainan jiwa

kelompok penduduk tertentu, maupun analisis berbagai faktor yang

mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat. Dengan

meningkatnya berbagai keluhan anggota masyarakat yang lebih banyak

mengarah ke masalah kejiwaan disertai dengan perubahan sosial

masyarakat, menuntut suatu cara pendekatan melalui epidemiologi

sosial yang berkaitan dengan epidemiologi kesehatan jiwa, mengingat

bahwa dewasa ini gangguan kesehatan jiwa tidak lagi merupakan

masalah kesehatan individu saja, tetapi juga telah menjadi masalah

sosial masyarakat.

8. Epidemiologi gizi

Epidemiologi banyak digunakan dalam analisis masalah gizi

masyarakat. Masalah gizi erat hubungannya dengan pola

hidup masyarakat. Pendekatan epidemiologi dalam masalah gizi

bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor yang berhubungan erat

dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis,

dan terutama yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat.

Penanggulangan masalah gizi masyarakat yang disertai dengan

surveilans gizi lebih mengarah kepada penanggulangan berbagai faktor

yang berkaitan erat dengan timbulnya masalag tersebut dalam


23

masyarakat dan tidak terbatas pada sasaran individu atau lingkungan

keluarga saja.

9. Epidemiologi perilaku Perilaku manusia merupakan salah satu faktor

yang banyak memegang peranan dalam menentukan derajat kesehatan

suatu masyarakat. Bahkan menurut Bloom, faktor perilaku

berkontribusi besar dalam menentukan status kesehatan individu dalam

masyarakat. Mengingat bahwa faktor penyebab penyakit lebih bersifat

kompleks sehingga dalam epidemiologi, kita lebih banyak melakukan

pendekatan faktor risiko maka faktor perilaku individu maupun

masyarakat, seperti kebiasaan hidup sehat individu dan kepercayaan

masyarakat tentang suatu yang berhubungan dengan kesehatan, banyak

memberikan nilai risiko yang sering muncul dalam analisis

epidemiologi tentang kejadian penyakit dalam masyarakat.

Bahkan perilaku sangat erat hubungannya dengan umur dan jenis

kelamin, suku, dan ras, pekerjaan, status sosial dan ekonomi serta

berbagai aspek kehidupan lainnya Epidemiologi genetika Dengan

berkembangnya penelitian bidang biomolekuler maka terasa pula

pentingnya dikembangkan metode-metode analisis epidemiologi dalam

bidang ini yang kemudian berkembang menjadi epidemiologi genetika

sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pendekatan dan metode

epidemiologi.

E. Prinsip Epidemiologi

Dalam epidemiologi ada 4 prinsip sebagai berikut :


1. Mempelajari sekelompok manusia/masyarakat yang mengalami

masalah kesehatan.

2. Menunjuk kepada banyaknya masalah kesehatan yang ditemukan pada

sekelompok manusia yang dinyatakan dengan angka frekuensi mutlak

atau rasio.

3. Menunjuk kepada banyaknya masalah-masalah kesehatan yang dirinci

menurut keadaan tertentu, di antaranya keadaan waktu, tempat, orang

yang mengalami masalah kesehatan.

4. Merupakan rangkaian kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mengkaji

masalah-masalah kesehatan sehingga diperoleh kejelasan dari masalah

tersebut.

F. Metode Epidemiologi

Dalam epidemiologi, terdapat tiga tipe pokok pendekatan atau metode.

1. Epidemiologi Deskriptif (Descriptive Epidemiology)

Epidemiologi deskriptif merupakan pengumpulan data dasar

terhadap ketiga faktor penentu kejadian penyakit, yang terdiri atas

induk semang (hospes), agen penyakit, dan lingkungan tempat

terjadinya penyakit. Dalam epidemiologi ini, dipelajari secara umum

dan lengkap ketiga faktor penentu kejadian penyakit tersebut.

Epidemiologi deskriptif, biasanya merupakan tahapan awal dalam

pendekatan epidemiologi, dan data yang dikumpulkan meliputi

indentifikasi induk semang (hospes) yang terserang penyakit dan


25

keadaan lingkungan tempat terjadinya penyakit tersebut. Dalam

epidemiologi deskriptif, dipelajari bagaimana frekuensi penyakit

berubah menurut perubahan variabelnya yang terdiri atas hospes (induk

semang), tempat (pla-ce), dan waktu (time).

2. Cros Sectional

Cross sectional adalah studi epidemiologi yang mempelajari

prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dan paparan dengan

mengamati status paparan, penyakit atau outcome lain secara serentak

pada individu- individu dari suatu populasi pada suatu saat. Dengan

demikian studi cross sectional tidak mengenal adanya dimensi waktu,

sehingga mempunyai kelemahan dalam menjamin bahwa paparan

mendahului efek (disease) atau sebaliknya. Namun studi ini mudah

dilakukan dan murah, serta tidak memerlukan waktu follow up.

Umumnya studi cross sectional dimanfaatkan untuk

merumuskan hipotesis hubungan kausal yang akan diuji dalam studi

analitiknya (kohort atau kasus control).

Cross sectional kalau diartikan secara mudahnya yaitu: cross

sectional adalah studi epidemiologi yang mengukur beberapa variabel

dalam satu saat sekaligus. Contohnya adalah menilai hubungan antara

tingkat pendidikan dengan ventilasi rumah pada populasi masyarakat

desa A. Ada 2 variabel dalam penelitian tersebut, yaitu tingkat

pendidikan dan ventilasi rumah. Keduanya diukur secara bersamaan


dalam satu waktu. Maka itulah yang disebut dengan cross sectional.

Contoh : Pada disain Cross Sectional mempelajari hubungan

penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan, penyakit atau

outcome lain, jadi pada disain ini juga mencoba mengamati hubungan

paparan dan penyakit yang ditimbulkan dengan menggunaakan

beberapa kombinasi paparan. Beberapa options, yang dapat diambil dari

tabel silang diatas yaitu:

a. 1E+D+ = tidak cuci tangan dan jajan + Thypoid

b. 2E+D- = cuci tangan dan jajan + tidak Thypoid

c. 3E- D+ =cuci tangan dan jajan + Thypoid

d. 4E- D- = cuci tangan dan jajan + tidak Thypoid.

3. Case Control

Kasus Kontrol/case control adalah studi analitik yang menganalisis

hubungan kausal dengan menggunakan logika terbalik, yaitu

menentukan penyakit (outcome) terlebih dahulu kemudian

mengidentifikasi penyebab (faktor risiko). Riwayat paparan dalam

penelitian ini dapat diketahui dari register medis atau berdasarkan

wawancara dari responden penelitian. Kelemahan dari studi ini adalah

ketika responden penelitian sulit mengingat kembali riwayat paparan

yang dialami terutama jika paparan sudah dilewati selama bertahun-

tahun, sehingga dalam penelitian kasus control sangat rawan recall bias,

disamping bias seleksi. Namu kelebihan dari studi ini yaitu waktu
27

penelitian relative singkat, murah dan cocok untuk meneliti penyakit

langka dan memiliki periode laten yang panjang.

Contoh : Pada desain studi case control kita menentukan disease /

penyakitnya lebih dulu baru menganalisis penyebab atau paparannya

(exposure). Dalam hal ini kita menentukan adanya penyakit Thypoid

atau tidak kemudian menganalisis penyebab terjadinya penyakit

Thypoid, apakah karena dipengaruhi jajan dan tidak cuci tangan atau

jajan dan cuci tangan.

4. Cohord

Studi kohor adalah studi observasional yang mempelajari

hubungan antara paparan dan penyakit dengan memilih dua atau lebih

kelompok studi berdasarkan status paparan kemudian diikuti (di- follow

up) hingga periode tertentu sehingga dapat diidentifikasi dan dihitung

besarnya kejadian penyakit. Apabila periode induksi yaitu kejadian

penyakit dapat diamati dalam waktu yang panjang maka studi kohor

rawan terhadap bias penarikan responden ( banyak drop out dari

observasi), perlu dana yang besar dan waktu yang panjang. Studi kohor

mempunyai kekuatan dalam membuktikan inferensi kausa dibanding

studi observasional lainnya, didapatkan angka kejadian penyakit

(incidence rate) secara langsung, serta cocok untuk meneliti paparan

yang langka.

Contoh : Pada disain cohor berdasarkan status paparan ( Exposure)

kemudian diikuti (di- follow up) hingga periode tertentu sehingga dapat
diidentifikasi dan dihitung besarnya kejadian penyakit (Disease). Dalam

hal ini berdasarkan status paparan ( jajan dan cuci tangan atau jajan dan

tidak cuci tangan) baru kemudian diamati dari paparan-paparan tersebut

mana yang menyebabkan penyakit Thypoid dan mana yang tidak

menyebabkan penyakit Thypoid.

5. Pra Eksperimen

Penelitian eksperimental adalah suatu bentuk penelitian yang

penelitinya mempunyai otoritas untuk memberikan perlakuan

(intervensi) kepada subjek penelitian. Lazimnya digunakan dua atau

lebih kelompok penelitiandan tiap kelompok menerima perlakuan yang

berbeda. Secara teoritis penelitiakan mengacak perlakuan yang akan

diberikan kepada kelompok-kelompok, tetapi secar praktis yang

dilakukan oleh peneliti adalah mengalokasikan subjek secara acak

kedalam kelompok-kelompok tersebut. Satu kelompok akan ditetapkan

sebagai kelompok intervensi dan yang satu lagi adalah kelompok

kontrol/ pembanding.

Penelitian eksperimen merupakan metode yang paling kuat untuk

mengungkapkan hubungan sebab-akibat. Penelitian ini telah dilakukan

sejak lama seperti penelitiann yang dilakukan oleh James Lind dan

Goldberger walaupun jumahnya sangant sedikit. Hambatan utama

dalam penelitian eksperimen pada manusia adalah faktor etis. Penelitian

eksperimen pada manusia baru berkembang pada beberapa dasawarsa

terakhir ini dan berbagai metode dan analisis yang kita kenal saat ini
29

pun berkembang pada saat itu. Hal ini menunjukkan bahwa eksperimen

pada manusia dapat dikatakan merupakan hal baru.

Karena kondisi tersebut maka penelitian hubungan sebab-akibat

banyak dilakukan dengan pendekatan observasional atau dilakukan

tanpa menggunakan kontrol atau sebagai pembandingnya digunakan

pengalaman pengobatan penyakit pada masa sebelumnya dan hanya

didasarkan pada memori saja. Cara ini dapat menunjukkan hasil yang

baik seperti penyembuhan pneumonia yang disebabkan pneumococcus

dengan penisilin.

Walaupun sampai saat ini masih terdapat hambatan faktor etis

tetapi penelitian eksperimen telah banyak dilakukan terutama untuk

menemukan obat yang lebih efisien dalam pengobatan suatu penyakit.

Rancangan peneltitian dapat dibedakan menjadi rancangan eksperimen

murni dan eksperimen semu. Berdasarkan lokasi penelitian umumnya

penelitian eksperimen dapat dilakukan di klinik (uji klinis) dan

dilakukan di lapangan (field trial) yang banyak dilakukan pada

penelitian operaasional dalam bidang pelayanan kesehatan dan keluarga

bencana. Misalnya penelitian eksperimen di lapangan yang dilakukan

dengan membandingkan program pelayanan kesehatan baru yang

dijalankan pada suatu daerah dengan daerah lain dengan program

pelayanan kesehatan yang lama. Dalam bab ini akan diuraikan lebih

lanjut.

Macam Penelitian Eksperimen :


a. Non-Eksperimental/Pre-Eksperimental

1) Hanya pasca intervensi

2) Praintervensi – Pascaintervensi

3) Perbandingan Kelompok Statistik

Dalam preexperimental desain terdapat 3 alternatif desain,

anatara lain: (a) one shot case study, (b) the one group pretest-

potest desain (c) the static - group comparaison. Untuk ebih

memahami ketiga rancangan penelitian eksperimental tersebut

terlebih dahulu diperkenalkan perjanjian berkut : symbol "X"

adalah kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen

dan symbol "O" adalah kejadian pengukuran atau pengamatan.

Symbol "R" adalah anggota kelompok sampe yang dipilih secara

acak.

(a) One Shot Case Study

Desain eksperimental yang paling sederhana disebut

One Shot Case Study. Desain ini digunakan untuk meneliti

pada satu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan dan

pengukurannya dilakukan satu kali. Diagramnya adalah

sebagai berikut :

XO (x= intervensiO= pengambilan data)

(b) One Group Pre-Test, Post-Test Design

Merupakan perkembangan dari desain One Shot Case

Study Pengembangannya ialah dengan cara melakukan satu


31

kali pengukuran didepan (pre-test) sebelum adanya

perlakuan (treatment) dan setelah itu dilakukan pengukuran

lagi (post-test) Desainnya adalah sebagai berikut :

01 X 02

Desain ini mempunyai beberapa kelemahan karena

akan menghasilkan beberapa ukuran perbandingan.

Keburukannya justru tidak akan menghasilkan apapun.

Persoalan utama adalah persoalan history, yang akan

menyebabkan tidak memperoleh perbedaan antara O1 dan

02. Pengukuran dalam waktu yang sangat pendek, mungkin

dapat menghilangkan aspek history, tetapi justru akan

memunculkan persoalan lain yaitu: passing, fire, truck.

Dengan kata lain pengaruh history tidak dapat dihindarkan,

terkecuali dengan mengsiolasi suatu eksperimen dari

lingkungan tertentu, atau bila mungkin dilakukan kontrol

terhadap kondisi lingkungan tersebut.

Persoalan kedua adalah Maturation, mengingat subjek

penelitian dapat mengalami kelelahan, kebosanan, ataupun

kelaparanPengaruh dari pretest adalah memperkenalkan

faktor- faktor yang akan diujikan. Kadang kala subjek

penelitian menjadi enggan memberikan jawaban kalau dia

menilai apa yang ditanyakan tersebut tidak cocok dengan

nilai-nilai yang berlaku. Persoalan berikutnya menyangkut


pembuatan instrument penelitian.

(c) Design Time Series

Pengembangan dari One Group Pre-test Post-test

Design adalah Design Time series, jika pengukuran

dilakukan secara beulang-ulang dalam kurun waktu tertentu.

Pada desain time series, peneliti melakukan pengukuran di

depan selama 3 kali berturut, kemudian dia memberikan

perlakuan pada obyek yang diteliti. Kemudian peneliti

melakukan pengukuran selama 3 kali lagi setelah perlakuan

dilakukan

(d) Statistic Droup Comparison

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih

sebagai obyek penelitian kelompok pertama mendapatkan

perlakuan sedang kelompok kedua tidak mendapat

perlakuan kelompok kedua ini berfungsi sebagai kelompok

pembanding/pengontrol. Desainnya adalah sebagai berikut:

Penelitian ini menggunakan dua grup, yang satu

memperoleh stimulus eksperimen, dan yang lainnya tidak

memperoleh stimulus apapun sebagai alat kontrol

b. Eksperimen Quasy

1) Rancangan Deret Berkala

2) Praintervensi – Pascaintervensi dengan Sampel Terpisah


33

3) Praintervensi – Pascaintervensi dengan Kelompok Kontrol

Tanpa Randominasi

Pada Quasy Experiment, pemilihan kontrol dan kelompok

studi tidak dilakukan secara randomisasi. Pada Non Experiment,

tidak ada kelompok kontrol, maka tidak dapat dimasukan

penelitian experimental, pada beberapa buku ada yang

memasukan Quasy Experiment.

Diantara kedua desain eksperiment, masih ada satu bentuk

eksperimen lainnya yang disebut Quasi Eksperiment

/eksperimen pura-pura Ekesperimen ini digunakan bila peneliti

dapat melakukan kontrol atas berbagai variable yang

berpengaruh, tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen

yang sesungguhnya. Dalam desain eksperimen ini, bila

menggunakan random tidak diperhatikan aspek kesetaraan

maupun group control

Dalam masalah ini, akan didiskusikan dua basis desain

eksperimen. Dalam preeksperimen tidak dikenal adanya variabel

kontrol, sebaliknya dalam true eksperimen, dihasilkan informasi

yang lebih valid melalui informasi yang tersedia bila

pengamatan tidak sempurna. Diantara kedua ekstrim tersebut,

terdapat quasi experiment. Hal ini digunakan bila beberapa

variable dapat dikontrol tetapi tidak cukup untuk melaksanakan

true eksperiment. Bentuk quasi experiment (Nonequivalent


Control Group Design)

c. Eksperimen Murni

1) Praintervensi – Pascaintervensi dengan Kelompok Kontrol

2) Pascaintervensi dengan Kelompok Kontrol

(a) Post Test Only Control Group Design

Desain ini merupakan desain yang paling sederhana

dari desain eksperimental sebenarnya (true experimental

design), karena responden benar-benar dipilih secara

random dan diberi perlakuan serta ada kelompok

pengontrolnya. Desainnya adalah sebagai berikut:

(R) XOI

(R) 02

(b) Pre-Test - Post-Test Control Group Design

Desain ini merupakan pengembangan design Post

Test Only Control Group DesignPerbedaannya terletak

pada baik kelompok pertama dan kelompok pengontrol

dilakukan pengukuran didepan (pre-test). Desainnya

adalah sebagai berikut :

(R) 01 X 02 (R) 03 04

(c) Solomon Four Group Design

Desain ini merupakan kombinasi desain Post Test

Only Control Group Design dan Pre-test - Post-test


35

Control Group Design yang merupakan model desain

ideal untuk melakukan penelitian eksperimen terkontrol.

Peneliti dapat menekan sekecil mungkin sumber-

sumber kesalahan karena adanya empat kelompok yang

berbeda dengan enam format pengkuran. Desainya

adalah sebagai berikut :

(R) 01 X 02

(R) 03 04

(R) XOS

(R) 06

Syarat rancangan eksperimental murni adalah:

(1) Ada kelompok studi dan kelompok kontrol

(2) Pemilihan kelompok studi dan kelompok kontrol

dilakukan secara randominasi

(3) Ada perlakukan dari peneliti untuk kelompok studi

(4) Membandingkan hasil antara kelompok studi dan

kelompok kontrol (tanpa perlakuan).

6. Uji Diagnosis

Uji diagnosis merupakan suatu penelitian yang umum dilakukan di

dunia medis untuk mencari tahu hubungan kausal suatu pemeriksaan

terhadap hasil yang ingin kita harapkan dan tidak kita harapkan. Dalam

melakukan proses uji diagnostik, dibutuhkan pemilihan baku emas,

penilaian sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi, serta likelihood ratio.


Tahapan - tahapan penelitian diperlukan untuk memandu pembuatan

penelitian sehingga membantu analisis penelitian.

a. Tujuan Uji Diagnosis

1) 1.Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis. Uji ini harus

sensitiv dan spesifik. Uji diagnostik dikatakan sensitiv jika

kemungkinan negatif semu kecil, sedangkan spesifik jika

kemungkinan hasil positif semu kecil.

2) Pemeriksaan digunakan untuk keperluan penapisan. Uji

diagnostik ini harus memiliki sensitivitas yang tinggi. Uji

ini biasa digunakan untuk penyakit yang memiliki

prevalensi tinggi, berpotensi terhadap morbiditas atau

mortalitas, serta memiliki prognosis yang baik jika

diketahui secara dini

3) Pemantauan keberhasilan pengobatan. Uji diagnostik ini

sering dilakukan berulang-ulang untuk memantau

keberhasilan, kadar terapi suatu obat, efek samping, dan

komplikasi. Uji diagnostik ini harus reprodusibilitas, yaitu

dimana hasil dilakukan pada subyek dan waktu yang sama,

maka uji diagnostik tersebut harus memberikan hasil yang

sama.

4) Pengembangan studi epidemiologi. Uji diagnostik ini sering

digunakan untuk intervensi atau menggulangi suatu

penyakit yang banyak terdapat pada masyarakat.


37

b. Rancangan Uji Diagnosis

1) Menentukan Baku Emas

2) Menghitung Sensitivitas, Spesifisitas, Nilai Prediksi, Dan

Likelihood Rasio

3) Prevalensi, Probability, Dan Odds

c. Langkah-Langkah Penelitian Uji Diagnosis

1) Menentukan alasan mengapa diperlukan uji diagnosis baru

2) Menentukan tujuan utama diagnosis

3) Menetapkan subjek penelitian

G. Ukuran frekuensi dalam Epidemiologi klinis

H. Seorang ahli
bernama Last (1988)
berpendapat bahwa
I. epidemiologi adalah
studi distribusi dan
determinan kesehatan
yang terkait
J. keadaan atau
peristiwa dalam
populasi tertentu, dan
aplikasi studi ini
K. untuk mengendalikan
masalah kesehatan
L. Seorang ahli
bernama Last (1988)
berpendapat bahwa
M. epidemiologi adalah
studi distribusi dan
determinan kesehatan
yang terkait
N. keadaan atau
peristiwa dalam
39

populasi tertentu, dan


aplikasi studi ini
O. untuk mengendalikan
masalah kesehatan
Seorang ahli bernama Last (1988) berpendapat bahwa

epidemiologi adalah studi distribusi dan determinan kesehatan yang

terkaitkeadaan atau peristiwa dalam populasi tertentu, dan aplikasi

studi iniuntuk mengendalikan masalah Kesehatan.

Distribusi Epidemiolog peduli dengan frekuensi dan pola

peristiwakesehatan dalam suatu populasi.

1. Ukuran-ukuran penyakit

a. Ukuran Frekuensi Kejadian Penyakit

Secara garis besar kejadian penyakit dapat berupa :

1) Morbiditas /kesakitan

2) Mortalitas / kematian

Ada 3 macam parameter matematis yang digunakan

untuk menggambarkan hubungan antara jumlah kejadian

penyakit dengan besarnya populasi dari mana kejadian penyakit

terjadi.Parameter tersebut adalah Rasio, Proporsi, Rate.

D. Tipe Kuantitas Matematis

1. Hitungan (enumerasi) atau angka mutlak


Contoh:

 Jumlah kasar atau frekuensi.

 10 kasus, 1961 kasus

2. CountsSimplest/most

 frequently performed measure in epidemiology

 Refers to the number of cases of a disease or other

healthphenomenon being studied

 i.e cases of influenza in Allegheny county in January, 2002

 i.e. Number of persons involuntarily referred for

psychiatriccrisis intervention

 Useful for allocation of health resources

 Limited usefulness for epidemiologic purposes

withoutknowing size of the source population

3. Rasio

 nilai yang didapat dengan pembagian suatu kuantitas

dengankuantitas yang lain.

 kuantitas numerator (pembilang) boleh berbeda dari

kuantitasdenominator (penyebut) atau denominator mungkin

tidakmemuat numerator

4. Proporsi

Suatu fraksi atau tipe rasio yang unsur numerator adalah bagian dari

denominator Bila dikalikan dengan 100, biasanya disebut suatu

persentase.
41

Contoh: 28/56 = 0,5; 0,5 x 100% = 50%. Ada 28 kasus dari 56 orang.

Berarti proporsi kasus adalah 50%.5)

5. Rate

Tipe spesifik dari rasio yang digunakan mengkuantifikasi proses

dinamik seperti pertumbuhan dan kecepatan Pernyataan numeris dari

frekuensi suatu peristiwa dihitung dengan cara pembagian antara

 jumlah individu yang mengalami peristiwa (numerator)

 dengan jumlah total (keseluruhan) yang mungkin dapat (kapabel)

mengalami peristiwa (denominator atau populasi berisiko) dan

 perkalian dengan suatu konstanta (tetapan)

Dapat berarti suatu pernyataan numeris dari frekuensi

kejadian yang terjadi dalam suatu kelompok orang

tertentu (didefinisikan) di dalam satu periode waktu tertentu.

E. Tipe Ukuran Yang Digunakan Dalam Epidemiologi

1. Ukuran-ukuran frekuensi penyakit

2. Ukuran-ukuran asosiasi

3. Ukuran-ukuran dampak

P. Ukuran Asosiasi epidemiologi

1. Risk Ratio

a. Risk Ratio disebut juga dengan relative risk

b. Risk Ratio yaitu membagi risiko (insiden kumulatif, attack rate) pada

kelompok 1 dengan risiko insiden kumulatif, attack rate) pada

kelompok 2
c. Kelompok 1 sering disebut dengan kelompok terpajan/

terpapar/expose dan kelompok 2 merupakan kelompok tidak terpapar/

tidak terpajan/ tidak terexpose

Contoh : perilaku merokok maka kelompok 1 yaitu merokok

(kelompok terpajan) dan kelompok 2 yaitu tidak merokok (kelompok

tidak terpajan)

d. Risk Ratio dan Rate Ratio digunakan dalam penelitian kohort dimana

peneliti mulai mengamati status pajanan terlebih dahulu kemudian

mengamati status penyakit

Contoh: mengamati pajanan tahun 1990 lalu akibatnya tahun 2000

e. Dalam risk ratio menggunakan ukuran frekuensi insiden Kumulatif

(Sebab → Akibat)

f. Cara perhitungan risk ratio yaitu insiden kumulatif pada kelompok

yang terexpose dibagi dengan kumulatif insiden pada kelompok yang

tidak terexpose.

2. Rate ratio

Suatu Rate Ratio membandingkan Insidence rate/ insidence density

(person time-rate) pada kelompok yang terexpose dibagi dengan insiden

rate pada kelompok yang tidak terexpose. Seperti risk ratio, rate kelompok

yang dibagi terdiri dari kelompok yang terpajan dengan kelompok yang

tidak terpajang kemudian mengamati status penyakit/ efeknya. Dalam rate

ratio menggunakan ukuran asosiasi insidence rate.Dalam perhitungan

Insidence rate menggunakan person time pada penyebutnya. Risk ratio


43

juga digunakan dalam penelitian dengan disain kohort, hanya saja yang

membedakan dengan risk ratio yaitu rate ratio tidak menggunakan insiden

kumulatif tetapi incidence rate.

3. Odds ratio (Ratio odds)

a. Odds ratio ukuran asosiasi pada disain kasus control

→ retrospektif yang artinya melihat status penyakit terlebih dahulu

lalu melihat faktor risiko di masa lalu

b. Dsain kasus kontrol digunakan jika prevalensi kasus <10% (kasus

jarang)

c. Odds ratio merupakan ukuran asosiasi yang populer pada penelitian-

penelitian epidemiologi.

d. Dalam perhitungan odds ratio maka dilakukan dengan

membandingkan Odds untuk satu kelompok dengan odds untuk

kelompok yang lain

e. OR Mempunyai interpretasi yang sama seperti risiko relative

f. Odds ratio bisa menggunakan ukuran frekuensi insidence dan

prevalence. Insidence digunakan jika saat dimulainya penelitian

perbedaan waktunya tidak terlalu lama dengan terjadinya penyakit

(sehingga disebut dengan kasus baru terjadi) dan prevalence

digunakan jika penyakit berupa kasus lama dan kasus baru.

d. Prevalence Ratio (PR)

Merupakan prevalence penyakit pada kelompok terpapar dibagi


dengan prevalence pada kelompok tidak terpajan Biasanya dipakai dalam

disain Studi cross sectional, dimana pajanan dan status penyakit diamati

pada saat bersamaan.

Digunakan jika prevalensi kasus >10% (kasus banyak), Rumus

sama seperti perhitungan Risk Ratio, D ND total E a b a+b NE c d c+d.

Contoh soal : Suatu studi prevalence dilakukan pada populasi tahanan

perempuan. Studi ini dilakukan dimana pajanan penggunaan narkoba

untuk status penyakit HIV positif dilakukan pada saat yang bersamaan.

Dari studi ditemukan bahwa dari 136 yang menggunakan narkoba suntik

ditemukan 61 orang yang HIV positif dan dari 339 tahanan yang tidak

menggunakan narkoba suntik ada 27 yang mengalami HIV positif.

Hitunglah ukuran asosisiasi dalam studi tersebut! HIV positif HIV

negative.

e. Atrributable Risk (AR)

Suatu ukuran dampak kesehatan masyarakat dari faktor penyebab.

Penghitungan ukuran ini mengasumsikan bahwa kejadian penyakit pada

kelompok tidak terpajan mewakili risiko penyakit yang diharapkan.

Asumsi selanjutnya yaitu jika risiko penyakit dalam kelompok terpajan

lebih tinggi daripada risiko pada kelompok tidak terpajan, perbedaan

tersebut dapat dikaitkan pada pajanan tersebut.

Jadi Atributable Risk Percent merupakan sejumlah penyakit pada

kelompok terpajan berkaitan dengan pajannyanya atau mewakili


45

pengurangan yang diharapkan jika pajanan dihilangnkan (atau tidak

pernah ada). Ukuran ini hanya cocok untuk penyebab tunggal tetapi tidak

cocok untuk faktor risiko lebih dari satu.

f. Population Atrributable Risk (PAR)

 Risiko penyakit dalam populasi (Ex dan Nex) yang dianggap

berhubungan dengan exposure

 Jumlah kasus penyakit diantara populasi yang diteliti yang dapat

dieliminasi jika exposure dieliminasi dari populasi


BAB III
PENUTUP

B. Kesimpulan
Epidemiologi klinik merupakan ilmu yang berasal dari dua disiplin induk,

kedokteran klinis (clinical medicine) dan epidemiologi (epidemiology). Disebut

clinical karena epidemiologi klinik bertujuan membantu klinisi untuk membuat

keputusan klinis dengan lebih baik untuk pelayanan pasien, menyangkut

diagnosis, kausa, prognosis, terapi, maupun pencegahan. Epidemiologi klinik

disebut epidemiology karena semua prinsip, konsep, dan metode yang digunakan

untuk membuat keputusan klinis pasien diadopsi dari prinsip, konsep dan metode

kuantitatif epidemiologi populasi.

Studi prognostik bertujuan menyajikan kemungkinan suatu kejadian dalam

perjalanan klinis seorang pasien dengan profil tertentu; kemungkinan ini

diestimasi dari insidens empiris perjalanan klinis pada sekelompok pasien dengan

profil yang sama. Yang menjadi objek pada studi prognostik adalah insidens suatu

keadaan/kejadian sebagai fungsi dari faktor prognostik.

Dalam epidemiologi klinis studi prognosis biasa menggunakan penilitian

dalam bentuk cohort study, dan mempunyai elemen-elemen dasar yang terpenting,

seperti adanya sampel yang akan diteliti, sampel yang diteliti harus dimulai dari

titik awal timbulnya suatu penyakit (Zero time), kemudian sampel tersebut harus

di follow-up sampai tuntas, dan ada hasil yang diperoleh dari suatu kondisi

penyakit yang di alami.

9
DAFTAR PUSTAKA

Azrul Aswar (2020). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Binarupa Akasara.

Bambang Sutrisna (2018). Pengantar Metoda Epidemiologi, Jakarta, Dian Rakyat.

Beaglehole, Bonita (2019). Dasar – dasar Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah


Mada University Press.

Bhisma Murti (2017). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta,


Gadjah Mada University Press

Notoadmodjo. S. (2017), Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar,


Rineka Cipta, Jakarta..

CDC. 2012. Principles of Epidemiology in Public.

Gerstman, B Burg. 2003.Epidemiology Kept Simple : An Introduction

Traditional and Modern Epidemiology. Canada : Wiley-Liss Inc

Gordis, Leon. 2009. Epidemiology 4th Edition. Philadelphia: Saunders

Elsevier

Sutrisna,Bambang : Pengantar Epidemiologi, PT Dian Rakyat, 1986

Budiarto, Eko & Anggraeni, Dewi. 2001. Pengantar Epidemiologi. Jakarta :

EGC

Anda mungkin juga menyukai