Anda di halaman 1dari 17

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Biokimia dengan judul percobaan “ Urine”


yang disusun oleh:
Nama : Yusyuliana
NIM : 1313141003
Kelas :B
Kelompok : III (Tiga)
Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan
dinyatakan diterima.

Makassar, Januari 2015


Koordinator Asisten Asisten

Andi Candra Oktafiani Emlis Sesa


Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Prof Dr Sudding, M.Si


Nip.19571220 198602 2 001
I. Judul Percobaan
Urine
II. Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu
memahami cara menentukan zat-zat organik yang terkandung dalam urine.
III. Landasan Teori
Pada uraian tentang metabolisme asam emino telah diketahui bahwa NH 3
dapat dilepaskan dari asam amino telah diketahui bahwa melalui reaksi
transaminasi dan deaminasi. Pada reaksi transaminasi gugus NH 2 yang dilepaskan
diterima oleh suatu asam keto, sehingga membentuk asam amino baru dan asam
keton lain, sedangkan pada reaksi deaminasi gugus NH 2 dilepaskan dalam bentuk
amonia yang kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh dalam bentuk urea dalam
urine. Amonia dengan kadar yang tinggi merupakan racun bagi tubuh manusia.
Hars krebs dan kurs henselenit pada tahun 1932 mengemukakan serangkaian
reaksi kimia tentang pembentukan urea. Mereka berpendapat bahwa urea
terbentuk dari amonia dan karbodioksidasi melalui serangkaian reaksi kimia yang
berupa siklus, yang mereka namakan siklus urea pembentukan urea ini terutama
berlangsung dalam hati. Urea adalah suatu senyawa yang mudah larut
dalam air, bersifat netral terdapat dalam urine yang dikeluarkan dalam
tubuh (Anna, 2012 : 321).
Kedua ginjal menyaring dari darah, zat-zat yang tidak dikendaki dan air
yang tidak dibutuhkan. Urine dikumpulkan pada suatu kantong kemih sebelum di
ubah keluar ginjal dan kandung kemih sebelum di buang keluar ginjal dan
kandung kemih dan pipa-pipa penghubungnya dikenal dengan nama sistem
urinaria atau sistem ekskresi suatu diskripsi tepat tentang sistem ini diajukan oleh
aristoteles dalam bukunya historia animal deskribsi tersebut menunjukan adanya
ginjal dua piper ureter yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih dan
uretra yaitu pipa keluar dari kandung kemih, penyelidkan dengan mata telanjang
tidak menunjukkan bagaimana ginjal bekerja dari mulai dari mana aristoteles
sampai dengan masa mikroskop ketika marcello malpighi mengidentifikasi
glomerulus pada tahun 1650-an kemajuan di bidang ini sangat kecil. Sekarang kita
memiliki perisaan bagaimana jutaan netron di tiap ginjal kita menyaring darah
untuk membentuk urine (Sukadrjo, 1996: 13).
Prediabetes merupakan faktor risiko yang kuat terhadap diabetes mellitus,
yang pada ginjalnya akan menampilkan komplikasi yang kompleks dan multipel
pada dasarnya seluruh komplikasi ini berawal dari kerusakan baik mikro maupun
makrovaskular, sedangkan penyebab kematian tersedia adalah penyakit
kardiovaskular sebagian besar mubiditas pada diabetes tipe 2 muncul dari
komplikasi jnagka panjang. Maka, deteksi sini dan pencegahannya diharapkan
dapat memberi keuntungan pada setiap individu dari segi sosial, medis, dan
ekonomis. Dengan pertimbangan ini, sangat diperlukan interversi dini dalam
perjalanan faktor risiko utama untuk diabetes tipe 2 oberitas adalah faktor yang
paling penting berperang atas meningkatnya insiden dan prevalensi diabetes tipe 2
selama 20 tahun terakhir kenaikan berat badan dan olaraga
meningkatkan insulin dan meningkatkan toleransi glukosa dalam studi
nondiabetes dan diabetes. Masalah utama dengan program seperti
interversi perilaku adalah kesulitan dalam mempertahankan penurunan
berat badan dan penimbangan aktivitas fisik selama periode waktu yang
berkelanjutan (Handayani, 2012: 66-67).
Obat-obatan yang dapat menngkatkan kadar asam urat dalam urine: asam
askorbit, cakitonn, dicumcrol, esteregon, steroid, iodine, gleserial,
fenolsolfontalin, probenedicind, salisilat, dan tetrasiklik kadaluarsa. Kadar dalam
urine meningkat (urikorusia), pirai (goat), karsinoma metastase,
multiplemyeloma, leukimia, hemeoterapi, karsinoma, diet purin yang tinggi,
Intoksikasi timah, dan kadar dalam urine menurun penyakit ginjal,
ekkampsial, alkoholis, dan asklosisi (maimun, 2007: 53).
Sifat fisik pada urine menurut Prajoto (2010 ; 22-23) adalah sebagai
berikut:
1. Warna, umumnya urine berwarna kuning kecoklatan (tergantung dari
konsentrasi urine). Semakin banyak minum air maka akan menyebabkan
konsentrasi urin menurun sehingga warnanya menjadi lebih muda.
2. Bau, bau dari urine bisa mengidentifikaasi kesehatan seseorang. Seseorang dari
penderita diabetes agak berbau manis karena keberadaan senyawa organik
yaitu keton, urin yang baru saja diekskresikan biasanya berbau tidak
menyengat, tetapi yang sudahlama berbau menyengat, seperti bau amonia.
3. Keasaman, urine normal mempunyai keasaman harga pH dari 4,6-8 umumnya
pH urin sekitar 6
4. Kerapatan, densitas urin normal mempunyai kisaran harga kerapatan sebesar
0,001-0,0035 gram/cm3
Beberapa keuntungan urin sebagai pupuk organik cair menurut Pranjoto
(2010; 22-23) adalah :
1. Urine sebagai pupuk cair mempunyai komposisi ideal bagi tanaman
2. Biaya pemupukan menjadi lebih murah karena pupuk cair tersedia secara gratis
3. Sealu tersedia material dasar pada pembentukan pupuk
Pengeluaran urine adalah tindakan yang benar dan diajukan dalam dunia
kesehatan. Sebagai besar air seni merupakan zat yang tidak berguna atau sampah
sehingga secara otomatis dibuang oleh tubuh apabila pengeluaran urine terlambat
maka akan menimbulkan banyak masalah di dalam tubuh. Sebagai contoh akibat
pengeluaran urine yang tidak lancar adalah ketika genangan air seni di kandung
kemih atau di ginjal dalam waktu lama akan menimbulkan pengkristalan dari zat
yang akan dibuang diantara zat-zat tersebut adalah kalsium, karbonat,
kalsium urat, kalsium oksalat, dan kalsium lemak zat ini merupakan
bahan dari batu baik batu saluran kemih ataupun batu ginjal
jika kondisi ini dibiarkan maka batu-batu itu akan tumbuh
semakin besar dan dalam kondisi seperti itu masalah akan
semakin sulit ditangani contoh lain akibat air seni yang tidak lancar
adalah penyakit darah tinggi, kelanjar pengeluaran air seni akan mempengaruhi
tekanan darah sebaliknya tekanan darah tinggi bisa dipengaruhi tekanan darah
sebaliknya tekanan darah tinggi bisa dipengaruhi atau diobati dengan
peningkatan pengeluaran air seni pada darah atau urine (diurenik)
maka satu cara menurunkan tekanan darah adalah dengan
berkurangnya air maka tekanan darah akan menurun ( Adi, 2006; 472).
IV. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Rak tabung reaksi 1 buah
2. Gelas ukur 10 ml dan 50 ml 1 buah
3. Corong biasa 1 buah
4. Pembakar spiritus 1 buah
5. Kaki tiga dan kasa asbes 1 buah
6. Gelas kimia 800 ml dan 250 ml 2 buah
7. Pipet tetes 5 buah
8. Klem kayu 1 buah
9. Botol semprot 1 buah
10. Selang 2 buah
11. Tabung reaksi 10 buah
12. stopwatch 1 buah
13. labu erlenmeyer 250 ml 2 buah
B. Bahan
1. Perak nitrat 0,1 M (AgNO3)
2. Amonium molibdat ((NH4)2MoO4)
3. Natrium hidroksida 0,1 M dan 2,5 M (NaOH)
4. Asam nitrat pekat (HNO3)
5. Barium klorida (BaCl2)
6. Asam klorida (HCl)
7.Barium hidroksida (BaOH2)
8. Glukosa (C6H12O6)
9. Amonium oksalat ((NH4)2C2O4)
10. Asam asetat pekat dan o,1 M (CH3COOH)
11.Tembaga (II) Sulfat 0,01 M (CuSO4)
12. Asam oksalat (C2H2O4)
13. Amonium hidroksida pekat dan 1 M (NH4OH)
14. Amonium sulfat padat dan jenuh ((NH4)2SO4)
15. 1,2 Natrium nitro prusid 5 % (Na2Fe(CN)5NO.H2O)
16. Xanhidrol dalam etanol
18. Sampel urine
19. Urea 0,1 M
20. Kertas lakmus
21. Phenol merah
22.Pereaksi tollens
23.Pereaksi benedict
24. Pereaksi nesleer
V.Prosedur Kerja
A. Cl-
1. Memasukkan 3 ml urine kedalam tabung reaksi
2. lalu di tambahkan dengan 5 tetes AgNO3 encer
3. Mengamatinya.
B. PO4-3
1. Mencampurkan 3 ml urine dengan 1 ml amonium molibdat
2. Beberapa tetes HNO3 pekat,
3. Mengamatinya.
C. SO42-
1. Mencampurkan 3 ml urine dengan 3 tetes BaCl2 0,1 M
2. 3 tetes HCl 0,1 M dan mengamatinya
3. Menyaringnya dan
4. Filtratnya di simpan.
D. NH4-
1. Mencampurkan 3 ml urine dengan setetes demi setetes NaOH 0,1 M
sampai suasana basa.
2. Campuran di bagi dua.
3. Bagian pertama : memanaskan sambil mengalirkan gas yang terbentuk
kedalam larutan Ba(OH)2.
4. Bagian kedua : memanaskan sambil mengalirkan gas yang terbentuk
kedalam pereaksi nessler dan
5. Mengamatinya.
E. Ca 2+
1. Mencampurkan 6 ml urine dengan amonium oksalat lemah
2. Beberapa tetes asam asetat pekat
3. Mengamatinya.
F. Mg2+
1. Mencampurkan 10 ml urine dengan setetes NaOH 0,1 M sampai suasana
basa,
2. Menetesi dengan CH3COOH 0,1 M sampai suasana asam.
3. Menambahkan dengan amoniun oksalat jenuh sampai terbentuk endapan.
4. Menyaring filtratnya lalu menambahkan dengan NH4OH 1 M,
5. jika tidak ada endapan tutup dengan kapas dan membiarkan
semalam.adanya endapan menunjukkan adnya Mg2+ dan PO43-,seperti
bentuk kristal,lalu mengamatinya dengan mikroskop.
G. Tes nitroprusit kreatin
1. Mencampurkan 5 ml urine dengan 5 tetes Natrium nitroprusit 0,1 M
2. Menambahkan NaOH 1 M setetes demi setetes sampai warna merah.
3. Mendidihkannya.
4. Mengasamkan dengan hati-hati dengan asam asetat glasial lalu
memanaskannya selama 1 menit.
5. Mencatat semua perubahan yang terjadi.
6. Melihat pengaruh basa terhadap kreatinin.
7. Melihat hasil jika kreatinin di didihkan bersama Ba(OH)2.
H. Tes gula-gula pereduksi.
1. Mengambil 3 tabung reaksi lalu mengisi dengan 5 tetes urine.
2. Menambahkan masing-masing dengan 5 ml pereaksi benedict,fehling,dan
tollens.
3. Memasukkan dalam penangas air mendidih beberapa saat.
4. Mengulangi percobaan diatas dengan mengganti urine dengan glukosa.
I. Test Koagulasi Protein
1. Menyring terlebih dahulu urine yang keruh
2. Mendidihkan 5 ml urine yang jerni selama 1-2 menit
3. Menambahkan 3-5 tetes asam asetat 2 N
4. Mengamati lalu menambahkan CH3COOH setetes demi setetes hingga
berlebih
5. Mencatat semua hasilnya
J. Pembentukan Biuret
1. 1 gram urea dalam tabung di panaskan
2. Perhatikan bau
3. Pemanasan dilanjutkan
4. Didinginkan
5. Tambahkan 2 ml aquades
6. Larutan dikocok dan di tambahkan 1 ml NaOH 2,5 M
7. Tambahkan setetes demi setetes CuSO4 0,01 M
8. Perubahan warna diamati.
VI. Hasil pengamatan
No Perlakuan Hasil pengamatan
1. Cl-
3 ml urine + 3 tetes AgNO3 Larutan keruh dan terdapat
(Kuning) (tak berwarna) endapan putih
2. PO43-
3 ml urine + 3 tetes (NH4)2Mo7O2 0,1 M Larutan tak berwarna
(kuning jernih) (tak berwarna)
Larutan tak berwarna + HNO3 Pekat Larutan tak berwarna
(tak berwarna)
3. SO42-
3 ml urine + 3 tetes BaCl 0,1 M + 3 tetes Larutan kuning jernih
HCl 0,1 M
4. NH4+
3 ml urine + beberapa tetes NaOH larutan Larutan kuning jernih
kuning di bagi dua :
a. larutan kuning jernih dipanaskan dan Larutan orange kekuningan
dialiri gas Ba(OH)2
b. larutan kuning jernih dipanaskan dan Larutan keruh
dialiri gas pereaksi nessller
5. Ca2+
5 ml urine + beberapa tetes (NH4)2Mo7O24 Larutan keruh
Ditambahkan beberapa tetes CH3COOH
pekat.
6. Mg2+
-
10 ml urine + beberapa tetes NaOH 0,1 Larutan bening jernih dan
M (hingga suasana basa) bersifat basa
-larutan kuning jernih (basa) + beberapa Larutan kuning jernih dan
tetes CH3COOH 0,1 M (hingga suasana bersifat asam
basa)
-larutan kuning jernih (asam) + Larutan keruh
(NH4)2Mo7O24
-larutan keruh disaring Filtrat bening
-filtrate bening + beberapa tetes NH 4OH Larutan agak keruh
pekat
-larutan agak keruh didiamkan hingga 1 Larutan tak berwarna
malam
7. Tes nitroprusid kreatinin
-5 ml urine + 5 tetes natrium nitroprusid Larutan berwarna hijau
dipanaskan
-laarutan berwarna hijau + beberapa tetes Larutan biru prusi
CH3COOH
-Larutan biru prusi + beberapa tetes Larutan berwarna hijau dan
Ba(OH)2 dipanaskan terdapat endapan biru
8. Tes gula-gula pereduksi
a. urin
Tabung 1 Larutan hijau
-5 tetes urine + 5 ml benedict Larutan hijau dan endapan
-larutan hijau dipanaskan merah bata
Tabung 2
-5 tetes urine + 5 ml tollens Larutan coklat
-larutan coklat dipanaskan Larutan hitam dan terbentuk
cermin perak pada dindin tabung
Tabung 3
-5 tetes urin + 5 ml fehling Larutan warna biru
-larutan biru dipanaskan Larutan biru
b. Glukosa 1%
1. Uji benedict Larutan merah endapan merah
bata
2. Uji tollens Larutan hitam dan terbentuk
cermin perak pada dindin
3. Uji fehling Warna orange dan ada endapan
merah bata.
9. Tes koagulasi protein
-urin dipanaskan selama 2 menit Larutan kuning
-larutan warna kuning diambil 5 ml + Larutan kuning dan endapan
CH3COOH 1 M kuning
-Larutan kuning dan ada endapan kuning Larutan kuning endapan putih
ditetesi terus CH3COOH 1 M hingga
berlebih.
10. Uji biuret
-urea ditimbang 1 gram Butiran putih
-dimasukkan dalam tabung reaksi dan Urea menjadi cair
dipanaskan
-urea cair dipanaskan sampai membeku Urea membeku
-urea beku di tambahkan 2 ml aquades Larutan tak berwarna
dan dikocok
-larutan tak berwarna di tambah 1 ml Larutan tak berwarna dan
NaOH 2,5 N berminyak
-larutan tak berwarna dan berminyak Larutan berwarna.
ditambah beberapa tetes CuSO4 0,01 M
(Hijau) sampai terjadi perubahan warna
VII. Pembahasan

A. Cl-

Pada percobaan ini , urin ditambahkan dengan 5 tetes AgNO 3 yang


menghasikan kuning keruh dan terdapat endapan. Pada pengaamatan tersebut,
untuk mengetahui adanya ion Cl- yang terdapat pada urin hasil pengamatan
terlihat bahwa urin tersebut positif ( + ) mengandung ion Cl dimana ditandai
dengan adanya endapan putih. Adapun reaksi yang terjadi :
Cl- + AgNO3 → ↓ AgCl ( putih ) + NO3- ( Aq )

Ion Cl berfungsi untuk menjaga kesetimbangan asam basa dalam tubuh. Adanya
kandungan Cl- dalam urin merupakan hal yang biasa karena apabila Cl - tidak
dikeluarkan oleh tubuh maka akan menimbulkan penyakit.
B. PO43-

Pada pengujian ini, urin dicampurkan dengan larutan ( NH 4 ) 6 MO7O24. 4


H2O kemudian ditambahkan dengan HNO3 pekat dimana hasil penngujiannya
menghasilkan larutan yang berwarna coklat. Ini berarti urine tersebut positif
terdapatPO43- maka akan menghasilkan endapan (NH4)3 P( MoO10) 4 yang berwarna
kuning Kristalin.adapun reaksinya adalah:
H3PO4 + 12(NH4)2MoO4 + 21HNO3 (NH4)2PO412MoO46H2O + 21NH4NO3 + H2O
(Merah bata)
Uji positif tak tercapai hal ini disebabkan karena bahan yang digunakan
kualitasnya sudah tidak baik. Ion PO43- berfungsi sebagai energi pada metabolisme
sel dan membantu dalam proses pengeluaran urine
C. SO42-
Pada percobaan ini kandungan SO42- yang ingin diketahui ada tidaknya
dalam urine dengan mereaksikan urine dengan BaCl 2 dan HCl, dimana pada
percobaan ini diperoleh larutan kuning keruh. Uji positif yang sebenarnya yaitu
endapan putih. Pada percobaan ini tidak didapatkan endapan. Reaksinya yaitu:
SO42- + BaCl2 + HCl BaSO4 (putih) + H+ + 3Cl-
Ion SO42- berfungsi untuk mengendapkan kation logam dan untuk mempertinggi
kelarutan anion.
D. NH4+
Pada pengujian ini, ada 2 perlakuan yang akan dilakukan yaitu pada bagian
pertama urine yang tel;ah ditambahkan NaOH yang dipanaskan dan dialirkan gas
yang terbentuk ke dalam larutan Ba(OH) 2 yang menghasilkan larutan kuning dan
endapan putih. Pada bagian gas yang terbentuk dialirkan kedalam pereaksi Nessler
yang menghasilkan larutan kuning tua dan terdapat endapan coklat dan atau
kuning yang dihasilkan sesuai dengan jumlah NH4OH atau ion N yang terdapat
pada endapan. Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
NH4+ + OH- NH3 + H2O
NH4+ + BaOH2 NH4OH + Ba2+
Garam-garam umumnya senyawa yang larut dalam air, dengan membentuk
larutan yang tidak berwarna. Denganm melakukan pemanasan, semua garam
terurai menjadi N dan asam yang sesuai. Kecuali jika asamnya tidak mudah
menguap, garam ammonium dapat dihilangkan secara kuantitatif dari campuran
kering dengan memanaskan. Ion NH4+ berfungsi memberi bau pada urin dimana
bau dari urin bau tengik.
E. Ca2+

Pada pengujian, urin ditambahkan dengan (NH4)2C2O4 lalu ditambahkan


ditambahkan beberapa tetes CH3COOH pekat. Tujuan pengujian ini untuk
mengetahui adanya ion Ca2+ pada urine. Adanya kandungan kalsium dalam urine,
ini merupakan hal yang kurang baik bagi kesehatan karena kalsium ini seharusnya
diserap untuk difungsikan dalam pembentukan matriks tulang. Dari hasil
pengujian diperoleh larutan keruh. Adapun reaksi yang terjadi:
Ca2+ + CH3COOH + Ca2+ + (NH4)2COO + CH4 Ca2+ + (NH4)2COO Ca(COO)2
Fungsi ion Ca2+ pada urin yaitu untuk memberi warna kuning pada urin

F. Mg2+
Pada pengujian ini ditambahkan dengan NaOH 0,1 M sampai suasana basa
dan ditambahkan CH3COOH sampai suasana asam sehingga terbentuk endapan
putih yang merupakan endapan MgC2O4, dengan reaksi:
Mg2+ + 2NaOH Mg(OH)2 + 2Na+
Mg(OH)2 + CH3COOH CH3COO- + Mg2+ + H2O
Mg2+ + (NH4)2C2O4 MgC2O4 + 2NH4
Dari percobaan ini diperoleh larutan berwarna kuning. Larutan kuning ini
merupakan ion Mg2+ dalam urine. Adanya kandungan Mg2+ dalam urine
merupakan hal yang kurang baik, karena magnesium yang diserap untuk
difungsikan dalam pembentukan matriks tulang, selain itu zat kapur dalam
kantung kemih dapat menyebabkan penyakit batu ginjal. Pada percobaan ini tidak
terdapat uji positif karena tidak terbentuk endapan yang menandakan pada urine
tidak terdapat Mg2+. Ion Mg2+ berfungsi dalam pembentukan tulang pada urine
yang menyebabkan terbentuknya penyakit batu ginjal.
G.Tes nitroprusid kreatinin
Pada pengujian ini bertujuan untuk mengetahui adanya nitroprusid
kreatinin pada urine. Berdasarkan pembentukan warna merah delima jika
kreatinin ditambhkan dengan ntroprusid dalam larutan basa.warna merah akan
berubah menjadi kuning jika diasamkan dengan CH 3COOH glacial dan berubah
menkjadi hijau kemudian berubah menjadi biruprusian. Pada pengujian tersebut
urine ditambahkan Na2Fe(CN)5NO lalu ditambahkan dengan NaOH lalu
dipanaskan dan ditambahkan dengan CH3COOH glacial akan menghasilkan
larutan biru prusi.
H. Tes gula-gula pereduksi
Pada pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah urine tersebut
mengandung gula-gula sederhana yang mempunyai aldehid bebas dapat
mereduksi oksidator lemah seperti fehling, benedict (Ca 2+) direduksi menjadi Ca+
yang berwarna merah bata pereaksi tollens (Ag +) direduksi menjadi Ag. Pada
urine diujicobakan dengan pereaksi benedict terdapat endapan merah bata dan
tollens terdapat cermin perak hasil ini menandakan urine mengandung gula
pereduksi dimana urine positif penyakit gula adapun reaksi yang terjadi :
1. Tes dengan pereaksi tollens

2. Tes benedict

3. Tes fehling

I. Tes koagulasi protein


Pengujian bertujuan untuk melihat adanya pembentukan koagulasi protein
pada urine yaitu dengan memanaskan urine untuk menghilangkan zat-zat yang
tidak diperlukan lalu ditambahkan dengan CH3COOH berlebih dan hasilnya masih
tetap larutan tidak berwarna. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana seharusnya
hasil positifnya menghasilkan gumpalan. Prinsip uji koagulasi adalah penentuan
adanya protein dalam urine dimana urine yang dipanaskan akan terkoagulasi
akibat kenaikan suhu sehingga protein dan posfat terendapkan dan penambahan
CH3COOH untuk mengetahui adanya protein yang mengendap. Dalam percobaan
ini menunjukkan hasil yang negative atau tidak menunjukkan koagulasi protein,
berarti negative mengandung protein.
protein ( l ) protein (s)

J. Uji biuret
Uji biuret dilakukan untuk mengetahui cara pembentukan biuret, Prinsip
uji ini adalah didasarkan pada senyawa glukosa yang mempunyai gugus aldehid
bebas akan mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis menjadi kupro oksida yang
tidak larut dan berwarna merah bata. Banyaknya endapan merah bata yang
terbentuk menunjukkan kadar glukosa dalam urine. Pada
percobaan ini urea direaksikan dengan NaOH dan CuSO 4
sehingga hasilnya terbentuk larutan ungu yang menandakan
bahwa pada urine tidak mengandung glukosa. Reaksinya yaitu :

VIII. Penutup
A. kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa pada sampel urine
positif mengandung CL-, NH4+, Ca2+, dan tidak mengandung PO43-, SO42-, Mg2+,
protein serta glukosa.

B. Saran
Diharapkan kepada :
a. Praktikan selanjutnya agar lebih memperhatikan kebersihan alat.
b. Asisten di harapkan lebih memberi pemahaman kepada praktikan agar lebih
memahami percobaan yang dilakukan.
c. Laboran agar mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan.

DAFTAR PUTSAKA
Handayani. 2012. Modifikasi gaya hidup dan interversi farmakalogis dini untuk
pencegahan penyakit diabetes melitus tipe 2. Jurnal. Media gizi
masyarakat indonesia. Vol 1(2) :65-70

Permadi, adi. 2008 . Tanaman obat air seni. Jakarta : Panebar

Poedjiadi, anna. 2012 . Dasar-dasar biokimia. Jakarta : UIP

Sukarjo. 1997. Tubuh manusia. Jakarta : Balai Pustaka

Syukri, maimun. 2007. Asam urat dan hiperesemia. Jurnal. Majalah Kedokteran
nusantara. Vol 40(1) : 52-60

Utomo pranjoto, dkk. 2010. Adsorbsi nitrogen dari urin dengan zeolit. Jurnal.
Penelitian saintek. Vol 15 (1) : 20-29

Anda mungkin juga menyukai