Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

ASKEP LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN


(HIPERTIROID) PADA Ny. “M”)

Oleh:

Lepi Herdiyanti (1733026)

Dosen pembimbing: Ns. Lilik Pranata,S.KepM.Kes

PRODI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS

2020
KONSEP MEDIK

Hipertiroiditisme (hipersekresi pada hormon tiroid) merupakan terjadinya peningkatan


pada produksi serta sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Ada beberapa faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya hipertiroiditisme namun yang paling umum terjadi yaitu
penyakit grave dan goiter multinodular toksik (Baradero et al., 2009, p. 37). Manifstasi klinis
terjadinya hipertiroiditisme ini diantaranya yaitu seperti tremor dan tampak gugup, otot terasa
lemas, cepat lelah, berat badan menuru, serta intoleransi terhadap cuaca panas (Baradero et
al., 2009, p. 40). Adapun etiologi dari hipertiroiditisme ini diantaranya yaitu adenoma
hipovisis (penyakit tumor jinak pada kelenjar hipofisis namun penyebab ini jarang terjadi),
penyakit graves (merupakan penyekit yang disebabkan karena penyakit autoimun, dimana ini
terbentuknya antibody yang disebut dengan thyroid-stimulatin (TSI) yang melekat pada sel-
sel kelenjar tiroid), tiroditis (yang merupakan inflamasi pada kelenjar tiroid yang biasanya
disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus, serta
pneumococcus peneumonia, dimana karena bakteri ini dapat menimbulkan reaksi peradangan
yang dapat menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakkan sel, serta terjadi
peningkatan pada hormon tiroid), mengkonsusmsi yodium yang berlebihan dapat
mengakibatkan peningkatan sistesis pada hormon tiroid, dan selanjutnya dapat disebabkan
karena terapi hipertiroid, dimana ini merupakan pemberian obat-obatan hipertiroid yang
digunakan untuk menstimulasikan sekeresi pada hormon tiroid (Borley & Grace, 2007, p.
140). Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan hipertiroiditisme ini
diantaranya yaitu seperti tes fungsi tiroid, autoantibodi tiroid, dan juga pencitraan (seperti
scan ambilan tiroid akan membedakan penyakit grave dari adenoma toksik dengan struma
multinodular (Borley & Grace, 2007, p. 275). Penatalaksanaan dari hipertiroiditisme ini
sendiri diantaranya yaitu terapi obat (seperti karbimazol yang digunakan untuk menurunkan
sintesis pada hormon tiroid,dengan dosis 40-60 mg/hari), pembedahan (seperti tiroidektomi
yang mana ini dugunakan untuk struma multinodular, adenoma toksik, ataupun relaps
penyakit grave setelah dilakukan terapi antitiroid), radio-iodin (ini terkonsentrasi di kelenjar
tiroid sehingga dapat merusak kelenjar tiroid, obat antitiroid ini dihentikan setelah 7-10 hari
sebelum pemberian radio-iodin agar zat tersebut dapat diserap), serta terapi oftalmopati yang
diakibatkan karena hipertiroid seperti suportif (posisi kepala lebih tinggi daripada kali,
airmata buatan, kacamata prisma yang digunakan untuk mengatasi diplopia) serta dapat
diberikan definitif (terapi dengan menggunakan steroid dosis tinggi seperti imunosupresson
yang digunakan sebagai dekompresi bola mata, dekompresi bedah bola mata, ataupun
radioterapi pada bola mata) (Borley & Grace, 2007, p. 275).
KONSEP KEPERAWATAN (TEORI)

1. Pengkajian
Dalam buku (Tarwoto, 2012) hal-hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan
dengan pasien yang mengalami hipertiroid diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Data demografi
Merupakan data yang penting untuk di kaji seperti usia dan jenis kelamin,
karena data ini merupakan faktor yang berpengaruh terhadap penyakit hipertiroid.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat keluarga : seperti faktor genetik, penyakit tiroid, dan kanker.
2) Riwayat kesehatan sekarang : seperti riwayat penyakit tiroid yang dialami,
riwayat pengobatan dengan radiasi pada leher, adanya tumor, adanya riwayat
trauma kepala, infeksi, riwayat penggunaan obat-obatan misalnya thionamide,
lithium, amiodarone, dan interferon alfa.
3) Riwayat sosial ekonomi : seperti kemampuan memelihara kesehatan,
konsumsi dan pola makan, serta porsi makan.
c. Keluhan utama
1) Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme : seperti penurunan BB
(berat badan), peningkatan suhu tubuh, kelelahan, serta makan dengan porsi
banyak ataupun sering.
2) Kaji yang berhubungan dengan aktivitas : seperti cepat lelah, intoleran
aktivitas, tremor, serta insomnia.
3) Kaji yang berhubungan dengan gangguan pernafasan : seperti iritabilitas, serta
emosi tidak stabil misalnya cemas ataupun mudah tersinggung.
4) Kaji yang berhubungan dengan gangguan penglihatan : seperti gangguan
tajam penglihatan dan pandangan ganda.
5) Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual : seperti ameborrhea,
menstruasi tidak teratur, menurunnya infertile, resiko aborsi spontan,
menurunnya libido, menurunnya perkembangan fisik seksual, dan impoten.
d. Pengkajian psikososial
Pada pasien yang mengalami hipertiroid biasanya menampakan suasana hati
yang tidak stabil, penurunan terhadap perhatian, serta menunjukkan perilaku yang
maniak. Serta juga sering mengalami gangguan tidur.
e. Pemeriksaan fisik
1) Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid yaitu seperti palpasi pada kelenjar
tiroid serta kaji adanya massa ataupun pembesaran.
2) Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak stabil) yaitu seperti
adanya retraksi kelopak mata dan penonjolan pada kelopak mata.
3) Observasi adanya bola mata yang menonjol karena edema yang terjadi pada
otot ekstraokuler serta peningkatan jaringan di bawah mata.
4) Pemeriksaan jantung hal ini dilakukan karena komplikasi yang sering terjadi
pada pasien yang mengalami hipertiroid seperti kardioditis dan gagal jantung.
5) Muskuloskeletal yaitu biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hiperaktif
pada refleks tendon dan tremor, serta iritabilitas.

2. Analisa dan Diagnosa Keperawatan


a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan metabolik
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolisme
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid
d. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolik
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Ketidakseimbangan setelah - Berat badan - Hindari makanan yang - Peningkatan multilitas
nutrisi kurang dari diberikan stabil dapat meningkatkan cerna dapat
kebutuhan tubuh tindakkan - malnutrisi peristaltik usus mengakibatkan diare
berhubungan dengan keperawatan berkuran - Konsultasi dengan ahli dan gangguan absorpsi
gangguan metabolik selama 3x24 - kebutuhan gizi untuk memberikan nutrisi yang diperlukan
jam metabolisme diet kalori tinggi - Mungkin memerlukan
keseimbangan terpenuhi - Auskulatsi bising usus bantuan untuk
nutrisi dapat - Pantau masukan menjamin pemasukkan
kembali makanan setiap hari zat-zat makanan yang
normal dan timbang berat adekuat dan
badan setiap hari mengidentifikasi
- Dorong klien makan makanan pengganti
dan meningkatkan yang paling sesuai
jumlah makanan - Bising usus hiperaktif
mencerminkan
peningkatan mortilitas
lambung yang
menurunkan ataupun
mengubah fungsi
absorspi
- Penurunan berat badan
terus menerus dalam
keadaan masukan kalori
yang cukup merupakan
indikasi kegagalan
terhadap terapi
antitiroid
- Membantu menjaga
pemasukkan kalori
cukup tinggi untuk
menambah kalori tetap
tinggi
2 Pola napas tidak Setelah - Nafas 16-20 - Auskultasi bunyi nafas - Bunyi nafas menurun
efektif berhubungan dilakukan x/menit dan catat adanya bunyi atau tidak ada bila jalan
dengan peningkatan tindakkan - bernafas nafas adventius, seperti nafas obstruksi
metabolisme selama 1x24 tidak krekels, mengi, dan sekunder terhadap
jam pola menggunaka gesekkan pleura perdarahan, bekuan
nafas efektif n otot bantu - Tinggikan kepala dan atau kolaps jalan nafas
membaik bernafasan bantu mengubah posisi. kecil (atelektasis).
Bangunkan klien turun Ronki dan mengi
tempat tidur dan menyertai obstruksi
ambulasi sesegera jalan nafas ataupun
mungkin kegagalan nafas
- Dorong atau bantu - Duduk tinggi
klien dalan nafas dalam memungkinkan
dan latihan fisik. ekspansi paru dan
Penghisapan per oral memudahkan
atau nasotrakeal bila di pernafasan
indikasikan - Dapat meningkatkan
- Berikan oksigen atau banyaknya sputum
tambahan dimana gangguan
- Observasi frekuensi, ventilasi dan ditambah
kedalaman pernafasan, ketidaknyamanan
dan ekspansi dada. upaya bernafas
Catat upaya pernafasan, - Memaksimalkan
termasuk penggunaan bernafas dan
otot bantu ataupun menurunkan kerja nafas
pelebaran nasal - Kecepatan biasanya
- Obsevasi pola batuk meningkatkan. Dipsnea
dan karakter sekret dan terjadi peningkatan
kerja napas
- Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk
kering ataupun iritasi
3 Gangguan citra tubuh Setelah - Klien - Terima persepsi diri - Untuk memvalidasi
berhubungan dengan diberikan menyatakan klien dan berikan perasaan
pembesaran kelenjar tindakkan perasaan jaminan bahwa klien - Keterlibatan dapat
tiroid keperawatan positif dapat mengatasi krisis memberikan rasa
selama 3x24 terhadap ini kontrol dan
jam citra dirinya - Kaji kesiapan klien meningkatkan harga
tubuh klien sendiri kemudian libatkan klien diri
tidak - klien dalam mengambil - Untuk meningkatkan
terganggu berpartisipas keputusan tentang rasa kemandirian dan
i dalam keperawatan, bila control
berbagai memungkinkan - Kedukaan harus
aspek - Dorong klien mendahului keterimaan
perawatan melakukan perawatan - Catatan tertulis dapat
dan dalam diri membantu
pengambilan - Dorong klien untuk menunjukkan kemajuan
keputusan mengungkapkan klien
tentang kedukaan tentang - Untuk meningkatkan
perawatan kehilangan sikap
- Dorong klien untuk - Untuk membantu
tetap menuliskan mendapatkan dukungan
perasaan, tujuan, dan pemahaman
keluhan, dan kemajuan ataupun konseling
yang terjadi pada tambahan
dirinya - Untuk meningkatkan
- Diskusikan kemajuan harga diri dan untuk
klien dan tunjukkan mendemostrasikan
bagaimana kondisinya bagaimana klien telak
telah meningkat beradaptasi terhadap
- Dorong klien untuk perubahan citra tubuh
berpartisipasi dalam - Untuk membantu klien
kelompok pendukung, mengatasi perilaku
bila perlu membuat yang tidak produktif
suatu perjanjian dengan
profesi kesehatan
mental
- Dorong klien untuk
menggambarkan
perkembangan klien
melalui hospitalisasi
- Ajarkan dan dorong
strategi koping yang
sehat
4 Hipertermi Setelah - Suhu tetap - Monitor suhu tubuh - Meyakinkan
berhubungan dengan dilakukan normal 36,5- setiap 4 jam perbandingan data yang
peningkatan laju tindakkan 37oC - Berikan antipiretik akurat
metabolik selama 1x24 - Keseimbang sesuai indikasi - Dapat menurunkan
jam suhu an cairan - Pantau dan catat denyut demam
tubuh klen tetap stabil dan irama nadi, tekanan - Peningkatan denyut
kembali vena sentral, tekanan nadi, penurunan
normal darah, frekuensi nafas, tekanan vena sentral
tingkat resvonsivitas, dan penurunan tekanan
dan suhu kulit setiap 4 darah dapat
jam mengindikasikan
- Observasi adanya hipovolemia yang
konvusi disorientasi mengarah penurunan
- Anjurkan klien untuk perfusi jaringan
kinum sebanyak - Penurunan tingkat
mungkin air jika tidak kesadaran dapat
mengkontraindikasikan merupakan akibat dari
hipoksemia jaringan
- Asupan cairan berlebih
dapat mengakibatkan
kelebihan cairan
ataupun dekompensasi
jantung yang dapat
memperburuk kondisi
pasien
4. Implementasi
Merupakan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan (intervensi) yang telah
dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan tindakkan keperawatan,
perawat harus menguasai keterampilan dan pengetahuan. Sehingga mutu pelayanan
kesehatan sangata baik. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentikan
dapat tercapai.

5. Evaluasi
a. Atur pola nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein 3000-4000 kalori
b. Minum obat-obatan antitiroid secara teratur dan sesuai dosis
c. Hindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya peningkatan hormon tiroid, seperti
mengkonsumsi makanan tinggi iodium
FORMAT PENGKAJIAN GERONTIK

I. IDENTITAS
Nama : Ny. M
Umur : 58 thn
Alamat : Gedong Rejo
Pendidikan : SMP
Tanggal Pengkajian : 26 September 2020
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pengkajian : Lepi Herdiyanti

II. RIWAYAT KESEHATAN


Keluhan kesehatan utama saat ini :
Kesulitan menelan, tubuh terasa lemas, benjolan di leher sebelah kiri, cemas dan
gelisah saat akan melakukan operasi.
Riwayat kesehatan yang lalu :
Klien pernah menjalani operasi benjolan di leher sebelah kanan.
Riwayat kesehatan keluarga :
Ibu klien pernah mengalami penyakit diabetes mellitus (DM).

III.AKTIVITAS/LATIHAN :
- Sebelum sakit : klien mengatakan aktivitas sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah
tangga dan tidak terdapat keluhan saat melakukan aktivitas serta tidak ada sesak
nafas ataupun lemas.
- Sesudah sakit : pasien sebelum operasi masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari
seperti mandi, mengganti pakaian dan berjalan kekamar mandi. Serta pasiem
merasa ada yang mengganjal di area leher.

IV. NUTRISI :
- Sebelum sakit : klien mengatakan biasanya makan 3 kali dalam sehari yaitu
sarapan, makan siang, dan makan malam. Dan minum kira-kira 6 gelas perhari,
klien mengatakan masih makan dengan garam namun tidak tahu apakah ada
kandungan yodium didalam makanannya.
- Selama sakit : klien mengatakan hanya makan siang dan sore sebelum melakukan
operasi.

V. ELIMINASI :
- Sebelum sakit : klien mengatakan BAB 2 kali dalam sehari dengan konsistensi
lembek dan berwarna kuning. BAK kira-kira sekitar 6 kali dalam sehari dengan
konsistensi warna urin jernih, tidak terasanyeri dan tidak merasa belum tuntas saat
BAK.
- Selama sakit : sebelum operasi klien mengatakan sudah BAB dengan konsistensi
lembek dan klien mentakan sudah BAK 1 kali sebelum melakukan operasi dengan
konsistensi warna jernih, lancar, dan tidak merasa nyeri.

VI. ISTIRAHAT/TIDUR :
- Sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada keluhan saat tidur, hanya terasa ada
yang mengganjal dileher. Dan biasanya pasien tidur dari jam 9 malam hingga jam
5 pagi.
- Selama sakit : klien mengatakan ada yang mengganjal dileher dan tidur tidak
nyenyak.

VII. PENGKAJIAN:
1) Keadaan Umum : compos mentis dan gelisah
(TTV) :
a. TD : 120/80 mmHg
b. N : 84x/mnt
c. RR : 22x/mnt
d. S : 36,2oC
2) Pemeriksaan dan kebersihan perorangan
a. Kepala
1) Rambut : bersih dan warna rambut mulai putih
2) Mata : isokor, simetris, dan visus normal
3) Hidung : simetris
4) Telinga : simetris dan bersih
5) Mulut dan gigi : bersih dan tidak terdapat karang gigi
2. Dada/Thorax
a. Dada : bentuk simetris dan tidak terdapat kelainan
b. Paru-paru : tidak terdapat kelainan
c. Jantung : tidak terdapat kelainan
d. Abdomen : bentuk abdomen datar dan simetris
e. Keadaan lingkungan
Klien tinggal bersama dengan sang suami. Kondisi lingkungan rumah klien
bersih, jalan rumah klien berbatu dan tanah liat, tidak terdapat sampah, kamar
tidur klien tampak rapi, rumah klien berlantai semen dan kamar mandi klien
juga terlihat bersih.

VIII. PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


Klien mampu berinteraksi secara baik dengan anggota keluarga maupun dengan
tetangga disekitar lingkungan tempat tinggal. Klien juga seseorang yang ramah dan
tidak menutup diri dari masnyarakat sekitar. Dalam hal spiritualnya klien sebgai
umat muslim melaksanakan kewajibannya yaitu sholat 5 waktu.

IX. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN :

Dengan Tanpa Skore


X. No Aktifitas
bantuan bantuan

Makan (jika makan harus 10


1. dipotong terlebih dahulu 5 10
berati memerlukan bantuan)

Bergerak dari kursi roda 15


ketempat tidur dan kembali
2. 5-10 15
(termasuk duduk tegak
ditempat tidur)
Personal toilet (mencuci 5
3. muka, menyisir rambut, 0 5
bercukur, membersihkan gigi)

Duduk dan berdiri dari toilet 10


4. (cara memegang pakaian, 5 10
menggelap, menyiram WC

5. Mandi sendiri 0 5 5

Berjalan dipermukaan yang 5


berbeda (jika tidak bisa
6. 0 5
berjalan, penggunaan kursi
roda)

7. Naik turun tangga 5 10 10

Berpakaian (termasuk 10
didalamnya mengikat tali
8. 5 10
sepatu, mengencangkan dan
mengendorkan)

9. Mengontrol BAB 5 10 10

10. Mengontrol BAK 5 10 10

Jadi pentotalan Skore klien adalah 90. Setelah dilakukan pemeriksaan dengan skala
Barthel Indeks Ny.”M” mendapatkan skore sebanyak 90 yang artinya Ny”M” dalam kategori
mandiri.

XI. Diagnosa Keperawatan


NO Diagnosa Keperawatan Nama Jelas
1 Pola nafas tidak efektif berhubungan Lepi Herdiyanti
dengan kecemasan atau sindrom
hipoventilasi yang ditandai dengan:
DS :
- Pasien mengeluh sulit
menelan
DO :
- Pola napas abnormal
RR : 22 x/menit
- Benjolan di leher sebelah kiri
2 Ansietas berhubungan dengan krisis Lepi Herdiyanti
situasional

DS :

- Pasien mengatakan merasa


cemas dan gelisah saat akan
melakukan operasi

DO :

- Pasien tampak gelisah saat


akan melakukan operasi
XII. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Nama jelas
1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakkan Manajemen jalan napas: - Untuk menilai Lepi
berhubungan dengan selama 1x24 jam pola napas - Monitor pola napas kecepatas pola Herdiyanti
kecemasan atau sindrom pasien diharapkan membaik (frekuensi, napas. Biasanya
hipoventilasi yang ditandai dengan kriteria hasil: kedalaman, dan terjadi dipsnea
dengan: - Dipsnea usaha napas) serta peningkatan
DS : dipertahankan - Monitor bunyi napas kerja napas
- Pasien pada skala 2 tambahan (gurgling, - Untuk melihat
mengeluh ulit ditingkatkan mengi, wheziing, adanya bunti
menelan pada skala 5 ronki) napas seperti
DO : - Frekuensi napas - Posisikan semi- mengi ataupun
- Pola napas dipertahankan fowler atau fowler ronki yang dapat
abnormal pada skala 2 - Berikan oksigen, jika menyertai
RR : 22 x/menit ditingkatkan perlu obstruksi pada
- Benjolan di pada skala 5 jalan napas
leher sebelah - Kedalam napas ataupun kegagalan
kiri dipertahankan napas
pada skala 2 - Untuk
ditingkatkan memudahkan
pada skala 5 jalan pernapasan
- Untuk
mempermudahkan
ventilasi dan
ketidaknyamanan
dalam upaya
bernapas
2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakkan Reduksi ansietas : - Untuk mengetahui Lepi
dengan krisis situasional selama 1x24 jam - Identifikasi saat tingkat ansietas Herdiyanti
yang ditandai dengan : diharapkan tingkat ansietas tingkat ansietas yang dilamai
DS : pasien dapat membaik berubah (kondisi, seperti kondisi,
- Pasien dengan kriteria hasil: waktu, stressor) waktu dan juga hal
mengatakan - Perilaku gelisah - Identifikasi yang
merasa cemas dipertahankan mengambil menyebabkan
dan gelisah saat pada skala 2 keputusan ansietas
akan melakukan ditingkatkan - Monitor tanda-tanda - Untuk dapat
operasi pada skala 5 ansietas meningkatkan
DO : - Frekuensi napas - Temani pasien untuk kemandirian
dipertahankan mengurangi pasien dalam
- Pasien tampak
pada skala 2 kecemasan, jika mengambil
gelisah saat
ditingkatkan diperlukan keputusan
akan melakukan
pada skala 5 - Pahami situasi yang - Melihat adanya
operasi
- Pola tidur membuat ansietas tanda-tanda
dipertahankan - Motivasi ansietas
pada skala 2 mengidentifikasi - Untuk mengurangi
ditingkatkan situasi yang memicu rasa cemas yang
pada skala 5 kecemasan dialami
- Latih kegiatan - Mengetahui situasi
pengalih untuk yang dapat
mengurangi memperingan dan
ketegangan memperberat
- Latih teknik ansietas
relaksasi - Membrikan
semangat yang
dapat mengurangi
ansietas
- Untuk melatih
mengurangi rasa
cemas dengan
kegiatan yang
bermanfaat
- Untuk mengurangi
rasa cemas dan
merasa nyaman

XIII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Waktu No.DP Pelaksanaan Keperawatan Nama Jelas


Sabtu/26-09-2020 07:00 Pola nafas tidak Memantau pola napas pasien (seperti frekuensi Lepi Herdiyanti
efektif berhubungan 22x/menit, kedalaman, dan usaha napas)
07:15 dengan kecemasan Memantau bunyi napas tambahan pasien (seperti
atau sindrom adanya bunyi gurgling, mengi, wheziing, ronki)
07:30 hipoventilasi Memposisikan pasien dengan semi-fowler atau
fowler
07:45 Memberikan oksigen (apabila diperlukan)
Sabtu/26-09-2020 08:00 Ansietas berhubungan Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah Lepi Herdiyanti
dengan krisis (seperti kondisi, waktu, stressor)
08:15 situasional Mengidentifikasi mengambil keputusan
08:30 Memantau adanya tanda-tanda ansietas
08:45 Menemani pasien untuk mengurangi tasa cemas
(jika diperlukan)
09:00 Memahami situasi yang membuat ansietas
09:15 Memotivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
09:30 Melatih kegiatan pengalih untuk mengurangi
ketegangan
09:45 Melatih teknik relaksasi pada pasien
XIV. Evaluasi Keperawatan
Hari/Tanggal Waktu No.DP Evaluasi Nama Jelas
Sabtu/26-09-2020 14:00 Pola nafas tidak S : pasien Lepi
efektif mengatakan nafasnya Herdiyanti
berhubungan kembali normal
dengan P : nafas pasien
kecemasan atau tampak kembali
sindrom normal
hipoventilasi A : masalah Teratasi
P : intervensi
dihentikan
Sabtu/26-09-2020 14:00 Ansietas S : pasien Lepi
berhubungan mengatakan rasanya Herdiyanti
dengan krisis cemasnya sedikit
situasional berkurang
O : pasien tampak
sedikit tenang
A : masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y. (2009). Seri Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Endokrin (A. Chandralela (ed.); Cetakan I, p. 141). EGC.

Borley, N. R., & Grace, P. A. (2007). At A Glance Ilmu Bedah (A. Safitri (ed.); Edisi Ke-3).
Erlangga.

Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. CV Trans Info
Medika.

Anda mungkin juga menyukai